Dosen Pengampu:
Widjonarko, ST, MT
Disusun Oleh:
KELOMPOK 7B
Yeti Ulfah Tuzyahroya (21040113120042)
Hafidz Aliyudin (21040113120046)
Novi Yanti (21040113120048)
Bayu Rizqi (21040113120050)
i
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang Tahun 2011 .................................... 1
Tabel III.1 Pembagian Kelas Berdasarkan Tingkat Kelerengan ...................................................... 10
Tabel III.2 Pembobotan Menurut Laju Penurunan Muka Tanah ..................................................... 10
Tabel III.3 Pembagian Kelas Berdasarkan Curah Hujan.................................................................. 10
Tabel III.4 Pembobotan Berdasarkan Jenis Tanah ........................................................................... 11
Tabel III.5 Pembobotan Berdasarkan Tata Guna Lahan .................................................................. 11
Tabel VI.1 Lokasi Rawan Banjir Rob dan Lokasi Evakuasi Bencana Banjir Rob .......................... 23
Tabel VI.2 Rute Jalur Evakuasi dan Waktu Tempuh ...................................................................... 24
Tabel V.1 Pengembangan Rute Evakuasi Bencana Banjir Rob Kota Semarang .................................
.......................................................................................................................................................... 25
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Semarang .................................................................................. 3
Gambar 1.2 Kerangka Pikir ................................................................................................................ 4
Gambar 4.1 Flow Chart Analisis Data ............................................................................................. 13
Gambar 4.2 Peta Topografi Kota Semarang .................................................................................... 14
Gambar 4.3 Peta Land Subsidence Kota Semarang ......................................................................... 15
Gambar 4.4 Peta Klimatologi Kota Semarang ................................................................................. 16
Gambar 4.5 Peta Litologi Kota Semarang........................................................................................ 17
Gambar 4.6 Peta Tataguna Lahan Kota Semarang........................................................................... 18
Gambar 4.6 Peta Kerawanan Banjir Kota Semarang ....................................................................... 20
Gambar 4.7 Peta Sampel Lokasi Banjir dan Lokasi Evakuasi Bencana Rob Kota Semarang ......... 21
Gambar 4.7 Peta Rute Terdekat Jalur Evakuasi Bencana Rob Kota Semarang ............................... 22
ii
BAB I
PENGANTAR
Menurut Wirastriya (2005) bencana banjir rob bukan hanya disebabkan oleh air pasang di
Laut Jawa namun juga karena kenaikan muka laut akibat global warming. Sedangkan menurut
Gumelar, dkk. (2009) bencana banjir rob juga disebabkan oleh adanya penurunan permukaan tanah
(land subsidence). Ketika banjir rob tersebut tidak ditanggulangi maka akan mempengaruhi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan Kota Semarang. Apalagi ketika banjir rob tersebut tersebut
menimbulkan kerugian baik dalam sektor rill maupun sektor non rill. Dalam laporan ini akan
membahas tentang mitigasi bencana berupa kerawanan banjir rob yang adaa di pesisir wilayah Kota
Semarang. Mitigasi bencana yang akan dikaji dilakukan dengan melakukan pemetaan. Pemetaan
1
tersebut dilakukan sebagai sarana pengembangan rute jalur evakuasi bencana banjir rob
menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis.
2
1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah studi dalam laporan ini adalah Kota Semarang yang secara
administratif masuk dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terbagi atas 16 kecamatan
dan 177 kelurahan dengan luas wilayah mencapai 373,70 km2. Kota Semarang terletak antara garis
6°50’ – 7°10’ Lintang Selatan dan garis 109°35’ – 110°50’ Bujur Timur dengan batas administrasi
sebagai berikut.
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
Sebelah Barat : Kabupaten Kendal
Sebelah Timur : Kabupaten Demak
3
1.5. Kerangka Pikir
Kerangka pikir pada laporan ini adalah sebagai berikut.
Spatial Overlay
Analisis Variabel dan Data
Network Analyst
Pembobotan (Scoring)
Route Analyst
Weighted Overlay
Peta Rute Jalur Evakuasi Akibat Bencana Banjir Rob Wilayah OUTPUT
Pesisir Kota Semarang
4
1.6. Sistematika Penulisan
Berikut ini merupakan sistematika penulisan dalam laporan ini.
BAB I PENGANTAR
Bab ini berisi tentang urgensi permasalahan yang akan dikaji yang tertuang dalam latar
belakang dan rumusan masalah. Selain itu, bab ini juga berisi tentang tujuan dan sasaran,
ruang lingkup wilayah dan materi, kerangka pikir, dan sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA TEORITIK
Bab ini berisi tentang kajian permasalahan secara kontekstual. Dalam Bab Kerangka Teoritik
ini dibahas mengenai Kota Semarang, bencana banjir, dan mitigasi bencana.
BAB III METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini berisi tentang metodologi yang diambil dalam penyelesaian masalah berupa teknik
pengumpulan data, penetapan data dan variabel, serta teknik analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil dari pengolahan dan analisis data. Selain itu juga berisi tentang
pembahasan hasil tersebut.
BAB V SIMPULAN
Bab ini berisi tentang simpulan dari hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya tentang
masalah yang dikaji berupa rute jalur evakuasi bencana rob di wilayah pesisir Kota
Semarang.
5
BAB II
KERANGKA TEORITIK
6
penyebab yang secara langsung dapat memperparah terjadinya rob antara lain: penurunan tanah
akibat ground water pumping dan beban di atas muka tanah, bertambahnya tinggi permukaan air laut,
tingginya sedimentasi dan sampah, sistem drainase yang tidak tepat, curah hujan dan fenomena alam
lain.
7
BAB III
METODE PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA
8
b. Jenis Tanah
Setiap jenis tanah mempunyai tingkat infiltrasi atau penyerapan air yang berbeda. Semakin
padat partikel tanah tersebut, maka semakin sulit untuk melakukan infiltrasi air.
c. Curah hujan
Secara umum, penguapan air di wilayah pesisir terjadi sangat cepat. Hal ini pun berimplikasi
terhadap curah hujan yang tinggi di wilayah tersebut. Semakin tinggi curah hujan, maka
ketinggian muka air laut bisa meningkat dan bisa menimbulkan ancaman rob.
d. Jenis Tutupan Lahan
Jenis tutupan lahan akan mempengaruhi tingkat permeabilitas tanah untuk melepaskan air ke
dalam tanah. Semakin banyak daerah yang terbangun, maka air akan semakin sulit meresap
ke dalam tanah. Hal ini pun bisa menyebabkan rob sulit untuk dihindari
e. Land Subsidence
Dari tahun ke tahun, fenomena penurunan permukaan tanah di Kota Semarang terus terjadi
dengan percepatan yang cukup tinggi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh eksploitasi air tanah
untuk keperluan penunjang perkotaan yang tidak memperhatikan konservasi air tanah.
Semakin tinggi land subsidence maka ancaman rob semakin besar pula.
Selanjutnya, untuk menentukan alternatif rute evakuasi korban bencana rob Kota Semarang
yang perlu dipertimbangkan adalah tingkat aksesibilitas jalan.Variabel yang sangat penting sebagai
pengusulan atas rute evakuasi bencana rob di wilayah pesisir Kota Semarang ini adalah jaringan
jalan. Jalan yang nantinya akan ditetapkan menjadi rute alternatif ini hendaknya mempunyai jarak
dan waktu tempuh yang kecil, aksesibilitasnya tinggi, serta mempunyai impedasi kecil. Jalan yang
dipilih sebaiknya :
a. Jalur yang dipilih merupakan jalan nasional, jalan propinsi dan jalan by pass sehingga akan
memudahkan proses evakuasi.
b. Jalur evakuasi mempunyai kelerengan kurang dari 4%.
c. Jalur evakuasi dirancang menjauhi aliran sungai.
d. Jalur evakuasi diusahakan tidak melintangi sungai atau jembatan.
e. Supaya tidak terjadi penumpukan masa, dibuat jalur evakuasi paralel.
f. Untuk daerah berpenduduk padat, dirancang jalur evakuasi berupa sistem blok, dimana
pergerakan masa setiap blok tidak tercampur dengan blok lainnya untuk menghindari
kemacetan.
9
Overlay (salah satu tools dari Spatial Analyst) dan Route Analyst (salah satu tools dari Network
Analyst).
3.3.1. Teknik Analisis Weighted Overlay
Weighted Overlay merupakan sebuah teknik untuk menerapkan sebuah skala penilaian untuk
membedakan dan menidaksamakan input menjadi sebuah analisa yang terintegrasi. Analisis
memberikan pertimbangan terhadap faktor atau kriteria yang ditentukan dalam sebuah proses
pengambilan keputusan khususnya untuk masalah keruangan. Dalam penyusunan laporan ini,
analisis Weighted Overlay digunakan untuk membuat peta kerawanan bencana rob di wilayah pesisir
Kota Semarang dengan pertimbangan beberapa variabel yang diberi pembobotan, yaitu topografi,
jenis tanah, curah hujan, jenis tutupan lahan dan laju penurunan permukaan tanah. Pemberian bobot
pada masing-masing parameter atau variabel bervariasi dan tergantung dari seberapa besar pengaruh
parameter-parameter tersebut terhadap terjadinya banjir. Semakin besar pengaruh parameter tersebut
terhadap banjir maka nilai bobotnya juga besar, sebaliknya jika pengaruhnya kecil maka nilai
bobotnya juga kecil.
Tabel III.1 Pembagian Kelas Berdasarkan Tingkat Kelerengan
Kelas Kelerengan (%) Deskripsi Bobot Nilai Kelas
I 0-2% Datar 5
II 2-15% Landai 4
III 15-25% Bergelombang 25% 3
IV 25-40% Curam 2
V >40% Sangat Curam 1
Sumber : Chow, 1984 dengan Modifikasi Penulis
10
Tabel III.4 Pembobotan Berdasarkan Jenis Tanah
Laju Nilai
Jenis Tanah Tekstur Bobot
Infiltrasi Kelas
Regosol Pasir, pasir geluhan Cepat 1
Alluvial Geluh lempung pasiran, geluh pasiran Agak cepat 2
Andosol Geluh pasiran Sedang 3
Latosol Geluh lempungan, geluh lempungan debuan Agak lambat 4
15%
Litosol
Lempung pasiran, lempung geluhan Lambat 5
Mediteran
Lempung berat, lempung ringan, lempung, lempung
Grumosol Sangat lambat 6
debuan
Sumber : Dulbahri, 1992 dengan Modifikasi Penulis
Tabel III.5 Pembobotan Berdasarkan Tata Guna Lahan
Penggunaan Lahan Bobot Nilai Kelas
Lahan terbuka, sungai, waduk 5
Permukiman, kebun campuran, tanaman pekarangan 4
Pertanian, sawah, tegalan 15% 3
Perkebunan, semak 2
Hutan 1
Sumber : Meijerink, 1970 dengan Modifikasi Penulis
11
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
12
Sumber: Analisis Kelompok 7B, 2015
Gambar 4.2 Flow Chart Analisis Data
13
Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011
Gambar 4.3 Peta Topografi Kota Semarang
14
Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011
Gambar 4.4 Peta Land Subsidence Kota Semarang
15
Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011
Gambar 4.5 Peta Klimatologi Kota Semarang
16
Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011
Gambar 4.6 Peta Litologi Kota Semarang
17
Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011
Gambar 4.7 Peta Tataguna Lahan Kota Semarang
18
4.2.4. Jenis Tanah
Pada Gambar 4.6 Peta Litologi Kota Semarang dapat diketahui bahwa sebagian besar
wilayah Semarang bagian utara memikili jenis tanah aluvial (Aluvial dan Asosisasi Aluvial Kelabu).
Jenis tanah Aluvial memiliki tekstur geluh lempung pasiran dan geluh pasiran yang laju infiltrasinya
agak cepat sehingga cukup berpengaruh dalam terjadinya banjir rob di wilayah pesisir Kota
Semarang. Selain itu, tanah aluvial umumnya terdapat di daerah dataran banjir (flood plainis) dan
delta yang terdapat di sekitar sungai. Jenis tanah aluvial sangat cocok digunakan sebagai pertanian,
pertambakan, dan permukiman.
4.2.5. Tataguna Lahan
Pada Gambar 4.7 Peta Tataguna Lahan Kota Semarang dapat diketahui bahwa sebagian besar
wilayah Semarang bagian utara digunakan sebagai lahan permukiman dan pertambakan.
Berdasarkan hasil overlay curah hujan, kelerengan dan jenis tanah akan dihasilkan kesesuaian lahan,
dan penggunaan lahan di pesisir Kota Semarang sudah sesuai. Bobot penggunaan lahan cukup
berpengaruh terhadap terjadinya banjir rob di wilayah pesisir Kota Semarang. Selain itu, penggunaan
lahan di Kota Semarang dari tahun ke tahun mengalami perubahan yang mengarah dari pertanian
menjadi non pertanian, ini merupakan gejala wajar dari perkembangan kota.
4.3. Lokasi Rawan Banjir Rob
Penentuan titik lokasi rob dilakukan berdasarkan kondisi ketinggian wilayah yang
tergambarkan oleh garis kontur pada peta. Garis kontur merupakan garis khayal yang
menghubungkan titik-titik ketinggian yang sama dari permukaan laut. Sifat-sifat garis kontur yaitu
satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu, rangkaian garis kontur yang rapat dapat
menandakan permukaan bumi yang curam/ terjal, sebaliknya rangkaian yang renggang menandakan
permukaan bumi yang landai. Permukaan landai di daerah Kota Semarang bagian utara menunjukkan
bahwa topografi datar. Dipilih daerah dengan topografi datar karena Kota Semarang bagian utara
dan beberapa daerah dataran rendah telah mengalami peningkatan populasi dan urbanisasi dengan
cepat. Hal ini mengakibatkan meningkatnya jumlah bangunan akibat pertumbuhan penduduk yang
akan menyebabkan peningkatan beban bangunan sehingga terjadilah amblesan. Daerah yang perlu
adanya evakuasi, merupakan daerah rawan banjir dan sangat rawan banjir berdasarkan pada peta
kerawanan banjir Gambar 4.8 Peta Kerawanan Banjir Kota Semarang. Lokasi pada setiap kecamatan
sebagai penentuan awal lokasi rawan banjir rob diambil 1 sampel Kecamatan Tugu di Kelurahan
Tugurejo, Kecamatan Semarang Barat di Kelurahan Tambakharjo, Kecamatan Semarang Tengah di
Kelurahan Pandansari, Kecamatan Semarang Timur di Kelurahan Mlabaru, Kecamatan Genuk di
Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Gayamsari di Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Pedurungan di
Kelurahan Muktiharjo Kidul dan Semarang Utara di Kelurahan Bandarharjo.
19
Sumber: Analisis Kelompok 7B, 2015
Gambar 4.8 Peta Kerawanan Banjir Kota Semarang
20
Sumber: Analisis Kelompok 7B, 2015
Gambar 4.9 Peta Sampel Lokasi Banjir dan Lokasi Evakuasi Bencana Rob Kota Semarang
21
Sumber: Analisis Kelompok 7B, 2015
Gambar 4.10 Peta Rute Terdekat Jalur Evakuasi Bencana Rob Kota Semarang
22
4.4. Lokasi Evakuasi Bencana Banjir Rob
Penentuan titik evakuasi didasari oleh lokasi yang memiliki tingkat topografi landai hingga
agak curam. Dimana topografi tersebut dapat diketahui pula dari tingkat kerapatan antargaris kontur.
Lokasi dengan garis kontur yang rapat dan bebas dari kerawanan banjir rob merupakan lokasi yang
tepat untuk melakukan evakuasi. Pada laporan ini, terdapat dua titik lokasi evakuasi yaitu di
Kelurahan Tambakaji Kecamatan Ngaliyan dan Kelurahan Candi di Kecamatan Candisari. Tiga
lokasi tersebut merupakan lokasi paling dekat yang tidak rawan banjir rob sehingga diambil sebagai
lokasi evakuasi supaya kegiatan evakuasi dapat dilakukan secara lebih mudah dan cepat. Peta dapat
dilihat pada Gambar 4.9 Peta Sampel Lokasi Banjir dan Lokasi Evakuasi Bencana Rob Kota
Semarang.
4.5. Rute Terdekat Lokasi Rawan Banjir Rob ke Lokasi Evakuasi Bencana Banjir Rob
Dari hasil analisis dengan Weighted Overlay didapat peta rawan banjir Kota Semarang. Dari
peta tersebut dipilih sampel yaitu 8 titik lokasi rawan banjir rob dengan 2 titik lokasi evakuasi yang
dapat dilihat pada Tabel VI.2 Lokasi Rawan Banjir Rob dan Lokasi Evakuasi Bencana Banjir Rob
Tabel VI.2 Lokasi Rawan Banjir Rob dan Lokasi Evakuasi Bencana Banjir Rob
Nama Jalur
Kecamatan Rawan Banjir Rob Lokasi Evakuasi
Evakuasi
Kecamatan Tugu Kecamatan Ngalian Jalur Evakuasi 1
Kecamatan Semarang Barat Kecamatan Ngalian Jalur Evakuasi 2
Kecamatan Semarang Utara Kecamatan Candisari Jalur Evakuasi 3
Kecamatan Semarang Tengah Kecamatan Candisari Jalur Evakuasi 4
Kecamatan Semarang Timur Kecamatan Candisari Jalur Evakuasi 5
Kecamatan Gayamsari Kecamatan Candisari Jalur Evakuasi 6
Kecamatan Genuk Kecamatan Candisari Jalur Evakuasi 7
Kecamatan Pedurungan Kecamatan Candisari Jalur Evakuasi 8
Sumber: Analisis Kelompok 7B, 2015
Rute jalur evakuasi dan waktu yang ditempuh dalam proses evakuasi banjir rob dapat
dilihat pada Tabel VI.3 Rute Jalur Evakuasi dan Waktu Tempuh dengan menggunakan tools
network analyst. Dalam analisis tersebut diasumsikan bahwa jalan yang dipilih sesuai atribut pada
jalan yaitu bahwa jalur jalan yang dipilih adalah jalan yang diutamakan memiliki kondisi jalan yang
baik. Kemudian, diasumsikan juga bahwa jalan tersebut tidak terjadi kemacetan. Rute tersebut dipilih
sesuai dengan prinsip jarak yang terdekat dari origin ke destination.
23
Tabel VI.3 Rute Jalur Evakuasi dan Waktu Tempuh
Waktu
Nama Jalur
Rute Jalur Evakuasi Tempuh
Evakuasi
(menit)
Jalur Evakuasi 1 Jalan Hanoman Raya Krapyak – Jalan Jembawan
8.5
Raya – Jalan Pantura – Jalan Sunan Giri
Jalur Evakuasi 2 Jalan Re. Martadinata – Jalan Pantura – Jalan Sunan
8.3
Giri 4
Jalur Evakuasi 3 Jalan Re-Martadinata – Jalan Cumi-Cumi Raya –
Jalan Bandarharjo Selatan – Jalan Empu Tantular –
Jalan Pekojan – Jalan Mangunsarkoro – Jalan
11.3
Erlangga Timur – Jalan Singosari 2A – Jalan
Singosari (Kawasan Rumah Sakit Roemani
Muhammadiyah) – Jalan Jomblang
Jalur Evakuasi 4 Jalan Pemuda – Jalan Gajahmada – Simpang Lima
– Jalan Pahlawan – Jalan Sriwijaya – Jalan 7.2
Jomblang
Jalur Evakuasi 5 Jalan Brijen S. Sudiarto – Jalan Lamper Tengah –
6.7
Jalan Tentara Pelajar – Jalan Jomblanng
Jalur Evakuasi 6 Jalan Tanggungrejo 2 – Jalan Tanggungrejo Raya –
Jalan Kaligawe – Jalan Indragiri – Jalan Kartini – 9.7
Jalan Dr. Cipto – Jalan Sriwijaya – Jalan Jomblang
Jalur Evakuasi 7 Jalan Terboyo Industri 1 – Jalan Kaligawe – Jalan
Tanjung Mas – Jalan Brijen S. Sudiarto – Jalan
14.1
Lamper Tengah – Jalan Tentara Pelajar – Jalan
Jomblanng
Jalur Evakuasi 8 Jalan Karanginas – Jalan Tanjung Mas - Jalan
Brijen S. Sudiarto – Jalan Lamper Tengah – Jalan 8.6
Tentara Pelajar – Jalan Jomblanng
Sumber: Analisis Kelompok 7B, 2015
24
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada Bab IV Hasil Analisis dan Pembahasan maka
dapat disimpulkan pengembangan rute jalur evakuasi bencana banjir rob di wilayah pesisir Kota
Semarang adalah sebagai berikut.
Tabel V.1 Pengembangan Rute Evakuasi Bencana Banjir Rob Kota Semarang
Nama Waktu
Sampel Titik Rawan Sampel Titik
Jalur Rute Jalur Evakuasi Tempuh
Banjir Rob Lokasi Evakuasi
Evakuasi (menit)
Kelurahan
Jalur Jalan Hanoman Raya Krapyak – Jalan
Kelurahan Tugurejo, Tambakaji,
Evakuasi Jembawan Raya – Jalan Pantura – Jalan 8.5
Kecamatan Tugu Kecamatan
1 Sunan Giri
Ngalian
Kelurahan Kelurahan
Jalur
Tambakharjo, Tambakaji, Jalan Re. Martadinata – Jalan Pantura –
Evakuasi 8.3
Kecamatan Semarang Kecamatan Jalan Sunan Giri 4
2
Barat Ngalian
Jalan Re-Martadinata – Jalan Cumi-
Cumi Raya – Jalan Bandarharjo Selatan
Kelurahan – Jalan Empu Tantular – Jalan Pekojan
Jalur Kelurahan Candi,
Bandarharjo, – Jalan Mangunsarkoro – Jalan
Evakuasi Kecamatan 11.3
Kecamatan Semarang Erlangga Timur – Jalan Singosari 2A –
3 Candisari
Utara Jalan Singosari (Kawasan Rumah Sakit
Roemani Muhammadiyah) – Jalan
Jomblang
Kelurahan
Jalur Kelurahan Candi, Jalan Pemuda – Jalan Gajahmada –
Pandansari,
Evakuasi Kecamatan Simpang Lima – Jalan Pahlawan – Jalan 7.2
Kecamatan Semarang
4 Candisari Sriwijaya – Jalan Jomblang
Tengah
Jalur Kelurahan Mlbabaru, Kelurahan Candi, Jalan Brijen S. Sudiarto – Jalan Lamper
Evakuasi Kecamatan Semarang Kecamatan Tengah – Jalan Tentara Pelajar – Jalan 6.7
5 Timur Candisari Jomblanng
Jalan Tanggungrejo 2 – Jalan
Kelurahan
Jalur Kelurahan Candi, Tanggungrejo Raya – Jalan Kaligawe –
Tambakrejo,
Evakuasi Kecamatan Jalan Indragiri – Jalan Kartini – Jalan 9.7
Kecamatan
6 Candisari Dr. Cipto – Jalan Sriwijaya – Jalan
Gayamsari
Jomblang
Jalan Terboyo Industri 1 – Jalan
Jalur Kelurahan Candi, Kaligawe – Jalan Tanjung Mas – Jalan
Kelurahan Trimulyo,
Evakuasi Kecamatan Brijen S. Sudiarto – Jalan Lamper 14.1
Kecamatan Genuk
7 Candisari Tengah – Jalan Tentara Pelajar – Jalan
Jomblanng
Jalan Karanginas – Jalan Tanjung Mas -
Jalur Kelurahan Muktiharjo Kelurahan Candi,
Jalan Brijen S. Sudiarto – Jalan Lamper
Evakuasi Kidul, Kecamatan Kecamatan 8.6
Tengah – Jalan Tentara Pelajar – Jalan
8 Pedurungan Candisari
Jomblanng
Sumber: Analisis Kelompok 7B, 201
25
DAFTAR PUSTAKA
Apriliawan Setiya Ramadhany, A. A. (2012). Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang.
Journal of Marine Reserch, Volume 1, Nomor 2.
Arief L.N, P. B. (2011). Pemetaan Resiko Bencana Banjir Rob di Kota Semarang. The Frist
Conference on Geospatial Information Science and Engineering. Semarang: The Frist
Conference on Geospatial Information Science and Engineering.
BPS dan Bappeda Kota Semarang. (2012). Semarang Dalam Angka. Kota Semarang: BPS Kota
Semarang.
Chow, V. (1984). Hand Book of Applied Hydrology. New York: McGraw-Hill International Book
Company.
Dulbahri. (1992). Kemampuan Teknik Pengindraan Jauh Untuk Kajian dan Pemetaan Air Tanah di
Daerah Aliran Sungai Progo. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
Kurniawan, L. (2003). Kajian Banjir Rob di Kota Semarang Kasus: Dadapsari. Alami, Volume 8
Nomor 2.
Mayona, E. L. (2009). Arahan Pengembangan Kota Berbasis Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Kota
Garut, Jawa Barat). Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS. Surabaya:
Perencanaan Wilayah dan Kota ITS.
Meijerink, A. M. (1970). Photo-Interpretation in Hydrology A Geomorphological Approach.
Netherland: ITCEnshede.
Simanjuntak, S. F. (2011). Pola Ketahanan Aktivitas Ekonomi pada Kawasan Rawan Bencana Rob
dan Banjir Tahunan di Kota Lama Semarang. Semarang: Jurusan Perencanaan Wilayah dan
Kota, FT, Undip.
(1984). Patent No. SSK Mentan No. 837/KPTS/UM/1 1/1980 danNo. 683/KPTS/UM/8/1982.
(2007). Patent No. Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
26