Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma fisik terjadi pada 1 dalam 12 kehamilan dan akibatnya dapat
berakibat serius pada wanita, janin atau keduanya. Kecelakaan kendaraan
bermotor merupakan penyebab utama terjadinya trauma selama kehamilan,
yang diikuti dengan jatuh atau penyerangan langsung pada abdomen akibat
pemukulan pada situasi penganiayaan fisik. Rata-rata kunjungan ke unit gawat
darurat akibat trauma selama kehamilan berkisar antara 24 dari 1.000
persalinan, trauma abdominal mayor terjadi pada 0,62 dari 1.000 kehamilan.
Tingkat keparahan, frekuensi, dan waktu awitan semua komplikasi ini
berkaitan dengan tipe dan lokasi terjadinya cedera, usia gestasional dan
keparahan cedera tersebut. Trauma selama kehamilan dihubungkan dengan
peningkatan resiko terjadinya abortus spontan, persalinan preterm, solusio
plasenta, bayi lahir mati dan transfusi fetomaternal. Ruptur uterus dan cedera
janin secara langsung merupakan keadaan yang jarang terjadi,tetapi merupakan
komplikasi trauma yang mengancam jiwa.
Trauma abdominal dapat berakibat fatal bagi wanita dan janin terutama dapat
mempengaruhi janin. Pukulan langsung pada abdomen maternal tanpa adanya
cedera terbuka pada maternal, akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau
penyerangan, mungkin tidak berdampak besar bagi wanita tapi memiliki
signifikasi yang sangat besar terhadap kesejahteraan dan kemampuan janin
untuk bertahan hidup.
Ketika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, janin terletak jauh didalam
panggul,dan resiko terjadinya solusio akibat trauma berkurang. Pada usia
kehamilan yang lebih lanjut, janin dan plasenta terletak lebih tinggi mendekati
abdomen dan lebih rentan terhadap efek trauma. Bahkan kekuatan yang sangat
kecil sekalipun pada abdomen cukup mampu merobek pelekatan plasenta
menjauhi lapisan desidua basalis. Efek yang merugikan selalu mungkin terjadi
akibat trauma abdomen, tanpa melihat usia kehamilan. Hal inilah yang
melatarbelakangi kami untuk membuat makalah mengenai trauma selama
kehamilan.

1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mahasiswa
diharapkan mampu memahami konsep dengan trauma selama kehamilan.

2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus makalah ini adalah mahasiswa diharapkan mampu:
a. Memahami konsep dasar dari trauma selama kehamilan
b. Memahami definisi trauma selama kehamilan
c. Memahami klasifikasi dari trauma selama kehamilan
d. Merumuskan diagnosa pada klien dengan trauma selama kehamilan
e. Menentukan rencana tindakan untuk klien dengan trauma selama
kehamilan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Manusia


Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan
alat reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
1. Alat genitalia wanita bagian luar

a. Mons veneris / Mons pubis


Mons veneris atau mons pubis disebut juga gunung venus merupakan
bagian yang menonjol dibagian depan simfisis terdiri dari jaringan
lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut
yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks.
b. Bibir besar (Labia mayora)
Bibir besar (Labia mayora) merupakan kelanjutan dari mons veneris
berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan
agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah
bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari:

3
c. Bibir kecil (Labia minora)
Bibir kecil (Labia minora) merupakan lipatan kulit yang panjang,
sempit, terletak dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa
rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu dengan
fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris
Klitoris merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama
klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk
seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris
dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum
yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia,
panas, dan friksi.
f. Perinium
Perineum merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan
perinium.
g. Himen (Selaput dara)
Hymen (Selaput dara) merupakan jaringan yang menutupi lubang
vagina bersifat rapuh dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga
menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan uterus dan darah saat
menstruasi.

4
2. Alat genitalia wanita bagian dalam

a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm,
sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan
rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran
muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva.
Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter
ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan. Pada
dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan
terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol
serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam
vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi
empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik
sinistra.
b. Uterus
Uterus merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal,
muskular, pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer
terbalik yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan
rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan,

5
licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus
uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal
tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi
kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk
silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup
peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum
berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada
dinding rahim. Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium.
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua
lembar ligamentum latum. Batasan parametrium
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii

B. Konsep Dasar Trauma Selama Kehamilan


1. Pengertian Trauma Kehamilan
Trauma adalah tekanan yang ditimbulkan baik oleh benda tajam
maupun benda tumpul yang dapat mencederai janin maupun ibu itu sendiri.
Trauma abdominal dapat berakibat fatal bagi wanita dan janin terutama
dapat mempengaruhi janin. Pukulan langsung pada abdomen maternal
tanpa adanya cedera terbuka pada maternal, akibat kecelakaan kendaraan

6
bermotor, jatuh atau penyerangan, mungkin tidak berdampak besar bagi
wanita tapi memiliki signifikasi yang sangat besar terhadap kesejahteraan
dan kemampuan janin untuk bertahan hidup.
2. Klasifikasi Trauma Kehamilan
a. Berdasarkan derajat keparahan
1) Trauma minor
Sebagian besar trauma (rata-rata 75% sampai 85%) yang
dialami oleh wanita hamil merupakan trauma minor. Trauma minor
meliputi memar yang terbatas, laserasi dan kontusio, biasanya akibat
jatuh atau pukulan pada abdomen dan kadang akibat kecelakaan
kendaraan bermotor. Bahkan ketika cedera yang terjadi pada ibu
minor, cedera pada plasenta dan janin dapat menyebabkan kematian
janin.
Insidensi terjadinya trauma minor meningkat seiring dengan
usia kehamilan, dengan insidensi jatuh sekitar 80% yang terjadi
setelah usia kehamilan 32 minggu. Wanita hamil sering jatuh selama
trimester kedua akibat pembesaran abdomen yang mempengaruhi
keseimbangan, keletihan, hipotensi, hiperventilasi, dan kekenduran
pada sendi pelvic. Trauma akibat penyerangan (pukulan pada
abdomen) sangat jarang terjadi pada usia kehamilan 36 minggu,
kemungkinan terjadi akibat stigma sosial yang berhubungan dengan
pemukulan pada wanita yang benar-benar terlihat hamil.
2) Trauma mayor
Trauma sedang sampai mayor bisa berupa patah tulang
panjang, patah tulang iga, dan memar, serta laserasi dan benturan
yang luas. Sekitar 9% sampai 10% cedera yang terjadi pada wanita
hamil merupakan trauma sedang, sedangkan 2% sampai 3%
merupakan trauma mayor dan kondisi kritis. Wanita yang mengalami
trauma mayor sering kali berada dalam kondisi sakit yang kritis saat
mereka dibawa ke unit gawat darurat di rumah sakit. Kematian
maternal biasanya diakibatkan oleh cedera didaerah kepala dan dada
ketimbang trauma abdominal. Penyebab utama terjadinya kematian
janin akibat trauma adalah kematian maternal. Sebagian besar
kematian janin pada wanita yang dapat bertahan hidup adalah akibat

7
solusio plasenta yang disebabkan oleh syok maternal atau adanya
kerusakan plasenta atau uterus.
Persalinan preterm merupakan masalah umum, yang terjadi
pada sekitar 20% wanita hamil yang mengalami trauma sedang
sampai mayor. Kontraksi setelah adanya trauma pada abdomen lazim
terjadi, yang disebabkan oleh kontusio uterus dengan ekstravasasi
darah dari kapiler miometrium dan kemudian iritabilitas. Ketika
eksrtavasasi darah diserap kembali maka iritabilitas uterus akan
berkurang. Pada sekitar 90% wanita, kontraksi akan berhenti tanpa
pemberian tokolisis, obat-obatan yang digunakan untuk mencegah
terjadinya persalinan preterm. Walaupun demikian, tokolisis dapat
menutupi aktifitas uterus pada keadaan solusio plasenta, yang
menimbulkan peningkatan ancaman terhadap kemampuan janin untuk
bertahan hidup.
Transfusi fetomaternal terjadi pada sekitar 30% cedera
abdomen mayor selama kehamilan, terutama ketika plasenta terletak
dibagian depan. Pecah ketuban dan abnormalitas denyut jantung janin
juga dapat terjadi, sering kali bersamaan dengan persalinan preterm
atau solusio plasenta.
b. Berdasarkan penyebab
1) Luka akibat benda tumpul
2) Trauma toraks
Trauma dada dilaporkan menghasilkan 25% dari seluruh
kematian trauma. Hasil memar paru dari hampir 75% dari trauma
toraks tumpul dan merupakan kondisi yang berpotensi mengancam
nyawa. memar paru bisa sulit untuk mengenali, terutama jika flail
chest juga hadir atau jika tidak ada bukti cedera dada. itu harus
dicurigai pada kasus cedera dada, terutama setelah percepatan tumpul
atau trauma deselerasi seperti itu occuring ketika kendaraan bergerak
cepat menabrak sebuah obyek bergerak. luka menembus ke dada
dapat menyebabkan pneumotoraks atau hemotoraks. jenis cedera
biasanya disebabkan oleh kecelakaan kendaraan yang mengakibatkan
penyulaan oleh kolom kemudi atau artikel lepas di kendaraan yang

8
menjadi projactile dengan kekuatan dampak. luka tusukan di dada
juga dapat terjadi sebagai akibat kekerasan
3) Luka tembak
Wanita hamil sering masuk di unit gawat darurat setelah
mereka mengalami luka tembak pada abdomen. Ketika terjadi
pembesaran uterus selama kehamilan maka saat itu pula terjadi
peningkatan kerentanan terhadap cedera akibat luka tembak. Sistem
otot pada uterus yang semakin membesar relatif lebih padat sehingga
sebagian besar kekuatan dari peluru akan terserap oleh otot. Cedera
pada organ tubuh yang lain relatif jarang terjadi. Kesakitan dan
kematian maternal akibat luka tembak rendah.
Selain cedera langsung pada janin, peluru juga dapat melukai
tali pusat, membrane, maupun plasenta. Kematian perinatal yang
disebabkan oleh luka tembak selama kehamilan berkisar antara 47%
sampai 70%. Kematian perinatal kemudian sangat bervariasi dari 41%
sampai 71%, jika dibandingkan dengan kematian maternal, yang
berjumlah kurang dari 5% dari semua kasus trauma tembus.
Setelah cedera luka tembak pada uterus yang membesar, nyeri
tekan pada abdomen sering kali terjadi kemudian dibandingkan
dengan yang mungkin dialami pada keadaan tidak hamil. Spasme otot
dan kekuatan otot sering kali berkurang atau bahkan tidak ada.
Perubahan tanda-tanda vital mungkin tidak akan terlihat sampai
pengurangan volume darah maternal sebanyak 35% yang berkaitan
dengan adanya hipervolemia normal pada kehamilan. Resiko trauma
pada janin dapat sangat berat karena tubuh ibu akan mempertahankan
homeostatis yang merugikan janin dengan cara mengurangi aliran
darah uteroplasenta.
3. Etiologi Trauma Kehamilan
Ada banyak faktor yang menyebabkan trauma pada wanita hamil,
terlebih karena faktor eksternal. Antara lain :
a. KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga )
Saat terjadi pertengkaran atau perselisihan dalam rumah
tangga, sering kali ibu hamil menjadi korban pukulan atau kekerasan
yang mempunyai dampak pada kandungannya. Contoh yang sering

9
terjadi adalah pukulan langsung ke perut maupun tidak sengaja
terjatuh.
b. Kecelakaan kendaraan bermotor
Kecelakaan ini sering member dampak trauma pada
kandungan ibu hamil secara idak sengaja dan hal ini dapat
mengakibatkan dampak yang ringan maupun berat. Dampak ringan
dapat berupa memar, laserasi, dan kontusio. Sedangkan dampak yang
lebih berat berupa patah tulang panggul dan patah tulang rusuk.
c. Jatuh
d. Luka tembak
e. Faktor Resiko Trauma Kehamilan
Kehamilan itu sendiri, usia yang lebih muda, penggunaan narkoba,
dan sejarah penyimpangan perilaku kekerasan oleh pasangan intim.
1) Usia kehamilan
2) Budaya
3) Lingkungan yang membahayakan
4) Fasilitas yang kurang memadahi
4. Patogenesis Trauma Kehamilan
a. Trauma minor
Walaupun trauma ini termasuk pada trauma minor (ringan)
tetapi dapat berpengaruh pada janin. Misalkan pada saat terjatuh atau
terpeleset, lalu si ibu mengalami syok atau setidaknya kaget. Perasaan
inlah yang yang dapat berdampak pula pada janin. Karena kondisi
syok dapat mempengaruhi sirkulasi makanan dan oksigen ke janin
yang selnjutnya akan mempengaruhi tumbuh kembang janin.
b. Trauma mayor
Berupa cedera yang ditimbulkan seperti perdarahan, pecahnya
ketuban, atau terjadinya kontraksi sebelum waktunya. Umumnya
trauma langsung membutuhkan penanganan yang lebih cepat karena
dapat membahayakan janin dan ibunya.
5. Komplikasi Trauma Kehamilan
a. Abruptio plasenta : Lepasnya plasenta sebelum waktunya
b. Luka abdomen ( blunt abdominal pain / trauma )
c. Kelahiran prematur ( preterm labor )

10
d. Trauma atau luka langsung janin ( direct fetal injury )
e. Ruptur rahim ( uterine rupture ) yang lbh diperbanyak, tanda dan
gejala
f. Perdarahan janin dan ibu (fetal maternal hemorrage – FMH)
g. Memar dan kontusio pada ibu hamil
h. Ketuban pecah dini
6. Manajemen Penanganan Trauma Kehamilan
a. Survei ABC:
1) Airway ( jalan napas)
2) Breathing (pernapasan) karena letak atau posisi diafragma berada
lebih atas daripada wanita yang tidak hamil.
3) Circulation (sirkulasi atau aliran darah ibu) jangan sampai
menghambat vena cava, posisikan untuk miring atau fowler. Hal
yang perlu diwaspadai adalah kontrol adanya problem perdarahan
b. Tanda ruptur organ yang umum:
1) Guarding
2) Nyeri tekan yang kuat
3) kekakuan ( rigiditas ), mungkin hanya merupakan respon terhadap
peregangan dinding abdomen.
4) Apabila wanita diperiksa dalam posisi supine, ia akan mengalami
hipotensi dan nilai sistoliknya 80 mm Hg. Mengubah posisi wanita
ke posisi lateral atau mengubah posisi janin meningkatkan nilai
sistolik sampai lebih dari 100 mg Hg.
c. Lakukan resusistasi atau menstabilkan kondisi si ibu seoptimal
mungkin. Hal tersebut sudah akan menambah jaminan keselamatan
janin dalam kandungan.
d. Evaluasi pengaruh trauma terhadap keadaaan janin salah satunya bisa
diketahui dengan memonitor denyut nadi janin. Begitu juga
perlu perhatian khusus terhadap kondisi janin jika si ibu mengalami
kasus seperti perdarahan per vaginam, solusio plasenta , nyeri yang
tiba-tiba di bagian bawah perut, nyeri yang hebat diseluruh perut
bagian tanda terjadinya robekan lapisan rahim serta kejang-kejang yang
disertai dengan hipertensi sebagai tanda-tanda terjadi eklamsia.

11
e. Jauhkan uterus dari vena cava, supaya tidak terjadi kasus trauma akibat
dari luka tusukan, maka harus dilakukan pemeriksaan radiologi.
7. Pemeriksaan Diagnostik Trauma Kehamilan
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk deteksi dini akibat
traumakehamilan, yaitu antara lain:
a. USG (Ultrasonography)
Ultrasonography selama ini dikenal masyarakat sebagai alat
kedokteran untuk memeriksa kehamilan. Dengan menggunakan
gelombang suara, USG mampu memperlihatkan kondisi janin selama
dalam kandungan, apakah memiliki pertumbuhan normal ataukah
abnormal, termasuk juga untuk mengetahui jenis kelaminnya. Melalui
USG dokter menjadi lebih mudah untuk mempelajari bentuk serta
ukuran anatomis, gerak serta hubungan jaringan dengan sekitarnya.
Karena setelah dibandingkan dengan alat penunjang pemeriksaan
lainnya, USG memiliki beberapa keunggulan untuk membantu dokter
dalam mendiagnosa pasiennya secara cepat, aman, invasif dengan
nilai diagnostik yang tinggi.
USG sebenarnya dapat dipergunakan sebagai alat penunjang
diagnosis untuk mengetahui gangguan fungsi hati, ikterus ( kuning ),
hipertensi portal, dugaan malignitas hepar primer maupun
sekunder/metastase, gangguan fungsilemak, sakit atau nyeri perut
kanan atas baik akut maupun yang menahun.Selain itu juga dapat
untuk mengetahui sindrom dyspepsia atau gejala – gejala adanya
kelainan dari saluran pencernaan, intoleransi terhadap makanan,
dugaan terhadap batu empedu, adanya gejala – gejala pakreatitis akut
ataukronik, dugaan tumor pankreas, kecurigaan metastase keganasan
terutama limfoma, gagal ginjal, hematuria, kemungkinan tumor ginjal,
infeksi saluran kemih, nyeri daerah ginjal dan buli – buli, trauma
ginjal, kecurigaan anomaly congenital.
b. DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)
DPL ini dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan
pada rongga usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat sangat
membantu tetapi DPL ini hanyalah alat diagnostik. Apabila ada suatu

12
keraguan, lakukan laparotomi. Adapun indikasi yang digunakan untuk
melakukan DPL adalah sebagai berikut:
1) Nyeri abdomen yang tidak diketahui sebabnya
2) Trauma pada bagian bawah dada
3) Hipotesis, jika hematokrit turun tanpa sebab yang jelas
4) Pasien dengan cedera abdominal dengan gangguan kesadaran
(obat, alkohol, cidera otak)
5) Pasien cedera abdominal dan medulla spinalis (sumsusm tulang
belakang)
6) Patah tulang pelvis
c. CT Scan (Computed Tomography)
CT scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
mendapatkangambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak
dan otak Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya
dugaan yangkuat antara suatu kelainan, yaitu :
1) Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses
2) Perubahan vaskuler: malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan
infark.
3) Brain constusion
4) Hydrocephalus
5) Inflamasi
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI dilakukan untuk mengevaluasi:
1) Organ dada dan perut termasuk jantung, hati, saluran empedu,
ginjal, limpha dan pankreas serta kelenjar adrenalin.
2) Organ panggul termasuk pada organ reproduksi pada pria
(prostat dan testikel) dan perempuan (rahim, leher rahim, dan
ovarium).
3) Pembuluh darah ( MR angiografi )
e. Ultrasonogram dan monitoring detak jantung janin
Pasien muda yang sehat lebih mudah terkena shock yang
berpengaruh ke sistem kardiovaskular. Ultrasonogram obstetri dapat
menunjukkan usia kehamilan dan posisi janin serta plasentanya.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa USG dan Fetal Heart Rate

13
Monitoring adalah suatu kombinasi paling efektif untuk mendeteksi
komplikasi akibat trauma pada ibu hamil.
f. Kheihauer - betke test dan Tes Laboratoriumi
Tes ini digunakan untuk mendeteksi adanya sel darah janin di
serum ibunya. Jika Rh negatif maka tetap mungkin terjadi perdarahan.
Solusinya tetap ada pemberian Rh Immunoglobulin. Namun di sisi
lain terdapat pula studi yang menyatakan tes ini hanya mempunyai
keefektifan yang rendah dalam kejadian trauma yang akut.
8. Pencegahan Trauma Kehamilan
 Banyak kasus trauma dapat dicegah. Pasien dinasehati
mempergunakan penahan pangkuan–bahu (lap–shoulder–restraints)
karena lebih dapat melindungi janin daripada penahan pangkuan (lap
restraints) saja. Fleksi tubuh yang ekstrim yang terjadi dengan
pemakaian sabuk pengaman pangkuan (lap seat belt) pada penurunan
kecepatan dengan tiba-tiba menaikkan kejadian solusio plasenta.
Identifiksi pasien yang beresiko mengalami penganiayaan oleh suami
bisa mencegah kasus traum pada ibu dengan menawarkan konsultasi,
perlindungan, atau intervensi hukum. Penganiayaan oleh suami harus
diduga bila ada tanda–tanda kerusakan tersembunyi di bawah pakaian
atau kerusakan pada wajah dan kepala disertai oleh bekas – bekas
kerusakan “mempertahankan dir” yang baru atau yang lama pada
lengan bawah atau tangan.
 Intervensi di mulai dengan upaya pencegahan. Wanita hamil di beri
konseling untuk menghentikan aktivitas yang membutuhkan
keseimbangan dan koordinasi, untuk menggunakan restrein tempat
duduk di mobil dengan benar, untuk, untuk mengenali gejala dini
yang yang merugikan, dan ubtuk mencari terapi segera. Apabila
wanita di hospitaliisasi hanya untuk diobservasi, ia akan dilibatkan
dalam pengkajian tanda dan gejala komplikasi.
 Pada kasus trauma minor, wanita di rawat dirumah sakit dan
dievaluasi untuk melihat hal – hal berikut: Perdarahan pervaginam,
iritabilitas uterus, nyeri tekan abdomen, nyeri atau kram abdomen,
bukti hipovalemia, perubahan frekuensi denyut jantung janin, aktivitas

14
janin, kebocoran cairan amnion, dan keberadaan sel – sel janin dalam
sirkulasi matenal.
 Perawatan trauma segera dilakukan dengan memberi perhatian utama
pada ABC. Sementara hipoksia dan hipovalemia dikoreksi, waniat
harus ditransfer ke pusat trauma disertai tindakan antisipasi untuk
neonatus dan obstetri jika memungkinkan. Selama transfer, instruktur
persalinan harus mewaspadai terjadinya sindron autokaval (hipotensi
supine). Wanita harus ditempatkan pada possisi miring atau uterus
harus digeser kesamping dengan alat penggeser uterus atau dengan
menggunakan sebuah bantal yang ditempatkan dibawah pinggul
kanan wanita. Hipotensi harus dihindari untuk mencegah gangguan
curah jantung, yang kemudian diikuti penurunan aliran darah ke
uterus.
9. Prognosis Trauma Kehamilan
Trauma selama kehamilan berkaitan erat dengan peningkatan resiko
terjadinya aborsi spontan, persalinan preterm, solusio plasenta, transfusi
fetomaternal, dan bayi lahir mati. Hasil akhir yang merugikan segera
terjadi pada 20% kelompok dan termasuk solusio plasenta , pecah ketuban,
awitan persalinan, atau kematian janin.

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat kehamilan
a. Riwayat kehamilan gravida, jumlah abortus, jumlah anak hidup, prenatal
education secsio secaria, lama persalinan, lahir mati, premature, usia
kehamilan dan BBL.
b. Riwayat genekologi infeksi,operasi, usia menarche dan siklus mens,
seksualitas, KB.
c. Riwayat kesehatan, berat badan, golongan darah dan Rh, dalam
pengobatan (atas resep dokter/ tidak), kebiasaan merokok,
alkohol,caffeine,obat alergi, resiko teratogenik selama kehamilan, infeksi
medikasi radiografi, toxin dirumah/tempat kerja, status medik (DM,
ginjal, congenital), imunisasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga : cancer, DM, kehamilan kembar, cacat
bawaan/keturunan.
e. Riwayat pekerjaan : tipe pekerjaan, paparan tehadap zat berbahaya.
f. Riwayat ayah bayi : usia, masalah kesehatan, tipe golongan darah,
kelainan kongenital, pekerjaan, perilaku selama kehamilan.
g. Personal information : ras, budaya, agama, penghasilan, support sistem,
penggunaan pelayanan kesehatan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadekuatan jalanan nafas
b. Frekuensi pernafasan
c. Status jantung dan pembuluh darah
d. Keluasan cedera yang terjadi
e. Adanya solusio plasenta
f. Perdarahan per vaginam
g. Nyeri abdomen

16
B. Diagnosa keperawatan

 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (trauma) d.d klien mengeluh
nyeri, tampak meringis
 Gangguan integritas jaringan b.d faktor mekanis d.d adanya luka
terbuka
 Ansietas b.d krisis situasional d.d klien merasa khawatir, tampak
gelisah, tegang
 Resiko cedera maternal d.d riwayat trauma (abdomen)
 Resiko hipovolemik d.d kehilangan cairan secara aktif (perdarahan
masif)
 Resiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
(jaringan kulit rusak;luka terbuka)

17
C. Intervensi keperawatan
 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (trauma) d.d klien mengeluh nyeri,
tampak meringis
˗ Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
yang dialami pasien terkontrol/berkurang sampai hilang
˗ KH :
 Pasien melaporkan nyeri berkurang
 Pasien tampak rileks
 TTV dalam batas normal
 Pasien dapat menggunakan teknik non farmakologi untuk
menangani nyeri
Intervensi Rasional
1. Kaji nyeri dengan 1. Mempengaruhi
menggunakan metode pilihan/pengawasan
PQRST keefektifan intervensi
2. Kaji tanda tanda vital pasien 2. Mengetahui tanda-tanda vital
3. Berikan tindakan untuk menentukan intervensi
kenyamanan, misalkan selanjutnya
perubahan posisi 3. Tindakan alternatif untuk
4. Ajarkan menggunakan teknik mengontrol nyeri
non farmakologi (relaksasi 4. Memfokuskan kembali
atau distraksi) perhatian, meningkatkan rasa
5. Berikan lingkungan yang kontrol dan dapat mengontrol
nyaman nyeri
6. Kolaborasi pemberian 5. Menurunkan stimulasi nyeri
analgesik 6. Dibutuhkan untuk
menghilangkan spasme/nyeri
otot

 Gangguan integritas jaringan b.d faktor mekanis d.d adanya luka


terbuka
˗ Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integrita
jaringan kulit yang sehat dapat dipertahankan

18
˗ KH : Tidak ada tanda-tanda infeksi, Luka bersih tidak lembab dan
tidak kotor, TTV dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1.Kaji kulit dan identifikasi pada tahap 1.mengetahui tingkat kerusakkan
perkembangan luka kulit klien
2.kaji lokasi,ukuran,warna,bau,serta 2.mengkaji resiko terjadinya infeksi
jumblah dan tipe cairan luka. 3.mengontol tanda-tanda infeksi
3.pantau peningkatan suhu tubuh 4.membantu proses penyembuhan
4.Berikan perawatan luka dengan luka dan menjaga agar luka kering
teknik aseptic dan bersih
5.kolaborasi pemberian antibiotic 5.membunuh mikroba penyebab
sesuai indikasi infeksi

 Ansietas b.d krisis situasional d.d klien merasa khawatir, tampak


gelisah, tegang
 Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama diharapkan
klien tidak mengalami kecemasan.
˗ KH : Kecemasan pada klien berkurang sampai hilang, klien tampak
rileks
Intervensi Rasional
1. Dengarkan penyebab kecemasan 1. Klien dapat mengungkapkan
klien dengan penuh perhatian penyebab kecemasannya sehingga
2. Observasi tanda verbal dan non perawat dapat menentukan tingkat
verbal dari kecemasan klien kecemasan klien dan menentukan
3. Menganjurkan keluarga untuk tetap intervensi untuk klien selanjutnya.
mendampingi klien 2. mengobservasi tanda verbal dan
4. Mengurangi atau menghilangkan non verbal dari kecemasan klien
rangsangan yang menyebabkan dapat mengetahui tingkat kecemasan
kecemasan pada klien yang klien alami.
5.Meningkatkan pengetahuan klien 3. Dukungan keluarga dapat
mengenai Trauma Kehamilan memperkuat mekanisme koping
6.Menginstruksikan klien untuk klien sehingga tingkat ansietasnya
menggunakan tekhnik relaksasi berkurang

19
4. Pengurangan atau penghilangan
rangsang penyebab kecemasan dapat
meningkatkan ketenangan pada klien
dan mengurangi tingkat
kecemasannya
Coping enhancement
5. Peningkatan pengetahuan tentang
penyakit yang dialami klien dapat
membangun mekanisme koping klien
terhadap kecemasan yang dialaminya
6. tekhnik relaksasi yang diberikan
pada klien dapat mengurangi ansietas

 Resiko cedera maternal d.d riwayat trauma (abdomen)


˗ Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ibu dan
janin tidak mengalami cedera
˗ KH : TTV ibu dan janin dalam batas normal, tidak terjadi distress
janin
Intervensi Rasional
1. observasi tekanan darah dan nadi 1. penurunan dan peningkatan denyut
klien nadi terjadi pada sindroma vena cava
2.observasi perubahan frekuensi dan sehingga klien harus di monitor
pola denyut nadi ibu dan janin secara teliti.
3. jelaskan resiko terjadinya distress 2.penurunan frekuensi plasenta
janin/ kematian janin pada ibu akibat mengurngi kadar O2 dalam janin
trauma yang dialami sehingga menyebabkan perubahan
4. hindari tidur terlentang di anjurkan frekuensi jantung janin.
tidur ke posisi kiri/kanan 3. klien mengerti dan kooperatif pada
5. kolaborasi dengan dokter untuk tindakan
pemberian O2 jika terjadi tanda- 4.tekanan uterus pada vena cava
tanda fetal distress dan rencana terapi aliran darah ke jantung sehingga
lainyya terjadi perfusi jaringan
5. meningkatkan O2 pada janin

20
 Resiko hipovolemik d.d kehilangan cairan secara aktif (perdarahan
masif)
˗ Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawtan diharapka
kenyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh
˗ KH :- terjadi peningkatan asupan cairan minimal 2000 ml
perhari(kecuali ada kontraindikasi
- menjelaskan perlunya meningkatkan asupan cairan pada saat
stress /cuaca panas
- mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal
- tidak menunjukan tanda-tanda dehidrasi
Intervensi Rasional
1) Kaji tanda-tanda vital dan 1) Untuk mengidentifikasi
keseimbangan cairan klien deficit volume cairan
2) Pantau kondisi umum klien, 2) Mengidentifikasi keadaan
turgor kulit dan kelembapan dehidrasi/hipovolemi
mukosa 3) Cara parentral membantu
3) Kolaborasi pemberian cairan memenuhi kebutuhan nutrisi
parentral sesuai indikasi tubuh
4) Kolaborasi pemberian 4) Menggantikan darah yang
Transfusi darah bila perlu keluar

 Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (jaringan


kulit rusak;luka terbuka)
˗ Tujuan :setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24jam diharapkan
˗ tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
˗ KH :-klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Intervensi Rasional
 monitor tanda-tanda infeksi  mengevaluasi dan mengetahui
pada luka munculnya infeksi
 Cuci tangan sebelum dan  mencuci tangan dengan benar
sesudah kontak dengan klien dapat mencegah infeksi
 Ajarkan keluarga dan pasien  klien dapat mengetahui
cara mencuci tangan yang mencuci tangan dengan benar

21
benar dan dapat berperan mencegah
 Anjurkan keluarga menjaga infeksi
kebersihan lingkungan sekitar  kebersihan lingkungan pasien
pasien dapat mencegah terjadinya
 jelaskanakan pada keluarga infeksi nosokomial
tentang penularan infeksi  penjelasan yang adekuat dapat
 kolaborasi dengan ahli gizi membuat pengetahuan pasien
untuk meningkatkan nutrisi bertambah dan membuat
pasien pasien lebih kooperatif saat
dilakukan tindakkan
keperawatan.
 nutrisi dapat meningkatkan
daya tahan tubuh pasien
terhadap infeksi

22
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Kehamilan merupakan waktu yang sangat istimewa yang dialami oleh
setiap wanita di dunia. Kejadian trauma saat kehamilan sering terjadi pada
ibu dengan KDRT, kecelakaan bermotor, jatuh dan lain sebagainya. Situasi
ini dapat memengaruhi kondisi fisik dan psikologi ibu yang juga berdampak
buruk bagi janin yang dikandungnya. Perlunya perhatian khusus pada masa-
masa kehamilan merupakan hal yang paling penting demi keselamatan ibu
dan janin.

B. Saran
Sebagai perawat yang juga berperan dalam memenuhi kebutuhan ibu dan
janin secara komprehensi bio, psiko, social, dan spiritual. Diharapkan dapat
memperhatikan proses pemberian asuhan keperawatan secara professional
dengan memerhatikan kode etik yang ada.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bobak dkk. 2005. Buku Ajar keperawatan maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
Purwaningsih, Wahyu & Fatimah, S. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika
https://www.scribd.com/document/261033282/Asuhan-Keperawatan-
Trauma-Kehamilan
http://p2t.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/article/view/555
http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/309

24

Anda mungkin juga menyukai