Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


27 Maret 2015, hampir tiga tahun lalu, Indonesia dikejutkan dengan kematian Olga Syahputra, salah
satu komedian paling besar yang pernah dipunyai negeri ini. Meski sempat absen setahun lebih dari
layar kaca dan diketahui diserang penyakit misterius, kepergian Olga tetap membuat satu negeri terkejut
dan berkabung berminggu-minggu. Setidaknya, kabar itu terus menjadi kepala berita di sejumlah media
sampai sepekan lebih. Banyak spekulasi tentang sakit Olga, sebab tak pernah ada kabar resmi yang
menyebutkan nama penyakitnya. Orang-orang cuma tahu suhu tubuh Olga tak teratur, membuatnya
sering demam tinggi dan kelelahan. Olga juga sering diserang pusing mahadahsyat yang membuatnya
nangis histeris. Setelah kabar kematiannya berhembus, barulah sebuah nama penyakit disebut-sebut jadi
penyebab kepergian komedian berusia 32 tahun itu. Namanya meningitis.
Bagi sebagian orang Indonesia, penyakit ini bisa jadi asing di kuping. Ketimbang malaria, demam
berdarah, dan jenis penyakit tropis lainnya, meningitis memang tak begitu populer di sini. Tapi, sebagai
jenis penyakit infeksi, meningitis adalah satu di antara penyakit infeksi saraf paling mematikan yang
sering jadi ancaman bagi negeri maju maupun berkembang, seperti Indonesia.
Sekitar 1,2 juta kasus meningitis bakteri terjadi setiap tahunnya di dunia, dengan tingkat kematian
mencapai 135.000 jiwa.
Wabah meningitis terbesar dalam sejarah dunia dicatat WHO terjadi pada 1996–1997 yang
menyebabkan lebih dari 250.000 kasus dan 25.000 kematian. Epidemi terparah pernah menimpa Afrika
bagian Sahara dan sekitarnya selama satu abad. Angkanya sampai 100 hingga 800 kasus pada 100 ribu
orang. Di Indonesia sendiri, menurut data Kementerian Kesehatan Indonesia, pada 2010 jumlah kasus
meningitis terjadi pada laki-laki mencapai 12.010 pasien, pada wanita sekitar 7.371 pasien, dan
dilaporkan pasien yang meninggal dunia sebesar 1.025. Di RSUD Dr. Soetomo pada 2010 terdapat 40
pasien didiagnosis meningitis. Sebanyak 60 persen laki-laki dan 40 persen wanita. Dari angka itu,
dilaporkan 7 pasien meninggal dunia. Pada tahun 2011, dilaporkan ada 36 pasien didiagnosis
meningitis. Sekitar 67 persenpasien laki-laki dan sekitar 33 persen wanita. Sebelas di antaranya
meninggal dunia. Jelas, angka ini menunjukkan bahwa penyebaran pasien yang didiagnosis meningitis
tiap tahunnya hampir merata. Melihat adanya risiko kematian yang kerap belum bisa
terprediksi menunjukkan betapa kritikalnya penanganan yang dibutuhkan pasien penyakit ini.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang ada dapat ditarik rumusan masalah :
1 Bagaimanakah konsep dasar teori Meningitis ?
2 Bagaimanakah proses keperawatan klien dengan Meningitis

1|A S K E P M E N I N G I TI S
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah sederhana ini adalah :
1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Gawat Darurat 2
2 Untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai penyakit Meningitis
3 Untuk menjelaskan proses keperawatan yang dilakukan pada klien dengan Meningitis

2|A S K E P M E N I N G I TI S
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column
yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges, lapisan yang tipis/encer yang
mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau
protozoa yang dapat terjadi secara akut dan kronis. (Harsono, 2000).
Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus meningitis berasal
dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat berpindah melalui udara dan
menularkan kepada orang lain yang menghirup udara tersebut. (Kozier, 2005).
Meningitis is inflammation of the lining around the brain and spinal cord – the meninges
(https://www.meningitis.org/meningitis/check-symptoms).
Meningitis is an infection of the protective membranes that surround the brain and spinal cord
(meninges) (https://www.nhs.uk/conditions/meningitis/).

2.2 Epidemiologi
Angka kejadian meningitis pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan terutama pada
periode natal. Angka kesakitan tertinggi terjadi setelah meningitis mengenai anak-anak pada neonatus
hingga umur dibawah 5 tahun. Pada anak usia lebih dari 2 bulan 95% meningitis disebabkan oleh
Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus.
Hemofilus influenza merupakan organism yang paling dominan menyerang pada anak-anak di
usia 3 bulan sampai 3 tahun.Infeksi Escherichia coli jarang terjadi pada anak-anak dengan usia lebih
dari satu tahun. Meningitis meningococus terjadi pada bentuk epidemic dan ditularkan melalui infeksi
droplet dari sekresi nasofaring. Meningitis ini sering terjadi pada anak-anak usia sekolah dan adolesens.

2.3 Etiologi
2.3.1 Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :
1. Neonatus
Pada bayi baru lahir biasanya meningitis disebabkan oleh bakteri seperti Eserichia coli,
Streptococcus beta hemolitikus, Listeria monositogenes.
2. Anak di bawah 4 tahun

3|A S K E P M E N I N G I TI S
Pada usia ini biasanya meningitis disebabkan oleh Hemofilus influenza, meningococcus,
Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa
Pada anak usia diatas 4 tahun dan orang dewasa, meningitis dapat terjadi karena bakteri seperti
Meningococcus, Pneumococcus.

2.3.2 Penyebab meningitis menurut organismenya :


1. Meningitis bakteri
Bakteri haemofilus influenza, nersseria, diplokokus pneumonia, streptokokus group
A, stapilokokus aurens, eschericia colli, klebsiela dan pseudomonas adalah bakteri yang
paling sering menyebabkan meningitis. Tubuh berespon terhadap bakteri sebagai benda
asing dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrophil, monosit, dan limfosit.
Peradangan menimbulkan munculnya cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan
leukosit di ruangan subarachnoid. Cairan akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga
menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Pengumpulan cairan tersebut juga
menimbulkan peningkatan pada tekanan intrakranial yang menyebabkan jaringan otak
mengalami infark.
2. Meningitis jamur
Jamur kriptokokkus ini bisa masuk ke tubuh manusia saat menghirup debu atau tahi
burung yang kering. Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh
lain. Gejala pada meningitis ini muncul secara perlahan.
3. Meningitis virus
Meningitis virus atau aseptic meningitis disebabkan oleh virus gondok, herpes
simplek dan herpes zoster. Pada meningitis virus tidak ditemukan adanya eksudat seperti
yang terjadi pada meningitis bakteri dan juga tidak ditemukan organisme pada kultur cairan
otak. Respon jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung jenis sel yang terlibat. Pada
meningitis virus ini peradangan terjadi di seluruh korteks cerebri dan lapisan otak.

2.4 Klasifikasi
2.4.1 Meningitis Kriptikokus
Meningitis kriptikokus adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus.
Gejala pertama yang muncul termasuk demam, kelelahan, pegal-pegal pada leher, sakit
kepala, kebingungan, penglihatan mulai kabur, mual dan muntah. Sakit kepala yang
ditimbulkan sangat sulit untuk ditoleransi, bahkan tidak mampu diredakan oleh paracetamol.
Untuk menentukan diagnosis harus dilakukan tes laboratorium. Tes ini
menggunakan darah atau cairan sumsum tulang belakang. Tes untuk kriptokokus ini ada dua

4|A S K E P M E N I N G I TI S
cara yatu tes CRAG dan tes biakan. Pada tes CRAG, mencari antigen (protein) yang
dihasilkan oleh jamur kriptokokus. Tes ini cepat dilakukan dan hasilnya dapat dilihat pada
hari yang sama. Sedangkan pada tes biakan, mencoba menumbuhkan jamur kriptokokkus.
Tes ini membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil yang positif
(Yayasan Spiritia, 2006).
2.4.2 Viral meningitis
Viral meningitis termasuk penyakit ringan. Penyebab meningitis viral di dunia
termasuk enterovirus, virus campak, VZV, dan HIV. Meningitis ini memiliki gejala yang
hampir mirip dengan sakit flu biasa, dan gejala pertama yang muncul hampir sama dengan
gejala meningitis kriptokokus. Biasanya demam yang terjadi sering pada 38-40 derajat
celcius dan diikuti kejang.
Untuk mengetahui diagnose meningitis viral harus dilakukan pungsi lumbal, dan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan hematologi dan
kimia, pemeriksaan CSF, dan CT Scan.
2.4.3 Bacterial meningitis
Bacterial meningitis merupakan penyakit yang serius. Salah satu bakteri penyebab
meningitis bakterial adalah meningococcal bacteria. Gejala yang ditumbulkan seperti timbul
bercak kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak kemerahan yang timbul akan
berkembang menjadi memar yang dapat mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam
tubuh sehingga berakibat fatal dan menyebabkan kematian.
2.4.4 Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Meningitis ini disebabkan oleh kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis.
Gejala pertama yang ditimbulkan meliputi demam, obstipasi, muntah dan mual, kelelahan,
dan ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, abdomen tampak
cekung, gangguan saraf otak dan suhu badan yang tidak stabil. Untuk menentukan diagnose
harus dilakukan pemeriksaan cairam seperti cairan otak, darah, radiologi, dan tes tuberculin.
2.4.5 Meningitis serosa
radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
2.4.6 Meningitis Purulenta (radang bernanah)
Penyebab meningitis purulenta diantaranya Diplococcus pneumonia (pneumokok),
Neisseria meningitides (meningokok), Stretococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pneudomonas
aeruginosa. Gejala yang dapat timbul pada meningitis purulenta yaitu demam tinggi,
menggigil, kaku kuduk, tingkat kesadaran menurun, nyeri kepala, mual dan muntah serta

5|A S K E P M E N I N G I TI S
nyeri pada punggung dan sendi. Pada diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan cairan otak,
antigen bakteri pada cairan otak, darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test kepekaan
sumber infeksi, radiologik, pemeriksaan EEG. (Harsono., 2003)

2.5 Patofisiologi
Otak memiliki 3 lapisan, yaitu durameter, arachnoid, dan piameter. Cairan otak dihasilkan di
dalam pleksus choroid yang bergerak/mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan
seluruh otak serta sumsum tulang belakang, cairan direabsorbsi melalui vili arachnoid yang berstruktur
seperti jari-jari di dalam lapisan sub arachnoid.
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh
yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit
Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat
pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak,
misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis. Penyebaran
kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi
kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS
(Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi; dalam waktu
yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid,
kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam
minggu kedua selsel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung
leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapat makrofag. Proses radang
selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak,
edema otak dan degenerasi neuronneuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-
purulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan
serebrospinal tampak jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri tampak lebih keruh
(purulenta meningitis).

6|A S K E P M E N I N G I TI S
2.6 Manifestasi klinis
Keluhan utama yang terjadi pada meningitis biasanya adalah nyeri kepala. Nyeri pada bagian
kepala dapat menjalar ke tengkuk dan punggung.Tengkuk menjadi kaku dan pegal. Kaku ini disebabkan
oleh mengejangnya otot-otot ekstensor pada tengkuk. Bila kaku yang hebat, dapat terjadi opistotonus.
Opistotonus adalah tengkuk kaku dengan kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi.
Pada meningitis biasanya terjadi penurunan kesadaran. Tanda Kernig’s dan Brudzinky positif. (Harsono,
2003)
Gejala meningitis yang terjadi tidak selalu sama, tergantung dari usia penderita dan jenis
meningitis. Gejala yang paling umum terjadi yaitu demam tinggi, mual muntah, sakit kepala dan kejang.
Biasanya penderita cepat merasa lelah, dan penglihatan yang kabur. Bayi yang terserang meningitis
akan sering rewel, muncul bercak-bercak pada kulit, demam, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan
kesadaran dan tangan bergerak tidak beraturan (involunter) (Japardi, Iskandar, 2002).

7|A S K E P M E N I N G I TI S
Meningitis yang disebabkan oleh virus ditandai dengan cairan serebrospinal (CSS) yang jernih
serta rasa sakit yang dialami penderita masih dalam kategori ringan.Pada umumnya, meningitis oleh
Mumpsvirus ditandai dengan gejala malaise dan anoreksia, kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer
parotis sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat. Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh
Echovirus biasanya ditandai dengan demam, sakit kepala dan tenggorokan, nyeri pada otot dan timbul
ruam makopapular yang tidak gatal di daerah leher, wajah, badan dan daerah ekstrimitas.Meningitis
yang disebabkan oleh Coxsackie virus memiliki gejala yaitu tampak lesi vasikuler pada ovula, tonsil,
palatum, dan lidah. Setelah itu akan muncul beberapa keluhan seperti sakit kepala, mual muntah, kaku
kudu kuduk, dan nyeri pada punggung.
Meningitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya ditandai gejala seperti gangguan pernapasan
dan gangguan pada gastrointestinal. Pada neonatus meningitis ini terjadi secara akut disertai panas
tinggi, mual muntah, penurunan nafsu makan, kejang akibat dehidrasi, dan konstipasi. Pada anak
dewasa biasanya diawali dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas, sakit kepala hebat, nyeri otot
dan punggung, CSS tampak keruh atau purulen.
Meningitis tuberkulosa terdiri dari tiga stadium.Stadium I terjadi selama 2-3 minggu dan
ditandai gejala seperti infeksi biasa. Pada anak-anak, demam jarang terjadi, tetapi BB turun, mual dan
muntah serta anak menjadi apatis. Meningitis tuberkulosa yang terjadi pada orang dewasa, demam yang
terjadi hilang timbul, nyeri kepala dan punggung, dan tampak gelisah. Stadium II (stadium transisi)
berlangsung selama 1 – 3 minggu. Gejala yang tampak yaitu nyeri kepala hebat disertai kejang, seluruh
tubuh mulai kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan intrakranial, dan ubun-ubun menonjol. Stadium III
(terminal) gejala kelumpuhan mulai terjadi dan penderita dapat mengalami koma dan dapat terjadi
kematian jika dalam waktu 3 minggu penderita tidak mendapatkan pengobatan.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah, kadar hemoglobin, jumlah, dan menghitung jenis leukosit, laju endapan darah
(LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, dan kultur patogen. Pada meningitis purulenta
diperoleh peningkatan leukosit (Mansjoer Arif, 2005).
2. Pemeriksaan radiologis, foto thoraks, dan foto kepala (pemeriksaan mastoid, sinus paranasal, dan
gigi geligi) (Mansjoer Arif, 2005).
3. Pemeriksaan serebrospinalis, lengkap dan kultur
Pada purulenta, didapatkan hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis yang keruh, karena
mengandung pus berupa campuran leukosit, jaringan yang mati dan bakteri.Hasil pemeriksaan cairan
serebrospinalis yang jernih terdapat pada infeksi virus. Pemeriksaan kultur liquor digunakan untuk
menentukan bakteri yang menjadi penyebab.

8|A S K E P M E N I N G I TI S
1. Pungsi lumbal dan kulturCSS: jumlah leokosit CBC meningkat, kadar glukosa darah menurun,
protein menigkat, tekanan cairan meningkat, asam laktat meningkat, glukosa serum
meningkat, identifikasi organisme penyebab.
Pemeriksaan Rasangan Meningeal
1. Pemeriksaan kaku kuduk
Pasien terlentang dan dilakukan gerakan pasif seperti fleksi dan rotasi kepala.Kaku kuduk
positif (+) jika terjadi kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai nyeri dan spasme
otot.Dagu tidak bisa menyentuh dada, tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.
2. Pemeriksaan tanda kernig
Pasien dalam posisi terlentang, tangan diangkat, melakukan gerakan fleksi pada panggul,
kemudian ekstensi tungkai bawah sendi lutut yang jauh tanpa disertai nyeri. Tanda kering positif (+)
jika saat ekstensi sendi lutut pasien tidak bisa mencapai sudut 135 dengan disertai spasme otot pada
dan nyeri.
3. Pemeriksaan tanda Brudzinski I (pada leher)
Posisi pasien terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya di bawah kepala pasien
dan tangan kan di atas dada pasien kemudian melakukan fleksi kepala dengan cepat ke arah dada.
Tes Brudzinski positif (+) jika saat pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
4. Pemeriksaan tanda Brudzinski II (pada kontra lateral tungkai)
Posisi pasien terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul.Tanda
brudzinski II positif (+) jika tungkai yang satunya ikut terfleksi juga.

2.8 Komplikasi
1.Hidrosefalus obstruktif
2.Meningococcel Septicemia ( mengingocemia )
3.Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4.SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5.Efusi subdural
6.Kejang
7.Edema dan herniasi serebral
8.Cerebral palsy
9.Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder

9|A S K E P M E N I N G I TI S
2.9 Penatalaksanaan medis
Farmakologis
A. Obat anti inflamasi
1. Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :
a. Sefalosporin generasi ke 3
b. Ampisilin 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.
c. Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

2. Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :


a. Ampisilin 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
b. Sefalosforin generasi ke 3.

A. Pengobatan simtomatik
1. Diazepam IV; 0,2-0,5 mg/kg/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kg/dosis
2. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian
a. Fenitoin 5 mg/kg/24jam, 3 kali sehari atau
b. Fenobarbital 5-7 mg/kg/24jam, 3 kali sehari
Turunkan panas:
a. Antipiretik: parasetamol/ salisilat 10 mg/kg/dosis.
b. Kompres air hangat.
B. Pengobatan suportif
1. Cairan intravena

10 | A S K E P M E N I N G I T I S
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian
4.1.1 Identitas pasien
Nama:
Umur: agen infeksi meningitis purulenta mempunyai kecenderungan pada golongan umur tertentu
diantaranya:
a. Neonatus : E. Coli, S. Beta hemolitikus, dan Listeria monositogenes
b. < 5 th/balita : H. Influenza, Meningococcus dan Pneumococcus
c. 5-20 tahun : Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Streptococcus, dan
Pneumococcus
d. >20 th : Meningococcus, Pneumococcus, Stafilococcus, Streptococcus, Listeria
Rentang usia dengan angka mortilitas tinggi adalah bayi sampai balita (6 bulan-4 tahun).
Gender: Laki-laki mempunyai jumlah yang lebih banyak dari pada perempuan dalam kasus
meningitis, yang diakrenakan adanya faktor predisposisi dalam kasus meningitis (AM.
Youssr, 2005).
Agama: -
Pendidikan:
Pekerjaan: Meningitis sering terjadi pada masyarakat dengan keadaan sosio-ekonomi rendah,
pengahasilan tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari
Gol. Darah: -
Alamat: Meningitis banyak terjadi di negara-negara berkembang karena angka kematian dan
kecatatan yang masih tinggi. Perumahan tidak memenuhi syarat kesehatan minimal,
hidup, tinggal atau tidur yang saling berdesakan.Hygiene dan sanitasi yang buruk
meningkatkan angka terjadinya meningitis.

4.1.2 Riwayat Kesehatan Pasien


a. Keluhan utama: peningkatan suhu badan , kejang, kaku kuduk, mual muntah, nyeri kepala dan
penurunan tingkat kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang : pada pengkajian klien dengan meningitis didapatkan keluhan yang
berhubungan dengan akibat infeksi dan peningkatan tekanan intracranial, diantaranya sakit
kepala dan demam. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan akibat
dari iritasi meningen.Demam ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
c. Riwayat penyakit dahulu : infeksi jalan napas bagian atas, ototos media, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, tindakan bedah syaraf, riwayat trauma kepala, pengaruh imunologis

11 | A S K E P M E N I N G I T I S
d. Pengkajian psiko-sosio-spiritual:ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan
citra diri). Pada kilen anak perlu diperhatikan dampak hospitaslisasi dan family center

4.1.3 Pemeriksaan Fisik


Tanda-tanda vital
1. Peningkatan suhu lebih dari normal, yaitu 38-41 ‘C, dimulai dari fase sistemik, kemerhan,
panas, kulit kering, berkeringat.Keadaan tersebu dihubungkan dengan proses inflamasi dan
iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh
2. Penurunan denyut nadi, berhubungan dengan tanda peningkatan tekanan intracranial
3. Peningkatan frekuensi pernapasan, berhubungan dengan laju metabolism umum dan adanya
infeksi pada sistem pernapasan sebelum mengalami meningitis
B1 (breathing)
a. Inspeksi adanya batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan
peningkatan frekuensi pernapasan yang disertai adanya gangguan pada istem pernapasan.
b. Palapasi thorax apabila terdapat deformitas tulang dada
c. Auskultasi adanya bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis
tuberkolosa dengan penyebaran primer dari paru
B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler dilakukan pada klien meningitis tahap lanjut apabila
sudah mengalami renjatan (syok).Pada klien meningitis meningokokus terjadi infeksi
fulminating denga tanda-tanda septicemia: demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura
yang menyebar (sekitar wajh dan ekstrimitas), syok, dan tanda-tanda koagulasi intravascular
diseminata.
B3 (Brain)
Pemeriksaan fokus dan lebih lengkap disbanding pengkajian pada sistem lain.
Tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis berkisar antara letargi, stupor, dan
semikomatosa.
Fungsi serebri
Status mental: observasi penampilan dan tingkah laku, nilai gaya bicara dan observasi
ekspresi wajah dan aktivitas motoric. Pada klien meningitis ahaplanjut biasanya ststus
mental mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf kranial
a. Saraf I,pada klien meningitis tidak ada kelainan

12 | A S K E P M E N I N G I T I S
b. Saraf II, pemeriksaan ketajaman penglihatan pada kondisi normal dan pemeriksaan
papilledema pada meningitis supuratif yang disertai abses serebri dan efusi subdural yang
menyebabkan peningkatan TIK.
c. Saraf III, IV, dan VI, pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil tanpa kelainanpada klien
meningitis tanpa penurunan kesadaran
d. Saraf V : tidak didapatkan paralisis otot wajah dan reflek kornea tidak ada kelainan
e. Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris
f. Saraf VIII : tidak ditemukan tili konduktif dan tuli persepsi
g. Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik
h. Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
Sistem motoric
Kekuatan otot menurun, pada meningitis tahap lanjut kontrolkeseimbangan dan koordinasi
mengalami perubahan
Pemeriksaan reflex
Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan pada tendon, ligamntum, atau periosteum derajat
reflex pada respon normal. Refles patologis terjadi pada klien dengan tingkat kesadaran
koma.
Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan syaraf, dan dystonia. Pada keadaan tertentu
biasanya mengalami kejang umum terutama pada anak dengan meningitis yang disertai
peningktan suhu tubuh yang tinggi
Sistem sensorik
Pemeriksaan terkait peningkatan tekanan intracranial, tanda tanda peningkatan TIK sekunder
akibat eksudat purulent dan edema serebri diantaranya perubahan TTV (melebarnya tekanan
pulsa dan bradikardia), pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.Adanya ruam merupakan ciri menyolok adanya meningitis meningokokal
(Neisseria meningitis)
B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan didapatkan berkurangnya volume keluaran urine.Hal
tersebut berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 (Bowl)
Mual hingga muntah karena peningkatan produksi asam lambung.Pada klien meningitiss
pemenuhan nutrisi menurun karena anoreksia dan adanya kejang.
B6 (Bone)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (lutut dan pergelangan kaki).Petekia dan
lesi purpura yang didahului oleh ruam.Pada kasus berat klien dapat ditemukan ekimosis

13 | A S K E P M E N I N G I T I S
yang besar pada wajah dan ekstrimitas.Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot
dan kelemahan fisik sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Pengkajian pada anak bergantung pada usia anak dan luasnya penyebaran infeksi di
meningen. Pada penilaian klinis, gejala meningitis pada anak dibagi menjadi 3 meliputi anak, bayi
dan neonates.
a. Anak: timbul sakit secara tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, dan
kejang-kejang. Anak cepat rewel dan agitasi serta menjadi fotopobia, delirium, halusinasi,
tingkah laku agresif atau mengantuk, stupor, dan koma.Gejala pada pernapasan atau
gastrointestinal meliputi sesak napas, muntah dan diare. Tanda yang khas adalah adanya
tahanan pada kepala jika difleksikan, kaku leher, tanda kerning dan brudzinski(+). Perfusi
yang tidak optimal bisa mengakibatkan tanda klinis kulit dingin dan sianosis gejala lain yang
lebih spesifikadalah petekia/purpura pada kulit bila anak mengalami infeksi
meningokokus(meningokoksemia), keluarnya cairan dari telinga pada anak yang mengalami
meningitis pneumokokus dan sinus dermal kongenital akibat infeksi E. colli.
b. Pada bayi: pada umur 3 bulan sampai 2 tahun ditemukan adanya demam, nafsu makan
menurun, muntah, rewel, mudah lelah, kejang-kejang, dan menangis meraung-raung. Tanda
khas pada kepala adalah penonjolan pada fontanel.
c. Pada neonates: menolak untuk makan, kemampuan untuk menetek buruk, muntah dan
kadang ada diare. Tous otot melemah, pergerkan dan kekuatan mengansi melemah.Pada ksus
lanjut terjadi hipertermia.demam, icterus, rewel, mengantuk, kejang-kejang, frekuensi napas
tidak teratur, sianosis, penurunan berat badan.Pada fase yang lebih berat terjadi kolaps
kardiovaskuler, kejang kejang dan apnea.

4.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut b.d Agen cedera fisiologis (infeksi)
2. Hiperthermia b.d Proses penyakit (inflamasi)
3. Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif d.d Faktor resiko peningkatan tekanan intrakrania

14 | A S K E P M E N I N G I T I S
4.3 Intervensi
NO. Diagnosa Perencanaan
Keperawata Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
n Hasil
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Pantau TTV pasien 1. Perubahan pada
b.d Agen tindakan keperawatan 2. Kaji nyeri secara (TD, Nadi, dan RR)
cedera selama 1x 1 jam rasa komprehensif pada menggambar kondisi
fisiologis nyeri kepala pada pasien (PQRST) pasien
(infeksi) pasien berkurang dan termasuk reaksi 2. Untuk mengetahui
hilang. Kriteria Hasil: nonverbal terhadap tingkatan nyeri dan
Pain control ketidaknyamanan mengetahui
Menyatakan 3. Berikan lingkungan permasalahn, serta
gejala nyeri yang tenang dan cara mengatasinya.
yang dirasakan nyaman. 3. Menurunkan reaksi
dapat terkontrol 4. Tingkatkan tirah terhadap stimulasi
baring, dan bantu eksternal,
pasien dalam sensitivitas terhadap
pemenuhan KDM cahaya,
5. Ajarkan tentang teknik meningkatkan
nonfarmakologi untuk istirahat atau
penanganan nyeri relaksasi
sedang-ringan 4. Menurukan aktivitas
6. Kolaborasi dengan atau gerakan yang
dokter untuk dapat menyebabkan
pemberian analgetik nyeri
7. Monitor vital sign dan 5. Teknik relaksasi
status nyeri setelah nafas dalam,
pemberian analgetik distraksi dapat
mengurangi nyeri
6. Analgetik dapat
membantu
mengurangi nyeri
dengan cepat
7. Mengevaluasi
efektivitas

15 | A S K E P M E N I N G I T I S
pemberian analgetik
2. Hiperthermia Setelah dilakukan 1. Pantau suhu klien 1. Karena suhu pasien
b.d Proses tindakan keperawatan setiap 15 menit dengan hipertermi
penyakit 1x1 jam, diharapkan 2. Pantau warna kulit dapat beruabah-ubah
(inflamasi) suhu badan klien klien setiap waktu.
kembali efektif. 3. Monitor TD, nadi, RR 2. Warna kulit pasien
Kriteria Hasil: 4. Monitor intake dan dengan hipertermi,
1. Suhu tubuh output kemerahan dan akral
klien dalam 5. Anjurkan klien untuk teraba hangat-panas
rentang pemberian kompres (sesuai suhu tubuh)
normal hangat akibat dari proses
(36,5ºC – 6. Anjurkan asupan infeksi (kolor, dolor,
37,5ºC) cairan oral sedikitnya rubor, fusiolesa)
2. TTV klien 2 liter sehari (sesuai 3. TTV merupakan
dalam rentang kebutuhan acuan untuk
normal cairan/BB) mengetahui keadaan
7. Kolaborasi dengan umum pasien
dokter untuk 4. Kompres air hangat
pemberian obat di daerah axila
antipiretik daerah frontal dapat
membantu
vaskularisasi
menjadi lancar dan
menurunkan panas
secara perlahan
5. Pasien dengan
hipertermi, akan
mengalami dehidrasi
(turgor kulit buruk)
6. Dengan bantuan
intake cairan yang
cukup, cairan tubuh
yang hilang dapat
terganti.
Antibiotik
digunakan untuk

16 | A S K E P M E N I N G I T I S
mengatasi infeksi
yang menyebabkan
hipertemi pada
pasien.
7. Antipiretik dapat
membantu
menurunkan demam
dengan cepat

3. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitoring tanda- 1. Perubahan TTV


perfusi tindakan keperawatan tanda vital. Vital dapat
jaringan selama 1x1 jam. Sign Monitoring mengindikasikan
serebral tidak Resiko perubahan 2. Monitoring perubahan respon
efektif d.d perfusi jaringan tekanan tubuh klien
Faktor resiko menjadi intrakarnial. ICP 2. Perubahan tekanan
peningkatan terminimalisir. Kriteria Monitoring CSS, akibat herniasi
tekanan Hasil: 3. Monitoring batang otak yang
intrakranial 1. TTV klien pemberian terapi membutuhkan
dalam batas farmakologi tindakan segera.
normal untuk mengurangi 3. Bertujuan untuk
2. Keseimbangan TIK mencegah
cairan adekuat 4. Batasi gerakan peningkatan tekanan
3. Saturasi pada kepala, leher intrakranial.
oksigen 95- dan punggung 4. Mengurangi
100%. 5. Monitor adanya peningkatan
4. Tidak ada daerah yang intensitas nyeri
mual, muntah hanya peka 5. Kehilangan
dan nyeri terhadap rangsangan
kepala. rangsangan menandakan
kehilangan fungsi
sensorik (ggn
serebral)

17 | A S K E P M E N I N G I T I S
BAB IV
PENUTUP

3.1 Simpulan
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001). Meningitis
adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang
menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis is inflammation of the lining around the brain and spinal cord – the meninges
(https://www.meningitis.org/meningitis/check-symptoms). Meningitis is an infection of the
protective membranes that surround the brain and spinal cord (meninges)
(https://www.nhs.uk/conditions/meningitis/).
Angka kejadian meningitis pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan terutama pada
periode natal. Angka kesakitan tertinggi terjadi setelah meningitis mengenai anak-anak pada
neonatus hingga umur dibawah 5 tahun. Pada anak usia lebih dari 2 bulan 95% meningitis
disebabkan oleh Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus. Meningitis meningococus
terjadi pada bentuk epidemic dan ditularkan melalui infeksi droplet dari sekresi nasofaring. Keluhan
utama yang terjadi pada meningitis biasanya adalah nyeri kepala. Nyeri pada bagian kepala dapat
menjalar ke tengkuk dan punggung.Tengkuk menjadi kaku dan pegal. Kaku ini disebabkan oleh
mengejangnya otot-otot ekstensor pada tengkuk. Bila kaku yang hebat, dapat terjadi opistotonus.
Opistotonus adalah tengkuk kaku dengan kepala tertengadah dan punggung dalam sikap
hiperekstensi. Pada meningitis biasanya terjadi penurunan kesadaran. Tanda Kernig’s dan Brudzinky
positif. (Harsono, 2003)

3.2 Saran
Kurangnya pengetahuan masyarakat memperburuk angka mortalitas dari kejadian
meningitis, disinilah Perawat sebagai petugas kesehatan mengambil peran penting disamping dari
memberikan proses asuhan keperawatan kepada klien selama proses perawatan.

18 | A S K E P M E N I N G I T I S
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi. 2015. NANDA NIC NOC jilid 3. Medi Action: Jogjakarta

Tim pokja SDKI DPP PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 tahun 2017

[serial online] https://tirto.id/meningitis-dari-sakit-kepala-hingga-risiko-meninggal-dunia-ckQG Di unduh


pada 20 Februari 2018

[serial online] https://www.meningitis.org/meningitis/check-symptoms Di unduh pada 20 Februari 2018

[serial online] https://www.nhs.uk/conditions/meningitis/ Di unduh pada 20 Februari 2018

[serial online] https://www.meningitisnow.org/meningitis-explained/signs-and-symptoms/glass-test/# Di


unduh pada 20 Februari 2018

[serial online] https://www.meningitisnow.org/meningitis-explained/signs-and-symptoms/meningitis-adults/


Di unduh pada 20 Februari 2018

[serial online] https://www.meningitisnow.org/meningitis-explained/signs-and-symptoms/meningitis-


children-and-young-people/ Di unduh pada 20 Februari 2018

[serial online] https://www.meningitisnow.org/meningitis-explained/signs-and-symptoms/meningitis-babies-


and-children-under-five/ Di unduh pada 20 Februari 2018

[serial online]https://www.academia.edu/6559846/Laporan_Pendahuluan_dan_Askep_Meningitis Di unduh


pada 20 Februari 2018

19 | A S K E P M E N I N G I T I S

Anda mungkin juga menyukai