Anda di halaman 1dari 8

1.

Pendahuluan

Dermatitis perioral merupakan peradangan pada kulit dengan bentukan berupa papula dan

pustula di daerah pefiorificial yaitu di sekitar mulut.1 Paling banyak terjadi pada wanita,

meskipun papular varian yang berbeda bisa terjadi pada anak-anak.1,3 Klinis dan histologis fitur

dari lesi dermatitis perioral mirip dengan rosasea. Pasien memerlukan pengobatan sistemik dan

atau perawatan topikal.3

2. Definisi

Dermatitis perioral adalah peradangan pada kulit yang mengenai daerah perioral dan
4,5,8
lipatan nasolabialis (sekitar hidung). dari wajah dengan bentuk efloresensi berupa papul-

papul eritomatosa yang mengalami pustulasi, erupsi yang kronik berbatas tegas, dan dapat

berupa squama yang eksematosa pada wajah.4,6

3. Sinonim

Perioral Dermatitis, Rosacea-like Dermatitis, Light-Sensitive Seborrhoeide , chronic

papulopustules facial dermatitis, granulomatous perioral dermatitis, atau dapat juga disebut

dengan lupus like perioral dermatitis.3,4

4. Epidemiologi
4,6
Epidemiologi penyakit ini dipengaruhi oleh seks dan umur sering timbul pada wanita

dengan usia antara 20-45 tahun6, jarang dialami oleh laki-laki 3,4,6
tapi saat ini mulai sering

timbul karena banyak laki-laki yang mulai memakai kosmetik.3,4 dermatitis perioral sangat
jarang terjadi, bisa ada kecenderungan kambuh pada orang yang sebelumnya pernah

mengalaminya.5

5. Etiologi

Hingga saat ini penyebab dari perioral dermatitis masih belum diketahui.3,4,8 namun

timbulnya perioral dermatitis dapat dipicu oleh beberapa faktor antara lain alergi mengeluh

perih apabila terkena panas, sinar matahari, parfum, angin, kosmetik dan sabun. Penyakit ini

dapat berkembang menjadi kronis, namun umumnya dapat sembuh sendiri.4

 Obat: Banyak pasien penyalahgunaan steroid topikal. Tidak ada korelasi yang jelas antara

risiko perioral dermatitis dan kekuatan steroid atau lamanya penggunaan.

 Kosmetik: Fluorine pasta gigi,krim dan salep perawatan kulit, terutama yang memiliki

bahan dasar petrolatum atau parafin, dan isopropil myristate dicurigai menjadi faktor

penyebab. Dalam sebuah penelitian di Australia, didapatkan hasil bahwa selain pelembab

dan krim malam menghasilkan 13-kali lipat peningkatan risiko untuk perioral dermatitis.

Kombinasi pelembab dan foundation secara signifikan meningkatkan risiko perioral

dermatitis, sedangkan pelembab saja tidak. Baru-baru ini, tabir surya telah diidentifikasi

sebagai penyebab dermatitis perioral pada anak-anak.

 Faktor fisik: sinar UV, panas dapat memperburuk dermatitis.

 Faktor Microbiologic: spirilla Fusiformis bakteri, Candida spesies, dan lainnya

Kehadiran mereka tidak memiliki relevansi klinis yang jelas.selain itu kandidiasis di duga

memicu perioral dermatitis.

 faktor hormonal dicurigai karena kerusakan pramenstruasi yang diamati.


6. Patogenesis

Terjadi keradangan pada kulit di papilla dermis berupa udem dan vasodilatasi disertai

timbulnya sel-sel radang infiltrat, tidak jarang timbul juga vasculitis.1 Sedangkan untuk

timbulnya dermatitis perioral yang dipicu oleh pasta gigi berflouride tinggi karena senyawa

flourine dalam flouride adalah unsur halogen yang bersifat korosif dan mudah terkombinasi atau

menyatu dengan elemen lain kecuali gas inert. Flouride dipastikan mempunyai kemampuan

untuk memacu dan menyebabkan inflamasi. Stone dan willis mendemonstrasikan respon

meningkatnya inflamasi jika flouride diberikan di bagian tubuh yang meradang sedangkan

Douglas menyelidiki bahwa stomatitis sekunder dapat timbul karena flouride.4

7. Gejala Klinis

Gejala dari dermatitis perioral berupa timbulnya erupsi berbatas tegas yang persisten dan

eritematosa yang ukurannya 1-2 mm berbentuk papul dan pustula didaerah perioral, lipatan
2
nasolabial, dan daerah periorbital umumnya terdistribusi dan diawali pada daerah dagu atau

pada bibir atas dan menyebar disekitar mulut, membentuk daerah kecil berbatas kemerahan dan

diantara batas bibir dengan ruam kulit biasanya dipisahkan oleh daerah kulit yang masih normal,

akhirnya dapat menyebar di alis, glabella atau keduanya sekaligus, penderita mengeluh gatal dan

rasa seolah terbakar.4

Gejala-gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu dan bisa saja

tiba-tiba sembuh, hal ini bisa terjadi selama beberapa bulan dan bahkan bertahun-tahun. Karena

tidak ada obat yang bisa menyembuhkan dalam waktu yang singkat maka banyak wanita
berusaha untuk menutupi ruam merah dengan memakai krim, padahal saat ini banyak krim yang

mengandung bahan kimia sintetik yang justru akan memperparah ruam6


(sumber dermznet and AOCD)

Gambar 1.12 Dermatitis Perioral7,8

8. Diagnosa

Diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesis, gambaran klinis dan distribusi lesi, Diagnosis

kunci adalah lokasi pada bibir dan daerah lipatan nasolabial dan ada pemicu seperti alergi

terhadap sinar matahari, acne, rosasea, infeksi dermodex, kandidiasis, jamur, pityrosporum,

penggunaan pasta gigi yang mengandung flouride tinggi, penggunaan kortikosteroid (elocon,

lotrisene, lidex, termovate sering pula dipicu oleh kortikosteroid untuk tetes hidung dan

pemakaian cream moisturizer.4,6

Penegakan diagnosa didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik saja, tidak ada

pemeriksaan penunjang yang specifik.7

9. Diagnosa Banding

Tabel 1.4 diagnosa banding dermatitis perioral1

Perioral Acne vulgaris Dermatitis rosasea

dermatitis seboroik

Kelompok usia dewasa muda Remaja, Tua dan remaja Anak-anak,

dewasa muda usia

pertengahan

Lokasi Perioral Wajah, leher, Wajah bagian Wajah bagian


punggung, tengah, kepala tengah

dada, bahu

Gambaran klinis

Eritema (+) Biasanya (-) Sedang (+)

Pustula (-) (-) (-) (+)

Comedo (-) (+) (-) (-)

Telangiektasis (-) (+) (-) (+)

Skar (-) (-) (-) Biasanya (-)

Perubahan sekitar (-) (-) Kelopak mata Mungkin

mata berkembang

( sumber: Differential Diagnosis of Dermatology)

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ada 2 macam secara medikamentosa dan non medikamentosa yaitu :

a) Medikamentosa

 untuk terapi sistemik dapat diberikan antibiotik seperti tetrasiklin 250-500 mg 2x1 hari

selama 2-3 bulan jika penderita alergi terhadap tetrasiklin bisa diberikan minocyclin 50-

100 mg 2X1. Untuk anak-anak kurang dari 10 tahun berikan erithromycin, zithromax

atau biaxin.4

 Tabel 1.5 terapi pada dermatitis perioral1

topikal dosis Sistemik Dosis dewasa

First line metronidazole 2x1 Tetracycline 250-500 mg 2x1 /hr

doxycicline 50-100 mg 2x1 /hari


minocycline 50-100 mg 2x1 /hari

Second erithromycin 2x1 Erithromycine 400 mg 3x1/hari atau

line atau 30-50 mg/kg/hari

clindamycin 2x1

sulfur 2x1

azelaic acid 2x1

(Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine)

Krim hidrokortison 1% dapat digunakan dalam waktu tidak lebih dari 7 hari untuk mengatasi lesi radang

yang tidak terinfeksi pada bibir dan kulit disekitar mulut. Salep atau krim hidrokortison dan mikonazol

bermanfaat pada inflamasi yang disertai infeksi oleh organisme yang peka, terutama pada awal

pengobatan (sampai sekitar 7 hari) misalnya pada keilitis angular. Organisme yang rentan terhadap

mikonazol adalah Candida spp, dan beberapa bakteri Gram positif termasuk strepkokus dan

stapilokokus.

 pada anak-anak dan ibu hamil sebaiknya berikan obat topikal saja untuk menghindari

kotraindikasi.3,4

b) Non Medikamentosa

 Nol-terapi yaitu menghentikan penggunaan semua obat-obatan topikal dan kosmetik yang

menjadi faktor penyebab dermatitis perioral. Hal ini efektif untuk kasus-kasus yang

berhubungan dengan penyalahgunaan steroid atau terhadap kosmetik yang dicurigai.

Dalam setiap kasus, keadaan yang semakin buruk dapat terjadi pada awal pengobatan,
terutama jika steroid topikal dihentikan, pasien harus diberi penjelasan tentang

komplikasi ini. Pada kondisi penyalahgunaan topikal steroid dalam jangka yang panjang

maka, steroid disapih dengan dosis rendah 0,1-0,5% berupa krim hidrokortison.3

 Berikan informasi pada penderita bahwa sewaktu-waktu penyakit ini dapat kambuh lagi.

Disarankan untuk menggunakan sabun yang lembut dan luka tidak boleh digosok dengan

kasar. Selama menjalani terapi pasien dilarang menggunakan moisturizer dan cream.

11. Komplikasi

Dapat berupa problem emosional psikologis karena sifat lesi hilangnya lama dan lesi di

wajah mempengaruhi kepercayaan diri penderita. Dan timbulnya rebound effect karena

penggunaan kortikosteroid dan dapat timbul jaringan parut atau skar.3,4

Anda mungkin juga menyukai