PENDAHULUAN
Sebelum membahas lebih lanjut tentang induksi, perlu kita pahami dulu
pengertian dari induksi, karena selain istilah induksi juga ada istilah augmentasi atau
akselerasi persalinan. Sebagai contoh seorang ibu hamil post term (lebih dari 42
minggu), dengan hasil peeriksaan tidak ada pembukaan dan portio masih di posterior,
ada seorang ibu hamil dengan inertia uteri dengan pembukaan 5 cm, his 1 kali dalam 10
Untuk kedua kasus diatas, tindakan yang dilakukan tidak tergolong sama.
Pada kasus I, tindakan yang dilakukan adalah induksi persalinan sedangkan kasus kedua
tindakan yang dilakukan adalah akselerasi persalinan atau augmentasi persalinan. Jadi
pengertian dari induksi adalah “stimulating the uterus to begin labour” atau tindakan
menstimulasi uterus agar terjadi kontraksi dan persalinan dapat dimulai. Sedangkan
selama persalinan sehingga frekuensi, durasi dan kekuatan his meningkat dan persalinan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
persalinan yang tinggi Umumnya induksi persalinan yang dilakukan pada kasus
dilatasi servik 2 cm, pendataran servik 80%, kondisi servik lunak dengan posisi
tengah dan derajat desensus -1 akan berhasil dengan baik. Akan tetapi sebagian
besar kasus menunjukkan bahwa ibu hamil dengan induksi persalinan memiliki
servik yang tidak “favourable” (Skoring Bishop < 4) untuk dilakukannya induksi
persalinan.
memilih pasien yang lebih cocok untuk dilakukan induksi persalinan tetak
- Pembukaan seviks
- Konsistensi serviks
- Posisi serviks
2
2.2 Penilaian Bishop Score
Skore
Faktor
0 1 2 3
Bukaan (cm) Tertutup 1-2 cm 3-4 cm Lebih Dari 5
Panjang Serviks
>4 3-4 cm 1-2 <1
(cm)
Konsistensi Kenyal Erata – Rata Lunak Lunak -
Posisi Posterior Tengah Anterior -
Turunnya kepala
(cm dari spina -3 -2 -1 +1, +2
ischiadika)
Turunnya Kepala
(dengan palpaso
4/5 3/5 2/5 1/5
abdominal perut
sistem persalinan)
100.
60%.
15%.
- Jika skor bishop lebih dari atau sama dengan 6 berarti kondisi serviks
matang dan jika kurang dari atau sama dengan 5 berarti seviks belum
matang.
3
b. Pematangan serviks dengan prostaglandin dan Katater Foley.
tindakan ini kecuali untuk indikasi-indikasi tertentu (rumah parturien yang jauh
dari rumah sakit atau alasan psikososial). Luthy dkk (2002) : Tindakan induksi
meningkatkan resiko yang berat sekalipun jarang dari pemburukan out come
4
2.5 Indikasi Induksi Persalin
Indikasi :
- Hipertensi
- Gawat janin
- Kehamilan postterm
Kontraindikasi :
- Cacat rahim (akibat sectio caesar jenis klasik atau miomektomi intramural)
- Grande multipara
- Plasenta previa
- Insufisiensi plasenta
- Makrosomia
- Hidrosepalus
- Gawat janin
5
2.6 Metode Pematangan Serviks
- Prostaglandine E2
prostaglandine suppositoria.
6
Selaput Ketuban (ARM-Artificial Rupture of Membranes atau
amniotomi).
- Prostaglandine E1
a. Tachysystole uterin
c. Aspirasi Mekonium
7
d. Gelembungkan balon kateter dengan memasukkan 10 ml air
maksimal 12 jam
Keterangan Gambar
8
2. Laminaria mengembang
salah)
yang salah).
- Amniotomi
HIS mulai terjadi (bila pasien belum inpartu) ; menjadi semakin kuat
Perhatikan indikasi
HIV perinatal.
9
Tuntun “amniotic hook” kearah selaput ketuban dengan menyusuri
Bila DJJ < 100 atau > 180 dpm : dugaan terjadi Gawat Janin.
antibiotika.
neonatus :
Komplikasi amniotomi :
- Infeksi
- Prolapsus funikuli
- Gawat janin
10
- Solusio plasenta
- Lakukan penilaian denyut nadi, tekanan darah dan his serta denyut
jantung janin.
- Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi > 60 detik atau lebih dari
menit (15mU/menit).
11
Jika masih tidak tercapai kontraksi uterus adekuat dengan
caesar.
yaitu :
Caesar.
12
BAB III
KESIMPULAN
Bishop score (nilai bishop) adalah suatu standarisasi objektif dalam memilih
pasien yang lebih cocok untuk dilakukan induksi persalinan tetak verteks. Faktor yang
dinilai yaitu:
- Pembukaan seviks
- Konsistensi serviks
- Posisi serviks
- Jika skor bishop lebih dari atau sama dengan 6 berarti kondisi serviks matang dan
jika kurang dari atau sama dengan 5 berarti seviks belum matang.
persalinan, terdapat dua macam cara induksi persalinan yaitu induksi secara
13
Tinjauan Pustaka
14