PENDAHULUAN
Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid. Toksik dan non toksik merujuk pada
ada tidaknya kelainan fisiologi seperti hipertiroidisme. Nodusa atau diffusa merupakan
gambaran anatomi struma. Struma nodusa non toxic adalah pembesaran kelenjar tiroid
pegunungan karena defisiensi iodium. Struma endemik ini dapat dicegah dengan substitusi
iodium. Di luar daerah endemik, struma nodosa ditemukan secara insidental atau pada
sejak usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa.
perubahan yang terdapat pada kelenjar berupa hiperplasia sampai bentuk involusi.
Kebanyakan struma multinodosa dapat dihambat oleh tiroksin. Penderita struma nodosa
biasanya tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme.
Nodul mungkin tunggal, tetapi kebanyakan berkembang menjadi multinoduler yang tidak
berfungsi.
yang sering berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di
leher. Sebagian penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa
gangguan.
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi karena
tumbuh semakin besar dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler.
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba
atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya, seperti penyakit tyroid noduler.
Kelenjar tyroid berkembang dari endoderm pada garis tengah usus depan.
Kelenjar tyroid mulai terlihat terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm, yaitu pada
akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tyroid berasal dari lekukan faring antara
branchial pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul divertikulum, yang
melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas, berbentuk sebagai duktus tyroglossus
Duktus ini akan menghilang setelah dewasa, tetapi pada keadaan tertentu
masih menetap. Dan akan ada kemungkinan terbentuk kelenjar tyroid yang letaknya
2
sedangkan desensus yang terlalu jauh akan membentuk tyroid substernal. Branchial
pouch keempat ikut membentuk kelenjar tyroid, merupakan asal sel-sel parafolikular
atau sel C, yang memproduksi kalsitonin. Kelenjar tyroid janin secara fungsional
Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media dan
darah besar, dan syaraf. Kelenjar tyroid melekat pada trakhea sambil melingkarinya
dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratyroid umumnya
Tyroid terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan menutup
cincin trakhea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia
pretrakhea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan terangkatnya
3
kelenjar kearah kranial. Sifat ini digunakan dalam klinik untuk menentukan apakah
lymfoid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan sistem
trakhealis yang kemudian ke arah nodus prelaring yang tepat di atas istmus, dan ke nl.
dan ada yang langsung ke duktus thoraksikus. Hubungan ini penting untuk menduga
penyebaran keganasan.2
Bentuk aktif hormon ini adalah Triodotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari
konversi hormon T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar
tyroid. Iodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku
hormon tyroid. Iodida inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik dan
selanjutnya menjadi bagian dari tyrosin yang terdapat dalam tyroglobulin sebagai
monoiodotirosin (MIT) atau diiodotyrosin (DIT). Senyawa DIT yang terbentuk dari
4
ulang. Dalam sirkulasi, hormon tyroid terikat pada globulin, globulin pengikat tyroid
2
2.5 Fisiologi Kelenjar Tyroid
Glikoprotein yang terbentuk oleh dua sub unit (alfa dan beta). Dalam
Kedua hormon (T3 dan T4) ini menpunyai umpan balik di tingkat
Produksi hormon juga diatur oleh kadar iodium intra tiroid. Efek metabolisme
Hormon Tyroid : 2
- Kalorigenik
5
- Termoregulasi
degradasi kolesterol dan ekspresinya lewat empedu ternyata jauh lebih cepat,
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke
dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar,
iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating
Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.
6
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan
Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid
(T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat
tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH
Istilah Toksik dan Non Toksik dipakai karena adanya perubahan dari segi
fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipotyroid, sedangkan istilah
a. Definisi
7
Struma non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid pada pasien eutiroid,
tidak berhubungan dengan neoplastik atau proses inflamasi. Dapat difus dan
simetri atau nodular. Hampir semua struma diduga sebagai hasil dari stimulasi
familial diakibat oleh kurangnya enzim yang diperlukan untuk sintesis hormon
pembesaran ini disebut struma nodosa. Struma nodosa tanpa disertai tanda-tanda
iodium. Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang
menjadi multinodular pada saat dewasa. Struma multinodosa terjadi pada wanita
usia lanjut dan perubahan yang terdapat pada kelenjar berupa hiperplasi sampai
bentuk involusi.
8
pembesarannya bilateral. Pendorongan bilateral demikian dapat dicitrakan
stridor inspirator.
b. Manifestasi Klinik
(Mansjoer, 2001) :
1. Berdasarkan jumlah nodul : bila jumlah nodul hanya satu disebut struma
nodosa soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa.
Hampir semua pasien struma nodusa non toksis tidak memiliki keluhan.
Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan kosmetik
atau ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan
struma nodosa besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada
esophagus (disfagia) atau trakea (sesak napas). Jika ada pasien yang datang
leher sebelah lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada
9
kecil. Atau penderita datang karena benjolan di kepala yang ternyata suatu
c. Diagnosis
kelainan dari struma nodosa non toksika tersebut. Perlu ditanyakan apakah
penderita dari daerah endemis dan banyak tetangga yang sakit seperti penderita
bagian depan bawah disertai peningkatan suhu tubuh (tiroiditis kronis). Apakah
ada yang meninggal akibat penyakit yang sama dengan penderita (karsinoma
tiroid tipe meduler). Pada status lokalis pemeriksaan fisik perlu dinilai :
1. jumlah nodul
2. konsistensi
5. Inspeksi dari depan penderita, nampak suatu benjolan pada leher bagian
depan bawah yang bergerak ke atas pada waktu penderita menelan ludah.
6. Palpasi dari belakang penderita dengan ibu jari kedua tangan pada tengkuk
penderita dan jari-jari lain meraba benjolan pada leher penderita. Pada
keduanya)
10
- Konsistensi
- Mobilitas
- Apakah batas bawah benjolan dapat diraba (bila tak teraba mungkin ada
Meskipun keganasan dapat saja terjadi pada nodul yang multiple, namun
keras sampai sangat keras. Yang multiple biasanya tidak ganas kecuali bila salah
satu nodul tersebut lebih menonjol dan lebih keras dari pada yang lainnya. Harus
dan sidik tiroid, serta pemeriksaan in vitro menggunakan I125 untuk T3, T4,
dan TSH (RIA). Hasil pemeriksaan dengan radioisotop yang utama ialah
yodium radioaktif yang ditangkap oleh tiroid. Dari hasil sidik tiroid
dibedakan 3 bentuk :
11
- Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya.
bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti ganas atau
- Kista
- Adenoma
- Kemungkinan karsinoma
- Tiroiditis.
jarum halus tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-
sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberika hasil negatif palsu
karena lokasi biopsi kurang tepat, teknik biopsi kurang benar, pembuatan
preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah interpretasi oleh
ahli sitologi.
4. Petanda Tumor
12
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin
(Tg) serum. Kadar Tg serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml, pada kelainan
jinak rataa-rata 323 ng/ml, dan pada keganasan rata-rata 424 ng/ml.
d. Penatalaksanaan
1. Keganasan
2. Penekanan
3. Kosmetik
terkena. Bila hanya satu sisi saja dilakukan subtotal lobektomi, sedangkan kedua
getah bening leher maka dikerjakan juga deseksi kelenjar leher funsional atau
1. Inoperabel
2. Kontraindikasi operasi
juga sebagai supresif untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasca bedah
karsinoma tiroid diferensiasi baik (TSH dependence). Terapi supresif ini juga
13
ditujukan terhadap metastase jauh yang tidak resektabel dan terapi adjuvan pada
b. Manifestasi klinis
Pada penyakit Graves terdapat dua gambaran utama yaitu tiroidal dan
ekstratiroidal. Keduanya mungkin tidak tampak. Ciri- ciri tiroidal berupa goiter
akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid
yang berlebihan.
aktivitas simpatis yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan
panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat badan menurun,
sering disertai dengan nafsu makan meningkat, palpitasi, takikardi, diare, dan
infiltrasi kulit lokal yang biasanya terbatas pada tungkai bawah. Oftalmopati
ditandai dengan mata melotot, fisura palpebra melebar, kedipan berkurang, lid
14
lag (keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerakan mata), dan kegagalan
konvergensi. Jaringan orbita dan dan otot-otot mata diinfltrasi oleh limfosit, sel
mast dan sel-sel plasma yang mengakibatkan eksoltalmoa (proptosis bola mata),
c. Diagnosis
kasus subklinis dan pasien usia lanjut perlu pemeriksaan laboratorium yang
wanita hamil agak sulit karena perubahan fisiologis pada kehamilan pembesaran
Hormone sensitive (TSHs) tak terukur atau jelas subnormal dan Free T4 (FT4)
meningkat.
d. Penatalaksanaan
tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
1. Obat antitiroid
Indikasi :
menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan
tirotoksikosis.
15
2. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan,
3. Persiapan tiroidektomi
Indikasi :
3. Operasi
16
- Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap
obat antitiroid.
dosis besar.
radioaktif.
- Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul.
1. Definisi
et al, 1999). Paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi
2. Manifestasi klinis
penurunan berat badan, lemah, dan pengecilan otot. Biasanya ditemukan goiter
multi nodular pada pasien-pasien tersebut yang berbeda dengan pembesaran tiroid
difus pada pasien penyakit Graves. Penderita goiter nodular toksik mungkin
tidak ada manifestasi dramatis oftalmopati infiltrat seperti yang terlihat pada
17
penyakit Graves. Gejala disfagia dan sesak napas mungkin dapat timbul. Beberapa
3. Diagnosis
didukung oleh tingkat TSH serum menurun dan tingkat hormon tiroid yang
4. Penatalaksanaan
gejala tetapi biasanya kurang efektif dari pada penderita penyakit Graves.
Radioterapi tidak efektif seperti penyakit Graves karena pengambilan yang rendah
dan karena penderita ini membutuhkan dosis radiasi yang besar. Untuk nodul yang
soliter, nodulektomi atau lobektomi tiroid adalah terapi pilihan karena kanker
jarang terjadi. Untuk struma multinodular toksik, lobektomi pada satu sisi dan
Definisi Tiroiditis
1. Akut (supuratif)
saluran perafasan atas. Disebut juga infective thyroiditis, infeksi oleh bakteri atau
18
jamur. Bentuk khas infeksi bakterial ini ialah tiroiditis septik akut. Kuman
jaringan sekitarnya, saluran getah bening, trauma langsung dan duktus tiroglosus
yang persisten. Kelainan yang tejadi dapat disertai abses atau tanpa abses.
demam, menggigil, dan takikardi. Nyeri bertambah pada pergerakan leher dan
adalah antibiotik. Kokus gram positif biasanya diatasi dengan penisilin atau
menyebar melalui kapsul dan mencapai jaringan sekitarnya, diperlukan insisi dan
drainage.
2. Subakut
laboratorium sering di jumpai leukositosis, laju endap darah meningkat. Pada 2/3
kasus kadar hormon tiroid meninggi karena penglepasan yang berlebihan akibat
19
destruksi kelenjar tiroid oleh proses inflamasi. Penyakit ini biasanya sembuh
3. Menahun
Limfositik (Hashimoto)
tahun. Kelenjar tiroid biasanya membesar lambat, tidak terlalu besar, simetris,
regular dan padat. Kadang-kadang ada nyeri spontan dan nyeri tekan. Bisa
lain infiltrasi limfosit yang difus, obliterasi folikel tiroid dan fibrosis. Diagnosis
hanya dapat ditegakkan dengan pasti secara histologis melalui biopsi. Bila
kelenjar tiroid sangat besar mungkin diperlukan pengangkatan, tetapi operasi ini
sebaiknya ditunda karena kelenjar tiroid dapat mengecil sejalan denagn waktu.
1. Perdarahan.
20
4. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal ke dalam sirkulasi dengan
tekanan.
8. Trakea mempunyai rangka tulang rawan. Bila tiroid demikian besar dan menekan
trakea, tulang-tulang rawan akan melunak dan tiroid tersebut menjadi kerangka
bagian trakea.
21
BAB III
KESIMPULAN
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas
jelas dan tanpa gejala-gejala hipertiroidi. Klasifikasi dari struma nodosa non toksik
didasarkan atas beberapa hal yaitu berdasarkan jumlah nodul, berdasarkan kemampuan
Etiologi dari struma nodosa non toksik adalah multifaktorial namun kebanyakan
struma diseluruh dunia diakibatkan oleh defisiensi yodium langsung atau akibat makan
goitrogen dalam dietnya. Gejala klinis tidak khas biasanya penderita datang dengan
keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan tanpa keluhan hipo atau hipertiroidi.
USG, Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Bajah), termografi, dan petanda Tumor (tumor marker).
tiroidektomi berupa reseksi subtotal atau lobektomi total. Komplikasi dari tindakan
embolisme udara, trauma pada nervus laryngeus recurrens, sepsis, hipotiroidisme dan
traceomalasia.
22
BAB IV
IDENTITAS
Usia : 18 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
1. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan di leher depan sejak 2 tahun yang lalu dan masik membesar
Keluhan Tambahan
Pasien wanita, berusia 18 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan adanya
benjolan yang muncul di leher depan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya benjolan
23
dirasakan sebesar kelereng, tapi seiring berjalannya waktu, benjolan semakin membesar
hingga berukuran kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Pasien tidak merasakan
adanya nyeri di daerah leher. Tidak ada keluhan gangguan bernapas atau gangguan
menelan. Demam waktu malam (+), nafsu makan menurun, dan tidak ada penurunan
berat badan. Tidak ada keluhan cepat haus, gangguan buang air besar, gangguan siklus
menstruasi, rasa berdebar-debar, cepat lelah, rasa cemas dan sulit tidur.
Hipertensi : Disangkal
Asma : Disangkal
Alergi : Disangkal
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami hal yang serupa
dengan pasien.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum/Kesadaran : Tampak tidak sakit/compos mentis
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : Afebris
Kepala : Normocephale, rambut hitam dengan distribusi yang merata dan
tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, eksophtalmus -/-
Telinga : Bentuk normal, liang lapang, serumen (-), sekret (-).
Hidung : Bentuk normal, sekret -/-, deviasi septum (-), edema konka -/-
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, T1-T2 tenang.
Mulut : Bentuk normal, sianosis (-).
Leher : Lihat status lokalis
Thoraks
24
Cor : Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kanan jantung pada sela iga IV linea parasternalis
massa (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru depan dan belakang
Auskultasi :Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Inspeksi :Datar, benjolan (-)
Auskultasi :Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muskuler (-),
Status Lokalis
Regio : Colli anterior
Inspeksi : Tampak benjolan di leher sisi kanan, berbatas tegas,
25
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Radiologi
Foto Roentgen thorax :
- Sinus, diafragma, dan cor normal
- Kedua hilus normal
- Tak tampak proses spesifik aktif di kedua paru dan tak tampak infiltrasi di paru
Kesan: Cor/pulmo normal
Pemeriksaan Tiroid
- T3 : 91,6 ng/dl (N: 65 - 214,5 ng/dl)
- fT4 : 1,52 ug/dl (N: 0,8 - 1,7 ug/dl)
- TSH : 1.59 uIU/ml (N: 0,27 - 3,75 uIU/ml)
Kesan : Struma nodosa (nodul dingin) non-toksik
26
Resume
Pasien wanita, 18 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan adanya
benjolan yang muncul di leher depan kanan sejak 2 tahun yang lalu. Tidak ada nyeri
tekan di daerah leher. Tidak ada keluhan gangguan bernapas atau gangguan menelan.
Pasien tidak ada mengeluhkan sering berkeringat pada kedua tangannya, nafsu makan
menurun. Demam pada malam hari (+), tidak ada keluhan cepat haus, gangguan
buang air besar, gangguan siklus menstruasi, rasa berdebar-debar, cepat lelah, rasa
Diagnosis Kerja
Struma nodosa non-toksik (SNNT)
Diagnosis Banding
- Karsinoma tiroid
- Tiroiditis
- Grave’s diseas.
27
Daftar Pustaka
1. De Jong. W, Sjamsuhidajat. R., 2004., Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi., EGC.,
Jakarta.
Suyono, Slamet (Editor)., 2001., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI., Jakarta.
http://www.emedicine.com/med/topic919.htm
http://www.emedicine.com/MED/topic916.htm
5. Sadler GP., Clark OH., van Heerden JA., Farley DR., 1999., Thyroid and
Parathyroid., In : Schwartz. SI., et al., 1999., Principles of Surgery. Vol 2., 7th Ed.,
McGraw-Hill., Newyork.
28
29