Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PEDAHULUAN

Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal merupakan yang

paling penting untuk menilai keberhasilan program kesehatan ibu dan anak. Kematian

perinatal pada letak sunsang dibanding dengan letak belakang kepala rata-rata kali lebih

banyak (Wiknjosastro, 2000).

Angka kematian bayi pada persalinan letak sunsang lebih tinggi bila

dibandingakan dengan letak kepala. Dirumah sakit Karjadi Semarang, Rumah sakit

umum Dr. Pringadi Medan dan Rumah sakit Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka

kematian perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan 16,8%. Eastman melaporkan

angka-angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian perinatal yang

terpenting ialah premeturitas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan

akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Sedangkan hipoksia terjadi akibat

terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga

panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum

kepala lahir. Selain itu bila janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat

membahayakan, karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya

asfiksi janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering dijumpai pada

presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempuran, tetapi jarng

dijumpai pada presentasu bokong (Sarwono, 2006).

Bila didapatkan sipidi meskipun ringan dalam letak sunsang sangta berbahaya.

Adanya kesempitan panggul sudah harus di duga waktu pemeriksaan antenatal

khususnya pada primigrafida pada letak sunsang. Untuk itu harus dilakukan

1
pemeriksaan lebih teliti, termasuk pemeriksaan panggul rontgenologyk atau MRI untuk

men yingkirkan adanya kesempitan. Multiparitas dengan riwayat obstetric yang baik,

tidak selalu menjamin persalinan dalam letak sunsang akan berlangsung lancar, janin

yang besar dapat menyebabakna disproporsi meskipun ukuran panggul normal

(Sarwono, 2006).

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin

mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 1998).

Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari

pertama haid terakhir. (Sarwono, 2002).

Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan

keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di dalam

rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan dan besarnya

janin sesuai usia kehamilan, pada setiap dilakukan pemeriksaan kahamilan

(Muhimah dan Safe’I, 2010). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

kehamilan adalah peristiwa yang dimulai dari konsepsi (pembuahan) dan berakhir

dengan permulaan persalinan.

Tanda-tanda dugaan hamil

1. Amenorea (terlambat datang bulan)

a. Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle dapat

ditentukan perkiraan persalinan.

b. Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de

Graaf dan ovulasi.

3
2. Nausea (enek/mual) dan emesis (muntah)

a. Pengaruh ekstrogen dan progresteron terjadi pengeluaran asam lambung

yang berlebihan.

b. Umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering terjadi pada

pagi hari (morning sickness).

c. Dalam batas yang fisiologisnkeadaan ini dapat diatasi.

d. Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.

3. Sering buang air kecil

a. Trimester I : karena kandung kencing tertekan uterus yang mulai

membesar.

b. Trimester II dan III : karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan

menekan kembali kandung kencing.

4. Pimentasi kulit

Terjadi karena pengaruh dari hormon kortikosteroid plasenta yang

merangsang melanosfor dan kulit.

a. Sekitat pipi : cloasma gravidarum

Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior

menyebabkan pigmentasi kulit pada kulit.

b. Dinding perut

- Striae lividae

- Striae nigra

- Linea alba makin hitam

c. Sekitar payudara

- Hiperpigmentasi areola mamae

4
- Putting susu makin menonjol

- Kelenjar Montgomery menonjol

- Pembuluh darah menifes sekitar payudara

5. Anoreksia (tidak nafsu makan)

Terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, tapi setelah itu nafsu makan

akan timbul lagi.

6. Payudara menjadi tegang dan membesar

- Disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang

duktuli dan alveoli di mammae glandula montgomerry tampak lebih jelas.

- Payudara membesar dan menegang.

- Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

7. Obstipasi atau konstipasi

Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon

steroid, sehingga menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

8. Varises atau penampakan pembuluh darah vena

a. Karena pengaruh dari ekstrogen dan progesterone terjadi penampakan

pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat.

b. Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genetalia eksterna, kaki

dan betis, dan payudara.

c. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghitung setelah persalinan.

9. Mengidam

Wanita sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian

disebut ngidam.

5
10. Sinkope atau pinsan

a. Terjadi gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan

iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pinsan.

d. Keadaan ini menghilang setelah umur hamil 16 minggu. (Manuaba, 1998)

Tanda-tanda mungkin hamil

1. Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil

2. Pada pemeriksaan dalam dijumpai :

a. Tanda hegar

Uterus segmen bawah lebih lunak dari pada bagian yang lain.

b. Tanda piscasek

Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan

pembesaran perut.

c. Tanda Chadwick

Perubahan warna pada servix dan vagina menjadi kebirubiruan.

d. Tanda braxton-hicks

Uterus mudah berkontraksi jika dirangsang.

e. Teraba ballottement

3. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.

4. Sebagian kemungkinan positif palsu (Manuaba, 1998).

Tanda-tanda Pasti

1. Terdengar Denyut Jantung Janin.

2. Terasa pergerakan janin dalam rahim

6
3. Pemeriksaan ultrasonografi

e. Terdapat kantong hamil, hamil 4 minggu

f. Terdapat fetal plate, hamil 4 minggu

g. Terdapat kerangka janin, hamil 12 minggu

h. Terdapat denyut jantung janin, hamil 6 minggu.

4. Pemeriksaan rontgen untuk melihat kerangka janin (Sarwono,1999).

2.2 Definisi Letak Sungsang

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang

menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu

pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis.

Dorongan pada saat ibu mengedan akan menyebabkan bahu depan (anterior)

berada di bawah pubis. Bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan

dengan sumbu miring panggul dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada

bayi besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis yang sering disebut

dengan distosia bahu. (Sarwono, 2002).

Pada letak lintang, bisaanya bahu berada di atas pintu atas panggul

sedangkan kepala terletak di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka

yang lain. Keadaan seperti ini disebut sebagai presentasi bahu atau presentasi

akromion. Arah akromion menghadap sisi tubuh ibu menentukan jenis letaknya

yaitu letak akromion kiri atau kanan. Lebih lanjut, karena pada kedua posisi

tersebut punggung dapat mengarah ke anterior atau posterior, ke superior atau ke

inferior, bisaanya jenis letak lintang ini dapat dibedakan lagi menjadi letak lintang

dorsoanterior dan dorsoposterior.

7
Pada latak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hamper tegak

lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah,

maka juga disebut presentasi bahu atau presentasi akromion (Fakultas Kedokteran

UNPAD,1984).

Letak lintang (transverse lie) adalah bila sumbu memanjang janin

menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 900. jika

sudut yang dibentuk kedua sumbu ini tajam disebut oblique lie, yang terdiri dari

deviated head presentation (letak kepala mengolak) dan deviated breech

presentation (letak bokong mengolak). Karena bisaanya yang paling rendah

adalah bahu, maka dalam hal ini disebut juga shoulder presentation.

Letak lintang adalah letak janin dengan posisi sumbu panjang tubuh

janin memotong atau tegak lurus dengan sumbu panjang Ibu. Pada letak oblik

biasanya hanya bersifat sementara, sebab hal ini merupakan perpindahan letak

janin menjadi letak lintang atau memanjang pada persalinan. Pada letak lintang,

bahu biasanya berada di atas pintu atas panggul sedangkan kepala terletak pada

salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain kondisi seperti ini

disebut sebagai presentasi bahu atau presentasi akromion. Posisi punggung dapat

mengarah ke posterior, anterior, superior, atau inferior, sehingga letak ini dapat

dibedakan menjadi letak lintang dorso anterior dan dorso posterior.

2.3 Epidemiologi Letak Sungsang

Letak sungsang adalah janin letak memanjang dengan bagian

terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insidensi 3-4% dari

seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (≥ 37 minggu),

8
presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai.

Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara

25-30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur

kehamilan 34 minggu. Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui,

tetapi terdapat beberapa faktor risiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas

struktural uterus, polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri,

kehamilan multipel, anomali janin (anensefali, hidrosefalus), dan riwayat

presentasi bokong sebelumnya.

2.4 Klasifikasi Letak Sungsang

Kehamilan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi

letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri,

sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul atau

simfisis, dibagi menjadi:

a. Letak bokong murni (frank breech)

- Teraba bokong

- Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi

- Kedua kaki bertindak sebagai spalk

b. Letak bokong kaki sempurna

- Teraba bokong

- Kedua kaki berada disamping bokong

c. Letak bokong tak sempurna

- Teraba bokong

- Disamping bokong teraba satu kaki

9
d. Letak kaki

- Bila bagian terendah teraba salah satu dan kedua kaki atau lutut

- Dapat dibedakan : letak kaki, bila kaki terendah, letak lutut bila lutut terendah

2.5 Etiologi Letak Sungsang

Letak janin tergantung pada proses adaptasinya didalam rahim. Jadi tidak

perlu khawatir jika posisi sungsang terjadi pada usia kehamilan dibawah 32 minggu.

Pada usia kehamilan ini, jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga janin masih

dapat bergerak bebas. Dari posisi sungsang berputar menjadi posisi melintang lalu

berputar lagi sehingga posisi kepala dibagian bawah rahim. Sehingga frekuensi letak

sungsang menjadi lebih tinggi pada kehamilan beluh cukup bulan.

Memasuki usia kehamilan 37 minggu ke atas, letak sungsang sudah sulit

untuk berubah karena bagian terendah janin sudah masuk ke pintu atas panggul.

Tetapi seharusnya di trimester ketiga, bokong janin dengan tungkai terlipat yang

ukurannya lebih besar dari kepala janin akan menempati ruangan yang lebih besar

yaitu dibagian atas rahim (fundus uteri), sedangkan kepala menempati ruangan yang

lebih kecil, disegmen bawah rahim ibu. Masalahnya, mengapa posisi sungsang masih

dapat terjadi hingga kehamilan cukup bulan?, mari coba kita kupas bersama apa

penyebabnya. Penyebab Letak Sungsang dapat berasal dari faktor janin maupun

faktor ibu.

a. Dari faktor janin, antara lain :

- Gemeli (kehamilan ganda)

Kehamilan dengan dua janin atau lebih dalam rahim, sehingga

menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari

10
tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang

lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.

- Hidramion (kembar air)

Didefinisikan jumlah air ketuban melebihi normal (lebih 2000 cc)

sehingga hal ini bisa menyebabkan janin bergerak lebih leluasa walau sudah

memasuki trimester ketiga.

- Hidrocepalus

Keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam

ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-

sutura dan ubun-ubun. Karena ukuran kepala janin terlalu besar dan tidak

dapat berakomodasi dibagian bawah uterus, maka sering ditemukan dalam

letak sungsang.

b. Dari Faktor Ibu, diantaranya :

- Plasenta praevia

Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu

pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

pembukaan jalan lahir (osteum uteri internal). Akibatnya keadaan ini

menghalangi turunnya kepala janin ke dalam pintu atas panggul sehingga janin

berusaha mencari tempat yang lebih luas yakni dibagian atas rahim.

- Panggul sempit

Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya

menjadi sungsang.

- Multiparitas

Adalah ibu/wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali

(lebih dari 4 kali), sehingga rahimnya sudah sangat elastis, keadaan ini

11
membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan

seterusnya.

- Kelainan uterus (seperti uterus arkuatus, uterus bikornis, mioma uteri)

Adanya kelainan didalam uterus akan mempengaruhi posisi dan

letak janin dalam rahim, janin akan berusaha mencari ruang/tempat yang

nyaman.

2.6 Faktor Predisposisi Letak Sungsang

Faktor Ibu : kelainan bentuk rahim, multiparitas, riwayat presentasi sungsang,

panggul sempit, bentuk panggul platiloid/ android.

Faktor Janin : prematuritas, malformasi congenital, polihidramnion,

oligohidramnion, kehamilan multiple hamil kembar, plasenta previa, implantasi di

daerah kornu.

2.7 Patofisiologi Letak Sungsang

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin

terhadap ruangan dalamuterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu,

jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak

dengan leluasa. Dengan demikian janindapat menempatkan diri dalam presentasi

kepala, letak sungsang atau letak lintang, Pada kehamilan triwulan terakhir janin

tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang.Karena bokong

dengan kedua tungkai terlipat lebih besar dari padakepala, makabokong dipaksa

untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada

ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian

dapat dimengerti bahwa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak

12
sungsang lebih tinggi,sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian

besar ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti

itu.Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.

Distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu

untuk melipat ke dalam panggul yang disebabkan oleh fase aktif dan fase

persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang

terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau

kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II

sebelum bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.

Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung

menyebabkan uterus beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu

memanjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi

oblik atau melintang. Letak lintang atau letak miring kadang-kadang dalam

persalinan terjadi dari posisi longitudinal yang semula, dengan berpindahnya

kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka.

Pada proses persalinan, setelah ketuban pecah apabila ibu dibiarkan

bersalin sendiri, bahu bayi akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang

sesuai sering menumbung. Setelah penurunan, bahu berhenti sebatas pintu atas

panggul dengan kepala di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang

lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit di bagian atas panggul.

Uterus kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk

mengatasi halangan tersebut. Setelah beberapa saat akan terjadi cincin retraksi

yang semakin lama semakin tinggi dan semakin nyata. Keadaan seperti ini disebut

13
sebagai letak lintang kasep. Jika tidak cepat diatasi, dan ditangani secara benar,

uterus akan mengalami ruptura dan baik ibu maupun janin dapat meninggal.

2.8 Manifestasi Kllinis Letak Sungsang

Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan

bahwa kehamilannyaterasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa

penuh dibagian atas dan gerakanlebih banyak dibagian bawah. Pada kehamilan

pertama kalinya mungkin belum bisadirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri

dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah adayang sungsang. Pada pemeriksaan

luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold Idifundus akan

teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba

punggungdisatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong

dibagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat

memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah

kepala. Denyut jantung janin pada umumnyaditemukan setinggi pusat atau sedikit

lebih tinggi daripada umbilicus.

2.9 Diagnosis Letak Sungsang

a. Data Subjektif

- Ibu mengatakan perutnya terasa penuh dibagian atas

- Ibu mengatakan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah pusat

- Ibu merasa tidak nyaman karena seringnya benda keras (kepala) mendesak

tulang iga. (Sarwono, 2006).

14
b. Data Objektif

Palpasai

- Leopold I : menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang terdapat di

fundus, memastikan letak janin longitudinal. (cunningham, 2005;

Sastrawinata, 1984; sarwono, 2006; boyle, 2008).

- Leopold III: teraba bagian lunak dan kurang bundar dan bokong janin

masih bisa digerakkan jika belum melewati PAP (cunningham, 2005;

Sastrawinata, 1984; sarwono, 2006)

Auskultasi

- DJJ ditemukan setinggi, di atas dan disamping umbilikus, akan tetapi jika

sudah terjadi enggagement maka DJJ terdengar paling keras di bawah

umbilikus (Sarwono, 2006; boyle, 2008; cunningham, 2005)

Pemeriksaan Dalam (Vaginal touche)

- Apabila air ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong.

- Tanda-tandanya, yaitu adanya kedua tuber ossis iskii, ujung os sakrum,

anus. Setelah terjadi penurunan lebih lanjut, genetalia eksterna dapat

dikenali. (sarwono, 2006; cuningham, 2005; Sastrawinata, 1984).

Pemeriksaan penunjang

- Ultrasonografi atau M.R.I (magnetig resonance imaging) dilakukan bila

masih adanya keragu-raguan (sarwono, 2006, cuningham, 2005).

2.10 Resiko Tinggi Letak Sungsang

Kehamilan letak sungsang yang tergolong beresiko tinggi adalah :

- Kehamilan sungsang pada kasus infertilitas

15
- Kehamilan sungsang dengan riwayat obstetri buruk : sering mengalami abortus/

keguguran, persalinan prematur, IUFD.

- Kehamilan sungsang dengan perdarahan

- Kehamilan sungsang dengan hipertensi/tekanan darah tinggi

- Kehamilan sungsang dengan umur ibu kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

- Kehamilan sungsang yang terjadi pada ibu primigravida

- Kehamilan sungsang dengan penyakit sistemik ibu : penyakit jantung, penyakit

ginjal, penyakit paru – paru.

- Kehamilan sungsang inpartu dengan keadaan abnormal : bayi besar, ketuban

pecah dini/ketuban pecah awal, tejadi prolapsus funikuli, bayi prematur, infeksi

pada ibu terjadi distres janin.

2.11 Persalinan Letak Sungsang

Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin sunsang

pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:

 Persalinan spontan (spontaneous breech). Janin dilahirkan dengan kekuatan

dan tenaga ibu sendiri.

 Manual aid (partial breech axtraction; assisted breech delivery). Janin

dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan

tenaga penolong.

Beberapa cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah:

- Klasik (deventer)

- Muller

- Lovset

- Bickenbach

16
Beberapa cara/teknik untuk melahirkan kepala ialah:

- Mauriceau

- Najouks

- Prague terbalik

- Cunam piper

 Ekstraksi sungsang (total breech extraction). Janin dilahirkan seluruhnya

dengan memakai tenaga penolong. Jenis ekstraksi total :

- Ekstraksi bokong

- Ekstraksi kaki

Mekanisme persalinan letak sungsang

1. biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi apapun)

hingga bokong tampak di vulva.

2. pastikan bahwa pembukaan sudah benar-benar lengkap sebelum

memperkenankan ibu mengejan.

3. perhatikan hingga bokong membuka vulva.

4. lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis dengan

introitus yang sudah lebar, episiotomi mungkin tidak diperlukan). Gunakan

anestesi lokal sebelumnya.

5. biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah ampak kendorkan. Perhatikan

hingga tampak tulang belikat (skapula) janin mulai tampak di vulva. Jangan

melakukan tarikan atau tindakan apapun pada tahap ini.

6. dengan lembut peganglah bokong dengan cara kedua ibu jari penolong sejajar

smbu panggul, sedang jari-jari yang lain memegang belakang pinggul janin.

17
7. tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin dengan

kedua tangan penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu(melengkung

ventrokranial ke arah perut ibu) sehingga berturut-turut lahir perut, dada, bahu,

lengan,dagu, mulut dan seluruh kepala.

8. bila pada langkah no.7 tidk ada kemajuan dan atautungkai tidak lahir secara

spontan, maka lahirkan kakisatu per satu dengan cara berikut : Dengan jari

telunjuk dan jari tengah ke belakang paha sebagai bidai lakukan eksorotasi

paha sampai tungkai lahir.

9. Tentukan posisi lengan janin dengan cara merabanya di depan dada, diatas

kepala, atau di belakang leher.

10. lakukan langkah melahirkan lengan dan kepala spontan.

2.12 Penatalaksanaan Letak Sungsang

Sewaktu Hamil

Yang terpenting ialah usaha untuk memperbaiki letak sebelum persalinan

terjadi dengen versi luar. Tehnik :

Sebagai persiapan :

 Kandung kencing harus dikosongkan

 Pasien ditidurkan terlentang

 Bunyi jantung anak diperiksa dahulu

 Kaki dibengkokan pada lutut dan pangkal paha supaya dinding perut kendor

 Mobilisasi : bokong dibebaskan dahulu

 Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satusama lain

sehingga badan anak membulat dengan demikian anak mudah diputar.

18
 Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah. Arah pemutaran

hendaknya kearah yang lebih mudah yang paling sedikit tekanannya. Kalau

ada pilihan putar kearah perut anak supaya tidak terjadi defleksi. Setelah versi

berhasil bunyi jantung anak diperiksa lagi dan kalau tetap buruk anak diputar

lagi ketempat semula.

 Setelah berhasil pasang gurita, observasai tensi, DJJ, serta keluhan.

- Pimpinan Persalinan

Cara berbaring :

- Litotomi sewaktu inpartu

- Trendelenburg

- Melahirkan bokong

- Mengawasi sampai lahir spontan

- Mengait dengan jari

- Mengaik dengan pengait bokong

- Mengait dengan tali sebesar kelingking

- Ekstraksi kaki

- Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat dilahirkan

dengan cara vaginal atau abdominal (seksio sesarea)

- Cara Melahirkan Pervaginam

Terdiri dari partus spontan (pada letak sungsang janin dapat lahir

secara spontan seluruhnya) dan manual aid (manual hilfe). Waktu memimpin

partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase :

19
Fase I : fase menunggu

Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi.

Bila tangan tidak menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan akan mudah.

Sebaiknya jangan dilakukan ekspresi kristeller,karena halini akan

memudahkan terjadinya nuchee arm.

Fase II : fase untuk bertindak cepat

Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan

antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk

mempercepatnya lahirnya janin dapat dilakukan manual aid.

2.13 Komplikasi Letak Sungsang

Bayi

- Gangguan pernafasan: Sufokasi / aspirasi, Hipoksia, asfiksia, anoksia

- Fraktur tulang humerus, femur, tulang-tulang kepala, klavikula

- Dislokasi panggul, dislokasi bahu, dislokasi leher, dislokasi congenital pinggul,

khususnya dengan bokong memanjang, paralisis brakhialis, cidera muskulus

sternokleidomastoideus kaku leher, pertumbuhan terhambat

- Kerusakan neurologis jangka panjang dan jaringan otak (trauma otak janin),

Kerusakan medulla spinalis atau fraktur spinal, hemoragi intracranial,

kerusakan jaringan lunak, cerebral palsy

- Prolaps tali pusat

- Kerusakan organ (ginjal, hepar, limpa, kandung kemih rupture bila

berdistensi), jejas faring dalm bentuk rubekan atau pseudodivertikel, cedera

testis, hematoma otot-otot

20
- Cold injury dan hipoglikemi

- Kasus adrenal idiopatik

- Sindom kematian bayi mendadak (Sudden infant death syndrome, SIDS).

Ibu

- Trauma jalan lahir (trauma vagina, rupture perineum, perlukaan serviks),

trauma uretra

- Distress psikologis

- Atonia uteri, perdarahan post partum endometritis (Mauren Boyle, 2008;

sastrawinata, 1984; saifuddin, 2002; Cunningham, 2005)

2.14 Prognosis Letak Sungsang

Bagi ibu

- Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar,juga karena dilakukan

tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi

mudah terkena infeksi.

Bagi bayi

- Prognosa tidak begitu baik,karena adanya ganguan peredaran darah plasenta

setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, talipusat terjepit antara kepala

dan panggul, anak bisa menderita asfiksia.

- Oleh karena itu setelah tali pusat lahir dan supaya janin hidup,janin harus

dilakukan dalam waktu 8 menit.

21
BAB III

KESIMPULAN

Posisi janin sungsang tentunya dapat mempengaruhi proses persalinan, jika yang

terjadi adalah presentasi bokong murni, maka persalinan normal masih relatif mudah

dilakukan. Namun, hanya berlaku bagi ibu yang sudah pernah melahirkan bayi cukup bulan

pervaginam. Sedangkan jika yang terjadi adalah presentasi kaki, pada saat ketuban pecah

spontan mungkin saja tali pusat ikut keluar (prolapsus tali pusat). Jika tidak segera

dilakukan persalinan, janin mungkin tidak terselamatkan. Untuk mencegahnya, persalinan

dapat dilakukan dengan cara sesar.

Untuk ibu yang baru pertama kali hamil atau terdapat faktor resiko tinggi/

penyulit pada kehamilannya maka persalinan sesar merupakan jalan terbaik. Dalam hal ini,

serahkan keputusan terbaik kepada dokter yang menangani. Letak sungsang dapat di

ketahui dengan melakukan USG, Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh

dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang..Karena bokong dengan kedua

tungkai terlipat lebih besar dari pada kepala, makabokong dipaksa untuk menempati

ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada di ruangan yang lebih

kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa

pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi ,sedangkan

pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.

Penyulit, perasaan nyeri,kulit perut tebal (banyak lemak), dinding perut tegang terutama

nulipara,air ketuban sedikit, kaki janin mencukit ke atas, lilitan tali pusat/tali pusat

pendek,his sering, kelainan uterus (bentuk pendek/uterus septus/moima uteri).

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Chunningham, F., Gary., Gant, F., Norman., Leveno, J., Kenneth., et all. Obstetri

Williams Edisi 21. 2005. Jakarta: EGC, 560-85.

2. Saifuddin. Buku Acuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. 2006. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 523-26.

3. Wiknjosastro. Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 1989. Jakarta. 104-07.

4. Sarwono. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

2005. Jakarta. 104-07, Jakarta. 606-09.

5. Varney, H., Kriebs, M., Jan., Gegor, L., Carolyn. Buku Ajar Asuhan

Kebidanan ed.4. vol 2. 2008. Jakarta: EGC, 814-20.

6. Mauren Boyle, Micheal, J., Kreo. Kearuratan dalam Persalinan. 2008. Jakarta:

EGC, 111-28.

7. Sulaeman Sastrawinata. Buku Ajar Obstetri Patologi. 1984. Bandung: Elstar Offset,

169-85.

8. Marmi dkk. 2011. Asuhan kebidanan Patologi, yogyakarta : Pustaka pelajar.

9. Rukiyah,ai yeyeh,dkk. Asuhan kebidanan Patologi. Trans info media, jakarta.2015.

10. Fadlun Achmad Feryanto,Asuhan kebidanan Patologis.Jakarta: Salemba medika,

2012.

11. Prawiroharjo, Sarwono,ilmu Kandungan edisi keempat, yayasan bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo 2010.

12. Prawiroharjo Sarwono,2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: YBP-SP.

23

Anda mungkin juga menyukai