b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi halusinasi menurut Stuart and Sundeen, 2006 adalah stressor sosial
dimana stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadinya penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dari orang sangat penting atau diasingkan oleh kelompok
masyarakat. Faktor biokimia dapat disebabkan karena partisipasi klien berinteraksi
dengan kelompok kurang, suasana terisolasi (sepi) sehingga dapat meningkatkan stress
dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat-zat halusinogenik. Masalah
keperawatan yang menjadi penyebab munculnya halusinasi antara lain adalah harga diri
rendah dan isolasi sosial. Akibat kurangnya ketrampilan berhubungan sosial.Klien
menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus
pada dirinya sendiri. Stimulus eksternal menjadi lebih dominan dibandingkan dengan
stimulus eksternal.
c. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 2006 hal 33). Mekanisme koping
merupakan upaya langsung dalam mengatasi stress yang berorientasi pada tugas yang
meliputi upaya pencegahan langsung, mengurangi ancaman yang ada. Mekanisme
2
koping yang sering dilakukan oleh klien dengan halusinasi adalah regresi yaitu
berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas,
klien jadi malas beraktivitas sehari-hari. Proyeksi yaitu sebagai upaya untuk
menyelesaikan kehancuran persepsi dan mencoba menjelaskan gangguan persepsi
dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda. Denail yaitu
menghindari kenyataan yang tidak diinginkan dengan mengabaikan atau mengakui
adanya kenyataan ini.
d. Rentang respon
Rentang respon neurobiological
e. Fase-fase (halusinasi)
Menurut Stuart and Laraia, 1998 halusinasi dibagi menjadi empat fase yang terdiri dari :
a. Fase pertama
Individu mengalami stress, cemas, perasaan terpisah kecuali kesepian klien mugkin
melamun dan menfokuskan pada hal-hal yang menyenangkan untuk menghilangkan
kecemasan dan stress. Hal ini menolong sementara integrasi pemikirannya meningkat
tapi masih bisa mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya.
b. Fase kedua
3
e. Halusinasi raba ( Taktil ) yaitu klien merasa ada seseorang yang memegang,
meraba, memukul klien, halusinasi septic yaitu bila klien merasakan rabaan yang
merupakan rangsangan seksual.
Dan dari semua tipe halusinas tersebut dapat terjadi sendiri atau secara kombinasi halusinasi
dapat menimbulkan perubahan yang jelas pada perubahan lingkungan yang nyata, sehingga
klien dapat sulit diajak bicara, komunikasi mengenai diri dan lingkungannya serta mengukur
afek yang terdapat pada klien tersebut.
Gangguan
Gangguan Persepsi
Persepsi Sensori
Sensori :: Halusinasi
Halusinasi
Berduka disfungsional
1. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari pasien
maupun keluarganya, mengenai factor perkembangan sosial kultural, biokimia,
psikologis dan genetik yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
o Faktor Perkembangan
o Faktor Sosiokultural
o Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang
bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan
kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.
o Faktor genetic
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
3. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi
berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang
dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat
dilihat dari dimensi yaitu :
o Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal
yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh
beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-
obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur
dalam waktu yang lama.
o Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa
perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
o Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi
merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,
namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
prilaku klien.
o Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya
kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan sistem control oleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan
lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
o Dimensi Spiritual
4. Sumber Koping
5. Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat
mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan.
Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan
sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
6. Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
1. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan
halusinasi.
Diagnoasa 1.
Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan
halusinasi
Tujuan : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal.
2. Pasien dapat menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, cara
memutuskan halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi pasien untuk
digunakan
3. Pasien dapat menggunakan keluarga pasien untuk mengontrol halusinasi dengan cara
sering berinteraksi dengan keluarga.
Intervensi :
Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktu disesuaikan
dengan kondisi klien).
Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi.
Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedang mengalami halusinasi.
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan cara memutuskan halusinasi yang
sesuai dengan klien.
Diagnosa 2.
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
Tujuan : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Kriteria Hasil :
2. Pasien mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau duduk
bersama.
5. Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara bertahap dengan
keluarga
Intervensi :
Lakukan perkenalan.
Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang mungkin
jadi penyebab.
Perlahan-lahan serta pasien dalam kegiatan ruangan dengan melalui tahap-tahap yang
ditentukan.
Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab dan car a
keluarga menghadapi.
Anjurkan anggota keluarga pasien secara rutin menengok pasien minimal sekali
seminggu.
Diagnosa 3.
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan : Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
Kriteria Hasil :
4. pasien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan kemampuan yang
ada pada dirinya
5. Pasien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai dengan
rencanan
Intervensi :
o Dorong pasien untuk menyebutkan aspek positip yang ada pada dirinya dari
segi fisik.
o Berikan pujian.
o Bantu pasien untuk mengerti bahwa hanya pasien yang dapat merubah dirinya
bukan orang lain
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito , Lynda Juall. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan , Jakarta : EGC
Kelliat Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan dan Keperawatan Kesehatan Jiwa .Jakarta :
EGC
Stuart and Sundeen .2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
12
0
RENCANA KEPERAWATAN
No. CM : DX Medis:Halusinasi
Tgl No Dx Perencanaan
D Kepera Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasionalisasi
x watan
Gangguan TUM: Klien 1. Setelah….x 1. Bina hubungan saling Bila sudah terbina hubungan saling
sensori dapat interaksi klien percaya dengan percaya diharapkan klien dapat
persepsi mengontrol menunjukkan menggunakan prinsip kooperatif, sehingga
: halusinasi tanda-tanda komunikasi terapeutik : pelaksanaan asuhan
halusina yang percaya kepeda Sapa klien dengan keperawatan dapat berjalan
si dialaminya perawat : ramah baik verbal dengan baik.
(lihat/de Tuk 1 : Ekspresi maupun non verbal
ngar/pe Klien dapat wajah Perkenalkan nama,
nghidu/ membina bersahabat nama panggilan dan
raba/kecap) hubungan Menunjujkka tujuan perawat
saling n rasa senang berkenalan
percaya Ada kontak Tanyakan nama
mata lengkap dan nama
Mau berjabat panggilan yang
tangan disukai klien
Mau Buat kontrak yang
menyebutkan jelas
nama Tunjukkan sikap
Mau jujur dan menepati
menjawab janji setiap kali
1
salam interaksi
Mau duduk Tunjukkan sikap
berdampinga empati dan
n dengan menerima apa
perawat adanya
Bersedia Beri perhatian
mengungkap kepada klien dan
kan masalah perhatikan
yang kebutuhan dasar
dihadapi klien
Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi klien
Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien
Tuk 2 : 2. Setelah….x 2.1. Adakan kontak sering Kontak sering dan singkat
Klien dapat interaksi klien dan singkat secara selain upaya membina
mengenal menyebutkan: bertahap hubungan saling percaya, juga
halusinasiny o Jenis 2.2. Observasi tingkah laku dapat memutuskan halusinasi.
a o Isi klien terkait dengan Mengenal perilaku pada saat
o Waktu halusinasinya (* halusinasi timbul,
o Frekuensi dengar/lihat/penghidu/r memudahkan perawat dalam
o Perasaan aba/kecap), jika melakukan intervensi.
o Situasi dan menemukan klien yang Mengenal halusinsi
sedang halusinasi : memungkinkan klien untuk
kondisi yang
menimbulkan Tanyakan apakah menghindarkan factor pencetus
halusinasi klien mengalami timbulnya halusinasinya.
o Respons sesuatu (halusinasi Dengan mengngetahui waktu,
dengar/lihat/penghid isi dan frekuensi munculnya
2
siang, sore,
malam atau
sering dan
kadang-kadang)
Situasi dan
kondisi yang
menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
2. Setelah…x 2.3.Diskusikan dengan klien Untuk mengetahui koping yang
interaksi klien apa yang dirasakan jika digunakan oleh klien.
menyatakan terjadi halusinasi dan Agar klien mengetahui akibat
perasaan dan beri kesempatan untuk dari menikmati halusinasi
responnya saat mengungkapkan sehingga klien meminimalisir
mengalami perasaannya. halusinasinya.
halusinasi : 2.4.Diskusikan dengan klien
Marah apa yang dilakukan
Takut untuk mengatasi
Sedih perasaan tersebut.
Senang 2.5.Diskusikan tentang
Cemas dampak yang akan
Jengkel dialamunya bila klien
menikmati
halusinasinya.
Tuk 3 : 3.1. Setelah…x 3.1.Identifikasi bersama Upaya untuk memutuskan
Klien dapat interaksi klien klien cara atau tindakan siklus halusinasi sehingga
mengontrol menyebutkan yang dilakukan jika halusinasi tidak berlanjut.
halusinasiny tindakan yang terjadi halusinasi Reinforcement positif dapat
a biasanya (tidur,marah,menyibuk meningkatkan harga diri klien.
dilakukan untuk kan diri dll) Memberikan alternatif pilihan
mengendalikan 3.2. Diskusikan vara yang bagi klien untuk mengontrol
4
Meminta
keluarga/teman/pera
wat menyapa jika
sedang berhalusinasi.
3.4. Bantu klien memilih
cara yang sudah
diajurkan dan latih
untuk mencobanya.
3.5. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dipilih dan dilatih.
3.6. Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih dan
dilatih, jika berhasil
beri pujian.
3.7. Anjurkan klien
mengikuti terapi
aktifitas kelompok,
orientasi realita,
stimulasi persepsi.
Tuk 4 : 4.1.Setelah…x 4.1.Buat kontrak dengan Untuk mendapatkan bantuan
Klien dapat pertemuan keluarga untuk keluarga mengontrol halusinasi.
dukungan keluarga, pertemuan (waktu,
dari keluarga keluarga tempat dan topic) Untuk mengetahui pengetahuan
dalam menyatakan 4.2. Diskusikan dengan keluarga dan meningkatkan
mengontrol setuju untuk keluarga (pada saat kemampuan pengetahuan tentang
halusinasiny mengikuti pertemuan keluarga halusinasi.
a pertemuan kunjungan rumah)
dengan perawat. Pengertian Agar keluarga dapat merawat klien
4.2.Setelah…x halusinasi atau anggota keluarga lain yang
interaksi Tanda dan gejala berhalusinasi di rumah.
keluarga halusinasi
6
Halusinasi Dengar : Bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kanan/kekiri/kedepan seola-olah ada
teman bicara
Halusinasi Lihat : Menyatakan melihat sesuatu, terlihat ketakutan
8