Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)


Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya serta
hubungannya dalam waktu dan ruang terhadap dirinya sendiri dan juga hubungannya dengan
yang lain (Maramis, 2000). Sedangkan gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan
klien menilai dan merespon terhadap realita. Gangguan ini disebabkan oleh fungsi otak yang
terganggu berupa fungsi kognitif dan proses pikir, emosi, motorik dan persepsi (Stuart dan
Sundeen, 2006). Halusinasi merupakan salah satu bentuk dari perubahan dan gangguan
persepsi.
Persepsi adalah diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti
sehingga merupakan tanggapan terhadap rangsangan yang datang dari luar hingga rangsang
penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan, dan rabaan.
Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara
rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi, somatic dengan
impulsif dan stimulus eksternal persepsi mengacu pada respon reseptor sensori terhadap
stimulus eksternal sehingga gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensasi dari
pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau pengecapan. Gangguan ini bersifat
ringan, berat, atau sementara/ lama (Harsir, Nudis 2002)
Halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu objek gambaran dan pikiran yang
sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, dan pengecapan) (Cook &
Fontane, 2002). Halusinasi adalah gangguan penyerapan, atau persepsi panca indera tanpa
adanya rangsang dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada
saat individu itu penuh dan baik. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsang yang
tidak nyata dan hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat ditentukan oleh orang lain
(Wilson, 2002). Jadi Halusinasi adalah keadaan dimana panca indra tidak dapat membedakan
rangsangan interna dan eksterna yang menimbulkan respon yang tidak sesuai dengan jumlah,
pola interpretasi yang datang.
1

II. Proses Terjadinya Masalah


a. Faktor predisposisi
Pada pasien dengan halisunasi (stuart and lumala ,2006) adalah factor perkembangan
yaitu jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal yang
terganggu maka individu mengalami stres dan kecemasan. Kedua, yaitu factor sosio
kultural yaitu berbagai faKtor di masyarakat seperti kemiskinan, ketidakharmonisan,
sosial budaya, hidup terisolasi dan stress yang menumpuk. Ketiga, yaitu factor biokimia
yaitu terhadap respon stres menyebabkan pelepasan zat-zat halusinogen (bupatin dan
simotil transerase) yang menyebabkan terjadinya gangguan dalam proses informasi dan
penurunan kemampuan menanggapi rangsangan. Keempat, yaitu harmonis , pola asuh
yang tidak akurat , konflik perkawinan, koping dalam menghadapi stres. Faktor genetic
yamg meliputi kesehatan identik monozigot sebagai 95% dan salah satu orang tua
sebanyak 15%.Diketahui factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi halusinasi menurut Stuart and Sundeen, 2006 adalah stressor sosial
dimana stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadinya penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dari orang sangat penting atau diasingkan oleh kelompok
masyarakat. Faktor biokimia dapat disebabkan karena partisipasi klien berinteraksi
dengan kelompok kurang, suasana terisolasi (sepi) sehingga dapat meningkatkan stress
dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat-zat halusinogenik. Masalah
keperawatan yang menjadi penyebab munculnya halusinasi antara lain adalah harga diri
rendah dan isolasi sosial. Akibat kurangnya ketrampilan berhubungan sosial.Klien
menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus
pada dirinya sendiri. Stimulus eksternal menjadi lebih dominan dibandingkan dengan
stimulus eksternal.

c. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 2006 hal 33). Mekanisme koping
merupakan upaya langsung dalam mengatasi stress yang berorientasi pada tugas yang
meliputi upaya pencegahan langsung, mengurangi ancaman yang ada. Mekanisme
2

koping yang sering dilakukan oleh klien dengan halusinasi adalah regresi yaitu
berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas,
klien jadi malas beraktivitas sehari-hari. Proyeksi yaitu sebagai upaya untuk
menyelesaikan kehancuran persepsi dan mencoba menjelaskan gangguan persepsi
dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda. Denail yaitu
menghindari kenyataan yang tidak diinginkan dengan mengabaikan atau mengakui
adanya kenyataan ini.

d. Rentang respon
Rentang respon neurobiological

Adaptif respon - Ilusi Mal adaptif


- Pemikiran logis - Reaksi emosional - Kelainan pikiran
- Persepsi akurat berkurang atau - Halusinasi
- Emosi konsisten lebih - Ketidakmampuan
dengan pengalaman - Perilakunya emosi
- Prilakunya sesuai ganjil - Ketidakteraturan
- Hubungan social - Menarik diri - Isolasi Sosial

e. Fase-fase (halusinasi)
Menurut Stuart and Laraia, 1998 halusinasi dibagi menjadi empat fase yang terdiri dari :
a. Fase pertama
Individu mengalami stress, cemas, perasaan terpisah kecuali kesepian klien mugkin
melamun dan menfokuskan pada hal-hal yang menyenangkan untuk menghilangkan
kecemasan dan stress. Hal ini menolong sementara integrasi pemikirannya meningkat
tapi masih bisa mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya.
b. Fase kedua
3

Ketakutan meningkat dipengaruhi oleh pengalaman berada pada tingkat pendengaran


halusinasi pikiran internal menjadi menonjol. Halusinasi berupa sensori dapat berupa
bisikan yang tidak jelas dan suara aneh tapi klien takut bila orang lain
mendengar/memperhatikannya perasaan klien tidak efektif untuk mengontrol dirinya
dan halusinasi dengan memproyeksikan pengalaman sehingga seolah-olah halusinasi
datangnya dari tempat lain.
c. Fase ketiga
Halusinasi makin menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi lebih terbiasa
dan tidak berdaya dengan halusinasinya kadang halusinasinya tersebut memberi
kemungkinan dan rasa aman sementara.
d. Fase Keempat
Klien merasa tidak berdaya dan terpaku untuk melepaskan dirinya &control yang
sebelumnya menyenangkan menjadi memerintah, memarahi, mengancam
dirinya,klien tidak berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya. Mungkin klien berada dalam dunia yang menakutkan. Bila tidak
dilakukan intervensi secepatnya proses tersebut bias menjadi kronik.

f. Klasifikasi jenis dan sifat masalah


Adapun jenis dan halusinasi menurut Wilson & Kneils 2008 sebagai berikut:
a. Halusinasi dengar (Auditorik atau akustik) yaitu suara atau ucapan yang di
dengar oleh klien tapi tidak ada objek realita, secara merupakan proyeksi
ketidakmampuan klien menerima persepsi dari dirinya yang kemudian
dihubungkan dengan ketakutan luar kadang suara tersebut memaki - maki,
menghina orang lain, menertawakan dan mengancam.
b. Halusinasi Lihat (Visual) yaitu bayangan visual atau sensasi yang dialami oleh
klien tanpa adannya stimulus klien mungkin melihat bayangan dari figure objek
atau kejadian yang orang lain tidak melihat objek tersebut.
c. Halusinasi hirup atau bau (Olfaktori) yaitu klien mengalami atau mengatakan
mencium bau- bauan seperti bau bunga, kemenyan atau bau-bauan yang lain,
yang sebenarnya tidak ada sumbernya.
d. Halusinasi kecap ( Eustatorik ) yaitu biasanya halusinasi rasa terjadi bersama
dengan halusinasi bau,klien merasa mengecap sesuatu bau atau rasa di dalam
mulutnya.
4

e. Halusinasi raba ( Taktil ) yaitu klien merasa ada seseorang yang memegang,
meraba, memukul klien, halusinasi septic yaitu bila klien merasakan rabaan yang
merupakan rangsangan seksual.
Dan dari semua tipe halusinas tersebut dapat terjadi sendiri atau secara kombinasi halusinasi
dapat menimbulkan perubahan yang jelas pada perubahan lingkungan yang nyata, sehingga
klien dapat sulit diajak bicara, komunikasi mengenai diri dan lingkungannya serta mengukur
afek yang terdapat pada klien tersebut.

III. A. Pohon Masalah


Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan
Gangguan Persepsi
Persepsi Sensori
Sensori :: Halusinasi
Halusinasi

Isolasi Sosial Defisit perawatan diri : kebersihan diri

Harga Diri Rendah

Berduka disfungsional

Koping keluarga tidak efektif

B. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


Gangguan sensori persepsi : halusinasi
DS :
- Klien mengatakan sering mendengar suara bisikan di telinga
- Klien mengatakan sering meihat sesuatu
DO :
- Klien tampak ketakutan
- Klien kadang tertawa sendiri
- Klien tampak bicara sendiri
- Klien tampak marah tanpa sebab
5

- Klien sering menyendirI

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi


A. Pengkajian
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :

1. Faktor predisposisi.

Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari pasien
maupun keluarganya, mengenai factor perkembangan sosial kultural, biokimia,
psikologis dan genetik yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.

o Faktor Perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal


terganggu maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.

o Faktor Sosiokultural

Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa


disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien di besarkan.
Faktor Biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Dengan adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).

o Faktor Psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang
bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan
kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.

o Faktor genetic

Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi

Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman /


tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan
yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak
komunikasi, objek yang ada dilingkungan juga suasana sepi / isolasi adalah sering
sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress
dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
6

3. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi
berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang
dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat
dilihat dari dimensi yaitu :

o Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal
yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh
beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-
obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur
dalam waktu yang lama.

o Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa
perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.

o Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi
merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,
namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
prilaku klien.

o Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya
kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan sistem control oleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan
lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.

o Dimensi Spiritual

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan


manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu tersebut
cenderung menyendiri hingga proses diatas tidak terjadi, individu tidak sadar
dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu
7

tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol


kehidupan dirinya.

4. Sumber Koping

5. Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat
mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan.
Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan
sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

6. Mekanisme Koping

Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.

B. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

1. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan
halusinasi.

2. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri

3. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

Diagnoasa 1.
Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan
halusinasi
Tujuan : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain.
Kriteria Hasil :

1. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal.

2. Pasien dapat menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, cara
memutuskan halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi pasien untuk
digunakan

3. Pasien dapat menggunakan keluarga pasien untuk mengontrol halusinasi dengan cara
sering berinteraksi dengan keluarga.

Intervensi :

 Bina Hubungan saling percaya

 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.

 Dengarkan ungkapan klien dengan empati


8

 Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktu disesuaikan
dengan kondisi klien).

 Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi.

 Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkan tingkah laku


halusinasi.

 Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan


halusinasi, isi, waktu, frekuensi.

 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat alami halusinasi.

 Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedang mengalami halusinasi.

 Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi

 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan cara memutuskan halusinasi yang
sesuai dengan klien.

 Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok

 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga ketika mengalami halusinasi.

 Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat untuk mengontrol halusinasi.

 Bantu klien menggunakan obat secara benar.

Diagnosa 2.
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
Tujuan : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Kriteria Hasil :

1. Pasien dapat dan mau berjabat tangan.

2. Pasien mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau duduk
bersama.

3. Pasien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri.

4. Pasien mau berhubungan dengan orang lain.

5. Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara bertahap dengan
keluarga

Intervensi :

 Bina hubungan saling percaya.


9

 Buat kontrak dengan klien.

 Lakukan perkenalan.

 Panggil nama kesukaan.

 Ajak pasien bercakap-cakap dengan ramah.

 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya


serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan penyebab pasien tidak
mau bergaul/menarik diri.

 Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang mungkin
jadi penyebab.

 Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.

 Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan.

 Perlahan-lahan serta pasien dalam kegiatan ruangan dengan melalui tahap-tahap yang
ditentukan.

 Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai.

 Anjurkan pasien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan.

 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan pasien mengisi waktunya.

 Motivasi pasien dalam mengikuti aktivitas ruangan.

 Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan.

 Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan keluarga.

 Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab dan car a
keluarga menghadapi.

 Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi.

 Anjurkan anggota keluarga pasien secara rutin menengok pasien minimal sekali
seminggu.

Diagnosa 3.
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan : Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
Kriteria Hasil :

1. Pasien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan


10

2. Pasien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan

3. Pasien mampu memulai mengevaluasi diri

4. pasien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan kemampuan yang
ada pada dirinya

5. Pasien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai dengan
rencanan
Intervensi :

o Dorong pasien untuk menyebutkan aspek positip yang ada pada dirinya dari
segi fisik.

o Diskusikan dengan pasien tentang harapan-harapannya.

o Diskusikan dengan pasien keterampilannya yang menonjol selama di rumah


dan di rumah sakit.

o Berikan pujian.

o Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh pasien

o Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh pasien.

o Diskusikan strategi koping yang efektif bagi pasien.

o Bersama pasien identifikasi stressor dan bagaimana penialian pasien terhadap


stressor.

o Jelaskan bahwa keyakinan pasien terhadap stressor mempengaruhi pikiran dan


perilakunya.

o Bersama pasien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang tidak realistic.

o Bersama pasien identifikasi kekuatan dan sumber koping yang dimiliki

o Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang cocok.

o Diskusikan koping adaptif dan maladaptif.

o Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang maladaptive.

o Bantu pasien untuk mengerti bahwa hanya pasien yang dapat merubah dirinya
bukan orang lain

o Dorong pasien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri (bukan


perawat).
11

o Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan / tujuannya.

o Bantu pasien untuk menetpkan secara jelas perubahan yang diharapkan.

o Dorong pasien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang sesuai


potensi yang ada pada dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito , Lynda Juall. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan , Jakarta : EGC
Kelliat Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan dan Keperawatan Kesehatan Jiwa .Jakarta :
EGC
Stuart and Sundeen .2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
12
0

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : . Ruangan :

No. CM : DX Medis:Halusinasi

Tgl No Dx Perencanaan
D Kepera Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasionalisasi
x watan
Gangguan TUM: Klien 1. Setelah….x 1. Bina hubungan saling Bila sudah terbina hubungan saling
sensori dapat interaksi klien percaya dengan percaya diharapkan klien dapat
persepsi mengontrol menunjukkan menggunakan prinsip kooperatif, sehingga
: halusinasi tanda-tanda komunikasi terapeutik : pelaksanaan asuhan
halusina yang percaya kepeda  Sapa klien dengan keperawatan dapat berjalan
si dialaminya perawat : ramah baik verbal dengan baik.
(lihat/de Tuk 1 :  Ekspresi maupun non verbal
ngar/pe Klien dapat wajah  Perkenalkan nama,
nghidu/ membina bersahabat nama panggilan dan
raba/kecap) hubungan  Menunjujkka tujuan perawat
saling n rasa senang berkenalan
percaya  Ada kontak  Tanyakan nama
mata lengkap dan nama
 Mau berjabat panggilan yang
tangan disukai klien
 Mau  Buat kontrak yang
menyebutkan jelas
nama  Tunjukkan sikap
 Mau jujur dan menepati
menjawab janji setiap kali
1

salam interaksi
 Mau duduk  Tunjukkan sikap
berdampinga empati dan
n dengan menerima apa
perawat adanya
 Bersedia  Beri perhatian
mengungkap kepada klien dan
kan masalah perhatikan
yang kebutuhan dasar
dihadapi klien
 Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi klien
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien

Tuk 2 : 2. Setelah….x 2.1. Adakan kontak sering  Kontak sering dan singkat
Klien dapat interaksi klien dan singkat secara selain upaya membina
mengenal menyebutkan: bertahap hubungan saling percaya, juga
halusinasiny o Jenis 2.2. Observasi tingkah laku dapat memutuskan halusinasi.
a o Isi klien terkait dengan  Mengenal perilaku pada saat
o Waktu halusinasinya (* halusinasi timbul,
o Frekuensi dengar/lihat/penghidu/r memudahkan perawat dalam
o Perasaan aba/kecap), jika melakukan intervensi.
o Situasi dan menemukan klien yang  Mengenal halusinsi
sedang halusinasi : memungkinkan klien untuk
kondisi yang
menimbulkan  Tanyakan apakah menghindarkan factor pencetus
halusinasi klien mengalami timbulnya halusinasinya.
o Respons sesuatu (halusinasi  Dengan mengngetahui waktu,
dengar/lihat/penghid isi dan frekuensi munculnya
2

u/raba/kecap) halusinasi mempermudah


 Jika klien menjawab tindakan keperawatan yang
ya, tanyakan apa akan dilakukan perawat.
yang sedang  Untuk mengidentifikasi
dialaminya pengaruh halusinasi pasien.
 Katakana bahwa
perawat percaya
klien mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya
(dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
 Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal yang
sama
 Katakan perawat
akan membantu
klien
Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya
pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan
klien :
 Isi, waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi (pagi,
3

siang, sore,
malam atau
sering dan
kadang-kadang)
 Situasi dan
kondisi yang
menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
2. Setelah…x 2.3.Diskusikan dengan klien  Untuk mengetahui koping yang
interaksi klien apa yang dirasakan jika digunakan oleh klien.
menyatakan terjadi halusinasi dan  Agar klien mengetahui akibat
perasaan dan beri kesempatan untuk dari menikmati halusinasi
responnya saat mengungkapkan sehingga klien meminimalisir
mengalami perasaannya. halusinasinya.
halusinasi : 2.4.Diskusikan dengan klien
 Marah apa yang dilakukan
 Takut untuk mengatasi
 Sedih perasaan tersebut.
 Senang 2.5.Diskusikan tentang
 Cemas dampak yang akan
 Jengkel dialamunya bila klien
menikmati
halusinasinya.
Tuk 3 : 3.1. Setelah…x 3.1.Identifikasi bersama  Upaya untuk memutuskan
Klien dapat interaksi klien klien cara atau tindakan siklus halusinasi sehingga
mengontrol menyebutkan yang dilakukan jika halusinasi tidak berlanjut.
halusinasiny tindakan yang terjadi halusinasi  Reinforcement positif dapat
a biasanya (tidur,marah,menyibuk meningkatkan harga diri klien.
dilakukan untuk kan diri dll)  Memberikan alternatif pilihan
mengendalikan 3.2. Diskusikan vara yang bagi klien untuk mengontrol
4

halusinasinya. digunakan klien, lingkungan.


3.2. Setelah…x  Jika cara yang
interaksi klien digunakan adaptif
menyebutkan beri pujian
cara baru  Jika cara yang
mengontrol digunakan
halusinasi. maladaptive
3.3.Setelah…x diskusikan kerugian
interaksi klien cara tersebut
dapat memilih 3.3. Diskusikan cara baru  Memotivasi meningkatkan
dan untuk kegiatan klien untuk mencoba
memperagakan memutus/mengontrol memilih salah satu cara
cara mengatasi timbulnya halusinasi : mengendalikan halusinasi dan
halusinasi  Katakan pada diri dapat meningkatkan harga diri
(dengar/lihat/pe sendiri bahwa ini klien.
nghidu/raba/kec tidak nyata (“saya  Member kesempatan kepada
ap) tidak mau klien untuk mencoba citra yang
3.4.Setelah…x dengar/lihat/penghid sudah dipilih.
interaksi klien u/raba/kecap pada  Stimulasi persepsi dapat
melaksanakan saat halusinasi mengurangi perubahan
cara yang telah terjadi) interpretasi realitas klien akibat
dipilih untuk  Menemui orang lain halusinasi.
mengendalikan (perawat/teman/angg
halusinasinya. ota keluarga) untuk
3.5.Setelah…x menceritakan
pertemuan klien tentang
mengikuti terapi halusinasinya.
aktivitas  Membuat dan
kelompok. melaksanakan
jadwal kegiatan
sehari-hari yang
telah disusun.
5

 Meminta
keluarga/teman/pera
wat menyapa jika
sedang berhalusinasi.
3.4. Bantu klien memilih
cara yang sudah
diajurkan dan latih
untuk mencobanya.
3.5. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dipilih dan dilatih.
3.6. Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih dan
dilatih, jika berhasil
beri pujian.
3.7. Anjurkan klien
mengikuti terapi
aktifitas kelompok,
orientasi realita,
stimulasi persepsi.
Tuk 4 : 4.1.Setelah…x 4.1.Buat kontrak dengan Untuk mendapatkan bantuan
Klien dapat pertemuan keluarga untuk keluarga mengontrol halusinasi.
dukungan keluarga, pertemuan (waktu,
dari keluarga keluarga tempat dan topic) Untuk mengetahui pengetahuan
dalam menyatakan 4.2. Diskusikan dengan keluarga dan meningkatkan
mengontrol setuju untuk keluarga (pada saat kemampuan pengetahuan tentang
halusinasiny mengikuti pertemuan keluarga halusinasi.
a pertemuan kunjungan rumah)
dengan perawat.  Pengertian Agar keluarga dapat merawat klien
4.2.Setelah…x halusinasi atau anggota keluarga lain yang
interaksi  Tanda dan gejala berhalusinasi di rumah.
keluarga halusinasi
6

menyebutkan  Proses terjadinya Keluarga klien menjadi tahu cara


pengertian, halusinasi mencari bantuan jika halusinasi
tanda dan gejala,  Cara yang dapat tidak dapat diatasi dirumah.
proses dilakukan klien dan
terjadinya keluarga untuk
halusinasi dan memutus halusinasi :
tindakan untuk  Obat-obatan
mengendalikan halusinasi
halusinasi.  Cara merawat
anggota keluarga
yag halusinasi di
rumah (beri
kegiatan, jangan
biarkan sendiri,
makan bersama,
berpergian bersama,
memantau obat-
obatan dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi
halusinasi)
 Beri informasi
waktu control
kerumah sakit dan
bagaimana cara
mencari bantuan jika
halusinasi tidak
dapat diatasi di
rumah.
7

Tuk 5: 5.1.Setelah…x 5.1. Diskusikan dengan  Dengan menyebutkan dosis,


Klien dapat interaksi klien klien tentang manfaat frekuensi dan manfaat obat,
memanfaatk menyebutkan ; dan kerugian tidak diharapkan klien melaksanakan
an obat  Manfaat minum obat, warna, program pengobatan.
dengan baik minum obat dosis, cara, efek terapi  Menilai kemampuan klien
 Kerugian dan efek samping dalam pengobatannya sendiri.
tidak munum penggunaan obat.  Program pengobatan dapat
obat 5.2. Pantau klien saat berjalan sesuai rencana.
 Nama, penggunaan obat.  Dengan mengetahui prinsip
warna, dosis, 5.3. Beri pujian jika klien penggunaan obat, maka
efek terapi menggunakan obat kemandirian klien untuk
dan efek dengan benar. pengobatan dapat ditingkatkan
samping obat 5.4. Diskusikan akibat secara bertahap.
5.2.Setelah…x berhenti minum obat
interaksi klien tanpa konsultasi dengan
mendemonstrasi dokter.
kan penggunaan 5.5. Ajurkan klien untuk
obat dengan konsultasi kepada
benar dokter/perawat jika
5.3.Setelah…x terjadi hal-hal yang
interaksi klien tidak diinginkan.
menyebutkan
akibat berhenti
minum obat
tanpa konsultasi
dokter.
Keterangan :

 Halusinasi Dengar : Bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kanan/kekiri/kedepan seola-olah ada
teman bicara
 Halusinasi Lihat : Menyatakan melihat sesuatu, terlihat ketakutan
8

 Halusinasi Penghidu : Mencium sesuatu, terlihat mengendus


 Halusinasi Raba : Menyatakan merasakan sesuatu berjalan di kulitnya, menggosok-gosok
tangan/kaki/wajah dll
 Halusinasi Kecap : Menyatakan terasa sesuatu dilidahnya, sering mengulum lidah

Anda mungkin juga menyukai