Anda di halaman 1dari 17

Kumpulan Asuhan Keperawatan

Minggu, 14 Juli 2013


LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT HEPATITIS

I. KONSEP MEDIS

A. Defenisi

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,
1999).

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta
seluler yang khas (Smeltzer, 2001).

Etiologi

Beberapa virus yang menyebabkan hepatitis adalah :


a. Hepatitis A Virus (HAV)

Merupakan virus RNA kecil yang dapat dideteksi di dalam feses pada akhir masa inkubasi

dan fase preikterik. HAV sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. HAV terutama

ditularkan melalui oral dengan menelan makanan yang sudah terkontaminasi. Penularan

ditunjang oleh adanya sanitasi yang buruk, kesehatan pribadi yang buruk, dan kontak intim
(tinggal serumah atau seksual). Masa inkubasi rata-rata adalah 28 hari. Masa infektif tertinggi

adalah pada minggu kedua segera sebelum timbulnya ikterus.

b. Hepatitis B Virus (HBV)

HBV termasuk virus DNA bercangkang ganda yang memiliki lapisan permukaan dan

bagian inti. Infeksi HBV merupakan penyebab utama dari hepatitis akut dan kronik, sirosis dan

kanker hati di seluruh dunia. Cara utama penularan HBV melalui parenteral dan menembus

membran mukosa, terutama melalui hubungan seksual. Masa inkubasi rata-rata adalah sekitar

120 hari. Hampir semua cairan tubuh –darah, semen, saliva, air mata, asites, susu ibu, kemih dan

juga feses– dari orang yang terinfeksi dapat menular, terutama 3 dari yang pertama.

c. Hepatitis C Virus (HCV)

HCV merupakan virus RNA kecil terbungkus lemak. HCV diduga terutama ditularkan

melalui jalan parenteral, kemungkinan melalui kontak seksual. Virus dapat menyerang semua

kelompok usia, tetapi lebih sering orang dewasa. Masa inkubasi berkisar 15–160 hari, rata–rata

50 hari.

d. Hepatitis D Virus (HDV)

HDV (delta) merupakan virus RNA. Penularannya terutama melalui serum. Masa

inkubasinya sekitar 2 bulan.

e. Hepatitis E Virus (HEV)


HEV adalah suatu virus RNA kecil. Infeksi HEV ditularkan melalui jalan fekal-oral, dan

telah dikaitkan lewat air di negara sedang berkembang. Paling sering menyerang orang dewasa

muda sampai setengah umur, dan pada wanita hamil didapatkan angka mortalitas yang sangat

tinggi (20 %). Masa inkubasinya sekitar 6 minggu. (Price S.A., 1995 : 440–442).

C. Tanda dan Gejala

a. Hepatitis A

Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada

orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata

kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu.

b. Hepatitis B

Gejala hepatitis B adalah lemah, lesu, sakit otot, demam ringan, mual muntah, kurang

nafsu makan, mata dan kulit kuning, dan air kencing berwarna gelap.

c. Hepatitis C

Gejala yang dirasakan pada hepatitis C antara lain demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala,

sakit pada bagian atas sebelah kanan perut atau hilangnya nafsu makan. (Silalahi L.,

2004/03/26/).

D. Patofisiologi
Hati adalah salah satu organ tubuh yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang

untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi; memerangi racun dalam tubuh seperti alkohol;

menyaring produk-produk yang tidak berguna lagi dari darah; dan bertindak sebagai semacam

pengaruh seluruh bagian tubuh yang menjamin terjadinya keseimbangan zat-zat kimia dalam

sistem itu. Kalau hati tidak sanggup berfungsi, tubuh akan rentan terhadap infeksi sekunder dan
organ pada umumnya akan gagal berfungsi. (Silalahi L.,

http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/ 2004/03/26/).

Hepatitis, penyakit hati yang biasanya sembuh sendiri dan tanpa komplikasi, disebabkan

oleh agen virus. Virus hepatitis dapat digolongkan menjadi lima jenis; hepatitis A (HAV),

hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), hepatitis D (HDV), dan hepatitis E (HEV). Hepatosit (sel

epitelail hati) dirusak secara langsung oleh virus atau oleh respons imun tubuh terhadap virus;

pada penyakit ini terjadi perubahan fungsi seluler yang menimbulkan inflamasi, nekrosis, dan

autolisis hati. Regenerasi sel terjadi jika sel-sel yang rusak dibuang oleh fagositosis sel. Biasanya

penyembuhan terjadi dengan sedikit sekali meninggalkan kerusakan, meskipun dapat juga

berkembang menjadi hepatitis kronik dan sirosis. (Betz C.L., 2002 : 185).

Hepatitis A ditularkan terutama oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi. Penyakit

Hepatitis B menyebar melalui kontak dengan darah, air mani dan cairan vagina yang terinfeksi.

Hubungan seks dengan orang yang terinfeksi atau penggunaan bersama jarum obat dapat

menyebarkan penyakit ini. Hepatitis C ditularkan melalui kontak seksual, penggunaan obat-

obatan dengan jarum, bahkan pemakaian bersama pisau cukur atau sikat gigi dengan orang yang

telah terinfeksi. (Silalahi L., http://www.tempointeraktif.com/ hg/narasi/2004/03/26/).

Beberapa etiologi yang mengakibatkan terjadinya Hepatitis diantaranya; komplikasi

infeksi, obstruksi traktusbilliaris, penyebaran dari visera saluran pencernaan, septikemia, trauma

pada hati dan abses amoeba. Yang menyebabkan kelainan yaitu abses hati, sehingga dari

gejalanya dapat terjadi gangguan citra tubuh dan harga diri rendah. Sedangkan luka tusuk

tembus, luka tumpul, kecelakaan mengakibatkan kelainan trauma pada hati, sehingga dilihat dari

gejalanya menjadikan perubahan perlindungan. Sedangkan adanya faktor resiko primer hepatitis,

sirosis, hepatotoksis, trauma metastase dari tempat lain umumnya dari visera abdomen,
payudara, ginjal, ovarium, testis, kulit yang menyebabkan kelainan karsinoma hati dan bisa

beresiko tinggi terhadap infeksi, dan yang mana gejalanya memunculkan masalah kurang

pengetahuan, intoleransi aktifitas (lemah badan), resiko tinggi terhadap kerusakan integritas

kulit.

Dari ketiga kelainan tersebut, menyebabkan peradangan hati, sehingga menimbulkan

beberapa gangguan yaitu necrosis hati yang mengakibatkan menurunnya metabolisme

(karbohidrat, lemak, protein, besi). Akibat menurunnya metabolisme tersebut, terjadi penurunan

fungsi hati. Peradangan hati juga menimbulkan nyeri sehingga muncul anoreksia. Akibatnya

anoreksia menyebabkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh maka terjadi penurunan

BB, timbul kelemahan pada pasien, yang disebabkan oleh yang lain yaitu hipoglikemia dan

menurunnya metabolisme tubuh (karbohidrat, lemak, protein, besi) yang nantinya mengakibatkan

kelelahan. Anoreksia juga timbul karena nausea dan vomitus yang merupakan gejala dari

gangguan gastrointestinal akibat peradangan hati. Peradangan hati juga memunculkan gejala

gastrointestinal yaitu disfungsi intestinal, penyebab kelemahan yang lain yaitu hipoglikemia.

Dan yang lebih parah lagi, peradangan hati bisa sampai ke gagal hati total.

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada hepatitis terdiri dari diit, istirahat, dan pengobatan medikamentosa.

a. Diet

Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika

sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori (30-35 kalori/kg BB) dengan

protein cukup (1 g/kg BB). Pemberian lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada
kecenderungan untuk membatasi lemak, karena disamakan dengan penyakit kandung empedu.

Dapat diberikan diit hati II-III.

b. Istirahat

Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak

terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur

tua dan keadaan umum yang buruk.

c. Medikamentosa

1) Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah.

Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestasis yang berkepanjangan, dimana transaminase

serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan

prednison 3 X 10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off.

2) Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.

3) Antibiotik tidak jelas kegunaannya.

4) Jangan diberikan antiemetik. Jika perlu sekali diberikan golongan fenotiazin.

5) Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. (Mansjoer A., 1999 : 514-

515).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
- urobilirubin direk
- bilirubun serum total
- bilirubin urine
- urobilinogen urine
- urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
- protein totel serum
- albumin serum
- globulin serum
- HbsAG
c. Waktu protombin
- respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum
2. Radiologi
- foto rontgen abdomen
- pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
- kolestogram dan kalangiogram
- arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
- laparoskopi
- biopsi hati

G. Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan
jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada alkoholik.
II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1. Aktivitas

 Kelemaha

 Kelelahan

 Malaise

2. Sirkulasi

 Bradikardi ( hiperbilirubin berat )

 Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

3. Eliminasi

 Urine gelap

 Diare feses warna tanah liat

4. Makanan dan Cairan

 Anoreksia

 Berat badan menurun

 Mual dan muntah

 Peningkatan oedema
 Asites

5. Neurosensori

 Peka terhadap rangsang

 Cenderung tidur

 Letargi

 Asteriksis

6. Nyeri / Kenyamanan

 Kram abdomen

 Nyeri tekan pada kuadran kanan

 Mialgia

 Atralgia

 Sakit kepala

 Gatal ( pruritus )

7. Keamanan

 Demam

 Urtikaria

 Lesi makulopopuler

 Eritema

 Splenomegali

 Pembesaran nodus servikal posterior

8. Seksualitas
 Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di
kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi
hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus.

C. INTERVENSI
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di
kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.

a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan


R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi
paling sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya.
c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan
nafsu makan.
d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan,
menangis intensitas dan lokasinya)
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas
nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan
secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan
kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
- Akui adanya nyeri
- Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami
nyeri
c. Berikan informasi akurat dan
- Jelaskan penyebab nyeri
- Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan
dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat
penjelasan)
d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan :
Tidak terjadi peningkatan suhu
a. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk
mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi

c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur


R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang
kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan
mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis


a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang
b. Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan
untuk penyembuhan penyakit.
c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-
minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan
meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu
kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan
keletihan
e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Hasil yang diharapkan :
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
- Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)
- Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf
b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban
rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui
vasodilatasi
c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area
pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites
penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Hasil yang diharapkan :
Pola nafas adekuat
Intervensi :
a. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam
abdomen

b. Auskultasi bunyi nafas tambahan


R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c. Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan
ukuran sekret
d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus
Hasil yang diharapkan :
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua
cairan tubuh
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
- Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
- Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan menutup
kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk
membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan mencegah
transmisi penyakit
c. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan pengunjung lain
dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi
d. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit, Gramedia
Pustaka Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi

Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.


Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa Agung
Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I, jakarta,
Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit FKUI,
jakarta.

Diposkan oleh khaerul bulukumba di 21.23


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2013 (10)

o ► Agustus (2)

o ▼ Juli (8)

 ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)

 ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN DERMATITIS

 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KUSTA

 LAPORAN PENDAHULUAN Acute Nonlymphoid (myelogenou...

 LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT ANEMIA

 LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT HEPATITIS

 LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

 LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT HIPERTENSI

Mengenai Saya

khaerul bulukumba
Lihat profil lengkapku
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai