Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH PEMBANGUNAN EKONOMI TERHADAP

PENINGKATAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH

PUTRI NINGSIH (14.101.570)

IRMAYANI JAFAR (14.101.)

EVI ERIANTI (14.101.009)

MARIA DESTY NATALIA TARUK (14.101.057)

SISKA FERSADITA (14.101.234)

FAKULTASKESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIATIMUR

MAKASSAR 2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tulisan ini dimaksudkan untuk menyamakan pemahaman kita
bersama tentang pentingnya peranan investasi kesehatan dalam
pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses
kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Robert W.
Fogel mengatakan bahwa antara sepertiga dari pertumbuhan ekonomi
Inggris dalam 200 tahun terakhir dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi
makanan populasinya. Eksistensi dampak dari kesehatan pada
pertumbuhan ekonomi dengan besaran yang mirip juga telah diverifikasi
dalam periode waktu dan negara yang berbeda.

Di dalam suatu negara, pembangunan ekonomi merupakan suatu


kegiatan yang sangat vital dalam rangka mencapai kesehjateraan
masyarakat, kesehjateraan masyarakat tidak akan bergerak atau tercapai
jika tidak ada pembangunan ekonomi di negara tersebut, Oleh karena itu
suatu negara akan gencar melancarkan kebijakan-kebijakan yang
berorientasi pada pembangunan ekonomi guna mensehjaterakan
masyarakatnya.

Pembangunan ekonomi sangan erat dengan masalah kesehatan


karena pembangunan ekonomi tidak akan berjalan dengan lancar bila
manusianya tidak sehat dan sakit-sakitan. Undang-undang Nomor. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan bahwa Kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental,spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Dalam istilah instrumental, kesehatan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dalam sejumlah cara. Sebagai contoh, kesehatan
akan mereduksi kerugian produksi karena penyakit pada pekerja, dan
meningkatkan produktivitas orang dewasa sebagai hasil dari perbaikan
nutrisi, juga mengurangi tingkat ketidakhadiran dan meningkatkan
kemampuan belajar pada sekolah anak-anak. Kesehatan juga
memungkinkan penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat
digunakan keseluruhan atau sebagian jika sakit. Kemudian juga,
memungkinkan penggunaan alokasi anggaran keuangan kesehatan untuk
hal lain jika tidak terjadi kesakitan. Berikut ini disampaikan uraian tentang
pengaruh pembangunan ekonomi terhadap derajat kesehatan masyarakat
dan kinerja pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia serta
kemungkinan penyesuaian kebijakan yang akan ditempuh pada masa
yang akan datang.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian pembangunan ekonomi dan pembangunan kesehatan.?

2. Tinjauan Masalah kesehatan dari segi ekonomi kesehatan.?

3. Dampak pembangunan ekonomi terhadap derajat kesehatan


masyarakat ?

4. Arah dan strategi pembangunan kesehatan ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui Pengertian pembangunan ekonomi dan pembangunan


kesehatan

2. Mengetahui dampak pembangunan ekonomi terhadap Derajat


Kesehatan Masyarakat

3. Mengetahui Arah dan strategi pembangunan kesehatan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pembangunan Kesehatan


Pembangunan adalah proses pengembangan keseluruhan sistem
penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional, adapaun
tujuan nasional Indonesia tercantum dalam UUD 1945 alinea ke empat,
yakni: ”Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Pembangunan nasional adalah usaha peningkatan kualitas
manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan,
berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan
perkembangan global.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan
pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan
ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth);
pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan
sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan
ekonomi.
Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter
dan berkembang menjadi krisis ekonomi serta berbagai krisis lainnya yang
berpengaruh pada multi kehidupan salah satunya adalah kesehatan.
Dampak dari krisis moneter atau krisis ekonomi tersebut, penyebabnya
adalah karena terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Tidak kurang
sekitar 49,5 juta jiwa atau sekitar 24,2 % dari jumlah seluruh penduduk
Indonesia pada saat ini hidup di bawah garis kemiskinan.
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan
nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan
tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik
masyarakat, swasta maupun pemerintah.
Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi
perilaku yang memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu
melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development). Untuk menjadikan masyarakat
mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan
tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan
hendaknya dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas
pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatan
pencapaian MDGs dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat
semesta.
B. Kesehatan Ditinjau dari Ilmu Ekonomi Kesehatan
Masalah kesehatan dapat ditinjau dari segi ilmu ekonomi
kesehatan. Karena sumber daya jumlahnya terbatas, sedangkan manusia
mempunyai bermacam-macam keperluan maka terjadi persaingan untuk
memperoleh sumber daya yang dapat dialokasikan untuk keperluan
kesehatan. Masalah pengalokasian sumber daya ke dalam maupun di
dalam bidang kesehatan inilah yang dipelajari ekonomi kesehatan.
Oscar Gish (1977:8) dalam Conyers (1991:64) mengatakan bahwa
persoalan penerapan kriteria ekonomi dan keuangan pada sektor
kesehatan benar-benar sukar karena hakekat pelayanan yang perlu
disediakan, yaitu menyangkut masalah hidup atau mati manusia.
Konsekuensinya, setiap usaha untuk memotong pembiayaan kesehatan
akan menghadapi tantangan yang tidak kecil dari banyak pihak.
Pemerintah bertanggung jawab dalam merencanakan,mengatur,
menyelenggarakan, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan
yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan akan
dilakukan pemerintah secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan
melalui pencegahan penyakit (preventive), peningkatan kesehatan
(promotive), pengobatan penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitative). Pemerintah juga memberikan hak yang sama kepada
masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan kebebasan
untuk menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan.
Pelayanan kesehatan sebagai alat penyembuhan (curative)
penekanannya pada perawatan manusia yang sedang sakit dengan tujuan
untuk menghindarkannya dari kematian dan mengurangi penderitaannya.
Penekanan semacam ini telah direfleksikan dalam bentuk fasilitas-fasilitas
kesehatan yang ada, yang secara fundamental merupakan tempat di
mana orang memerlukan perawatan serta terlihat juga dari cara latihan
bagi tenaga-tenaga perawat kesehatan dan sikap masyarakat pada
umumnya. Penekanan ini juga terlihat dari besarnya pengeluaran
pemerintah bagi pelayanan kesehatan. (Conyers, 1991:65-66)
Pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan
akibat dari dampak globalisasi ternyata tidak dapat diterapkan secara
optimal pada negara berkembang dan menyebabkan negara tersebut
menderita akibat jeratan hutang luar negeri yang membesar.
Pertumbuhan ekonomi justru tidak mampu mewujudkan kesejahteraan
sosial. Oleh karenanya diperlukan revisi agenda pembangunan, yakni
pembangunan sosial yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan.
Dalam bahasa Inggris kata ”Health” mempunyai dua pengertian
dalam bahasa Indonesia, yaitu ”sehat” atau ”kesehatan”. Sehat
menjelaskan kondisi keadaan dari subyek, misalnya anak sehat, orang
sehat, ibu sehat dan sebagainya. Sedangkan kesehatan menjelaskan
tentang sifat dari subyek, misalkan kesehatan manusia, kesehatan
masyarakat, kesehatan individu dan sebagainya. Sehat dalam pengertian
kondisi mempunyai batasan yang berbeda-beda. Secara awam sehat
diartikan keadaan seseorang yang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada
keluhan, dapat menjalankan kegiatan sehari-hari, dan sebagainya.
Menurut batasan ilmiah, sehat
Masalah kesehatan penduduk meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia. Orang usia lanjut biasanya menderita penyakit
degeneratif dan penyakit kronis. Mereka mempunyai angka morbiditas
tertinggi sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan meningkat pula.
Mereka semakin sulit mandiri dan semakin tergantung pada orang lain.
Berbagai gangguan kesehatan tidak teratasi karena faktor sosial, seperti
ketidaktahuan dan faktor ekonomi. Faktor sosial yang terkait dengan usia
lanjut ialah ageism, suatu sistem diskriminasi yang mengandung stereotip
yang menggambarkan orang usia lanjut sebagai orang yang sakit, miskin
dan kesepian. Faktor sosial yang diduga merupakan penyebab utama
masalah kematian ialah kemiskinan yang gawat, dan kelangkaan akses ke
pelayanan kesehatan dasar.
Conyers (1991:64) mengatakan bahwa bidang kesehatan memiliki
masalah yang dapat menaikkan pembiayaan pelayanan kesehatan baik
dengan latar belakang sosial maupun ekonomi. Sudut pandang sosial,
suatu kenaikan biaya di bidang kesehatan seharusnya bisa membantu
meringankan penderitaan manusia karena penyakit dan dalam beberapa
hal dapat juga menyelamatkan nyawa; sedangkan sudut pandang
ekonomi, masih memperdebatkan bahwa kemajuan kesehatan akan
menaikkan produktifitas tenaga kerja.
Margaret Stacey (1977) dalam Santoso (2010) mengidentifikasi tiga
dimensi konsep kesehatan yaitu 1) Kesehatan yang bertumpu pada
konsep kesehatan individu atau kesehatan masyarakat; 2) Konsep
kesehatan yang bertumpu pada kebugaran atau kesejahteraan; 3)
Kesehatan yang bertumpu pada konsep promotif dan preventif.
Ketiga konsep tersebut dikembangkan di Indonesia, hal tersebut
tertuang dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
yang menyatakan bahwa Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi.
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat perlu didukung
oleh tersedianya berbagai macam fasilitas kesehatan yang memadai,
seperti sarana fasilitas kesehatan yang representatif, dan murah yang
aksesnya mudah dicapai sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal.
Masyarakat yang sehat tentunya akan dapat melakukan aktifitas dengan
kondisi yang prima sehingga produktifitasnya pun dapat terjaga.
Peningkatan biaya yang besar bagi intervensi kesehatan esensial
akan menyebabkan penurunan secara bermakna beban penyakit di
negara-negara berkembang. Perkiraan terbaik dari pengaruh pelayanan
kesehatan adalah menurunnya angka kematian total di negara-negara
berkembang akibat penyakit infeksi menular dan kesehatan ibu yang
rendah sekitar 8 juta per tahun pada tahun 2015, yang hal ini berasosiasi
dengan penurunan sekitar 330 juta DALYs.
C. Pengaruh Pembangunan Ekonomi terhadap Derajat Kesehatan
Masyarakat
Laporan Komisi, menganalisis berbagai hubungan keterkaitan
antara kesehatan dengan pembangunan ekonomi yang dapat
diterangkan melalui berbagai mekanisme dan dapat mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Berikut ini akan diuraikan pembahasan
terhadap enam fokus area, yaitu pertama, kesehatan dan pembangunan,
kedua, kesehatan dan kemiskinan, ketiga, memilih intervensi untuk
kesehatan yang lebih baik, keempat Menilai Status Kesehatan Penduduk,
kelima, Peningkatan Biaya Kesehatan dan yang keenam, Menghilangkan
Hambatan Non-Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan
1. Kesehatan dan Pembangunan.
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga,
kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk
belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan
lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang
tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang,
dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara
manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja laki-laki yang
menderita anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan
dengan tenaga kerja laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya,
anak yang sehat mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan akan
tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat,
pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan
keluarga yang tidak sehat.
Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik
merupakan masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan,
pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang.
Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal
landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh
terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan
penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris selama
revolusi industri, Jepang dan Amerika Selatan pada awal abad ke-20,
dan pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan
tahun 1950-an dan tahun 1960-an.
Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah
yang dilakukan oleh Prof. Robert Fogel, yang menyatakan bahwa
peningkatan ketersediaan jumlah kalori untuk bekerja, selama 200 tahun
yang lalu mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan per
kapita seperti terjadi di Perancis dan Inggris. Melalui peningkatan
produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup, Fogel
memperkirakan bahwa perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak
30% terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita di Inggris.
Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara
dengan kondisi kesehatan dan pendidikan yang rendah, mengahadapi
tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan
jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan kesehatan dan
pendidikannya.
Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah
panjangnya usia sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat
kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sangatlah penting untuk
melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan tingkat pendapatan
tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap
individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara
ekonomis mempunyai peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih
tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih panjang, cenderung
untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan dan
menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan
meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
2. Kesehatan dan Kemiskinan
Berbagai indikator kesehatan di negara-negara berpendapatan
rendah dan menengah jika dibandingkan dengan negara-negara
berpendapatan tinggi, memperlihatkan bahwa angka kesakitan dan
kematian secara kuat berkorelasi terbalik dengan pendapatan. Studi lain
dilakukan oleh Bank Dunia yang membagi keadaan kesehatan antara
kelompok penduduk berpenghasilan tinggi dan rendah pada negara-
negara tertentu. Sebagai contoh, tingkat kematian anak pada quantil
termiskin di Bolivia dan Turki diperkirakan empat kali lebih besar
dibandingkan dengan tingkat kematian pada quantil terkaya. Dengan
demikian kebijakan yang diarahkan untuk menanggulangi penyakit malaria
dan kekurangan gizi secara langsung merupakan implementasi dari
kebijakan mengurangi kemiskinan.

Komitmen global untuk meningkatkan status kesehatan secara


jelas dicantumkan dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium
Development Goals-MDGs). Tujuan pembangunan milenium tersebut
antara lain: (1) menurunkan angka kematian anak sebesar dua
pertiganya pada tahun 2015 dari keadaan tahun 1990; (2) menurunkan
angka kematian ibu melahirkan sebesar tiga perempatnya pada tahun
2015 dari keadaan 1990; dan (3) menahan peningkatan prevalensi
penyakit HIV/AIDS dan penyakit utama lainnya pada tahun 2015. Tujuan
pembangunan milenium difokuskan terhadap pengurangan kemiskinan
pada umumnya dan beberapa tujuan kesehatan pada khususnya,
sehingga terdapat keterkaitan antara upaya keseluruhan penurunan
kemiskinan dengan investasi di bidang kesehatan.
Beberapa alasan meningkatnya beban penyakit pada penduduk
miskin adalah: Pertama, penduduk miskin lebih rentan terhadap penyakit
karena terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi serta
kecukupan gizi. Kedua, penduduk miskin cenderung enggan mencari
pengobatan walaupun sangat membutuhkan karena terdapatnya
kesenjangan yang besar dengan petugas kesehatan, terbatasnya sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan terbatasnya pengetahuan
untuk menghadapi serangan penyakit.
Konsekuensi ekonomi jika terjadi serangan penyakit pada anggota
keluarga merupakan bencana jika untuk biaya penyembuhannya
mengharuskan menjual aset yang mereka miliki atau berhutang. Hal ini
akan menyebabkan keluarga jatuh kedalam kemiskinan, dan jika tidak
bisa keluar dari hal ini akan mengganggu tingkat kesejahteraan seluruh
anggota keluarga bahkan generasi berikutnya. Serangan penyakit yang
tidak fatal dalam kehidupan awal akan mempunyai pengaruh yang
merugikan selama siklus hidup berikutnya. Pendidikan secara luas dikenal
sebagai kunci dari pembangunan, tetapi masih belum dihargai betapa
pentingnya kesehatan anak dalam pencapaian hasil pendidikan.
Kesehatan yang buruk secara langsung menurunkan potensi kognitif dan
secara tidak langsung mengurangi kemampuan sekolah. Penyakit dapat
memelaratkan keluarga melalui menurunnya pendapatan, menurunnya
angka harapan hidup, dan menurunya kesejahteraan psikologis.
3. Memilih Intervensi Untuk Kesehatan Yang Lebih Baik
Di berbagai negara khususnya di negara-negara yang
sedang berkembang, ketersediaan sumber daya untuk mengatasi
masalah kesehatan sangat terbatas, oleh karena itu pemilihan alternatif
intervensi kesehatan yang cost-effective menjadi penting. Pada tahun
1978, melalui Deklarasi Alma Ata tujuan kesehatan bagi semua telah
disetujui oleh seluruh negara anggota
Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization-WHO).
Beberapa kesepakatan dalam deklarasi tersebut adalah komitmen
negara-negara anggota terhadap keadilan kesehatan, lebih memfokuskan
pelayanan kesehatan pencegahan (preventive) dan peningkatan
(promotive) dibandingkan dengan pengobatan (curative) dan pemulihan
(rehabilitative), meningkatkan kerjasama lintas sektoral, dan
meningkatkan partisipasi masyarakat.
Sampai saat ini beberapa komitmen tersebut belum dapat
diwujudkan. Sebagian besar negara-negara berpendapatan rendah lebih
banyak mengalokasikan sumber daya untuk pelayanan kesehatan
pengobatan. Hal ini menyebabkan terjadinya inefisiensi alokasi,
penggunaan teknologi yang tidak tepat, dan inefisiensi teknis. Hanya
sedikit negara yang sukses mencapai kesehatan yang adil dan berhasil
menjalin kerjasama lintas sektor dan partisipasi masyarakat dengan baik.
4. Menilai Status Kesehatan Penduduk
Status kesehatan penduduk biasanya dinilai dengan menggunakan
berbagai indikator yang secara garis besar dibagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama, berisikan indikator yang menghitung jumlah kematian
yang terjadi selama periode tertentu. Contohnya adalah angka kematian
kasar (Crude Death Rate-CDR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality
Rate-IMR). Kelompok penduduk yang mempunyai angka CDR dan IMR
yang rendah dikatakan mempunyai status kesehatan yang lebih baik jika
dibandingkan dengan kelompok penduduk yang angka CDR dan IMR nya
tinggi.
Kelompok kedua, berisikan berbagai indikator yang
memperlihatkan jumlah orang yang menderita kecacatan akibat penyakit
tertentu. Contohnya adalah jumlah penderita AIDS, Tuberkulosis (TB),
Polio, dan sakit mental.
Sama dengan kelompok pertama, kelompok penduduk yang
mempunyai jumlah penderita AIDS atau TB lebih sedikit dikatakan lebih
sehat jika dibandingkan dengan kelompok penduduk yang jumlah
penderita penyakit tersebut lebih banyak.
Kedua kelompok indikator tersebut sayangnya tidak menjelaskan
kepada kita kapan kematian atau kecacatan terjadi, bagaimana tingkat
parahnya penyakit, dan berapa lama mereka menderita. Masyarakat
pempunyai nilai atau persepsi yang berbeda tentang hal-hal tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 1993 kedua


kelompok indikator tersebut digabungkan kedalam satu indikator yang
disebut DALY ( Disability Adjusted Life Years ) untuk mengukur dengan
lebih baik status kesehatan penduduk. DALY menggambarkan jumlah
tahun untuk hidup sehat yang hilang sebagai akibat dari kematian dan
kecacatan. Satu DALY didefinisikan sebagai satu tahun yang hilang untuk
hidup sehat akibat dari kematian dan kecacatan. Penggunaan DALY
dapat digunakan untuk membandingkan kesehatan penduduk dari waktu
ke waktu atau membandingkan antara satu kelompok penduduk dengan
kelompok penduduk lain dengan lebih mudah dan sederhana.
Kesimpulannya, DALY mengukur beban yang ditimbulkan oleh penyakit
yang diakibatkan oleh kematian dan atau kecacatan yang harus
ditanggung oleh masyarakat. Penggunaan indikator DALY dapat
dianalogikan dengan penggunaan indikator HDI (Human Development
Index) yang dikembangkan oleh UNDP yang merupakan indikator
komposit dari kesehatan, pendidikan dan tingkat pendapatan.
5. Peningkatan Biaya Kesehatan
Analisis perkiraan biaya untuk meningkatkan cakupan intervensi
pelayanan kesehatan yang esensial telah dilakukan terhadap 49 kegiatan
prioritas di 89 negara miskin. Intervensi ini telah diidentifikasi sebagai
kunci keberhasilan untuk menangani keadaan kesehatan bagi penduduk
miskin. Perluasan kegiatan ini didasarkan atas tingkat cakupan yang akan
dicapai pada tahun 2007 dan 2015 dengan data dasar tahun 2002.
Analisa biaya direncanakan untuk memperkirakan tambahan biaya
yang diperlukan untuk perluasan pelayanan yang didasarkan atas kondisi
saat ini.
6. Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan
Sebagian besar negara-negara berpendapatan rendah memerlukan
upaya khusus untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama untuk
menerapkan sistem DDK dan dukungan manajemen sangat diperlukan.
Komisi menilai secara detil berbagai hambatan non-finansial yang harus
diatasi. Terdapat lima katagori hambatan yaitu sebagai berikut: (1) pada
tingkat keluarga dan masyarakat, (2) tingkat pelayanan kesehatan, (3)
tingkat kebijakan sektor kesehatan dan manajemen strategik, (4) isu
kebijakan publik, dan (5) karakteristik lingkungan.

D. Arah Pembangunan Kesehatan


1. Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan
nasional
2. pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus
diselengarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan
pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut
usia yang terlantar, baik di perkotaan mapun di pedesaan
3. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi
pembangunan profesionalisme, desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat dengan memperhatikan berbagai tantangan yang
ada saat ini.
4. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat
dilaksanakan melalui program peningkatan perilaku hidup sehat,
pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan dan didukung oleh
sistem pengamatan, Informasi dan manajemen yang handal.
5. Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus
dilanjutkan
6. Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga
memiliki semangat pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara,
berdisiplin, kreatif, berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat
memegang teguh etika profesi.
7. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling
mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan
prioritas pada upaya peningkatan kesehatan pencegahan, penyembuhan,
pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai
lanjut usia.
8. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan
kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara
berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang medis, termasuk
ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
9. Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh
tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan,
keamanan, dan keselamatan kerja yang memadai, yang pengelolaannya
melibatkan pemerintah, perusahaan dan pekerja.
10. Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan
penyelamatan dan pemberdayaann terhadap penyandang masalah
kesejahteraan sosial dan korban bencana serta mencegah timbulnya gizi
buruk dan turunnya kualitas generasi muda.
11. Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk
menjaga harkat martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.
12. Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan
anak-anak terlantar, serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan
lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
13. Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran,
memperkecil angka kematian, peningkatan kualitas program keluarga
berencana.
14. Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalahgunaan
narkotik dan obat-obatan terlarang dengan memberikan sanksi yang
seberat-beratnya kepada produsen, pengedar dan pemakai
E. Tujuan Pembangunan Kesehatan
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang
hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah
Republik Indonesia. Adapun tujuan utama dari pembangunan kesehatan
yaitu :
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
dalam bidang kesehatan.
2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3. Peningkatan status gizi masyarakat.
4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera
F. Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan
pada memperhatikan kebijakan umum yang dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor.
Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan,
kerjasama lintas sektor merupakan hal yang utama dan karena itu perlu
digalang serta dimantapkan secara seksama. Sosialisasi masalah-
masalah kesehatan pada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan
berkala. Kerjasama lintas sektor harus mencakup pada tahap
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta melandaskan dengan
seksama pada dasar-dasar pembangunan kesehatan.
2. Penigkatan perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan
Swasta.
Masyarakat dan swata perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan. Dalam kaitan ini perilaku hidup masyarakat sejak usia
dini perlu ditingkatkan melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan
pendidikan kesehatan, sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan
budaya masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Peran masyarakat dalam
pembangunan kesehatan terutama melalui penerapan konsep
pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong bahkan
dikembangkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan serta
keseimbangan upaya kesehatan.
3. Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari
resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia.
Upaya ini perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan
meningkatkan kemauan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat
dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan berwawasan
kesehatan.
Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-
tempat umum serta tempat periwisata ditingkatkan melalui penyediaan
serta pengawasan mutu air yang memenuhi persyaratan terutama
perpipaan, penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan sarana
pembangunan limbah serta berbagai sarana sanitasi lingkungan lainnya.
Kualitas air, udara dan tanah ditingkatkan untuk menjamin hidup sehat
dan produktif sehingga masyarakat terhindar dari keadaan yang dapat
menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu diprlukan peningkatan dan
perbaikan berbagai peraturan perundang-undangan, pendidikan
lingkungan sehat sejak dini usia muda serta pembakuan standar
lingkungan.

4. Peningkatan Upaya Kesehatanya.


Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakuakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pennyembuhan penyakit dan pemuluhan kesehatan
serta upaya khusus melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau
kritis. Selanjutnya, pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan perlu terus –menerus diupayakan.
Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat
selama kritis ekonomi, upaya kesehatan diproriataskan untuk mengatasi
dampak kritis disamping tetap mempertahankan peningkatan
pembangunan kesehatan. Perhatikan khusus dalam mengatasi dapak
kritis diberikan kepada kelompok berisiko dari keluarga-keluarga miskin
agar derajat kesehatan tidak memburuk dan tetap hidup produktif.
Pemerintah berttanggung jawab terhadap biaya pelayanan kesehatan
untuk penduduk miskin.
Setelah melewati krisis ekonomi, status kesehatan masyarakat
diusahakan ditigkatkan melalui pencegahan dan panganguran mordibitas,
mortalitas, dan kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak
balita, dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas, melalui upaya
peningkatan (promosi) hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular serta pengobatan penyakit dan rehabilitas. Prioritas
utama diberikan kepada penaggulangan penyakit menular dan wabah
yang cenderung meningkat.
Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan
produktifitas kerja yang tinggi, melalui berbagai upaya pelayanan
kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran jasmani tenaga
kerja serta upaya kesehatan lain yang menyangkut kesehatan lingkungan
kerja dan lingkungan pemukiman terutama bagi penduduk yang tinggal di
daerah yang kumuh.
5. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan
Pengembangan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya
pembangunan kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan tenaga
kesehatan yang ahli dan terampil sesuai pengembangan ilmu dan
teknologi, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
berpegang teguh pada pengabdian bangsa dan negara dari etika profesi.
Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu
tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu
melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam parencanaan tenaga
kesehatan perlu diutamakan penentu kebutuhan tenaga di kabupaten dan
kota juga keperluan tenaga berbagai negara di luar negeri dalam rangka
globalisasi. Pengembangan karier tenaga kesehatan mesyarakat dan
pemerintah perlu ditingkatkan dengan terarah dan seksama serta
diserasikan secara bertahap.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JK PM) yakni cara
pelayanan kesehatan melelui penyebaran secara praupaya dikembangkan
terus untuk menjamin tersekenggaranya pemeliharaan kesehatan yang
lebih merata dan bermutu dengan harga yang terkendali. JKPM
diselenggarakan sebagai upaya bersama antar masyarakat, swasta dan
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya pelayanan kesehatan yang
terus meningkat. Tarif pelayanan kesehatan perlu disesuaikan atas dasar
nilai jasa dan barang yang diterima oleh anggota masyarakat yang
memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu
melalui system JKPM yang disubsidi oleh pemerintah. Bersamaan dengan
itu dikembangkan pula asuransi kesehatan sebagai
pelengkap/pendamping JKPM. Pengembangan asuransi kesehatan
berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosialisasi perasuransian.
Secara bertahap puskesmas dan rumahsakit milik pemewrintah akan
dikelolah secara swadana.
6. Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.
Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin
ditingkatkan terutama melalui peningkatan secara strategis dalam
kerjasama antara sektor kesehatan dan sektor lain yang yang terkait, dan
antara berbagai program kesehatan serta antara para pelaku dalam
pembangunan kesehatan sendiri. Manajemen upaya kesehatan yang
terdiri dari perencanaan, pengerakan pelaksanaan, pengendalian, dan
penilaian diselenggarakan secara sistematik untuk menjamin upaya
kesehatan yang terpaduh dan menyeluruh. Manajemen tersebut didukung
oleh sistem informasi ynag handal guna menghasilkan pengambilan
kepetusan dan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut
dikembangkan secara komprehensif diberbagai tingkat administrasi
kesehatan sebagai bagian dari pengembangan administrasi mder.
Organisasi Departemen Kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan
fungsi-fungsi : regulasi, perencanaan nasional, pembinaan dan
pengawasan.
Desentralisasi atas dasr prinsip otonomi ynag nyata, dinamis,
serasi dan bertanggung jawab dipercepat melalui pelimpahan tanggung
jawab pengelolaaan upaya kesehatan kepada daerah Dinas Kesehatan
ditingkatkan terus kemampuan manajemennya sehingga dapat
melaksanakan secara lebih bertanggung jawab dalam perencanaan,
pembiayaan dan pelalsaan upaya kesehatan. Peningkatan kemampuan
manajemen tersebut dilakukan melalui rangkaian pendidikan dan
pelatihan yang sesuai dengan pembangunan kesehatan yang ada. Upaya
tersebut pula didukung oleh tersedianya pembiayaan kesehatan yang
memadai. Untuk itu perlu diupayakan peningkatan pendanaan kesehatan
yang baik berasal dari anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
maupun dari anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah.
7. Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Kesehatan.
Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus
dikembangkan secara terarah dan bertahap dalam rangka menunjang
upaya kesehatan, utamanya untuk mendukung perumusan kebijaksanaan,
membantu memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi kendala
dalam pelaksanaan program kesehatan. Penelitian dan pengembangan
kesehatan akan terus dikembangkan melalui jaringan kemitraan dan
didesentralisasikan sehingga menjadi bagian pentig dari pembangunan
kesehatan daerah.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunaan obat dan
pengembangan obat asli Indonesia, pemberatasan penyakit dan
perbaikan lingkungan. Penelitian yang berkaitan dengan ekonomi
kesehatan dikembangkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan
pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta. Setra meningkatkan
kontribusi pemerintah dalam pembiayaan kesehatan yang terbatas.
Penelitian bidang sosial budaya dan perilaku sehat dilakukan untuk
mengembangkan gaya hidup sehat dan mengurangi masalah kesehatan
masyarakat yang ada.
8. Peningkatan Lingkungan Sosial Budaya.
Selain berpengaruh positif, globalisasi juga menimbulkan
perubahan lingkungan sosial dan budaya masyarakat yang dapat
berpengaruh negatif terhadap pembangunan kesehatan. Untuk itu sangat
diperlukan peningkatan ketahanan sosial dan budaya masyarakat melalui
peningkatan sosioekonomi masyarakat, sehingga dapat mengambil
manfaat yang sebesar-besarnya dan sekaligus meminimalkan dampak
negatif dari globalisasi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan


total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatu negaraPembangunan kesehatan adalah
bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
2. Dampak Pembangunan Ekonomi dapat mempengaruhi derajat derajat
kesehatan masyarakat. adalah pertama, kesehatan dan pembangunan,
kedua, kesehatan dan kemiskinan, ketiga, memilih intervensi untuk
kesehatan yang lebih baik, keempat Menilai Status Kesehatan Penduduk,
kelima, Peningkatan Biaya Kesehatan dan yang keenam, Menghilangkan
Hambatan Non-Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan
3. Adapun arah pembangunan kesehatan antara lain Pembangunan
kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional, pelayanan
kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus
diselengarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan
pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut
usia yang terlantar, baik di perkotaan mapun di pedesaan
4. Tujuan pembangunan kesehatan yaitu : meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang
hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah
Republik Indonesia.
5. Kebijakan pembangunan kesehatan antara lain Penigkatan perilaku,
Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta.

B. SARAN
Dalam rangka pembangunan ekonomi, pemerintah seharusnya
lebih memperhatikan pentingnya kesehatan, dan mengeluarkan kebijakan-
kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan, dalam bidang kesehatan
bisa dengan cara memberikan bantuan kesehatan kepada masyarakat
yang kurang mampu, sehingga masyarakat miskin yang sakit bisa
mendapat pengobatan yang layak, dan harus ikut campur dalam
pengawasan penyaluran kebijakan tersebut, agar kebijakan tidak salah
sasaran dan dapat berjalan sesuai dengan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Dahyarmasuku. (2011). Pengaruh Pembangunan Ekonomi Terhadap.
[ONLINE].
Tersedia:http://dahyarmasuku82.blogspot.com/2011/12/pengaruh-
pembangunan-ekonomi-terhadap.html
Nasriyadinasir. (2010). Potret Pembangunan Kesehatan Di Indonesia
[ONLINE].Tersedia:http://www.nasriyadinasir.co.cc/2010/01/potret-
pembangunan-kesehatan-indonesia.html

http://jackapostle.blogspot.com/2011/04/dampak-pembangunan-terhadap-
kesehatan.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi

Anda mungkin juga menyukai