Anda di halaman 1dari 2

10 Kesalahan Perawat Dalam Memasang Infus

Mumpung masih hobi nulis, apa yang kepikir coba ditulis deh, kali aja ada manfaatnya.
Terlepas dari urusan Undang-Undang Perawat yang masih harus terus kita perjuangkan, dan
tentunya Undang-Undang Keperawatan adalah harga mati, gak boleh nawar sedikitpun.
Selama ini memasang infus (IVFd – Intravenous Fluids), sudah menjadi keseharian tugas
perawat. Terkadang memasang infus adalah hal yang gampang, kadang pula karena hal-hal
sepele kita malah gagal memasangnya. Berikut sepuluh hal yang sering terlupa ataupun yang
menjadi penyebab kita gagal dalam memasang infus
1. Salah Sudut
Hal penentu masuk dan tidaknya abocath kedalam pembuluh darah vena secara tepat
tergantung dari perawat ketika dalam membuat sudut pemasangan ketika akan menusuk.
Kemiringan jarum abocath tidak boleh terlalu besar, karena akan berimbas pecahnya
pembuluh darah vena karena terjadi ruptur akibat tembusnya abocath pada bagian bawah
vena. Sebaliknya sudut yang terlalu kecil mengakibatkan abocath hanya akan berjalan-jalan
didalam kulit (dibawah permukaan kulit) tanpa mengenai pembuluh darah, dan tahukah anda,
ini berasa sangat sakit sekali. Sebelum menusukkan abocath, perkirakan bahwa sudut yang
kita buat adalah berkisar antara 40 hingga 60 derajat dari permukaan kulit pasien,
tusukkanlah dan rasakan ketika ujung jarum menembus pembuluh darah, kurangi sedikit
sudutnya sambil menarik sedikit jarum ketika darah sudah terlihat keluar dia penampung
darah abocath, terus dorong selang abocath hingga habis, tarik jarum, tekan sedikit pada
permukaan kulit tempat masuknya jarum agar darah tidak mengalir, masukkan selang ifus
dan alirkan cairan.
2. Salah Ukuran Abocath
Pastikan selalu perhatikan ukuran pembuluh darah yang akan ditusuk dan perkirakan dengan
ukuran abocath. Ingat, disini ilmu kirologi perawat sangat dibutuhkan. Ukuran jarum abocath
berhitung terbalik, semakin kecil nomornya, semakin besar ukuran jarumnya, dan ukuran
abocath untuk infus selalu genap. Untuk ukuran pasien Indonesia, pada orang dewasa
lazimnya memakai abocath dengan ukuran 20 G, sedangkan pada anak-anak dimulai pada
ukuran 24 G keatas. Yang perlu dicatat disini, ukuran jarum mempengaruhi jumlah cairan
yang masuk, apabila pada kondisi pasien syok, maka jumlah cairan yang masuk pun harus
dalam jumlah banyak dan cepat, makanya biasanya untuk pasien-pasien gawat dan
memerlukan terapi cairan yang banyak dan cepat, biasanya menggunakan abocath berukuran
18 G, begitupun untuk calon pasien operasi biasanya menggunakan abocath dengan ukuran
18 G. Catatan penting disini, semakin besar ukuran jarum, maka panjang abocath juga
semakin panjang, oleh karena itu perlu disesuaikan dengan pembuluh darah.
3. Salah Memilih Pembuluh Darah Vena
Kesalahan yang berikutnya adalah kesalahan dalam memilih pembuluh darah vena, yang
harus diingat pemilihan pembuluh darah vena adalah dari ujung ke pangkal, dari punggung
tangan semakin keatas. Pembuluh darah yang dicari pun harus dicari yang tidak bercabang
dan tidak keriting, karena akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. Vena yang kita
pilih juga tidak boleh yang melewati persendian, karena akan mengakibatkan infus mudah
macet.
4. Salah Cairan
Memasang infus adalah kerja kolaborasi perawat dengan profesi lain, namun sebagai perawat
kita harus jeli, apakah cairan yang diorder benar-benar sesuai dengan kebutuhan serta kondisi
pasien atau tidak, karena perawat adalah seseorang yang mendampingi pasien selama 24 jam.
Pelajari apa saja yang terkandung dalam cairan infus tersebut, misalnya pada pasien dengan
oedem harus membatasi garam, maka cairan NaCl harus dipertimbangkan, pada pasien DM
penggunaan cairan Dextrose harus benar-benar diperhatikan, cairan-cairan dengan
osmolaritas tinggi perlu dibatasi kadarnya. Hal terpenting, jangan sampai salah cairan yang
masuk ke pasien, karena itu sangat merugikan dan membahayakan pasien.
5. Salah Pasien
Yang ini nih, jangan sampe lupa ya... kenali pasien anda dengan dilihat, diraba dan
diterawang.. hehehe.. emang duit. Yang bener harus dilihat, ditanya dan diyakinkan...
6. Lupa Mengalirkan cairan dalam selang infus
Keteledoran yang lumayan sering terjadi adalah abocath sudah tertusuk tapi cairan belum
siap... ini nih yang sering bikin berabe, dan kesannya tidak profesional. Buatlah sebuah ritual
khusus dalam memasang infus, misal menusuk botol, mengalirkan cairan dalam selang
melihat ada udara atau tidak baru gantungkan diatas tiang infus, jadikan itu adalah ritual
pertama sebelum memasang infus, jadi walaupun pikiran kita sedang ruwet otak bawah sadar
kita pasti akan melakukannya ketika memasang infus.
7. Lupa memotong Plaster
Ini nih yang gak kalah bikin bete... sudah siap semuanya eh.. plaster belum ada, repot kan
jadinya. Masih nyambung dengan poin sebelumnya, pastikan memotong plaster adalah ritual
kedua setelah mempersiapkan cairan dan selang, hitung bener-bener jumlah plaster, panjang
pendeknya sudah tepat belum (sesuai ilmu kirologi) atau kalau memakai metode satu plaster
apakah plaster sudah dibelah atau belum.
8. Lupa Melakukan Desinfeksi
Terkadang hal yang sepele begini bisa kelupaan loh... dengan pedenya kita menusukkan
abocath, eh baru teringat belum di desinfeksi, hal ini bisa karena kita terlalu grogi, terlalu-
buru-buru tau lupa bawak alatnya. What ever alasan kita, pokoknya melakukan desinfeksi
sebelum menusukkan abocath itu wajib hukumnya, kan kasihan pasiennya....
9. Lupa Memakai Handscoon
Berbagai alasan ketika kita tidak memakai Handscoon, kadang lupa kadang juga sengaja.
Memang terkadang kita tidak merasa nyaman memasang infus dengan memakai Handscoon,
apalagi kalo pas lagi memasang plaster... huh lengket sana sini. Tapi demi keamanan serta
kenyamanan kita dan pasien ini juga kudu dilakuin...
10. Lupa Berkomunikasi dengan Pasien
Dateng-dateng langsung Jus..... tanpa ba-bi-bu lagi... ini masih sering terjadi di negara kutub
selatan sana (di negara kita gak lagi) perawat tanpa ada basa-basi, langsung nyiapin alat
langsung tusuk sudah selesai pergi deh... yang ditusuk siapa ya...?? salah satu kelebihan ilmu
kita adalah berkomunikasi.. karena komunikasi perawat adalah komunikasi yang
menyembuhkan.. ingat, selalu pastikan pasien itu benar atau tidaknya dengan berkomunikasi,
meminta ijin dengan berkomunikasi, dan merilekskan pasien dengan berkomunikasi.

Begitu deh rekan-rekan, ini Cuma cerita doang, tapi semoga bisa menjadi pelajaran bagi saya
dan kita semua, karena kita pernah belajar dari kesalahan, tapi bodohnya kita bila mengulang
kesalahan. Kalo banyak salah harap dikoreksi, mari kita belajar bersama menjadi perawat
profesional.

Anda mungkin juga menyukai