Anda di halaman 1dari 17

1.

Jari-jari atom

Jari-jari atom merupakan jarak elaktron terluar ke inti atom dan menunjukan ukuran suatu atom.
Jari-jari atom sukar diukur sehingga pengukuran jari-jari atom dilakukan dengan cara mengukur jarak
inti antar dua atom yang berikatan sesamanya.

Dalam suatu golongan, jari-jari atom semakin ke atas cenderung semakin kecil. Hal ini terjadi karena
semakin ke atas, kulit elektron semakin kecil. Dalam suatu periode, semakin ke kanan jari-jari atom
cenderung semakin kecil. Hal ini terjadi karena semakin ke kanan jumlah proton dan jumlah elektron
semakin banyak, sedangkan jumlah kulit terluar yang terisi elekteron tetap sama sehingga tarikan
inti terhadap elektron terluar semakin kuat.

2. Energi ionisasi

Jika dalam suatu atom terdapat satu elektron di luar subkulit yang mantab, elektron ini cenderung
mudah lepas supaya mempunyai konfigurasi seperti gas mulia. Namun, untuk melepaskan elektron
dari suatu atom dperlukan energi. Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari suatu
atom di namakan energi ionisasi. Dalam suatu periode semakin banyak elektron dan proton gaya
tarik menarik elektron terluar dengan inti semakin besar (jari-jari kecil) Akibatnya, elektron sukar
lepas sehingga energi untuk melepas elektron semakin besar. Hal ini berarti energi ionisasi besar.

Jika jumlah elektronnya sedikit, gaya tarik menarik elektron dengan inti lebih kecil (jari-jarinya
semakain besar). Akibatnya, energi untuk melepaskan elektron terluar relatif lebih kecil berarti
energi ionisasi kecil.

Unsur-unsur yang segolongan : energi ionisasi makin ke bawah makin kecil, karena elektron terluar
akin jauh dari inti (gaya tarik inti makin lemah), sehingga elektron terluar makin mudah di lepaskan.

Unsur-unsur yan seperiode : energi ionisai pada umumnya makin ke kanan makin besar, karena
makin ke kanan gaya tarik inti makin kuat.

Kekecualian :

unsur-unsur golongan II A memiliki energi ionisasi yang lebih besar dari pada golongan III A, dan
energi ionisasi golongan V A lebih besar dari pada golongan VI A.

3. Keelektronegatifan

Kelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom untuk menarik elektron dari atom lain. Faktor
yang mempengaruhi keelektronegatifan adalahgaya tarik dari inti terhadap elektron dan jari-jari
atom.

Unsur-unsur yang segolongan : keelektronegatifan makin ke bawah makin kecil, karena gaya taik-
menarik inti makin lemah. Unsur-unsur bagian bawah dalam sistem periodik cenderung melepaskan
elektron.

Unsur-unsur yang seperiode : keelektronegatifan makin kekanan makin besar.keelektronegatifan


terbesar pada setiap periode dimiliki oleh golongan VII A (unsur-unsur halogen). Harga
kelektronegatifan terbesar terdapat pada flour (F) yakni 4,0, dan harga terkecil terdapat pada
fransium (Fr) yakni 0,7.

Harga keelektronegatifan penting untuk menentukan bilangan oksidasi ( biloks ) unsur dalam sutu
senyawa. Jika harga kelektronegatifan besar, berati unsur yang bersangkutan cenderung menerim
elektron dan membentuk bilangan oksidasi negatif. Jika harga keelektronegatifan kecil, unsur
cenderung melepaskan elektron dan membentuk bilangan oksidasi positif. Jumlah atom yang diikat
bergantung pada elektron valensinya.

4. Sifat Logam

Sifat-sifat unsur logam yang spesifik, antara lain : mengkilap, menghantarkan panas dan listrik, dapat
ditempa menjadi lempengan tipis, serta dapat ditentangkan menjadi kawat / kabel panjang. Sifat-
sifat logam tersebut diatas yang membedakan dengan unsur-unsur bukan logam. Sifat-sifat logam,
dalam sistem periodik makin kebawah makin bertambah, dan makin ke kanan makin berkurang.

Batas unsur-unsur logam yang terletak di sebelah kiri dengan batas unsur-unsur bukan logam di
sebelah kanan pada system periodic sering digambarkan dengan tangga diagonal bergaris tebal.

Unsur-unsur yang berada pada batas antara logam dengan bukan logam menunjukkan sifat ganda.

5. Kereaktifan

Reaktif artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada system periodik, makin ke bawah makin
reaktif, karena makin mudah melepaskan elektron. Unsur-unsur bukan logam pada sistem periodik,
makin ke bawah makin kurang reakatif, karena makin sukar menangkap electron.

Kereaktifan suatu unsur bergantung pada kecenderungannya melepas atau menarik elektron. Jadi,
unsur logam yang paling reatif adalah golongan VIIA (halogen).

Dari kiri ke kanan dalam satu periode, mula-mula kereaktifan menurun kemudian bertambah hingga
golongan VIIA. Golongan VIIA tidak rekatif.

6. Afinitas Elektron

Afinitas elektron ialah energi yang dibebaskan atau yang diserap apabila suatu atom menerima
elektron.

Jika ion negatif yeng terbentuk bersifat stabil, maka proses penyerapan elektron itu disertai
pelepasan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda negative. Akan tetapi jika ion
negative yang terbentuk tidak stabil, maka proses penyerapan elektron akan membutuhkan energi
dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda positif. Jadi, unsur yang mempunyai afinitas
elektron bertanda negatif mempunyai kecenderungan lebih besar menyerap elektron daripada
unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif. Makin negative nilai afinitas elektron berarti makin
besar kecenderungan menyerap elktron.

Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari semkain kecil dangaya tarik inti terhadap elektron
semakin besar, maka atom semakin mudah menarik elektron dari luar sehingga afinitas elektron
semakin besar.

Pada satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom makin besar, sehingga gaya tarik inti terhadap
elektron makin kecil, maka atom semakin sulit menarik elektron dari luar, sehingga afinitas elektron
semakin kecil.
Ikatan ion = heteropolar

Ikatan ionik adalah sebuah gaya elektrostatik yang mempersatukan ion-ion dalam suatu senyawa
ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan kimia ini terdiri dari ka2tion dan juga anion. Kation terbentuk
dari unsur-unsur yang memiliki energi ionisasi rendah dan biasanya terdiri dari logam-logam alkali
dan alkali tanah. Sementara itu, anion cenderung terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki afinitas
elektron tinggi, dalam hal ini unsur-unsur golongan halogen dan oksigen. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa ikatan ion sangat dipengaruhi oleh besarnya beda keelektronegatifan dari atom-
atom pembentuk senyawa tersebut. Semakin besar beda keelektronegatifannya, maka ikatan ionik
yang dihasilkan akan semakin kuat. Ikatan ionik tergolong ikatan kuat, dalam hal ini memiliki energi
ikatan yang kuat sebagai akibat dari perbedaan keelektronegatifan ion penyusunnya.

Contoh ikatan ion pada NaCl:

Pembentukan ikatan ionik dilakukan dengan cara transfer elektron. Dalam hal ini, kation terionisasi
dan melepaskan sejumlah elektron hingga mencapai jumlah oktet yang disyaratkan dalam aturan
Lewis. Selanjutnya elektron yang dilepaskan ini akan diterima oleh anion hingga mencapai jumlah
oktet. Proses transfer elektron ini akan menghasilkan suatu ikatan ionik yang mempersatukan ion
anion dan kation.

Sifat-Sifat ikatan ionik adalah:

a. Bersifat polar sehingga larut dalam pelarut polar

b. Memiliki titik leleh yang tinggi

c. Baik larutan maupun lelehannya bersifat elektrolit

2. Ikatan kovalen = homopolar

Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang terbentuk dari pemakaian elektron bersama oleh atom-
atom pembentuk ikatan. Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari unsur-unsur non logam. Dalam
ikatan kovalen, setiap elektron dalam pasangan tertarik ke dalam nukleus kedua atom. Tarik menarik
elektron inilah yang menyebabkan kedua atom terikat bersama.

Ikatan kovalen terjadi ketika masing-masing atom dalam ikatan tidak mampu memenuhi aturan
oktet, dengan pemakaian elektron bersama dalam ikatan kovalen, masing-masing atom memenuhi
jumlah oktetnya. Hal ini mendapat pengecualian untuk atom H yang menyesuaikan diri dengan
konfigurasi atom dari He (2ē valensi) untuk mencapai tingkat kestabilannya. Selain itu, elektron-
elektron yang tidak terlibat dalam ikatan kovalen disebut elektron bebas. Elektron bebas ini
berpengaruh dalam menentukan bentuk dan geometri molekul.

Ada beberapa jenis ikatan kovalen yang semuanya bergantung pada jumlah pasangan elektron yang
terlibat dalam ikatan kovalen. Ikatan tunggal merupakan ikatan kovalen yang terbentuk 1 pasangan
elektron. Ikatan rangkap 2 merupakan ikatan kovalen yang terbentuk dari dua pasangan elektron,
beitu juga dengan ikatan rangkap 3 yang terdiri dari 3 pasangan elektron. Ikatan rangkap memiliki
panjang ikatan yang lebih pendek daripada ikatan tunggal. Selain itu terdapat juga bermacam-
macam jenis ikatan kovalen lain seperti ikatan sigma, pi, delta, dan lain-lain.
Contoh ikatan kovalen tunggal:

Ikatan yang terjadi antara atom H dengan atom H membentuk molekul H2

Ke-2 atom H yang berikatan memerlukan 1 elektron tambahan agar diperoleh konfigurasi elektron
yang stabil (sesuai dengan konfigurasi elektron He).

Untuk itu, ke-2 atom H saling meminjamkan 1 elektronnya sehingga terdapat sepasang elektron
yang dipakai bersama.

Rumus kimia = H2

Contoh ikatan kovalen rangkap 2

Ikatan yang terjadi antara atom O dengan O membentuk molekul O2

Atom O memiliki 6 elektron valensi, maka agar diperoleh konfigurasi elektron yang stabil tiap-tiap
atom O memerlukan tambahan elektron sebanyak 2.

Ke-2 atom O saling meminjamkan 2 elektronnya, sehingga ke-2 atom O tersebut akan menggunakan
2 pasang elektron secara bersama.

Rumus kimia : O2

Contoh ikatan kovalen rangkap 3

Ikatan yang terjadi antara atom N dengan N membentuk molekul N2

Atom N memiliki 5 elektron valensi, maka agar diperoleh konfigurasi elektron yang stabil tiap-tiap
atom N memerlukan tambahan elektron sebanyak 3.

Ke-2 atom N saling meminjamkan 3 elektronnya, sehingga ke-2 atom N tersebut akan menggunakan
3 pasang elektron secara bersama.

Rumus kimia : N2

Senyawa kovalen dapat dibagi mejadi senyawa kovalen polar dan non polar. Pada senyawa kovalen
polar, atom-atom pembentuknya mempunyai gaya tarik yang tidak sama terhadap elektron
pasangan persekutuannya. Hal ini terjadi karena beda keelektronegatifan antara atom-atom
penyusunnya. Akibatnya terjadi pemisahan kutub positif dan negatif. Sementara itu pada senyawa
kovalen non-polar titik muatan negatif elekton persekutuan berhimpit karena beda
keelektronegatifan yang kecil atau tidak ada.

Gambar ikatan kovalen pada metana

3. Ikatan kovalen koordinasi = semipolar

ikatan kovalen koordinat merupakan ikatan kimia yang terjadi apabila pasangan elektron bersama
yang dipakai oleh kedua atom disumbangkan oleh sala satu atom saja. Sementara itu atom yang lain
hanya berfungsi sebagai penerima elektron berpasangan saja.
Syarat-syarat terbentuknya ikatan kovalen koordinat:

Salah satu atom memiliki pasangan elektron bebas

Atom yang lainnya memiliki orbital kosong

Susunan ikatan kovalen koordinat sepintas mirip dengan ikatan ion, namun kedua ikatan ini berbeda
oleh karena beda keelektronegatifan yang kecil pada ikatan kovalen koordinat sehingga
menghasilkan ikatan yang cenderung mirip kovalen.

Contoh ikatan kovalen :

4. Ikatan Logam

Ikatan logam merupakan salah satu ciri khusus dari logam, pada ikatan logam ini elektron tidak
hanya menjadi miliki satu atau dua atom saja, melainkan menjadi milik dari semua atom yang ada
dalam ikatan logam tersebut. Elektron-elektron dapat terdelokalisasi sehingga dapat bergerak bebas
dalam awan elektron yang mengelilingi atom-atom logam. Akibat dari elektron yang dapat bergerak
bebas ini adalah sifat logam yang dapat menghantarkan listrik dengan mudah. Ikatan logam ini
hanya ditemui pada ikatan yang seluruhnya terdiri dari atom unsur-unsur logam semata.

B. Ikatan antar molekul

1. Ikatan hidrogen

Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain yang mempunyai
keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang sama. Ikatan hidrogen merupakan
ikatan yang paling kuat dibandingkan dengan ikatan antar molekul lain, namun ikatan ini masih lebih
lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen maupun ikatan ion.

Ikatan hidrogen ini terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom N, O, dan F yang memiliki
pasangan elektron bebas. Hidrogen dari molekul lain akan bereaksi dengan pasangan elektron bebas
ini membentuk suatu ikatan hidrogen dengan besar ikatan bervariasi. Kekuatan ikatan hidrogen ini
dipengaruhi oleh beda keelektronegatifan dari atom-atom penyusunnya. Semakin besar
perbedaannya semakin besar pula ikatan hidrogen yang dibentuknya.

Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi titik didih dari senyawa tersebut. Semakin besar
perbedaan keelektronegatifannya maka akan semakin besar titik didih dari senyawa tersebut.
Namun, terdapat pengecualian untuk H2O yang memiliki dua ikatan hidrogen tiap molekulnya.
Akibatnya, titik didihnya paling besar dibanding senyawa dengan ikatan hidrogen lain, bahkan lebih
tinggi dari HF yang memiliki beda keelektronegatifan terbesar.

2. Ikatan van der walls

Gaya Van Der Walls dahulu dipakai untuk menunjukan semua jenis gaya tarik menarik antar molekul.
Namun kini merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol seketika.
Ikatan ini merupakan jenis ikatan antar molekul yang terlemah, namun sering dijumpai diantara
semua zat kimia terutama gas. Pada saat tertentu, molekul-molekul dapat berada dalam fase dipol
seketika ketika salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu. Dalam keadaa dipol ini, molekul
dapat menarik atau menolak elektron lain dan menyebabkan atom lain menjadi dipol. Gaya tarik
menarik yang muncul sesaat ini merupakan gaya Van der Walls.
ikatan Ion

Ikatan kimia yang terbentuk akibat gaya tarik menarik antara ion positif (kation) dengan ion negatif
(anion) disebut sebagai ikatan ion. Jika atom-atom logam berdekatan atom-atom bukan logam akan
terjadi perpindahan elektron valensi dari atom logam kepada atom bukan logam. Akibatnya atom
logam membentuk kation sedangkan atom bukan logam membentuk anion. Antara anion dan kation
yang berlawanan muatan akan saling tarik menarik dan terbentuklah ikatan ion (ikatan
elektrovalen).

Atom logam natrium yang mempunyai susunan elektron 2e 8e 1e sedangkan atom klor mempunyai
susunan elektron 2e 8e 7e. Agar kedua atom di atas mempunyai susunan elektron stabil (oktet)
maka logam natrium akan melepaskan sebuah elektron valensinya, sedangkan atom klor cenderung
untuk menerima elektron yang dilepaskan oleh natrium tersebut

Pelepasan dan penerimaan elektron tersebut dapat digambarkan sebagai:

Na : 2e 8e 1e ® Na+ : 2e 8e + 1e

Cl : 2e 8e 7e + 1e ® Cl– : 2e 8e 8e

Atara ion Na+ dengan ion Cl– akan tarik menarik membentuk Na+Cl– dan ditulis sebagai NaCl.

11p

Atom natrium, Na ion natrium, Na+

2e 8e 1e 2e 8e

Atom klrin, Cl ion klorida, Cl–

2e 8e 7e 2e 8e 8e

+ –

Dengan cara yang sama terangakan pembentukan senyawa MgF2, Na2O, CaCl2, Na3N

Kekuatan ikatan ion

Kekuatan ikatan ion suatu senyawa dapat dipredeksikan dari perbedaan skala keelektro-negatifan
atom unsur pembentuknya. Makin besar beda skala kelektronegatifannya makin kuat ikatan ionnya.
Bagaimana kekuatan ikatan ion senyawa – senyawa dibawah ini?

LiCl BeCl2 BCl3 K3N K2O KF

NaCl MgCl2 AlCl3 K2S KCl

KCl CaCl2 K2Se KBr

RbCl SrCl2 KI
CsCl BaCl2

Bagaimana kekuatan ion dari :

LiCl ke CsCl : ……………………………………………………………………………

NaCl ke AlCl3 : ……………………………………………………………………………

K3N ke KF : ……………………………………………………………………………

KF ke KI : ……………………………………………………………………………

Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian bersama pasangan elektron oleh dua
atom yang berikatan. Ikatan kovalen terbentuk di antara dua atom yang sama-sama ingin
menangkap elektron (semi logam dan bukan logam). Pasangan elektron yang dipakai bersama dapat
berupa sumbangan masing-masing atom berikatan atau sumbangan salah satu atom yang berikatan.

Dalam melukiskan ikatan kovalen, kita menggunakan apa yang disebut rumus LEWIS, yaitu setiap
elektron valensi (elektron pada kulit terluar) dilambangkan dengan tanda (titik, silang, kros atau yang
lain).

x . . ..

H* xCx :N. :O. : Cl :

x . .. .

Untuk memudahkan pemikiran rumus lewis perlu diperhatikan:

Pembentukan ikatan kimia merupakan upaya atom suatu unsur untuk mencapai susunan oktet (8
elektron terluar) atau duplet (2 elektron terluar).

Pasangan elektron terikat digambarkan diantara 2 atom yang berikatan.

Sepasang elektron dapat digambarkan dengan satu garis

Contoh: H H
ç

H C H atau H– C–H

H H

Untuk lebih memahami ikatan kovalen lengkapi tabel berikut:

Unsur Elektron valensi Unsur Elektron valensi Rumus senyawa Rumus Lewis Rumus
struktur

N 5 H 1 NH3

P 5 Cl 7 PCl3

H 1 O 6 H2O

B 3 Cl 7 BCl3

N 5 N 5 N2

C 4 O 6 CO2

Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang dipergunakan bersama ikatan kovalen dapat dibedakan
menjadi:

Ikatan tunggal (dilambangkan dengan satu garis ikatan) melibatkan sepasang elektron

Ikatan kovalen rangkap (melibatkan lebih dari sepasang elektron, 2 pasang elektron disebut ikatan
rangkap dua, dan kalau 3 pasang elektron disebut ikatan rangkap 3).

Kepolaran Ikatan

Didalam molekul HCl ternyata pasangan elektron yang dipergunakan bersama lebih tertarik kepada
Cl, karena atom Cl lebih kuat menarik elektron dari pada atom H (Cl lebih elektronegatif dari pada H).
Akibatnya dalam molekul HCl terbetuk dwi kutub (bersifat polar). Ikatan kovalen semacam ini
disebut ikatan kovalen polar. Kepolaran senyawa akan bertambah jika beda keelektronegatifan
atom-atom yang berikatan semakin besar.
Kegiatan:

Perhatikan senyawa hidrida dalam tabel:

CH4

2,5

NH3

3,0

H2O

3,5

HF

4,0

SiH4

1,8

PH3

2,1

H2S

2,5

HCl

3,0

GeH4

1,8
AsH3

2,0

H2Se

2,4

HBr

2,8

SnH4

1,8

SbH3

1,9

H2Te

2,1

HI

2,5

Jika skala keelektronegatifan = 2,1 dan skala kelektronegatifan yang lain sesuai dalam tabel,
bagaimana perubahan kopolaran ikatan dari :

kiri ke kanan : …………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………..

atas ke bawah : …………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………..
Dalam molekul H2, Cl2, O2 pasangan elektron yang dipergunakan bersama tertarik sama kuat oleh
atom-atom yang berikatan oleh karena itu tidak terjadi dwi kutub (dipol). Ikatan kovalen yang
demikian disebut ikatan kovalen non polar.

Dalam molekul dwi atom (terdiri dari dua atom) kepolaran ikatannya dapat ditentukan dengan
mudah yaitu:

Molekul-molekul unsur (terdiri dari atom-atom sejenis) memiliki ikatan kovalen non polar (H2, Br2,
Cl2, O2 dan sebagainya)

Molekul-molekul senyawa (terdiri dari atom-atom tidak sejenis) memiliki ikatan kovalen polar (HI,
HCl, HBr, IF dan sebagainya)

Untuk molekul-molekul yang mengandung atom lebih dari dua, ikatan kimianya tetap merupakan
ikatan kovalen polar, tetapi dapat bersifat non polar jika bentuk molekulnya simetris dan atom pusat
tidak mempunyai pasangan elektron bebas (PEB).

Contoh :

CH4, BF3, SiO2, CO2 ikatan antar atomnya adalah ikatan kovalen polar, tetapi molekul molekul
tersebut bersifat non polar.

H2O, NH3, PCl3 ikatan antar atomnya kovalen polar dan molekul bersifat polar.

Kegiatan :

Tujuan :

Mengetahui kepolaran senyawa

Alat dan bahan :


Biuret, standart (statif) lengkap dengan penjepit buaya, erlenmayer, beaker glass, penggaris
polietena, kain wool atau kain flannel, air (H2O), etanol (C2H5OH), aseton (CH3COOH), karbon tetra
klorida (CCl4).

Cara kerja:

– Pasanglah 4 buret pada statif dan isilah masing – masing buret dengan cairan yang tersedia.

– Buatlah batang polietena bermuatan listrik dengan cara menggosok batang polietena
dengan kain flannel.

– Pengaruhi aliran cairan dari tiap – tiap buret dengan batang politen bermuatan

– Amati aliran cairan zat cair, apakah zat cair mengalami pembelokan?

Tabel Pengamatan

Bahan Aliran zat cair

dibelokkan Tidak dibelokkan

Air

Etanol

Aseton

Karbon tetra klorida

Pertanyaan :

Kesimpulan apa yang anda dapatkan pada percobaan di atas?

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………
Mengapa ada zat cair yang dibelokkan dan ada yang tidak dibelokkan oleh batang politen
bermuatan? Jelaskan!

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

Dengan memperhatikan struktur Lewis senyawa – senyawa di atas, tentukan faktor – faktor yang
mempengaruhi kepolaran suatu molekul.

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

Ikatan Kovalen Koordinasi

Pasangan elektron yang digunakan bersama dalam membentuk ikatan kovalen berasal dari salah
satu atom yang berikatan (atom donor), sedangkan atom yang lain tidak menyumbangkan elektron
(atom akseptor). Ikatanm kovalen yang demikian disebut sebagai ikatan kovalen koordinasi , semi
polar atau ikatan datif

Ikatan kovalen koordinasi hanya dapat terbentuk apabila salah satu atom mempunyai pasangan
elektron bebas (PEB). Ketika berikatan, PEB berubah status menjadi PEI. Sebagai contoh
pembentukan ikatan antara amonia dengan ion hidrogen membentuk ion amonium. Atom N dalam
amonia mempunyai pasangan elektron bebas yang dapat dipergunakan bersama dengan ion
hidrogen yang telah kehilangan elektronnya.

H H +

H N + H+ ® H N H

H H ikatan koordinasi
Kegiatan

Tuliskan Rumus Lewis dalam molekul/ion di bawah ini dan tentukan ikatan kovalen koordinasinya.

1. SO3 3. NH3BF3

2. CO 4. H3O+

Perbandinngan sifat fisika senyawa ion dengan senyawa kovalen

Ikatan ion jauh lebih kuat daripada ikatan kovalen karena ikatan ion terjadi akibat gaya Coulomb
(gaya elektrostatis), sedangkan ikatan kovalen terjadi karena pemakaian bersama pasangan elektron
ikatan. Berikut adalah perbandingan sifat fisika senyawa ion dengan senyawa kovalen.

Senyawa ion Senyawa Kovalen

1.

2.

3.

Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi

Cairan dan larutannya dapat menghantar listrik (bersifat elektrolit)

Semua senyawa elektrovalen pada suhu kamar berwujud padat

1.

2.

3.

Mempunyai titik didih dan titik leleh yang rendah

Cairannya tidak dapat menghantar listrik


Pada suhu kamar ada yang berwujud padat, cair maupun gas.

Ikatan Logam

Gaya tarik menarik seperti pada molekul-molekul polar dapat juga terjadi antara muatan positif dari
ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-elektron yang bergerak bebas. Interaksi inilah
yang dikenal sebagai ikatan logam.

Unsur-unsur logam menunjukkan sifat-sifat yang khas, seperti umumnya berupa zat padat pada suhu
kamar, dapat ditempa dan merupakan penghantar listrik dan panas yang baik.

Sifat-sifat tersebut dapat dimaklumi setelah melihat bagaimana atom-atom logam dalam
membentuk ikatan logam. Atom-atom logam mempunyai elektron valensi yang kecil, sehingga
elektron valensi dapat bergerak bebas dan sangat mudah dilepaskan akibatnya elektron-elektron
valensi tersebut bukan hanya milik salah satu ion logam tetapi merupakan milik bersama ion-ion
logam yang terjejal dalam kisi kristal logam. Dapat dikatakan bahwa elektron valensi dalam logam
terdelokalisasi, membaur membentuk awan elektron yang menyelimuti ion-ion positif logam yang
telah melepaskan sebagian elektron valensinya. Akibatnya terjadi interaksi antara kedua muatan
(elektron bermuatan negatif dengan ion logam yang bermuatan positif) yang berlawanan dan
membentuk ikatan logam. Gaya tarik menarik ini cukup kuat sehingga pada umumnya unsur logam
mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi.

Kekuatan ikatan logam dipengaruhi oleh:

jari-jari atom, makin besar jari-jari atom menyebabkan ikatan logam semakin lemah

jumlah elektron valensi, makin banyak elektron valensinya ikatan logam semakin kuat

jenis elektron s, p atau d. logam-logam blok s ikatannya paling lemah dan logam-logam blok d ikatan
logamnya paling kuat (kelas 11).

Rangkuman

Cara suatu atom mencapai struktur elektron stabil seperti gas mulia, yaitu dengan mengikat atau
membebaskan elektron, dan menggunakan bersama pasangan elektron

Elektron yang berperan dalam ikatan kimia adalah elektron valensi


Ikatan ion adalah ikatan dengan gaya elektrostatif antara ion positif dan ion negatif.

Ikatan kovalen dapat terbentuk akibat penggunaan pasangan elektron, ikatan tunggal (sepasang
elektron), ikatan rangkap (dua pasang elektron atau lebih)

Berdasarkan keelektronegatifan atom-atom yang berikatan ikatan kovalen dapat dibedakan menjadi
ikatan kovalen non polar dan ikatan kovalen polar.

Kepolaran senyawa akan bertambah jika beda skala keelektronegatifan atom-atom yang berikatan
semakin besar

Anda mungkin juga menyukai