Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan gedung perkantoran di Kota malang yang kian pesat menjadi magnet tersendiri bagi penduduk Indonesia untuk
melakukan urbanisasi ke kota Malang. Daya tarik akan ketersediaannya lapangan kerja inilah yang memicu tingginya arus
urbanisasi dan berakibat pada kepadatan penduduk di Kota Malang.
Adanya ketersediaan lapangan kerja dan meningkatnya arus urbanisasi menimbulkan meningkatnya kebutuhan akan tempat
tinggal. Dengan kondisi Malang yang padat penduduk dan terbatasnya ketersediaan lahan, solusi yang efektif adalah penyediaan
hunian secara vertikal seperti apartemen atau rumah susun. Saat ini, keberadaan hunian vertikal yang dekat dengan gedung
perkantoran sangat diperlukan, mengingat keadaan lalu lintas kota Malang yang selalu macet. Efisiensi waktu, biaya dan tenaga
merupakan hal yang penting bagi masyarakat perkotaan. Itulah sebabnya kebutuhan akan apartemen di kawasan bisnis kini
menjadi kebutuhan yang riil.
Permintaan akan apartemen yang cukup tinggi membuat para pengembang berlomba-lomba untuk membangun apartemen di lahan
yang sempit dengan jumlah unit apartemen yang semaksimal mungkin. Hal inilah yang memicu desain apartemen yang hanya
sekedar memenuhi kebutuhan dasar akan tempat tinggal tanpa mempertimbangkan dampak terhadap hubungan sosial penghuni di
dalamnya. Dalam pembangunan gedung-gedung di Malang, penyediaan ruang terbuka hijau sering kali terlupakan keberadaannya.
Pada dasarnya, ruang terbuka hijau dapat membantu dalam menurunkan stress di ibu kota. Menghadirkan unsur alam ke dalam
bangunan untuk menciptakan hubungan antara manusia dengan alam juga mampu memberikan dampak psikologis dan fisik
terhadap pengguna
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari proposal ini adalah sebagi berikut :
1. Bagaimana Tema perancangan yang sesuai dengan fungsi bangunan apartemen yang akan dibangun di Kota Malang ?
2. Bagaimana Study Kasus yang terkait dengan Teman perancanga tersebut ?
3. Bagaimana Sistem Struktur yang akan di terapkan pada bangunan tersebut ?
4. Bagaimana Sistem Utilitas yang akan diterapkan pada bangunan tersebut ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari rumusan masalah proposal ini adalah sebagi berikut :
1. Mendapatkan Tema perancangan yang dapat menjawab permasalah dari fungsi bangunan Apartemen yang akan di desain di
Kota Malang.
2. Mendapatkan Study Kasus yang sesuai dengan Tema perancangan.
3. Mendapatkan dan Menerapkan Sistem Struktur yang sesuai untuk fungsi bangunan Apartemen yang akan di desain.
4. Mendapatkan dan Menerapkan Sistem Utilitas Yang sesuai untuk fungsi bangunan Apartemen yang akan di desain.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Pengertian Apartemen

Menurut beberapa sumber, pengertian apartemen adalah sebuah gedung bertingkat yang tersusun atas unit-unit ruang yang
terpisah satu sama lainnya dalam suatu lingkungan bersama sebagai tempat hunian lebih dari satu rumah tangga, dimana tiap unit
huniannya terdiri setidaknya satu kamar tidur, satu kamar mandi, satu ruang duduk, dan satu dapur yang dimiliki atau disewakan,
serta dilengkapi fasilitas-fasilitas penunjang yang sebagian besar peminatnya merupakan masyarakat golongan menengah ke atas.

2.1.2 Sejarah dan Perkembangan Apartemen

Dijelaskan pada Encyclopædia Britannica Apartemen dibangun pertama kali di Eropa yang mana didefinisikan sebagai suatu
rumah besar, dibagi menjadi beberapa set ruang yang lebih kecil untuk menampung para pelayan serta pengabdi milik seseorang
yang penting. Pada pertengahan abad ke-19, sejumlah besar apartemen murah berada di bawah konstruksi untuk menampung
banyaknya pembengkakan buruh industri di kota-kota di Eropa dan Amerika Serikat. Lalu gedung apartemen modern besar muncul
pada awal abad ke-20 dengan menggabungkan elevator, pemanas sentral, dan kemudahan lainnya yang dapat digunakan bersama
oleh penyewa. Apartemen mulai menawarkan fasilitas lainnya seperti fasilitas rekreasi, pengiriman, layanan binatu, ruang makan
komunal dan kebun.

2.1.3 Jenis Apartemen

Berdasarkan ketinggian bangunan :


(Housing, John Mascai, hal.225)

• Low Rise Apartment : Ketinggian bangunan sampai dengan 6lantai –


• Medium Rise Apartment : Ketinggian bangunan 6 s.d. 9 lantai.
• High Rise Apartment : Ketinggian bangunan sampai 40 lantai.

Berdasarkan pencapaian vertikal

• Elevated Apartment
Pencapaian melalui elevator atau lift dengan ketinggian lebih dari 4 lantai.
• Walk-up Apartment
Pencapaian melalui tangga, dengan ketinggian tidak lebih dari 4 lantai.

Berdasarkan sistem koridor.

Koridor 1 sisi, Single Loaded Corridor, Double Loaded Corridor, Korridor 2 sisi, Koridor Terpusat.

Berdasarkan sistem penyusunan lantai

• Simplex : Unit hunian terdapat dalam satu lantai


• Duplex : Unit hunian terdapat dalam dua lantai.
• Triplex : Unit hunian terdapat dalam tiga lantai.
Berdasarkan bentuk massa

• Bentuk Massa Slab


Massa bangunan memanjang dengan bentuk sirkulasi berupa koridor, biasanya menggunakan lebih dari satu sistem sirkulasi
vertikal.
• Bentuk Massa Tower
Massa bangunan memusat dengan bentuk sirkulasi berupa hall atau ruang perantara.
• Bentuk Massa Varian
Penggabungan antara bentuk slab dan tower

Aturan Dasar Hunian Vertikal Berdasarkan peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.60/PRT/1992:

• Ruang, semua ruang kecuali gudang harus terang secara alami.


• Struktur bangunan, komponen serta bahan bangunan demi keselamatan railing tangga terdiri dari unsur vertikal berjarak 10 cm.
• Kelengkapan hunian vertikal, k.pembantu, dapur, tempat mandi dan cuci, terdapat sebuah balkon pelayanan ( sevice balcon), daerah
pelayanan ini dapat dicapai secara terpisah, namun masih terkontrol dari pintu masuk utama ke unit apartemen.
• Satu hunian vertikal ditentukan ukuran minimum untuk setiap ruang.
• Bagian dari benda bersama, ruang bersama seperti lift, dan tangga serta koridor mempunyai kemungkinan melihat keluar.
• Kepadatan dan tata letak bangunan, jarak antar bangunan ditentukan oleh udara yang harus bisa lewat dan pencahayaan alami yang
harus dapat diterima
Kriteria Dasar Apartemen

Dalam perencanaan apartemen terkadang pihak pengembang /developer kurang memperhatikan kualitas dan beberapa standar tertentu
yang bisa mencapai angka aman dan nyaman untuk sebuah hunian vertikal yang melibatkan banyak individu(penghuninya).

Ada beberapa kriteria dasar yang perlu diperhatikan untuk bangunan apartemen dimana saja secara umum, yaitu:

• Privasi Apartemen merupakan unit hunian yang walaupun dihuni oleh banyak individu, tetapi sebagai sosial tetap ada. Gangguan
privasi dapat berupa getaran, bising, polusi dan pandangan visual yang langsung.
• Kenyamanan Kenyamanan merupakan suatu kondisi dimana terjadi suatu sistem yang baik yang terdapat dalam apartemen,
misalnya pengkondisian udara, tata suara, tata ruang dan lain-lainnya, sehingga penghuni merasa nyaman tinggal
didalamnya.Biasanya orang berani membayar tinggi untuk suatu kenyamanan.
• Kesehatan Faktor kesehatan ini dipengaruhi oleh kenyamanan yang sudah tercapai, dapat juga dipengaruhi oleh sistem utilitas pada
bangunan.Selain itu juga sistem pencahayaan dan penghawaan alami dan vegetasi pada lingkungan apartemen sangat berpengaruh
bagi kesehatan penghuninya.
• Keamanan Keamanan dapat ditinjau dari sisi bangunan misalnya kuat menahan gempa, angin, hujan, petir dan bahaya
kebakaran.Untuk lingkungan, luar bangunan memiliki tingkat keamanan yang tinggi misalnya dengan penjagaan dari gangguan
luar.

Sistem Sirkulasi Vertikal

• Elevated Apartement Pencapaian melalui sarana elevator ( lift ) yang umumnya untuk ketinggian lebih dari 4 lantai.
• Walk – up Apartement Sistem sirkulasi melalui sarana tangga dan umumnya berlaku pada bangunan tidak lebih dari 4 lantai.
Ruang-Ruang Dalam Apartemen

Menurut Eugene Henry Klaber dalam Housing Design (1954, hal.76), terdapat beberapa ruang di dalam sebuah rumah tinggal, yaitu:

a. Ruang pribadi (di dalam unit hunian) yang terdiri dari ruang-ruang sebagai berikut:

• Ruang tamu (living room), area atau tempat berinteraksi dengan tamu
• Ruang makan (dining room) sebagai area penghuni untuk kegiatan makan
• Dapur (kitchen), sebagai ruang persiapan makan dan penyajian
• Kamar mandi (bathroom), ruang untuk melakukan kegiatan sanitasi. Umumnya telah disediakan WC.
• Kamar tidur (bedroom), tempat penghuni beristirahat.
Kebutuhan ruang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan dapat ditambahkan seperti ruang keluarga, ruang pembantu, ruang
cuci /laundry, dan balkon.

b. Ruang bersama (di luar unit hunian) yang mana terdiri dari:

• Ruang umum, sebagai ruang tunggu, ruang tamu, atau ruang komunal lain.
• Koridor untuk ruang penghubung antara dua sisi satuan unit hunian.
• Selasar, sebagai ruang penghubung untuk sisi satuan unit hunian.
• Ruang tangga untuk bangunan hunian lebih dari 8 lantai/ 40 meter.

Sistem Pengelolaan Apartemen

Seperti yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988, badan pengelolaan pada apartemen mempunyai tugas sebagai
berikut:
• Melaksanakan pemeriksaan, pemeliharaan, kebersihan dan perbaikan rumah susun dan lingkungannya pada bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama
• Mengawasi ketertiban dan keamanan penghuni serta penggunaan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama sesuai
dengan peruntukannya
• Secara berkala memberikan laporan kepada perhimpunan penghuni disertai permasalahan dan usulan pemecahannya

Oleh karena itu dibentuk suatu Perhimpunan Penghuni (PP) di tiap bangunan rumah tinggal bersama untuk mengurus berbagai
kepentingan bersama antara pemilik dan penghuni Kondominium. PP merupakan wakil dan para penghuni sehingga fungsinya mirip
RT/ RW.

Secara garis besar manajemen pengelola apartemen meliputi:

a. Divisi Teknik
• Listrik dan mesin (Mechanical Electrical)
• Bangunan (Construction)
• Perawatan bangunan (Maintenance)
b. Divisi Keuangan
• Akuntan (Accounting)
• Administrasi Umum (Administration) c.
c. Divisi Pemasaran
• Periklanan (Advertising)
• Perjanjian Beli
• Pelayanan kepada pembeli atau penghuni (Tenant Relation)
• Divisi Keamanan (Security Division)

2.2 Tema Perancangan

Arsitektur Ekologi

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Emst Haeckel, ahli dari ilmu hewan pada tahun 1869 sebagai ilmu interaksi dari
segala jenis makhluk hidup dan lingkungan. Arti kata ekologi dalam bahasa yunani yaitu “oikos” adalah rumah tangga atau cara
bertempat tinggal dan “logos” bersifat ilmu atau ilmiah. Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (Frick Heinz, Dasar-dasar Ekoarsitektur, 1998).

Arsitektur yang ekologis akan tercipta apabila dalam proses berarsitektur menggunakan pendekatan desain yang ekologis (alam sebagai
basis desain). Proses pendekatan desain arsitektur yang menggabungkan alam dengan teknologi, menggunakan alam sebagai basis
design, strategi konservasi, perbaikan lingkungan, dan bisa diterapkan pada semua tingkatan dan skala untuk menghasilkan suatu bentuk
bangunan, lansekap, permukiman dan kota yang revolusioner dengan menerapkan teknologi dalam perancangannya. Perwujudan dari
desain ekologi arsitektur adalah bangunan yang berwawasan lingkungan yang sering disebut dengan green building.

a. Prinsip – prinsip Arsitektur Ekologi


Prinsip-prinsip ekologi sering berpengaruh terhadap arsitektur (Batel Dinur, Interweaving Architecture and Ecology – A theoritical
Perspective). Adapun prinsip-prinsip ekologi tersebut antara lain:
• Flutuation
Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai tempat membedakan budaya dan hubungan proses
alami. Bangunan seharusnya mencerminkan hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih dari pada itu membiarkan
suatu proses dianggap sebagai proses dan bukan sebagai penyajian dari proses, lebihnya lagi akan berhasil dalam
menghubungkan orang-orang dengan kenyataan pada lokasi tersebut.
• Stratification
Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa organisasi bangunan seharusnya muncul keluar dari interaksi perbedaan bagian-bagian
dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang membiarkan kompleksitas untuk diatur secara terpadu.
• Interdependence (saling ketergantungan)
Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan
pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-
bagiannya berkelanjutan sepanjang umur bangunan.

b. Pola – pola perancangan Arsitektur Ekologi


Pola Perencanaan Eko-Arsitektur selalu memnfaatkan alam sebagai berikut :
• Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas, angin dan hujan.
• Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin.
• Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam
tanpa kesilauan
• Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya serap panas dan tebalnya dinding sesuai
dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa
menghemat banyak energi.

c. Dasar – Dasar Ekologi Arsitektur


Dalam eko-arsitektur terdapat dasar-dasar pemikiran yang perlu diketahui, antara lain.
• Holistik
Dasar eko-arsitektur yang berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu kesatuan yang lebih penting dari pada sekedar
kumpulan bagian.
• Memanfaatkan pengalaman manusia
Hal ini merupakan tradisi dalam membangun dan merupakan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.
• Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.
• Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak.
• Material ramah lingkungan
Penggunaan material-material yang ramah lingkungan akan sangat bermanfaat bagi alam dan manusia. Membuat keseimbangan
yang sangat baik. Seorang arsitek tidak bisa mengesampingkan bahan atau material yang akan digunakan karena sangat
berpengaruh terhadap alam, mulai dari dampak yang akan terjadi jika menggunakan bahan yang akan merusak alam di masa
depan. Adapun prinsip-prinsip ekologis dalam penggunaan bahan bangunan :
1. Menggunakan bahan baku, energi, dan air seminimal mungkin.
2. Semakin kecil kebutuhan energi pada produksi dan transportasi, semakin kecil pula limbah yang dihasilkan.
3. Bahan-bahan yang tidak seharusnya digunakan sebaiknya diabaikan.
4. Bahan bangunan diproduksi dan dipakai sedemikian rupa sehingga dapat dikembalikan kedalam rantai bahan (didaur
ulang).
5. Menggunakan bahan bangunan harus menghindari penggunaan bahan yang berbahaya (logam berat, chlor).
6. Bahan yang dipakai harus kuat dan tahan lama.
7. Bahan bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan diganti.
• Hemat energi
Penggunaan bahan energi yang semakin mengkhawatirkan. Manusia cenderung memanfaatkan energi yang tidak dapat
diperbaharui. Penggunaan energi untuk seluruh dunia diperkirakan 3×1014 MW per tahun, yang berarti bahwa bahaya bagi
manusia bukan hanya terletak pada kekurangan energi tetapi juga pada kebanyakan energi yang dibakar dan mengakibatkan
kelebihan karbondioksida di atsmosfer yang mempercepat efek rumah kaca dan pemanasan global.
• Peka Terhadap Iklim
Pengaruh iklim pada bangunan. Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup diantara bangunan tersebut
agar gerak udara terjamin. Orientasi bangunan ditepatkan diantara lintasan matahari dan angin sebagai kompromi antara letak
gedung berarah dari timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi
panjang yang menguntungkan penerapan ventilasi silang.

2.3 Lokasi Perancangan

Bagian Wilayah Kota I meliputi Kecamatan Semarang


Tengah, Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan
Semarang Timur dengan luas ±2223 hektar.

Wilayah ini memiliki batas-batas berikut:

Utara : Kecamatan Semarang

Utara Timur : Kecamatan Gayamsari

Selatan : Kecamatan Candisari

Barat : Kecamatan Semarang Barat


BWK I Kota Semarang mencakup Kawasan -kawasan yang menjadi pusat perekonomian dan pemerintahan di Kota Semarang. Kondisi
tanah di kawasan ini tergolong baik untuk digunakan sebagai daerah terbangun.

Tapak berada di tepi jalan arteri sekunder Pandanaran,


Kecamatan Semarang Tengah, Semarang. Tapak tersebut
memiliki luas ±7501,6 m².

2.4 Study Kasus

Menara Mesianiaga, Malaysia

Lokasi : Selangor,Malaysia
Dibangun : 1992
Fungsi : Perkantoran
Jumlah Lt : 14 lantai
Tinggi : 63 m
Luas Lt : 3.091,23 m2
Arsitek : Ken Yeang
Aliran : Arsitektur Ekologi
KONSEP DESAIN
Sebagaimana jenis arsitektur yang berkembang pada akhir abad 20, Menara Mesiniaga pada tahun 1990 dibuat dari konstruksi baja
dan kaca yang prefabricated dan mempercepat masa konstruksi. Memperhatikan iklim tropis, Yeang menempatkan tangga dan lift
pada bagian timur menara, dan ruang-ruang pada sisi barat yang dilindungi oleh kisi-kisi penahan panas. Tujuannya agar sinar
matahari pagi cukup maksimal dan cahaya sore yang panas bisa ditahan oleh kisi-kisi tersebut. Konsep Ken Yeang tentang pencakar
langit yang disebutnya 'Artificial Land in the Sky' merupakan konsep pencakar langit (high rise building) yang dapat 'hidup' dan
beradaptasi dengan lingkungannya seperti halnya mahluk hidup. Struktur bangunan berfungsi sebagai bingkai dan lantai-lantainya
dapat berfungsi berbeda beda, seperti menjadi taman bermain, mall, cafe atau yang lainnya. Konsep ini tak ubahnya seperti
mendefinisikan lantai-lantai pencakar langit menjadi seperti sebuah lahan kosong yang bisa diisi berbagai fungsi seperti perumahan,
taman, serta tempat-tempat komersial pada umumnya.
Ide Utama dan Konsep untuk Menara Mesiniaga:
• Taman langit yang berfungsi sebagai desa
• Spiring lansekap vertikal
• Jendela tersembunyi dan teduh di Dinding Barat dan Barat
• Tirai yang berkilauan di Utara dan Selatan
• Layanan inti tunggal di sisi yang panas
• Toilet berventilasi dan diterangi sinar matahari secara alami, tangga dan lift
lobiBalkon spiral di dinding eksterior dengan pintu geser tinggi ke kantor interior

Terdapat 3 item di dalam bangunan ini, yaitu :

1) dasar lansekap yang landai untuk menghubungkan tanah dengan vertikalitas


bangunan;
2) badan melingkar melingkar dengan pengadilan langit yang indah yang memungkinkan bantuan visual bagi pekerja kantor serta
menyediakan kontinuitas ruang yang menghubungkan tanah melalui bangunan; dan
3) lantai atas menyediakan kolam renang dan gym

RUANG

Pembagian ruang dan pola ruang pada bangunan Mesiniaga Tower di Malaysia sangat
berbeda dengan konsep bangunan tinggi lainnya. Ruang pada Mesiniaga Tower lebih
mempertimbangkan aspek manusia guna melihat bangunan tinggi sebagai bentuk
perencanaan vertikal ruang kota yang dapat memberikan ruang gerak bagi kehidupan
manusia. Ini merupakan paradigma baru dalam perencanaan bangunan tinggi.
Perencanaan fungsi ruang disesuaikan dengan rencana tata guna lahan kota yang
konvensional. Selain itu, perencanaan bangunan ini melalui pendekatan pada jiwa
bangunan tradisional dengan pemanfaatan teknologi tinggi sesuai kepentingan arsitektur
dan penciptaan ruang pusat kehidupan kota di masa dating.

Setiap denahnya yang berbentuk lingkaran, tidak semua bagian terisi penuh oleh ruang. Pada bagian yang kosong merupakan taman
yang dirancang khusus untuk penyegaran udara alami. Ruang pada bagian ini dirancang menjorok ke dalam, sehingga tidak memerlukan
penghalang sinar matahari seperti pada bagian lainnya. Rancangan ini dijiwai oleh konsep rumah tradisional di Asia Tenggara pada
umumnya. Halaman depan rumahnya merupakan tempat bersosialisasi dan penyegaran udara. Pada bagian depan gedung ini terlihat
rapat/padat yang difungsikan optimal sebagai area perkantoran. Jika dilihat dari pembagian fungsi ruang, prinsip ekonomi sangat
diabaikan dan lebih ditekankan kepada aspek manusianya. Demikian juga dengan kelengkapan fasilitas yang ada, seperti ruang olah
raga, perpustakaan serta perbelanjaan.
Lantai dasar/podium bangunan memegang peranan penting. Ruang lantai dasar merupakan ruang
terbuka dengan ventilasi udara alami. Ruang ini berfungsi sebagai ruang transisi yang
menghubungkan antara ruang luar dengan ruang dalam. Hal ini sangat berbeda dengan konsep
yang diterapkan pada bangunan tinggi lainnya. Ruang bawah/podiumnya difungsikan sebagai
lobby dan area komersial, seperti arkade. Dengan ruang yang terbuka, tanpa didominasi benda
maupun batas masif, akan mengalirkan suasana kota di sekitarnya ke dalam sosok bangunan
tinggi. Suasana kota yang dialirkan berupa kekontrasan antara penataan kota yang cenderung
horisontal menuju kota baru dalam bentuk penataan vertikal. Penataan ruang ini akan menuntun
langkah dan perasaan orang yang memasuki area transisi pada podium setahap demi setahap,
sehingga tidak merasakan kekontrasan antara bangunan dengan lingkungan di sekitarnya

PENCAHAYAAN
Penggunaan pencahayaan alami sangat dominan pada hampir keseluruhan ruang. Pencahayaan
alami ini diperoleh dari perletakan orientasi bangunan yang tepat.. Melalui riset, Ken Yeang
menyarankan agar daerah bukaan diletakkan pada sisi utara dan sisi selatan, sehingga matahari
tidak secara langsung menembus ruang. Penghalangan sinar matahari menggunakan sun-shield
atau sun-shading. Pada Mesiniaga Tower, tidak semua ruang memakai sun-shield, hanya pada
ruang untuk beraktivitas yang menggunakannya secara optimal. Bentuk penghalang sinar tersebut
tidak seperti bentuk yang dikenal pada umumnya, yang cenderung menggunakan bentuk vertikal
dengan maksud untuk lebih banyak menghadang sinar matahari yang masuk. Pemilihan bentuk
melingkar ke arah horisontal, seperti spiral yang terputus pada bagian-bagian tertentu, sesuai dengan bentuk dan denah bangunan.
Pemilihan bentuk ini menghadirkan tingkat pencahayaan yang berbeda ke dalam ruang
yang terdapat di dalamnya. Sun shield terutama diletakkan pada posisi terik matahari
yang tinggi, sehingga tidak mengganggu aktivitas di dalamnya serta cukup menerima
terang langit yang terpantul dari cahaya matahari tersebut. Bagian terbuka pada
bangunan ini dibiarkan menerima cahaya matahari sebanyakbanyaknya, tanpa
menggunakan penghalang sinar karena ruang tersebut merupakan area sirkulasi yang
membutuhkan tingkat penerangan tinggi. Selain itu, bagian terbuka ini juga merupakan
area untuk menangkap terang matahari yang dapat menerangi ruang yang menjorok ke
dalam, sehingga ruang ini cukup menerima hamburan dan pantulan terang bagi aktivitas
di dalamny
Ken Yeang tidak melakukan penyimpangan tipe yang sangat ekstrim layaknya pada Mesiniaga Tower dengan bukaan-bukaan yang
terekspos jelas. Bukaan yang jelas hanya terdapat pada beberapa bagian bangunan yang berfungsi sebagai balkon dengan ruang yang
menjorok ke dalam, sehingga disebut verandah in the sky. Rancangan bangunan ini juga memanfaatkan penghawaan alami dan
pencahayaan alami dengan mengatur arah bukaan sedemikian rupa. Selain itu, penggunaan garden in the sky atau sky courts pada
bangunan ini menghendaki atap transparan. Pada saat musim dingin, atap
tersebut tertutup dan taman berfungsi sebagai green house yang akan membangkitkan suhu tinggi sehingga dapat mengurangi udara
dingin.

PENGHAWAAN
penggunaan penghawaan alami dilakukan dengan bukaan ruang, seperti jendela dan taman yang akan mengalirkan udara ke dalam ruang.
Posisi bukaan ini juga berorientasi pada arah peredaran matahari. Bukaan berada pada posisi utara dan selatan.
Penghawaan pada bangunan ini memanfaatkan jendela ruang dan lubang-lubang
pada denah bangunan. Lubang ini tidak diwujudkan ke dalam bentukan ruang,
melainkan difungsikan sebagai bukaan untuk mengalirkan udara ke dalam ruang
yang memiliki bukaan. Aliran udara yang masuk tidak hanya diperoleh secara
langsung dari bukaan yang ada, melainkan juga dari pembelokan aliran angin yang
telah dihadang oleh bagian tertutup bangunan, sehingga angin dialirkan dengan lebih
lunak karena aliran tersebut telah dipecah oleh bagian bangunan, dan cenderung
sebagai angin sepoi yang berhembus menuju bukaan pada ruang yang ada.
Untuk mengatasi tekanan angin yang cenderung semakin ke atas semakin tinggi, maka bukaan pada balkon cenderung dibuat menjorok
ke dalam dan terkesan terjepit di antara dua buah sisi bangunan. Rancangan bangunan seperti ini mampu menghalangi angin agar tidak
masuk secara berlebihan ke dalam ruangan.

LANSKAP
Taman/lansekap pada balkon, maupun pada sky court atau garden in the sky memungkinkan
hawa sejuk masuk ke dalam ruang dan dapat memberikan nuansa yang berbeda dalam
ruang. Warna tanaman dapat menyejukkan pandangan, menghilangkan kepenatan yang
dirasakan sehari-hari, serta menghilangkan kejenuhan dari benda mati yang ada di
sekeliling. Bau tanah dan tanaman yang basah membawa pikiran dan perasaan untuk lepas
dan terbang menuju tempat yang tenang dan damai. Bangunan ini menjadi sangat berbeda
dengan bangunan tinggi pada umumnya. Pipa saluran air hujan dibuat sedemikian rupa
secara melingkar dan lebih ekstrim. dengan istilah spiraling vertical landscape. Lansekap
vertikal ini dilengkapi dengan saluran pipa air hujan yang lurus sesuai dengan bentuk taman
dan dipergunakan untuk mengairi/menyirami taman. Ini merupakan penghematan enerji air. Pelindung tanaman dari sinar matahari
pada sky court juga berfungsi sebagai penyerap tenaga matahari yang kemudian disalurkan ke pusat enerji menjadi sumber enerji
bangunan.
Pembuatan sky court pada puncak menara ini merupakan hal yang sangat unik dan baru. Umumnya, pada puncak bangunan difungsikan
sebagai helipad, maupun sebagai bagian ruang yang tidak memiliki nilai estetika karena biasanya difungsikan sebagai tempat utilitas
bangunan outdoor.

2.5 Study Literatur

2.5.1 Sistem Struktur

The Sears Tower

Menara Willis (Willis Tower atau dulu dikenal Sears Tower) adalah pencakar
langit di Chicago, Illinois. Gedung ini merupakan gedung tertinggi di Amerika
Serikat sejak tahun 1973 setelah mengalahkan ketinggian World Trade Center.
Sebelumnya, World Trade Center merupakan gedung tertinggi di AS selama setahun
setelah mengungguli Gedung Empire State yang berada di kota yang sama, New York
City. Menara Sears dibangun konglomerat bisnis eceran Sears, Roebuck and Company.
Perancangnya adalah arsitek kepala Bruce Graham dan insinyur struktur Fazlur
Khan dari Skidmore, Owings and Merrill.
Sistem struktur

Kumpulan Tabung ( Blunded tube )

Struktur tabung majemuk pada dasarnya adalah stuktur yang menggabungkan antara tabung individual satu dengan yang lain didesain
untuk menjadi suatu kesatuan struktur. Ide dari tabung diterminasi pada tiap ketinggian secara bebas tanpa kehilangan kekuatan secara
bebas tanpa kehilangan kekuatan dan kekuatan struktur.

Sears Tower menerapkan superstucture bundle-tube untuk sistem strukturnya. Sistem


bundle-tube itu terbentuk dari 9 kubus yang berukuran 75m². Setiap persegi memiliki 5
kolom per sisinya dan spaced 15 feet on centers. Masing-masing kubus di pasang ke
atas menggunakan crane membentuk ruang-ruang.

Gambar di samping menunjukkan skematik pemasangan kubus berukuran 75m² di


masing-masing lantai. Kubus di pasang menerus dan diputus pertama pada lantai 50,
kemudian ke tujuh kubus yang lain tetap dinaikkan. Pada lantai ke 66, bagian timur laut
dan barat daya kembali diputus. Lalu pada lantai 90 bagian utara, barat, dan selatan berakhir. Hingga
terakhir bagian barat dan bagian tengah kubus terus dipasang hingga lantai tertinggi yaitu 108 lantai.

Untuk menambah kekuatan menahan beban angin dan beban bangunan pada tengah bangunan diberi
core berupa shear wall. Selain komponen penguat struktur, core difungsikan sebagai tempat utilitas-
utilitas bangunan, seperti lift, pipa saluran air, sistem elektrik bangunan, dll.

Untuk menambah kekakuan terhadap faktor eksternal bangunan diberi sistem pengikat/ belt dengan
l
trusses untuk modul dari kubus 75 m² di lantai tertentu seperti, lantai 30, 50, 66, 90 dan 108.
Bentuk form yang dipilih selain untuk memenuhi kebutuhan ruang kantor juga untuk memecah gaya angin pada cekungan kubus
seperti pada lantai 50-108

Kolom

Sistem grid

Grid struktur merupakan jarak perletakan komponen-komponen perkuatan bangunan (misalnya kolom dan balok) pada sebuah
bangunan. Grid kolom berarti jarak antar kolom satu dengan kolom lainnya. Jarak yang digunakan tidak harus sama antar satu kolom
dengan kolom lainnya, namun juga bisa dengan jarak yang berirama tertentu.

Pola perletakan kolom pada bangunan Sears Tower menggunakan sistem grid. Dengan
jarak perletakan kolom yang berdekatan dan menggunakan ukuran kolom yang berdimensi
tidak terlalu besar.

pada bangunan ini kolom struktur hanya terdapat di setiap sisi bangunan, untuk
memaksimalkan fungsi kolom maka bangunan ini menggunakan sistem core. Yang terletak
di tengah bangunan.
Pondasi

Pondasi Tiang Pancang

Tiang pancang adalah suatu pondasi yang memanfaatkan tiang yang dipancangkan ke dalam tanah sebagai penyangga beban utamanya.
Pembuatan pondasi tiang pancang dikerjakan dengan menyatukan pangkal yang terletak di bawah konstruksi dan tumpuan pondasi.
Prinsip kerjanya yaitu menahan gaya orthogonal (tegak lurus) ke sumbung tiang lewat penyerapan terhadap lenturan yang timbul.

Pondasi tiang pancang digunakan untuk mentransfer beban yang dipikul pondasi
(struktur serta penggunanya) ke lapisan tanah yang dalam, dimana dapat dicapai daya
dukung yang lebih baik. Pondasi tiang pancang ini juga berguna untuk menahan gaya
angkat akibat tingginya muka air tanah dan gaya dinamis akibat gempa

Bangunan Sears Tower memiliki beban lebih dari 220 juta kg ini didukung oleh
114 pondasi tiang pancang sehingga mampu berdiri dengan kuat di di atas lapisan
batu yang keras dan padat.
2.5.2 Sistem Utilitas

Diamon Building, Malaysia ( air )

Bangunan ST Diamond Building yang terletak di Presint 2 memiliki reka


bentuk seperti berlian dan tampil dengan ciri-ciri teknologi hijau yang
mengagumkan. Bangunan ini memiliki 8 lantai. Bangunan berlian ini
menggunakan unsur kontemporer dan moder

Sistem Penampung Air hujan (Rainwater Harvesting)

Air hujan merupakan sumber daya air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air hujan sangat bermanfaat untuk mengisi sumber air
guna keperluan pertanian, domestik dan industri. Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) terdiri atas sistem Penampungan Air Hujan
(PAH) dan sistem pengolahan air hujan. PAH dilengkapi dengan talang air, saringan pasir, bak penampung dan Sumur Resapan (Sures).
Sumur resapan dapat digunakan untuk melestarikan air tanah dan mengurangi resiko genangan air hujan atau banjir yang
dilakukan dengan membuat sumur yang menampung dan meresapkan curahan air hujan.
Prinsip dasar PAH adalah mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan atap melalui talang air untuk ditampung ke dalam tangki
penampung. Kemudian limpasan air yang keluar dari tangki penampung yang telah penuh disalurkan ke dalam sumur resapan. Sistem
pengolahan air hujan mengolah air dari bak penampung menjadi air siap minum kualitas air kemasan dengan teknologi ARSINUM.
Pada bagian atas bangunan Berlian di manfaatkan untuk menampung
air hujan,yang kemudian disimpan didalam tangki air. Air hujan yang
dikumpul dari kawasan bumbung bangunan akan disalurkan ke dalam
empat buah tangki air yang setiap satu tangki mempunyai kapasitas
9.000 liter. Air tersebut digunakan untuk menyiram tanaman dan bunga
hiasan di luar dan diatap bangunan.

Untuk menjaga tanaman dan rumput yang ada di atap, bangunan ini menggunakan pipa pendingin, dan juga air hujan dari atap
disalurkan melalui pipa untuk menyiram tanaman dan rumput di atapdan juga di sekeliling bangunan.

Transportasi vertical

Sears Tower

Transportasi vertikal pada bangunan atau gedung adalah suatu utilitas yang berfungsi sebagai lalu lintas para pengguna di dalamnya
untuk berpindah dari lantai satu ke lantai lainnya. Tujuan dari transportasi vertikal ini adalah untuk efisiensi waktu, tenaga, keamanan,
dan kesehatan.
Penggunaan transportasi vertikal umumnya hanya untuk bangunan tiga lantai keatas, dibawah itu menggunakan tangga biasa.
Transportasi vertikal memiliki berbagai macam jenisnya, ada yang menggunakan tangga mekanis dan tabung disertai kabel.

Menara Willis menggunakan sistem lift 104- lokomotif. Ada yang berbeda jenis lift yang digunakan Ada lift antar-jemput ke dek ganda
yang melayani lobi di atas. Ada lift dek tunggal untuk perjalanan intra-zonal. Ada lift ekspres yang butuh waktu 61 detikuntuk mencapai
dek observasi di lantai 103. Selain itu Menara Willis juga menggunakan Konsep Sky loby untuk lobi di lantai 34 dan lantai 66-67.

Pada prinsipnya sky lobby merupakan salah satu area bersama (lobby) yang digunakan sebagai tempat perpindahan lift dari zona yang
rendah ke yang lebih tinggi. Untuk menghubungkan lobby dasar ke zona kedua biasanya digunakan lift yang cepat dan kapasitasnya
besar. Lift ini hanya berjalan dari lobby ke sky lobby. Sebagai alternatif dapat digunakan double deck elevator. Untuk mendistribusikan
penumpang ke lantai tiap zona digunakan lift dengan kecepatan lebih rendah (local elevator).
Tangga Darurat

Tangga darurat merupakan tangga pada bangunan yang baru akan digunakan pada saat-saat tertentu saja, utamanya ketika terjadi
bencana di dalam bangunan, seperti kebakaran. Tangga darurat lebih mementingkan fungsi dari pada estetisnya. Umum- nya letak tangga
darurat pada ruangan khusus dan tidak akan digunakan jika kondisi bangunan normal. Desain tangga darurat lebih difokuskan pada
penem- patan yang paling mudah dijangkau serta terbebas dari api apabila terjadi bencana di dalam bangunan dan harus memiliki
penghawaan yang maksimal. Pintu darurat dan tangga darurat harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai dan dapat
mengeluarkan seluruh penghuni dalam waktu 2,5 menit. Pintu darurat harus mempunyai tanda atau sinyal penerangan yang bertuliskan
KELUAR di atasnya dan menghadap ke koridor (Departemen Pekerjaan Umum, 1987: 11-14).

Asrama haji, sector 5, Saudi Arabia

Pada Gedung asrama haji ini tangga darurat terletak di luar


bangunan.
Sistem Pemadam Kebakaran

Signature Tower, Jakarta

Seperti gedung dan menara umumnya sistem pemadaman kebakaran pada Menara signature
ini harus dilengkapi oleh system pemadaman otomatis dan sistem pamadaman secara manual.Sistem
pemadaman otomatis yang perlu ada pada Menara signature ini adalah sistem pendeteksi asap (smoke
detector ), alarm dan sistem sprinkler.
Sedangkan untuk sistem pemadaman api manual berupa alat pemadam api ringan (APAR), hydrant dalam
gedung, dan hydranthalaman.Sistem pendeteksi asap ini dibutuhkan untuk mendeteksi asap yang
berlebihan di setiap bagian dari bangunan ini, karena dirasa sangat janggal apabila terdapat asap yang
berlebihan di dalam gedung. Sehingga ketikaterjadi adanya asap yang berlebihan maka smoke detector ini
berfungsi sebagai pendeteksi adanya kebakaran yang akan membuat alarm kebakaran berbunyi, dan
seluruh pengguna Menara signature ini dapat mengetahui dan menyelamatkan diri.

Sistem sprinkler pada menara signature ini harus dipasang yang berfungsi sebagai pemadaman kebakaran otomatis jika terjadi
kebakaran.Jadi besarnya api dapat diminimalisir bahkan dipadamkan dengans prinkle
Hydrant dalam gedung dan Hydrant halaman harus ada di titik-titik yang mudah dijangkau dan tidak terhalang oleh apapun. Jadi ketikake
bakaran terjadi, api masih besar dan sistem sprinkler tidak dapat mengatasinya, maka penggunaan hydrant dalam gedung sangat
membantuproses pemadaman ketika menunggu pemadam kebakaran dating

Penangkal Petir

Penangkal petir elektrostatis merupakan penangkal petir modern dengan menggunakan


sistem E.S.E ( Early Streamer Emision ). Sistem E.S.E bekerja secara aktif dengan cara
melepaskan ion dalam jumlah besar ke lapisan udara sebelum terjadi sambaran petir.
Pelepasan ion ke lapisan udara secara otomatis akan membuat sebuah jalan untuk
menuntun petir agar selalu memilih ujung terminal penangkal petir elektrostatis ini dari
pada area sekitarnya. Dengan sistem E.S.E ini akan meningkatkan area perlindungan yang
lebih luas dari pada sistem penangkal petir konvensional
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/MaulanaFerdinand/buku-ekologi-arsitektur

https://www.archdaily.com/774098/ad-classics-menara-mesiniaga-t-r-hamzah-and-yeang-sdn-bhd

Arquitetura.html

/BerBewok-go.blogspot.com.html

http://www.ecocitizenaustralia.com.au/vertical-farming-farmscrapers/

http://kanvas-angan.blogspot.co.id/2011/02/penggunaan-sistem-grid-dalam-bangunan.html

https://www.pinterest.com/pin/479563060290762813/

https://www.scribd.com/document/345404574/Sears-Tower-docx

http://mandirijayabeton.co.id/produk/detail/5

https://www.scribd.com/document/366453854/Tugas-Struktur-Final

http://www.viramon.com/news/bangunan-berlian-malaysia-suruhanjaya-tenaga

http://www.st.gov.my/index.php/ms/applications/electricity/competent-persons/wireman/2-about/9-bangunan-berlian-suruhanjaya-tenaga

https://elevatorescalator.wordpress.com/2010/05/17/sky-lobby/

http://pintarsipil.blogspot.co.id/2015/04/jenis-jenis-transportasi-vertikal-pada-bangunan.html

https://www.scribd.com/doc/99175125/Gedung-Sugnature-Tower-Menara-Signature-I-Kadek-Bagus-Widana-Putra

http://www.skyscrapercenter.com/building/signature-tower-jakarta/12333

Anda mungkin juga menyukai