Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Manusia hidup selalu diiringi dengan pendidikan, sehingga kehidupan
manusia akan selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Tidak ada zaman yang
tidak berkembang, tidak ada kehidupan manusia yang tidak bergerak, dan tidak
ada manusia pun hidup dalam stagnasi peradaban. Semua itu tentu bermuara pada
pendidikan, karena pendidikan adalah pencetak peradaban manusia dalam Hamid
(2014: 11).
Karena itulah, pendidikan akan selalu berkembang seiring dengan
perkembangan peradaban manusia dan juga perkembangan dunia pendidikan dan
teknologi yang dimengiringinya. Karena itu, pada setiap zamannya pendidikan
kepada anak didik tidak akan pernah sama. Setiap periode zaman pasti akan selalu
ada perubahan, karena perubahan itu adalah sebuah keniscayaan untuk bisa
mengoptimalkan dan memaksimalkan potensi anak didik yang semakin
berkembang tersebut agar bisa bermanfaat secara maksimal dan memberi guna
bagi kehidupannya yang memang akan berbeda dengan zaman generasi
sebelumnya.
Jadi, dunia pendidikan tentu akan memiliki wawasan pendidikan dan
landasan pendidikan yang bisa diterapkan kepada dunia pendidikan agar bisa
memberikan visi dan misi yang efektif dan efisien bagi dunia pendidikan seiring
dengan perkembangan zaman yang ada.
Wawasan pendidikan di sini adalah ruang lingkup atau jangkauan
pandangan kependidikan, mulai dari masalah arti hakiki pendidikan, penting dan
perlunya pendidikan, sampai pada masalah model atau bentuk metode dan sistem
penyelenggaraan pendidikan yang cocok dalam rangka mencapai tujuan m sampai
pada tingkat konkret praktis. Sedangkan landasan pendidikan adalah uraian
tentang hal-hal yang mendasari penyelenggaraan pendidikan dalam Suparlan
(2008: 11-12).

19
2

Dengan wawasan dan landasan pendidikan tersebut, diharapkan gerak


zaman akan tetap menjadikan dunia pendidikan sebagai dunia yang akan
membentuk peradaban manusia dan berharap bisa berguna bagi peradaban
manusia itu sendiri. Namun, setiap zaman itu mempunyai masalahnya sendiri-
sendiri, sehingga dibutuhkan dunia pendidikan yang mampu menyerap aspirasi
zaman itu sehingga bisa relevan dan mampu memecahkan masalah zaman
tersebut. Karena itulah, seiring perkembangan zaman, dunia pendidikan juga
memerlukan berbagai inovasi. Hal ini penting dilakukan untuk kemajuan kualitas
pendidikan, tidak hanya pada tataran teori tapi juga harus bisa diarahkan kepada
hal yang bersifat praktis daalam Hamid (2014: 12).
Inovasi ini identik dengan perubahan, dan setiap perubahan selalu terjadi
pada setiap sistem akibat pengaruh fakor internal dan eksternal. Melalui
perubahan itulah kemudian terjadi pergeseran, penambahan, pengurangan,
penggantian, dan pengembangan yang selanjutnya dapat membentuk sistem sosial
yang baru. Hal inilah yang akan selalu terjadi pada sistem pendidikan dalam Ishak
& DEni (2013: 1). Inovasi yang diharapkan terjadi tentu haruslah efektif dan
efisien yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Karena itulah, program
lampendidikan di Indonesia harus selalu bersifat dinamis dan tentu tidak boleh
melepaskan diri dari wawasan dan landasan pendidikan yang sudah ditetapkan.
Salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adalah
tentu pengembangan sumber daya manusia (SDM). Pengembangan dunia
pendidikan tidak terlepas dari upaya pengembangan sumber daya manusia yang
berpotensi, kritis, berkualitas, dan mampu bersaing dalam era teknologi ini. Hal
ini penting agar kualitas SDM kita bisa meningkat sehingga akan mampu
memberikan sumbangan yang sangat besar bagi kemajuan dunia pendidikan.
Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia tentu diawali di
bangku sekolah, di mana siswa dibina untuk mengembangkan suatu kemampuan,
keahlian, dan keterampilan yang dimilikinya, agar bisa menguasai suatu konsep
dan mata pelajaran yang dijalaninya di sekolah, yang dalam hal ini adalah dalam
mata pelajaran IPA.

19
3

Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat
penting dalam keberhasilan program pendidikan. Karena IPA adalah bagian dari
pendidikan akademis dan merupakan ilmu kealaman yang sangat penting bagi
pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menghadapi potensi lingkungannya.
Karena peran penting pelajaran IPA inilah siswa dituntut untuk dapat menguasai
materi ini sedini mungkin secara tuntas agar mereka mampu berkehidupan yang
seimbang dengan alam lingkungannya.
Salah satu strategi yang penting dalam proses pembelajaran IPA adalah
dengan menggunakan strategi Student Team Achievment Division (STAD). Hal
inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat
pemahaman anak didik dalam pembelajaran IPA. Namun demikian, peningkatan
prestasi belajar siswa itu tentu dipengaruhi berbagai faktor, baik faktor yang
berasal dari dalam diri siswa (internal) maupun yang berasal dari luar siswa
(eksternal). Karena itu, strategi dan model pembelajaran yang dilakukan guru
kepada siswa di dalam kelas merupakan salah satu faktor peningkatan prestasi
belajar yang berasal dan luar siswa (eksternal).

1. Identifikasi Masalah
Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, guru tentu tidak pernah
terlepas dari masalah-masalah yang dialami siswa. Hal ini terjadi berkaitan
dengan strategi dan model pembelajaran yang diterapkan sehingga siswa
memandang suatu pelajaran itu membosankan dan sukar untuk dipahami,
khususnya dalam hal ini adalah pelajaran IPA. Hal ini juga yang menjadi faktor
tinggi rendahnya prestasi siswa. Hal inilah yang juga terjadi pada prestasi belajar
IPA di SD Negeri 6 Sekayu yang menjadi lokasi penelitian ini.

2. Analisis Masalah
Berdasarkan observasi awal berupa pengamatan langsung di dalam kelas
serta informasi dari guru mata pelajaran IPA, bisa didapatkan bahwa: pertama,
metode yang digunakan guru masih menggunakan metode konvensional sehingga
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sangat kurang. Selain itu, guru juga

19
4

sangat jarang memberikan waktu atau meminta siswa untuk menyelesaikan atau
mendiskusikan suatu masalah sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar
dan berpikir secara mandiri. Kedua, siswa sangat jarang diberi kesempatan untuk
bekerja sama dengan teman dalam kelompok.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Dari observasi awal tersebut, saya merasa tertarik untuk menerapkan salah
satu model pembelajaran koopperatif model STAD ini sebagai alternatif
pemecahannya.
Hal inilah yang mendasari lahirnya penelitian ini sehingga diharapkan
dengan adanya penelitian ini pembelajaran siswa akan lebih menarik dan
peningkatan prestasi anak didik pun akan terjadi.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang bisa diajukan
adalah: “Apakah prestasi belajar IPA siswa pada materi struktur dan fungsi bagian
tubuh tumbuhan kelas IV SD Negeri 6 Sekayu dapat ditingkatkan melalui model
pembelajaran kooperalif Pendekatan STAD?

C. Tujuan Penelitian
Dengan rumusan masalah di atas tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pembudayaan penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan pendekatan STAD untuk proses pembelajaran materi
struktur dan fungsi bagian tubuh tumbuhan.
2. Meningkatkan prestasi belajar IPA siswa melalui Model Pembelajaran
Kooperatif dengan Pendekatan STAD.
3. Mengukur minat siswa dalam proses pembelajaran materi struktur dan
fungsi bagian tubuh tumbuhan dengan model pembelajaran kooperatif
pendekatan STAD.

19
5

4. Mengamati suasana pembelajaran IPA dengan materi struktur dan fungsi


bagian tubuh tumbuhan pembelajaran kooperatif pendekatan STAD.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan :
1. Bagi Siswa
a. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan siswa
terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru khususnya
tentang struktur dan fungsi bagian tubuh tumbuhan.
b. Memudahkan siswa untuk mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar
2. Bagi Guru
a. Memberikan pengalaman baru dalam penyampaian materi pelajaran di
kelas.
b. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
dengan berbagai metode belajar yang dapat mengaktifkan siswa
c. Sebagai umpan balik untuk mengembangkan kurikulum
3. Bagi Sekolah
a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru-guru di SD Negeri 6
Sekayu yang memiliki masalah yang serupa sebagai masukan untuk
melakukan pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan kualitas
proses dan hasil pembelajaran.
b. Meningkatkan kualitas dan performa Sekolah
c. Bahan peningkatan mutu pendidikan khususnya pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.

19
6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembelajaran
Belajar merupakan salah satu bentuk perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu
dengan lingkungannya. Seseorang yang telah mengalami proses belajar akan
mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan,
maupun dalam sikapnya. Dengan demikian, belajar merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi dan mampu berperan penting dalam pembentukan pribadi dan
perilaku individu. Sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui
kegiatan belajar dalam Rusman (2012: 85).
Dengan demikian, pembelajaran merupakan salah satu sarana untuk
melakukan perubahan. Namun demikian, seorang manusia dapat melihat
perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri dalam Stephen P. Robbins
(2007: 69-70). Karena pembelajaran dalam hal ini merupakan sesuatu yang
inheren dalam kehidupan manusia. Pembelajaran itu sendiri pada dasarnya sudah
terjadi ketika manusia berperilaku, bereaksi terhadap sesuatu, dan menanggapi apa
pun yang terjadi dalam kehidupannya sehingga hal itu bisa memengaruhi dirinya
dan kehidupannya dalam berkehidupan dan dirinya pun mengalami perubahan.
Dalam proses belajar tentu dibutuhkan individu lain yang akan
membimbing dan mengarahkan pembelajar. Karena guru memegang peranan
penting dalam proses belajar mengajar, maka untuk menjadi guru tentu
dibutuhkan keahlian khusus. Pekerjaan Guru tidak dapat dilakukan sembarang
orang, karena guru mempunyai tanggung jawab terhadap keilmuannya sendiri
maupun juga tanggung jawab moral. Apalagi guru harus bisa melakukan inovasi
dalam proses pengajarannya.
Menurut teori yang dikemukakan Michael Dicto, untuk menjadi guru yang
inovatif pada abad ke-21 ada duapuluh kriteria, yaitu: pertama, gurut tidak cepat
puas hati dengan perubahan dan kemahiran yang dimiliki, berusaha terus untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengajarnya; kedua, guru selalu

19
7

ingin tahu mengenai sesuatu yang tidak diketahuinya terutama hal-hal baru untuk
kepentingan tugas-tugas profesionalnya; ketiga, rasa kagum dengan sesuatu yang
baru dan punya motivasi untuk mengembangkan diri; keempat, berpandangan jauh
dan senantiasa melihat ke depan; kelima, merasakan sesuatu itu bukan hal yang
mustahil dan dapat melahirkan ide di luar akal pemikirannya; keenam, berani
menanggung risiko; ketujuh, senantiasi menyesuaikan diri dengan kerja dan
masalah baru; kedelapan, berani berbeda dengan orang lain dan mempunyai ide
yang dapat menarik hati orang lain; kesembilan, bersedia mempertahankan konsep
dan idenya; kesepuluh, berusaha menjalin hubungan dengan semua lapisan baik
atasan maupun bawahan; kesebelas, menilai masalah yagn dihadapi dan mencari
pemecahannya; keduabelas, melihat sesuatu dari perspektif yang luas;
ketigabelas, tidak mudah panik dalam menghadapi suatu keadaan; keempatbelas,
berusaha belajar dari waktu ke waktu terutama berkenaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang baru; kelimabelas, membuat penilaian yang seimbang
menggunakan pemikiran selalu menilai dan membuat analisis sebelum membuat
keputusan; keenambelas, berusaha menyeimbangkan pemikiran dan selalu bekerja
sama untuk kemajuan sekolahnya; ketujuhbelas, berkomunikasi secara luwes dan
mudah dipahami, dan mampu menerjemahkan hal-hal abstrak menjadi sesuatu
yang konkret; kedelapanbelas, menghadapi rintangan dengan tabah dan belajar
dari kesalahan serta tidak mudah putus asa; kesembilanbelas, selalu bekerja keras
dan tekun; kedua puluh, senantiasa memberikan ide baru serta komitmen yang
kuat pada bidang yang digelutinya dalam Rusman (2012: 16-17).
Berdasarkan dua puluh sifat yang harus dimiliki guru yang inovatif di atas,
berarti guru harus siap juga dalam menghadapi perubahan dalam proses
pengajarannya. Itu berarti, tidak hanya siswa yang harus melakukan perubahan
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari tidak
berpengetahuan menjadi berpengetahuan, tapi guru juga harus berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan pembelajaran yang ada dengan
bertindak inovatif dan selalu memperbarui keterampilannya dalam mengajar agar
siswa mampu diajar dengan baik dan berhasil.

19
8

Hal inilah yang sangat dipentingkan, terutama dalam penelitian ini, di


mana metode pengajaran baru sangat penting untuk dikemukakan dan digunakan
agar siswa menjadi lebih mudah dalam belajar dan mampu menyerap
pembelajaran tersebut dengan baik.
Karena dalam hal ini, peran guru tentu sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Menurut Ahmad Sabri, peran guru yang paling dominan dalam proses
belajar mengajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: pertama, guru sebagai
demonstrator; kedua, guru sebagai pengolah kelas; ketiga, guru sebagai mediator
dan fasilitator; keempat, guru sebagai evaluator; kelima, peran guru dalam
pengadministrasian; dan keenam, peran guru secara psikologis dalam Sabri (2005:
71).
Dari keenam peran tersebut, maka inovasi merupakan sesuatu yang sangat
penting untuk dimiliki guru. Salah satu inovasi adalah dengan memperkaya diri
dengan berbagai metode dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dalam kelas.

B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan
bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga
konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang
berinteraksi dengan sesama dalam Nurhadi (2003: 60).
Menurut Ismail, model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model
pembelajaran yang menggunakan adanya kerja sama antara siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran dan siswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil serta diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran
yang telah ditentukan.(2002: 20).
Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif ini adalah: pertama, jika
berkaitan dengan hasil belajar akademik, bertujuan adalah untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas, meskipun pembelajaran kooperatif meliputi
berbagai macam tujuan sosial. Kedua, jika berkaitan dengan pemerintahan
terhadap perbedaan individu, tujuannya adalah memberi peluang kepada siswa

19
9

yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu
sama lain atau tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur
penghargaan kooperatif belajar untuk menghargai satu sama lain. Ketiga,
jika berkaitan dengan pengembangan keterampilan sosial, tujuannya adalah
mengajarkan siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi dalam
Ismail (2002: 20).
Unsur yang ada dalam pembelajaran kooperatif adalah: pertama, saling
ketergantungan secara positif; kedua, interaksi tatap muka; ketiga, akuntabilitas
individual; dan keempat keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi
atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan dalam Nurhadi (2003: 61).
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; (2) menyajikan
informasi; (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar;
(4) membimbing kelompok belajar dan bekerja; (5) melakukan evaluasi; (6)
memberikan penghargaan dalam Ismail (2002: 22).
Dalam prosesnya, model pembelajaran kooperatif ini memiliki banyak
varian, dan salah satunya adalah model pembelajaran STAD. Metode ini pertama
kali dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan koleganya yang ada di Universitas
John Hopkins dan menjadi model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
dalam Ibrahim (2000: 6).
Pada prosesnya, menurut Robert E. Slavin (2009: 155-157) pembelajaran
tipe STAD memiliki lima tahapan yang harus dilalui sebagai berikut ini:
1. Tahap penyajian materi
Pada tahapan ini, guru memulai dengan menyampaikan indikator
yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi
yang akan dipelajari. Selanjutnya, guru memberikan apersepsi dengan
tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat yang telah
dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Adapun teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara
klasikal ataupun melalui audiovisual. Lamanya presentasi dan berapa kali

19
10

harus dipresentasikan bergantung pada kesulitan materi yang akan


dibahas.
Sedangkan dalam pengembangan materi pembelajaran perlu
ditekankan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan
dipelajari siswa dalam kelompok.
b. Menekankan bahwa belajar adalah memahami makna, bukan hafalan.
c. Memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol
pemahaman siswa.
d. Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan itu benar atau
salah.
e. Beralih kepada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami
permasalahan yang ada.

2. Tahap kegiatan kelompok


Pada tahap ini, setiap siswa diberi tugas sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok, siswa saling berbagi tugas, saling
membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok
dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan
sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini, guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

3. Tahap tes individual


Pada tahap ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
belajar telah dicapai, yaitu dengan cara mengadakan tes secara individual
mengenai materi yang telah dibahas. Skor perolehan individu ini ditata
dan diarsipkan untuk perhitungan perolehan skor kelompok.

4. Tahap perhitungan skor perkembangan individu


Pada tahap ini, skor perkembangan individu dihitung berdasarkan
skor awal, yaitu berdasarkan pada nilai evaluasi hasil belajar sebelumnya.

19
11

Berdasarkan skor awal tersebut, setiap siswa memiliki kesempatan yang


sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya
berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor
individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi
terbaik sesuai dengan kemampuannya.
Adapun perhitungan skor perkembangan individu dapat dihitung
atau ditentukan dengan cara sebagai berikut:

Tabel 2.1
Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu
(Slavin, 2009:159)
Skor perkembangan
Skor tes
individu
a) Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
b) 10 hingga 1 poin di bawah skor awal 10
c) Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20
d) Lebih dan 10 poin di atas skor awal 30
e) Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30
Selanjutnya, perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara
menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya
dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.

5. Tahap pemberian penghargaan kelompok


Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-
rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan
kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan
pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut:
a. Kelompok dengan skor rata-rata 15, sebagai kelompok baik
b. Kelompok dengan skor rata-rata 20, sebagai kelompok hebat
c. Kelompok dengan skor rata-rata 25, sebagai kelompok super

19
12

C. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tipe STAD


Dari pembahasan di atas, kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievment Division (STAD) ini adalah sebagai berikut: pertama,
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dngan siswa
lain; kedua, siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan; ketiga, dalam
proses belajar mengajar, siswa saling ketergantungan positif; dan keempat, setiap
siswa dapat saling mengisi satu sama lain dalam Ibrahim (2000: 16).
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran tipe STAD ini adalah: pertama,
membutuhkan waktu lama; kedua, siswa cenderung tidak mau apabila disatukan
dengan temannya yang kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang
kurang pandai pun minder apabila digabung dengan temannya yang pandai;
ketiga, siswa diberikan kuis dan tes secara perseorangan. Pada tahap ini, setiap
siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh
pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal kuis atau tes sesuai dengan
kemampuannya. Keempat, penentuan skor. Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru,
dan setiap skor yang diperoleh siswa masukkan dalam daftar skor individual,
untuk melihat peningkatan kemampuan individu. Rata-rata skor peningkatan
individu merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian hasil kelompok. Kelima,
penghargaan terhadap kelompok. Berdasarkan skor peningkatan individu
diperoleh skor kelompok, sehingga skor kelompok sangat bergantung pada
sumbangan skor individu dalam Ibrahim (2000: 17)

D. Tujuan Pembelajaran IPA


Menurut Muslichah (2006:23) tujuan pembelajaran IPA di SD adalah
“Untuk menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi
dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala
alam, sehingga siswa dapat berfikir kritis dan objektif “.
Menuruit BNSP (2006:484) mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut :

19
13

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa


berdasarkan keberadaban, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi
dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs
Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa
pembelajaran IPA sebagai program pengajaran tidak hanya mengembangkan
pengetahuan yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
dan pola KBM yang hanya mengacu pada aspek kognitif saja, melainkan secara
utuh dan menyeluruh yakni mencakup aspek afektif dan psikomotor. Selain aspek-
aspek tersebut dalam pembelajaran IPA juga mengembangkan pemerolehan
keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dalam mengatur alam dan
ciptaan-Nya.

19
14

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek, Tempat dan Waktu Penelitian serta Pihak yang membantu


Penelitian
1. Subyek Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Subyek penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa siswi kelas
IV SD Negeri 6 Sekayu, yang berjumlah 28 orang, dengan rincian 17 siswa
laki-laki dan 11 sebelas siswa perempuan, dengan siswa berkasus sebanyak
15 orang.
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Materi pembelajaran : Mengenai Struktur dan fungsi Tubuh Tumbuhan
Semester : Gazal
Siswa kelas ini diambil sebagai subyek penelitian perbaikan
pembelajaran di kelas ini sangat sedikit siswa yang aktif jika disuruh
menjelaskan tentang struktur tubuh tumbuhan sehingga hasil belajarnya
rendah.

2. Tempat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tempat atau lokasi penelitian perbaikan pembelajaran ini dilakukan di
kelas IV SD Negeri 6 Sekayu.
Alamat : Jl.Letnan H.Nur LK.III Serasan Jaya Sekayu Musi Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan.

3. Waktu Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilakukan setiap hari
Kamis Tanggal 18 September 2014 sampai dengan 2 Oktober 2014. Adapun
jadwal pelaksanaan dapat dilihat di tabel 3.1 berikut :

19
15

Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Mata Pelajaran/
No Hari/Tanggal Waktu siklus
Materi Pelajaran
1. 18 September 2014 10.00 s.d 11.20 WIB Struktur Tubuh Pra Siklus
Tumbuhan
2. 25 September 2014 10.00 s.d 11.20 WIB Struktur Tubuh Siklus1
Tumbuhan
3. 02 Oktober 2014 10.00 s.d 11.20 WIB Struktur Tubuh Siklus 2
Tumbuhan

4. Pihak yang membantu Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Pihak yang terlibat dalam tindakan kelas ini yaitu peneliti sendiri serta
dibantu oleh :
 Teman sejawat sebagai supervisor 2
Nama / NIP : LAILA ROBIAH, S.Pd.SD/19621111 198206 2 001
Pangkat/Gol : Pembina (IV/a)
 Guru Senior
Nama / NIP : ZAINUBAH, S.Pd.SD/19641010 198406 2 002
Pangkat/Gol : Pembina (IV/a)
 Dosen Pembimbing sebagai supervisor
Nama / NIP : ZAIDAN JAUHARI, S.Pd. MT/19690506 199512 1 001
Pangkat/Gol : Pembina (IV/a)

B. Desain Prosedur Perbaikan Penelitian


Penelitian perbaikan pembelajaran ini yang dilakukan merupakan
penelitian tindakan kelas / PTK (Classroom Action Research) dengan materi ajar
yang sesuai dengan kurikulum yang ada di sekolah, yaitu kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum yang efektif di Sekolah Dasar
Negeri 6 Sekayu tentang Struktur dan fungsi Tubuh Tumbuhan yang berlangsung
selama dua siklus dan setiap siklusnya menggunakan pendekatan STAD selama

19
16

proses perbaikan pembelajaran.


Langkah penelitan perbaikan pembelajaran ini menggunakan beberapa
siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
 Siklus I
a. Perencanaan
1) Peneliti melakukan analis kurikulum untuk menentukan kompetensi
dasar yang akan disampaikan.
2) Membuat RPP dengan mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam
PTK,
3) Membuat lembar evaluasi untuk siswa,
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
b. Pelaksanaan
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah
mengenai materi pelajaran dalam pemecahan masalah.
2) Guru memberikan tes awal setelah menyampaikan materi
pembelajaran dalam pemecahan masalah untuk mendapatkan skor
dasar atau skor awal sesuai dalam tahapan dalam model pembelajaran
tipe STAD.
3) Guru menginformasikan pengelompokan siswa di mana setiap
kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa yang kemampuan
akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.
4) Guru membagikan bahan-bahan diskusi kelompok pada kelompok
untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi
pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-
sama, dan saling bantu antar anggota lain dalam kelompoknya,
sedangkan guru memotivasi, memfasilitasi kerja siswa, membantu
siswa yang mengalami kesulitan, dan mengamati kerja sama tiap
anggota dalam kelompok belajar
5) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan guru bertindak
sebagai fasilitator.

19
17

6) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual


7) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari
nilai dasar ke nilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan
kelompok.
c. Pengamatan
1) Situasi Proses Belajar Mengajar,
2) Kemampuan siswi baik dalam belajar kelompok atau mandiri
(kemandirian belajar),
3) Kemampuan siswi dalam menyelesaikan tugas.
d. Refleksi
Penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil apabila:
1) Sebagian besar siswa (90%) aktif dalam PBM,
2) Sebagian besar siswa (80%) mampu memahami materi yang
dipelajari,
3) Lebih dari 75% siswa mampu mengerjakan tugas dengan baik
4) Penyelesaian tugas sesuai dengan waktu yang diberikan.
 Siklus II
a. Perencanaan
1) Peneliti membuat RPP berdasarkan hasil refleksi pada siklus I,
2) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus II.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan metode pembelajaran STAD sesuai dengan RPP yang dibuat
berdasarkan hasil refleksi siklus I.
c. Pengamatan
Peneliti mengamati segala aktivitas selama proses pembelajaran
berdasarkan lembar observasi pada siklus II dan begitu seterusnya.

C. Teknik Analisis Data


1. Sumber Data
a. Siswa, untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktivitas siswa

19
18

dalam proses pembelajaran.


b. Guru, untuk melihat tingkat keberhasilan pembelajaran kooperatif
pendekatan STAD.
c. Supervisor, sebagai sumber data untuk melihat implementasi Penelitian
secara komprehensif baik dari sisi siswa atau guru.
2. Teknik pengumpulan data
a. Observasi, digunakan untuk mendapatkan gambaran aktivitas yang
dilakukan siswa maupun guru selama proses pembelajaran.
b. Diskusi antara guru, teman sejawat, dan kolaborator untuk refleksi hasil
per siklus.
c. Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.
3. Alat pengumpulan data:
a. Lembar observasi kegiatan belajar mengajar
1) Lembar observasi aktivitas siswa, untuk mengamati aktivitas siswa
selama proses pembelajaran..
2) Lembar observasi aktivitas guru, untuk mengamati aktivitas guru
selama proses pembelajaran.
b. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes
formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan
adalah isian.
5. Analisis data
a. Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dan pelaksanaan
siklus dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase
untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
b. Data hasil belajar dengan menganalisis nilai rata-rata tes formatif
kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tertentu.

19
19

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian perbaikan pembelajaran telah dilaksanakan dan diperoleh data
selama dua siklus yang meliputi data hasil belajar siswa serta aktifitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi guru dan siswa
disusun oleh peneliti berdasarkan hasil diskusi dengan supervisor 2. Berikut ini
akan disajikan data dari setiap siklus pada penelitian pendekatan tipe STAD pada
pelajaran IPA tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan. Penelitian
dilaksanakan pada siswa kelas IV di SD Negeri 6 Sekayu, Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin.

1. Data Hasil Belajar Siswa


Dari evaluasi yang diberikan oleh peneliti kepada siswa selama 2 siklus,
diperoleh data seperti yang terdapat pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Data Hasil Belajar Siswa

No (Pra- Siklus Siklus


Nama Siswa P/L
Siklus) 1 2

1 Arifin Jalil L 50 70 90
2 M. Andreasyah Dewa L 55 60 80
3 M. Andreasyah Bintang L 50 55 80
4 M. abi banyu L 45 55 70
5 Riansyah putra L 65 70 85
6 Agus Riansyah L 50 65 85
7 M. Fitrag L 70 75 95
8 M. Bintang L 40 65 85
9 Rio Andrian L 40 65 85
10 Kurnia Agung L 55 80 90

19
20

11 Leo Andriansyah L 70 70 90
12 Alva Reza L 55 60 85
13 Andri Yanuar L 70 75 90
14 Rafi Mustika P P 45 55 85
15 Novitasari P 50 65 90
16 Dwi Aprianti P 55 75 85
17 Herlima Novitasari P 55 60 65
18 Yulia Tri Amanda P 60 50 85
19 Destriana Aulia P 50 55 65
20 Erza Oktaviana P 60 60 95
21 Anisa Sabira P 50 75 90
22 Amalia Rahmadina P 65 50 75
23 Suci Permata Sari P 50 55 85
24 Reni Indriani P 45 55 95
25 Algi L 40 65 90
26 Yoga Apriansyah L 50 65 85
27 Yuniar Mutiara L 70 75 90
28 Yuda Pratama L 50 70 90
Jumlah 1510 1795 2380
Rata-Rata 53,92 64,11 85

Dari data hasil belajar pada tabel diatas, kemudian didapat jumlah siswa
yang telah menuntaskan proses pembelajaran pada pokok bahasan yang telah
dipelajari. Dengan standar ketuntasan minimal adalah 70, untuk pokok bahasan
Struktur dan fungsi bagian tumbuhan seperti yang terlihat pada tabel 4.2 di bawah
ini :

19
21

Tabel 4.2. Data Ketuntasan Belajar Siswa

Pra-Siklus Siklus 1 Siklus 2


No Ketuntasan Jumlah Jumlah Jumlah
% % %
siswa siswa siswa
1 Tuntas 4 14,3 10 35,7 26 92,8
2 Tidak Tuntas 24 85,7 18 64,3 2 7,2
Jumlah 28 100 28 100 28 100

Gambar 1. Grafik Ketuntasan Belajar Siswa

Siklus 2

Tuntas
Siklus 1
Tidak Tuntas

Pra Siklus

0% 20% 40% 60% 80% 100%

2. Data Hasil Observasi Aktifitas Siswa


Pada saat pembelajaran berlangsung, aktifitas siswa diamati berdasarkan
lembar observasi yang telah disusun oleh peneliti. Hasil observasi untuk dua
siklus menunjukkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.3. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus 1


Kemunculan deskriptor ke-
No Nama Siswa Nilai
Jumlah
1 2 3 4 5 6 aktivitas
1 Arifin Jalil x x x - x x 5 83,33
2 M. Andreasyah Dewa - x x x - x 4 66,67
3 M. Andreasyah Bintang x - x - x - 3 50,00

19
22

4 M. Abi Banyu x - x x x x 5 83,33


5 Riansyah putra - x - x x x 4 66,67
6 Agus Riansyah x x x - x x 5 83,33
7 M. Fitrag - x x x - x 4 66,67
8 M. Bintang x - x - x - 3 50,00
9 Rio Andrian x x x - x x 5 83,33
10 Kurnia Agung - x - x x x 4 66,67
11 Leo Andriansyah x x x - x x 5 83,33
12 Alva Reza - x x x - x 4 66,67
13 Andri Yanuar x - x - x - 3 50,00
14 Rafi Mustika P x - x x x x 5 83,33
15 Novitasari x x - x - x 4 66,67
16 Dwi Aprianti - x x - x - 3 50,00
17 Herlima Novitasari x x x - x x 5 83,33
18 Yulia Tri Amanda - x x x - x 4 66,67
19 Destriana Aulia x - x - x - 3 50,00
20 Erza Oktaviana x x - x - x 4 66,67
21 Anisa Sabira x x x - x x 5 83,33
22 Amalia Rahmadina - x x x - x 4 66,67
23 Suci Permata Sari x x x - x x 5 83,33
24 Reni Indriani - x x x - x 4 66,67
25 Algi x - x - x - 3 50,00
26 Yoga Apriansyah x - x - x - 3 50,00
27 Yuniar Mutiara x x x - x x 5 83,33
28 Yuda Pratama x x x - x x 5 83,33
Jumlah 19 19 18 11 15 17 1933,33
Nilai Rata-Rata 63,6 68,2 81,8 50,0 68,2 77,3 69

19
23

Tabel 4.4. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus 2


Kemunculan deskriptor ke-
No Nama Siswa Nilai
Jumlah
1 2 3 4 5 6 aktivitas
1 Arifin Jalil x - x x x x 5 83,33
2 M. Andreasyah Dewa x - x x x x 5 83,33
3 M. Andreasyah Bintang - x x x x x 5 83,33
4 M. abi banyu x x x x x x 6 100
5 Riansyah putra x - x x x x 5 83,33
6 Agus Riansyah - x x x x x 5 83,33
7 M. Fitrag x x - x - x 4 66,67
8 M. Bintang x x - x - x 4 66,67
9 Rio Andrian x x x - x x 5 83,33
10 Kurnia Agung x x x x x x 6 100
11 Leo Andriansyah x x x - x x 5 83,33
12 Alva Reza x x x x x - 5 83,33
13 Andri Yanuar x x - x x x 5 83,33
14 Rafi Mustika P - x - x x x 4 66,67
15 Novitasari x x x x x x 6 100
16 Dwi Aprianti - x x x - x 4 66,67
17 Herlima Novitasari x - x x x x 5 83,33
18 Yulia Tri Amanda x x x x x x 6 100
19 Destriana Aulia x - x x x x 5 83,33
20 Erza Oktaviana - x x x x x 5 83,33
21 Anisa Sabira x x x x x x 6 100
22 Amalia Rahmadina x x x - x x 5 83,33
23 Suci Permata Sari x x x x x x 6 100
24 Reni Indriani x - x x x x 5 83,33
25 Algi - x - x x x 4 66,67
26 Yoga Apriansyah x x x x x x 6 100
27 Yuniar Mutiara x x x x x x 6 100

19
24

28 Yuda Pratama x - x x x x 5 83,33


Jumlah 21 24 18 23 23 27 2383,33
Nilai Rata-rata 77,7 85,7 77,7 82,1 82,1 96,4 85

Dari data perolehan aktivitas siswa pada tabel diatas, kemudian


ditentukan jumlah siswa yang telah memperoleh nilai diatas KKM. KKM untuk
pokok bahasan struktur dan fungsi bagian tumbuhan adalah 70.

Tabel 4.5. Data Ketuntasan Aktivitas Siswa

Siklus 1 Siklus 2
No Ketuntasan
Jumlah Jumlah
persentase persentase
siswa siswa
1 Tuntas 11 39 % 23 82 %
2 Tidak Tuntas 17 61 % 5 18 %
Jumlah 28 100 28 100

Gambar 2. Grafik Ketuntasan Aktivitas Siswa

100%

80%

60% tidak tuntas

40% tuntas

20%

0%
siklus 1 Siklus 2

Untuk melihat perolehan nilai pada setiap indikator yang diamati, maka
datanya akan ditampilkan pada tabel 4.6 dibawah ini :

19
25

Tabel 4.6. Rata-Rata Nilai Indikator Aktifitas Siswa

Rata-Rata Nilai
Indikator Ke
Siklus 1 Siklus 2
1 Siswa mempersiapkan sumber belajar baik itu berupa
63,6 77,3
buku pelajaran maupun media belajar lain
2 Siswa memperhatikan dengan seksama penjelasan
68,2 85,4
materi yang disampaikan oleh guru
3 Siswa mempelajari dan membaca LKS yang diberikan
81,8 77,3
oleh guru dengan baik
4 Siswa yang mendapat giliran kelompok, masing-masing
siswa aktif menjawab pertanyaan yang diajukan oleh 50,0 81,8
guru
5 Siswa bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami
68,2 81,8
kepada guru tentang materi yang sedang dibahas
6 Siswa aktif mencatat semua pertanyaan dan jawaban
77,3 95,5
yang sedang dibahas selama pembelajaran di kelas

Gambar 3. Grafik Aktivitas Siswa

100%
80%
60%
40% siklus 2

20% siklus 1

0%

19
26

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Setelah 2 siklus penelitian perbaikan pembelajaran selesai dilaksanakan,
maka diperoleh hasil penelitian yang berupa data observasi hasil belajar dan
aktivitas siswa. Berdasarkan data hasil observasi aktivitas siswa dan guru selama
proses pembelajaran berlangsung, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan dari
pelaksanaan siklus pertama dan siklus kedua. Begitu juga dengan hasil belajar
peserta didik. Pada pelaksanaan penelitian, baik pada siklus pertama, maupun
pada siklus kedua masih terdapat beberapa kekuatan serta kelemahan pelaksanaan
pendekatan STAD. Pembahasan yang lebih rinci akan diuraikan melalui deskripsi
per siklus berikut ini :
1. Pembahasan Siklus Pertama
Setelah proses pembelajaran siklus pertama selesai dilaksanakan, peneliti
bersama-sama dengan supervisor 2 melakukan refleksi. Refleksi dilakukan untuk
membahasa kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran
untuk kemudian diperbaiki pada siklus kedua. Dari lembar pengamatan hasil
onservasi aktifitas siswa diperoleh nilai rata-rata aktivitas siswa 69. Indikator ke-2
tentang kemauan siswa untuk bertanya mampu memperoleh nilai tengah diantara
indikator lainnya. Sementara indikator ke-3 memperoleh nilai paling besar. Paling
sedikit dimunculkan oleh siswa karena pada pelaksanaanya siswa kurang
konsentrasi untuk membaca materi terlebih dahulu. Hal inilah yang pada siklus
kedua akan diperbaiki oleh peneliti. Guru akan memberikan waktu yang cukup
kepada siswa untuk membaca materi agar siswa memiliki pengetahuan yang
cukup ketika akan mengadakan pembelajaran pendekatan STAD.
Dari grafik pada gambar 1 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang
menuntaskan materi pelajaran terus mengalami peningkatan dari kegiatan pra-
siklus, siklus ke-1 dan siklus ke-2.

2. Pembahasan Siklus Kedua


Selama proses belajar mengajar berlangsung guru telah melaksanakan
semua langkah pembelajaran dengan baik. Kekurangan pada siklus-siklus
sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih

19
27

baik. Materi yang dibahas semakin mudah dipahami oleh siswa. Berdasarkan data
hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung
dan hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Dalam penerapannya, pendekatan Student Team Achievment Division
(STAD) menitik beratkan proses belajar yang berpusat pada siswa yang lebih
menyenangkan peserta didik. Dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai
fasilitator sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap
siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, kemudian
menuangkan pikiran berdasarkan pengamatan dan observasi mereka terhadap
bagian tumbuhan khususnya akar. Meskipun sederhana, namun guru menilai
bahwa pendapat siswa yang disimpulkan oleh siswa sudah baik.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan lembar observasi aktivitas peserta
didik, diperoleh nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus kedua sebesar 85.
Sementara itu, nilai rata-rata hasil belajar peserta didik selama proses
pembelajaran siklus kedua dengan menggunakan pendekatan STAD sebesar 85.
Nilai hasil belajar ini meningkat jika dibandingkan dengan nilai perolehan siswa
pada siklus pertama. Dari 28 orang siswa, 23 orang telah memperoleh nilai tuntas
sementara 5 orang siswa belum mampu memperoleh nilai tuntas. Jika
dipersentasekan hasilnya seperti yang tertera pada table 4.2. Ketuntasan klasikal
yang diperoleh sebesar 92,8%. Dengan demikian penelitian dengan menggunakan
pendekatan STAD dicukupkan hanya 2 siklus karena yang menjadi target dan
tujuan perbaikan telah tercapai.

19
28

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan melalui
Pendekatan Kooperatif ini dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan tipe
STAD pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SD Negeri 6
Sekayu berpengaruh positif serta meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat
terlihat:
1. Proses belajar mengajar dengan pendekatan STAD memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
nilai hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus pertama sebesar 64,11
dan siklus kedua sebesar 85.
2. Pendekatan STAD pada mata pelajaran IPA mempunyai pengaruh positif
terhadap aktivitas peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung,
yaitu dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa yang ditunjukan
dengan hasil observasi saat proses pembelajaran. Pada siklus pertama nilai
rata-rata yang diperoleh sebesar 69, sementara pada siklus kedua meningkat
menjadi 85.
3. Keberhasilan yang diperoleh dari penerapan pendekatan STAD pada
pembelajaran diantaranya : a) Siswa menjadi lebih mandiri dalam belajar
b) Siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar, c) interaksi antara
guru dan siswa yang baik dan tinggi dan d) kegiatan belajar menjadi lebih
menyenangkan

B. Saran
Sehubungan dengan hasil-hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini
sebagai saran-saran penulis antara lain :
 Bagi Siswa
Agar dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan belajar yang dapat
meningkatkan prestasi

19
29

 Bagi Guru
Untuk meningkatkan hasil belajar, agar lebih kreatif dan inovatif dalam
mencari dan menggunakan media gambar dengan pendekatan STAD pada
proses pembelajaran
 Bagi Sekolah
Agar hasil perbaikan pembelajaran bermanfaat bagi sekolah, maka kepala
sekolah perlu memfasilitasi adanya forum diskusi antara sesama guru untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga siswa selalu
termotivasi dalam belajar.

19
30

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar, Jakarta : PT


Rineka Cipta.

BSNP, 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2006Mata Pelajaran


Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.Jakarta :
Departemen Penddikan Nasional.

Bahri,Syaiful & Zain, Aswan.2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :Rineka


Cipta.

Carin & Sund,,1993. Metode Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.
Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya.

Depdiknas, 2013. Teknik Penilaian di SD. Ditjen Dikti Depdiknas. Jakarta..

Haris Supatno, Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru/ PLPG 2008, Surabaya:
Departmen UNESA, 2008

Kemmis, S Dan R. Mc Taggart. 1998. The Research Planner. Victoria : Deakin


University.

Palendeng, Schoenher. 2011. Strategi Pembelajaran Sains. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya.

Suprianti, Amalia, dkk. 2011. Pembelajaran IPA di SD. Penerbit Universitas


Terbuka, Jakarta.

Sanjaya, Wina, 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada.

Sudjana, Nana, 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.

Sanjaya, Wina, 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Prenada Media, 2010.

Sulistyorini, 2007. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Penerbit : Kencana Prenada


Media Group. Semarang.

Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi


Aksara,2009)

Wardani, IGAK, dkk. 2014, Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka,


Jakarta.

19
31

19

Anda mungkin juga menyukai