BAB I
PENDAHULUAN
19
2
19
3
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat
penting dalam keberhasilan program pendidikan. Karena IPA adalah bagian dari
pendidikan akademis dan merupakan ilmu kealaman yang sangat penting bagi
pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menghadapi potensi lingkungannya.
Karena peran penting pelajaran IPA inilah siswa dituntut untuk dapat menguasai
materi ini sedini mungkin secara tuntas agar mereka mampu berkehidupan yang
seimbang dengan alam lingkungannya.
Salah satu strategi yang penting dalam proses pembelajaran IPA adalah
dengan menggunakan strategi Student Team Achievment Division (STAD). Hal
inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat
pemahaman anak didik dalam pembelajaran IPA. Namun demikian, peningkatan
prestasi belajar siswa itu tentu dipengaruhi berbagai faktor, baik faktor yang
berasal dari dalam diri siswa (internal) maupun yang berasal dari luar siswa
(eksternal). Karena itu, strategi dan model pembelajaran yang dilakukan guru
kepada siswa di dalam kelas merupakan salah satu faktor peningkatan prestasi
belajar yang berasal dan luar siswa (eksternal).
1. Identifikasi Masalah
Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, guru tentu tidak pernah
terlepas dari masalah-masalah yang dialami siswa. Hal ini terjadi berkaitan
dengan strategi dan model pembelajaran yang diterapkan sehingga siswa
memandang suatu pelajaran itu membosankan dan sukar untuk dipahami,
khususnya dalam hal ini adalah pelajaran IPA. Hal ini juga yang menjadi faktor
tinggi rendahnya prestasi siswa. Hal inilah yang juga terjadi pada prestasi belajar
IPA di SD Negeri 6 Sekayu yang menjadi lokasi penelitian ini.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan observasi awal berupa pengamatan langsung di dalam kelas
serta informasi dari guru mata pelajaran IPA, bisa didapatkan bahwa: pertama,
metode yang digunakan guru masih menggunakan metode konvensional sehingga
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sangat kurang. Selain itu, guru juga
19
4
sangat jarang memberikan waktu atau meminta siswa untuk menyelesaikan atau
mendiskusikan suatu masalah sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar
dan berpikir secara mandiri. Kedua, siswa sangat jarang diberi kesempatan untuk
bekerja sama dengan teman dalam kelompok.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang bisa diajukan
adalah: “Apakah prestasi belajar IPA siswa pada materi struktur dan fungsi bagian
tubuh tumbuhan kelas IV SD Negeri 6 Sekayu dapat ditingkatkan melalui model
pembelajaran kooperalif Pendekatan STAD?
C. Tujuan Penelitian
Dengan rumusan masalah di atas tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pembudayaan penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan pendekatan STAD untuk proses pembelajaran materi
struktur dan fungsi bagian tubuh tumbuhan.
2. Meningkatkan prestasi belajar IPA siswa melalui Model Pembelajaran
Kooperatif dengan Pendekatan STAD.
3. Mengukur minat siswa dalam proses pembelajaran materi struktur dan
fungsi bagian tubuh tumbuhan dengan model pembelajaran kooperatif
pendekatan STAD.
19
5
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan :
1. Bagi Siswa
a. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan siswa
terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru khususnya
tentang struktur dan fungsi bagian tubuh tumbuhan.
b. Memudahkan siswa untuk mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar
2. Bagi Guru
a. Memberikan pengalaman baru dalam penyampaian materi pelajaran di
kelas.
b. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
dengan berbagai metode belajar yang dapat mengaktifkan siswa
c. Sebagai umpan balik untuk mengembangkan kurikulum
3. Bagi Sekolah
a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru-guru di SD Negeri 6
Sekayu yang memiliki masalah yang serupa sebagai masukan untuk
melakukan pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan kualitas
proses dan hasil pembelajaran.
b. Meningkatkan kualitas dan performa Sekolah
c. Bahan peningkatan mutu pendidikan khususnya pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
19
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembelajaran
Belajar merupakan salah satu bentuk perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu
dengan lingkungannya. Seseorang yang telah mengalami proses belajar akan
mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan,
maupun dalam sikapnya. Dengan demikian, belajar merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi dan mampu berperan penting dalam pembentukan pribadi dan
perilaku individu. Sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui
kegiatan belajar dalam Rusman (2012: 85).
Dengan demikian, pembelajaran merupakan salah satu sarana untuk
melakukan perubahan. Namun demikian, seorang manusia dapat melihat
perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri dalam Stephen P. Robbins
(2007: 69-70). Karena pembelajaran dalam hal ini merupakan sesuatu yang
inheren dalam kehidupan manusia. Pembelajaran itu sendiri pada dasarnya sudah
terjadi ketika manusia berperilaku, bereaksi terhadap sesuatu, dan menanggapi apa
pun yang terjadi dalam kehidupannya sehingga hal itu bisa memengaruhi dirinya
dan kehidupannya dalam berkehidupan dan dirinya pun mengalami perubahan.
Dalam proses belajar tentu dibutuhkan individu lain yang akan
membimbing dan mengarahkan pembelajar. Karena guru memegang peranan
penting dalam proses belajar mengajar, maka untuk menjadi guru tentu
dibutuhkan keahlian khusus. Pekerjaan Guru tidak dapat dilakukan sembarang
orang, karena guru mempunyai tanggung jawab terhadap keilmuannya sendiri
maupun juga tanggung jawab moral. Apalagi guru harus bisa melakukan inovasi
dalam proses pengajarannya.
Menurut teori yang dikemukakan Michael Dicto, untuk menjadi guru yang
inovatif pada abad ke-21 ada duapuluh kriteria, yaitu: pertama, gurut tidak cepat
puas hati dengan perubahan dan kemahiran yang dimiliki, berusaha terus untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengajarnya; kedua, guru selalu
19
7
ingin tahu mengenai sesuatu yang tidak diketahuinya terutama hal-hal baru untuk
kepentingan tugas-tugas profesionalnya; ketiga, rasa kagum dengan sesuatu yang
baru dan punya motivasi untuk mengembangkan diri; keempat, berpandangan jauh
dan senantiasa melihat ke depan; kelima, merasakan sesuatu itu bukan hal yang
mustahil dan dapat melahirkan ide di luar akal pemikirannya; keenam, berani
menanggung risiko; ketujuh, senantiasi menyesuaikan diri dengan kerja dan
masalah baru; kedelapan, berani berbeda dengan orang lain dan mempunyai ide
yang dapat menarik hati orang lain; kesembilan, bersedia mempertahankan konsep
dan idenya; kesepuluh, berusaha menjalin hubungan dengan semua lapisan baik
atasan maupun bawahan; kesebelas, menilai masalah yagn dihadapi dan mencari
pemecahannya; keduabelas, melihat sesuatu dari perspektif yang luas;
ketigabelas, tidak mudah panik dalam menghadapi suatu keadaan; keempatbelas,
berusaha belajar dari waktu ke waktu terutama berkenaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang baru; kelimabelas, membuat penilaian yang seimbang
menggunakan pemikiran selalu menilai dan membuat analisis sebelum membuat
keputusan; keenambelas, berusaha menyeimbangkan pemikiran dan selalu bekerja
sama untuk kemajuan sekolahnya; ketujuhbelas, berkomunikasi secara luwes dan
mudah dipahami, dan mampu menerjemahkan hal-hal abstrak menjadi sesuatu
yang konkret; kedelapanbelas, menghadapi rintangan dengan tabah dan belajar
dari kesalahan serta tidak mudah putus asa; kesembilanbelas, selalu bekerja keras
dan tekun; kedua puluh, senantiasa memberikan ide baru serta komitmen yang
kuat pada bidang yang digelutinya dalam Rusman (2012: 16-17).
Berdasarkan dua puluh sifat yang harus dimiliki guru yang inovatif di atas,
berarti guru harus siap juga dalam menghadapi perubahan dalam proses
pengajarannya. Itu berarti, tidak hanya siswa yang harus melakukan perubahan
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari tidak
berpengetahuan menjadi berpengetahuan, tapi guru juga harus berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan pembelajaran yang ada dengan
bertindak inovatif dan selalu memperbarui keterampilannya dalam mengajar agar
siswa mampu diajar dengan baik dan berhasil.
19
8
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan
bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga
konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang
berinteraksi dengan sesama dalam Nurhadi (2003: 60).
Menurut Ismail, model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model
pembelajaran yang menggunakan adanya kerja sama antara siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran dan siswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil serta diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran
yang telah ditentukan.(2002: 20).
Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif ini adalah: pertama, jika
berkaitan dengan hasil belajar akademik, bertujuan adalah untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas, meskipun pembelajaran kooperatif meliputi
berbagai macam tujuan sosial. Kedua, jika berkaitan dengan pemerintahan
terhadap perbedaan individu, tujuannya adalah memberi peluang kepada siswa
19
9
yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu
sama lain atau tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur
penghargaan kooperatif belajar untuk menghargai satu sama lain. Ketiga,
jika berkaitan dengan pengembangan keterampilan sosial, tujuannya adalah
mengajarkan siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi dalam
Ismail (2002: 20).
Unsur yang ada dalam pembelajaran kooperatif adalah: pertama, saling
ketergantungan secara positif; kedua, interaksi tatap muka; ketiga, akuntabilitas
individual; dan keempat keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi
atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan dalam Nurhadi (2003: 61).
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; (2) menyajikan
informasi; (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar;
(4) membimbing kelompok belajar dan bekerja; (5) melakukan evaluasi; (6)
memberikan penghargaan dalam Ismail (2002: 22).
Dalam prosesnya, model pembelajaran kooperatif ini memiliki banyak
varian, dan salah satunya adalah model pembelajaran STAD. Metode ini pertama
kali dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan koleganya yang ada di Universitas
John Hopkins dan menjadi model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
dalam Ibrahim (2000: 6).
Pada prosesnya, menurut Robert E. Slavin (2009: 155-157) pembelajaran
tipe STAD memiliki lima tahapan yang harus dilalui sebagai berikut ini:
1. Tahap penyajian materi
Pada tahapan ini, guru memulai dengan menyampaikan indikator
yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi
yang akan dipelajari. Selanjutnya, guru memberikan apersepsi dengan
tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat yang telah
dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Adapun teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara
klasikal ataupun melalui audiovisual. Lamanya presentasi dan berapa kali
19
10
19
11
Tabel 2.1
Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu
(Slavin, 2009:159)
Skor perkembangan
Skor tes
individu
a) Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
b) 10 hingga 1 poin di bawah skor awal 10
c) Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20
d) Lebih dan 10 poin di atas skor awal 30
e) Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30
Selanjutnya, perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara
menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya
dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.
19
12
19
13
19
14
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
19
15
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Mata Pelajaran/
No Hari/Tanggal Waktu siklus
Materi Pelajaran
1. 18 September 2014 10.00 s.d 11.20 WIB Struktur Tubuh Pra Siklus
Tumbuhan
2. 25 September 2014 10.00 s.d 11.20 WIB Struktur Tubuh Siklus1
Tumbuhan
3. 02 Oktober 2014 10.00 s.d 11.20 WIB Struktur Tubuh Siklus 2
Tumbuhan
19
16
19
17
19
18
19
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1 Arifin Jalil L 50 70 90
2 M. Andreasyah Dewa L 55 60 80
3 M. Andreasyah Bintang L 50 55 80
4 M. abi banyu L 45 55 70
5 Riansyah putra L 65 70 85
6 Agus Riansyah L 50 65 85
7 M. Fitrag L 70 75 95
8 M. Bintang L 40 65 85
9 Rio Andrian L 40 65 85
10 Kurnia Agung L 55 80 90
19
20
11 Leo Andriansyah L 70 70 90
12 Alva Reza L 55 60 85
13 Andri Yanuar L 70 75 90
14 Rafi Mustika P P 45 55 85
15 Novitasari P 50 65 90
16 Dwi Aprianti P 55 75 85
17 Herlima Novitasari P 55 60 65
18 Yulia Tri Amanda P 60 50 85
19 Destriana Aulia P 50 55 65
20 Erza Oktaviana P 60 60 95
21 Anisa Sabira P 50 75 90
22 Amalia Rahmadina P 65 50 75
23 Suci Permata Sari P 50 55 85
24 Reni Indriani P 45 55 95
25 Algi L 40 65 90
26 Yoga Apriansyah L 50 65 85
27 Yuniar Mutiara L 70 75 90
28 Yuda Pratama L 50 70 90
Jumlah 1510 1795 2380
Rata-Rata 53,92 64,11 85
Dari data hasil belajar pada tabel diatas, kemudian didapat jumlah siswa
yang telah menuntaskan proses pembelajaran pada pokok bahasan yang telah
dipelajari. Dengan standar ketuntasan minimal adalah 70, untuk pokok bahasan
Struktur dan fungsi bagian tumbuhan seperti yang terlihat pada tabel 4.2 di bawah
ini :
19
21
Siklus 2
Tuntas
Siklus 1
Tidak Tuntas
Pra Siklus
19
22
19
23
19
24
Siklus 1 Siklus 2
No Ketuntasan
Jumlah Jumlah
persentase persentase
siswa siswa
1 Tuntas 11 39 % 23 82 %
2 Tidak Tuntas 17 61 % 5 18 %
Jumlah 28 100 28 100
100%
80%
40% tuntas
20%
0%
siklus 1 Siklus 2
Untuk melihat perolehan nilai pada setiap indikator yang diamati, maka
datanya akan ditampilkan pada tabel 4.6 dibawah ini :
19
25
Rata-Rata Nilai
Indikator Ke
Siklus 1 Siklus 2
1 Siswa mempersiapkan sumber belajar baik itu berupa
63,6 77,3
buku pelajaran maupun media belajar lain
2 Siswa memperhatikan dengan seksama penjelasan
68,2 85,4
materi yang disampaikan oleh guru
3 Siswa mempelajari dan membaca LKS yang diberikan
81,8 77,3
oleh guru dengan baik
4 Siswa yang mendapat giliran kelompok, masing-masing
siswa aktif menjawab pertanyaan yang diajukan oleh 50,0 81,8
guru
5 Siswa bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami
68,2 81,8
kepada guru tentang materi yang sedang dibahas
6 Siswa aktif mencatat semua pertanyaan dan jawaban
77,3 95,5
yang sedang dibahas selama pembelajaran di kelas
100%
80%
60%
40% siklus 2
20% siklus 1
0%
19
26
19
27
baik. Materi yang dibahas semakin mudah dipahami oleh siswa. Berdasarkan data
hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung
dan hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Dalam penerapannya, pendekatan Student Team Achievment Division
(STAD) menitik beratkan proses belajar yang berpusat pada siswa yang lebih
menyenangkan peserta didik. Dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai
fasilitator sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap
siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, kemudian
menuangkan pikiran berdasarkan pengamatan dan observasi mereka terhadap
bagian tumbuhan khususnya akar. Meskipun sederhana, namun guru menilai
bahwa pendapat siswa yang disimpulkan oleh siswa sudah baik.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan lembar observasi aktivitas peserta
didik, diperoleh nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus kedua sebesar 85.
Sementara itu, nilai rata-rata hasil belajar peserta didik selama proses
pembelajaran siklus kedua dengan menggunakan pendekatan STAD sebesar 85.
Nilai hasil belajar ini meningkat jika dibandingkan dengan nilai perolehan siswa
pada siklus pertama. Dari 28 orang siswa, 23 orang telah memperoleh nilai tuntas
sementara 5 orang siswa belum mampu memperoleh nilai tuntas. Jika
dipersentasekan hasilnya seperti yang tertera pada table 4.2. Ketuntasan klasikal
yang diperoleh sebesar 92,8%. Dengan demikian penelitian dengan menggunakan
pendekatan STAD dicukupkan hanya 2 siklus karena yang menjadi target dan
tujuan perbaikan telah tercapai.
19
28
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan melalui
Pendekatan Kooperatif ini dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan tipe
STAD pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SD Negeri 6
Sekayu berpengaruh positif serta meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat
terlihat:
1. Proses belajar mengajar dengan pendekatan STAD memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
nilai hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus pertama sebesar 64,11
dan siklus kedua sebesar 85.
2. Pendekatan STAD pada mata pelajaran IPA mempunyai pengaruh positif
terhadap aktivitas peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung,
yaitu dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa yang ditunjukan
dengan hasil observasi saat proses pembelajaran. Pada siklus pertama nilai
rata-rata yang diperoleh sebesar 69, sementara pada siklus kedua meningkat
menjadi 85.
3. Keberhasilan yang diperoleh dari penerapan pendekatan STAD pada
pembelajaran diantaranya : a) Siswa menjadi lebih mandiri dalam belajar
b) Siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar, c) interaksi antara
guru dan siswa yang baik dan tinggi dan d) kegiatan belajar menjadi lebih
menyenangkan
B. Saran
Sehubungan dengan hasil-hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini
sebagai saran-saran penulis antara lain :
Bagi Siswa
Agar dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan belajar yang dapat
meningkatkan prestasi
19
29
Bagi Guru
Untuk meningkatkan hasil belajar, agar lebih kreatif dan inovatif dalam
mencari dan menggunakan media gambar dengan pendekatan STAD pada
proses pembelajaran
Bagi Sekolah
Agar hasil perbaikan pembelajaran bermanfaat bagi sekolah, maka kepala
sekolah perlu memfasilitasi adanya forum diskusi antara sesama guru untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga siswa selalu
termotivasi dalam belajar.
19
30
DAFTAR PUSTAKA
Carin & Sund,,1993. Metode Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.
Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya.
Haris Supatno, Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru/ PLPG 2008, Surabaya:
Departmen UNESA, 2008
Sudjana, Nana, 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Sanjaya, Wina, 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Prenada Media, 2010.
19
31
19