Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah mahluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan
makhluk tuhan yang lainnya. Mengapa demikian ?, tentu jawabannya karena
manusia telah diberkahi dengan akal dan fikiran yang bisa membuat manusia
tampil sebagai khalifah dimuka bumi ini. Akal dan fikiran ini lah yang
membuat manusia bisa berubah dari waktu ke waktu.Dalam kehidupan
manusia sulit sekali dipredeksi sifat dan kelakuannya bisa berubah sewaktu-
waktu. Kadang dia baik, dan tidak bisa dipungkiri juga banyak manusia yang
jahat dan dengki pada sesama manusia dan makhluk tuhan lainnya.
Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap anggung atau
maha. Kepercyaan inilah yang disebut sebagai spriritual. Spiritual ini sebagai
kontrol manusia dalam bertindak, jadi spiritual juga bisa disebut sebagai
norma yang mengatur manusia dalam berperilaku dan bertindak.
Dalam ilmu keperawatan spiritual juga sangat diperhatikan.
Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan
kata-kata : makna, harapan, kerukunan, dan sistem kepercayaan (Dyson,
Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati bahwa perawat menemukan aspek
spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang
lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan
intra-, inter-, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari
manusia yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan
dimanifestasikan dalam pemikiran dan prilaku serta dalam hubungannya
dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan orthophedi ?
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan kecemasan ?
1.2.3. Apa yang dimaksud dengan Murattal Al-quran ?
1.2.4. Apa manfaat dari murattal Al-qur’an ?
1.2.5. Adakah hubungan antara murattal Al-qur’an dengan penurunan
tingkat kecemasan pada pasien pre orthopedi ?
1.3 Tujan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang orthopedi.
1.3.2 Untuk mengetahui tentang definisi kecemasan.
1.3.3 Untuk yang mengetahui murattal Al-qur’an dan manfaatnya.
1.3.4 Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara murattal Al-
qur’an dengan penurunan terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre
orthopedi.
1.4 Manfaat Penulisan
Unutuk mengembangkan keilmuan dibidang pembelajaran spritual nursing.
b.Untuk mengetahui wawasan dan pengetahuan mahasiswa
c.Sebagai persyaratn dalam memenuhi tugas mata kuliah spritual nursing
1.1 Sistematika Penulisan
Pada makalah ini penulis akan menjelaskan bagaimana sistematika penulisan
yang di mulai dari Bab pertama, bab ini berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan masalah, manfaat penulisan, sistematika penulisan dan metode
penulisan. Bab dua yang berisi tentang tinjauan teoritis dan mengenai
kecemasan . Selanjutnya adalah bab ke tiga yaitu mengenai isi jurnal tentang
kecemasan ortophedi selanjutnya Bab keempat yaitu merupakan bab penutup
dalam makalah ini pada bagian ini penulis menyimpulkan dan memberi saran
mengenai materi kecemasan ortophedi.
1.2 Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan berbagai referensi yaitu dari
pengambilan data dari beberapa para ahli serta buku-buku yang membahas
tentang spiritual.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Orthopedik
Orthopedik adalah cabang ilmu bedah yang berhubungan dengan
pemeliharaan dan pemulihan fungsi sistem rangka, persendiannya, dan
struktur yang berkaitan. Berhubungan dengan koreksi deformitas sistem
muskuloskeletal yang behubungan dengan orthopedik. Sedangkan bedah
orthopedik adalah suatu tindakan bedah untuk memulihkan kondisi disfungsi
muskoluskeletal seperti, fraktur, deformitas, dislokasi sendi, serta sistem
muskuloskeletal. Fraktur merupakan sebuah istilah medis yang berarti
terjadinya patah tulang yang ditandai dengan kondisi dimana hubungan atau
kesatuan jaringan tulang terputus.
Penatalaksanaan pada pasien bedah ortophedik yaitu banyak pasien yang
mengalami disfungsi muskuloskeletal harus menjalani pembedahan untuk
mengoreksi maalahnya. Masalahnya yang dapat dikoreksi meliputi stabilisasi,
fraktur, deformitas, penyakit sendi, jaringan infeksi atau nekrosis, gangguan
peredaran darah.
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien pre operasi orthopedi
adalah yang pertama nyeri akut berhubungan dengan infeksi/cedera
fisik/jaringan dan trauma saraf. Kemudian adanya kecemasan atau ansietas
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.

B. Konsep Dasar Kecemasan


1. Definisi
Kecemasan adalah suatu istilah yang menggambarkan gangguan
psikologis yang dapat memiliki karakteristik yaitu berupa rasa sakit,
keprihatinan terhadap masa depan, kehawatiran yang berpanjangan, dan
rasa gugup. Rasa cemas memang biasa dihadapi semua orang. Namun,
rasa cemas disebut gangguan psikologis ketika rasa cemas menghalangi
seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan menjalani kegiatan
produktif.
Plato berkata, “Kesalahan terbesar yang dibuat oleh para dokter adalah bahwa mereka
berusaha untuk menyembuhkan tubuh tanpa berusaha untuk menyembuhkan pikiran;
padahal pikiran dan tubuh adalah satu dan tidak boleh ditangani secara terpisah”.

2. Macam-macam Kecemasan
Suryabrata (2013) memaparkan tiga macam kecemasan sesuai definisi yang
dicetuskan Freud, yaitu:
a. Kecemasan realistis
Kecemasan ini yang paling pokok, merupakan kecemasan atau rasa takut akan
bahaya-bahaya di dunia luar.
b. Kecemasan neurotis
Kecemasan neurotis adalah kecemasan jika instink tidak dapat dikendalikan dan
menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum.
c. Kecemasan moral atau perasaan berdosa
Kecemasan moral atau kecemasan kata hati. Kecemasan moral ini
mempunyai dasar dalam
3. Faktor Kecemasan
Penyebab pasti rasa cemas tidak diketahui. Namun, sudah terbukti bahwa
rasa cemas disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor tertentu. Seperti
gangguan mental lainya, rasa cemas disebabkan oleh gagalnya saraf-saraf
otak untuk mengontrol emosi dan rasa takut.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam Trisnaning (2012) tingkat kecemasan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait meliputi hal berikut:
a. Potensi stresor
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan
adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya.
b. Maturasi (kematangan)
Individu yang matang yaitu yang memiliki kematangan kepribadian sehingga
akan lebih sukar mengalami gangguan akibat stres, sebab individu yang matang
mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap stressor yang timbul. Sebaliknya
individu yang berkepribadian tidak matang akan bergantung dan peka terhadap
rangsangan sehingga sangat mudah mengalami gangguan akibat adanya stres.
c. Status pendidikan dan status ekonomi
Status pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang menyebabkan
orang tersebut mengalami stres dibanding dengan mereka yang status pendidikan
dan status ekonomi yang tinggi.
d. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang
tersebut mudah stres.
e. Keadaan fisik
Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, penyakit badan, operasi,
cacat badan lebih mudah mengalami stres. Disamping itu orang yang mengalami
kelelahan fisik juga akan lebih mudah mengalami stres.
f. Tipe kepribadian
Individu dengan tipe kepribadian tipe A lebih mudah mengalami gangguan akibat
adanya stres dari individu dengan kepribadian B. Adapun ciri–ciri individu
dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba
sempurna, merasa buru–buru waktu, sangat setia (berlebihan) terhadap pekerjaan,
agresif, mudah gelisah, tidak dapat tenang dan diam, mudah bermusuhan, mudah
tersinggung, otot–otot mudah tegang. Sedangkan individu dengan kepribadian tipe
B mempunyai ciri–ciri yang berlawanan dengan individu kepribadian tipe A.
g. Sosial Budaya
Cara hidup individu di masyarakat yang sangat mempengaruhi pada timbulnya
stres. Individu yang mempunyai cara hidup sangat teratur dan mempunyai falsafat
hidup yang jelas maka pada umumnya lebih sukarmengalami stres. Demikian juga
keyakinan agama akan mempengaruhi timbulnya stres.
h. Lingkungan atau situasi
Individu yang tinggal pada lingkungan yang dianggap asing akan lebih mudah
mangalami stres.
i. Usia
Ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih mudah mengalami stres dari
pada usia tua, tetapi ada yang berpendapat sebaliknya.
j. Jenis kelamin
Umumnya wanita lebih mudah mengalami stres, tetapi usia harapan hidup wanita
lebih tinggi dari pada pria.
4. Gangguan Kecemasan
Menurut King (2010) gangguan kecemasan, terdiri:
a. Gangguan Panik
Serangan panic yang terus berulang dan ditandai oleh kemunculan yang tiba-tiba
akan perasaan khawatir atau perasaan terteror menjadi ciri gangguan panik.
b. Gangguan Fobia
Gangguan fobia melibatkan ketakutan yang berlebihan, irasional terhadap objek
tertentu.
c. Gangguan Obsesif-Kompulsif
Gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan kecemasan di mana individu
memiliki pikiran-pikiran yang menimbulkan kecemasan yang tidak akan hilang.
d. Gangguan Stres Pascatrauma
Gangguan stress pascatrauma adalah gangguan kecemasan yang berkembang
karena paparan terhadap kejadian traumatis, situasi yang sangat menekan,
penyiksaan, dan bencana alam ataupun bencana akibat perilaku manusia.

5. Penatalaksanaan Kecemasan
Penerapan yang paling refelti untuk mengubah perilaku atau sikap seseorang
yang memang pencemas adalah dengan melakukan pengelolaan perilaku
malalui pengkombinasian psikoterapi, farmakoterapi, dan melakukan
pendekatan secara suportif. Dengan melakukan penatalaksanaan kecemasan ini
diharapakan dapat mengubah perilaku atau sikap seseorang yang memang
notabenenya adalah seorang pencemas.
Penatalaksanaan Kecemasan dengan Spiritual, yaitu :
1) Murattal Al-Qur’an
Murotal adalah teknik membaca al-qur’an yang santai, teknik pernafasan
yang sewajarnya, tidak terikat pakem tertentu namun tetap memperhatikan
tajwidnya.
Manfaat murotal supaya tidak mudah stress, sanggup mengontrol emosi,
terhindar dari penyakit, merasakan kebahagiaan, menjadi kepribadian yang
baik dan panjang umur.
BAB III
PENGARUH MUROTAL AL QUR’AN TERHADAP KECEMASAN
PASIEN PRE OPERASI BEDAH ORTHOPEDI
Reza Maulana, Veny Elita, Misrawati
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau Email:
rezamaulanasatriagraha@yahoo.com
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
Abstract

The purpose of this research was to determine the effect of murotal Al Qur’an
toward anxiety level in patient with pre orthopedic surgery. The research used
quasy experimental with non equivalent control-group was divided into
experimental group and control group in Arifin Achmad Hospital. Sample of this
research was 40 people. With 20 people as the experimental group and 20 people
as a control group by using purposive techniques sampling. Instruments of this
research was State-Traite Anxiety Index (STAI) which has been tested for the
validity and reability. The experimental group were given interventions with
murotal Al Qur’an one time in one day for 10 minutes. The data
analyzed by using univariate with normality test and frequences. Bivariate
analyzed using dependent t-test and independent t-test. The result of the research
showed that there was a decrease anxiety level in experimental group with
29 score and increase of anxiety level in control group with 0,30 score and
statistic analyze of showed there was significant level of anxiety index after giving
intervention of experimental group with p value= 0,000 < α (0,05). The
conclusion is murotal Al Qur’an influence the level anxiety of the patient. The
result is expected of murotal Al Qur’an to be one of nursing intervention to
decrease anxiety level in patient with orthopedic surgery.
Key words: Anxiety, murotal Al Qur’an, orthopedic

1. PENDAHULUAN
Fraktur didefinisikan sebagai patah tulang yang disebabkan oleh trauma baik
fisik maupun non fisik dan bisa terjadi akibat adanya tekanan yang berlebihan
dibandingkan kemampuan tulang dalam menahan tekanan (Helmi, 2012).
Diperlukan berbagai upaya dan tindakan untuk mengembalikan struktur dan
fungsi tulang seperti semula. Tindakan yang sering menjadi pilihan pada pasien
fraktur adalah tindakan operasi yang biasa dikenal dengan bedah orthopedi.
Operasi adalah suatu tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan
ini akan menimbulkan respon baik fisik maupun psikis. Respon psikis berupa
kecemasan merupakan reaksi emosional pasien yang sering muncul. Hal ini
sebagai respon antisipasi pasien terhadap suatu pengalaman yang dianggap
sebagai suatu ancaman terhadap peran dalam kehidupan pasien, integritas tubuh
dan bahkan kehidupannya (Brunner & Suddarth, 2002).
Kecemasan dapat ditimbulkan dari peristiwa sehari-hari yang dapat dialami
manusia dan dapat juga dialami oleh siapapun (Fausiah, 2005). Cemas berbeda
dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya suatu objek sumber yang
spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu sedangkan
kecemasan diartikan sebagai suatu kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang
akan terjadi dengan penyebab atau objek yang tidak jelas dan dihubungkan
dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Sebagai contoh kekhawatiran
menghadapi pembedahan, kekhawatiran terhadap anestesi atau pembiusan, dan
lain-lain (Sulistiawati, 2005). Kecemasan ini terjadi ketika seseorang terancam
baik secara fisik maupun psikologis (Asmadi, 2008).
Kecemasan yang dirasakan pasien fraktur dapat memperberat kondisi fisik
yang dialami. Pasien harus mampu mengatasi kecemasan tersebut agar penyakit
fisik yang dialaminya tidak bertambah berat. Respon cemas yang terjadi pada
penderita fraktur berkaitan erat dengan mekanisme koping yang dimilikinya.
Mekanisme koping yang baik akan membentuk respon psikologis yang positif
sehingga dapat menunjang proses kesembuhan. Sebaliknya kecemasan yang terus
berlanjut akan mempengaruhi proses tindakan yang dilakukan. Kuraesin (2009)
menyatakan kecemasan yang terus berlanjut akan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah terutama pada pasien dengan riwayat hipertensi dan memanjangnya
waktu haid. Kecemasan yang berlebihan tidak jarang juga menyebabkan keluarga
mengambil keputusan pembatalan tindakan operasi.
Kecemasan pasien pre operasi harus diberikan penanganan sehingga tidak
akan mengganggu tindakan yang telah direncanakan. Potter dan Perry (2005)
menyatakan tindakan untuk mengurangi tingkat kecemasan adalah dengan cara
mempersiapkan mental diri dari pasien. Brunnert dan Suddarth (2002) juga
mengungkapkan persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Hamid (2008, dalam Nataliza,
2012) menyatakan pada saat mengalami stres, individu akan mencari dukungan
dari keyakinan agamanya.
Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia, sehingga dalam praktiknya
akan ditemukan bahwa sebagian besar pasien bedah orthopedi juga beragama
Islam. Tindakan spiritual yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan
sesuai dengan ajaran Islam adalah murotal Al Qur’an. Murotal Al Qur’an
mengandung beberapa manfaat salah satunya adalah ketenangan jiwa,
sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2011) tentang konsep jiwa
dalam Al Qur’an menyatakan bahwa Al Qur’an sangat berkaitan erat dengan
kesehatan jiwa seseorang. Stimulan Al Qur’an rata-rata didominasi oleh
gelombang delta.
Stimulan terapi ini sering memunculkan gelombang delta di daerah frontal
dan sentral baik sebelah kanan dan kiri otak. Adapun fungsi dari daerah frontal
yaitu sebagai pusat intelektual umum dan pengontrol emosi, sedangkan fungsi
dari daerah sentral yaitu sebagai pusat pengontrol gerakan-gerakan yang
dilakukan. Sehingga, stimulan Al Qur’an ini dapat memberikan ketenangan,
ketentraman dan kenyamanan responden (Abdurrochman, 2008 dalam Destiana,
2012). Mustamir (2009) menyatakan bahwa bacaan Al Qur’an yang paling baik
digunakan untuk menurunkan kecemasan adalah bacaan Surah Al Fatihah karena
di dalamnya terkandung intisari dari Al Qur’an. Selain Surah Al Fatihah, Surah
An Naas, Al Falaq, dan Al Ikhlas merupakan Surah yang mempunyai munasabah
atau keterkaitan antar ayat atau surat dengan Surah Al Fatihah sehingga
mempunyai hubungan sejajar atau paralel (Djalal, 2000).
Di dalam otak manusia terdapat pusat asosiasi penglihatan dan pendengaran
yang berfungsi menginterpretasikan objek yang dilihat dan didengar. Informasi
dari pusat yang berada pada permukaan otak tersebut akan dihantarkan ke pusat
emosi yaitu sistem limbik. Dari pusat pengatur emosi ini perasaan tenang akan
muncul oleh rangsangan suara yang lembut dan irama yang perlahan. Ketenangan
dapat memberikan dampak pada fisiologi tubuh seperti detak jantung yang
melambat, pernapasan yang dalam dan panjang, tekanan darah menurun, dan suhu
tubuh meningkat (Rusdi & Isnawati, 2009). Hasil penelitian Faradisi (2012)
menunjukkan bahwa murotal Al Qur’an berpengaruh tehadap penurunan
kecemasan pada pasien pre operasi di RSI Muhammadiyah Pekajangan,
Pekalongan.
Angka kejadian fraktur di Kota Pekanbaru cukup tinggi. Angka ini sejalan
dengan angka kejadian kecelakaan lalu lintas yang tinggi, sebagaimana data dari
Go Riau (2014), pada tanggal 28 November 2014 angka kejadian kecelakaan lalu
lintas di Provinsi Riau mencapai angka 1.422 kasus. Di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Arifin Achmad angka kejadian fraktur pada bulan Januari-
September 2014 mencapai 383 kasus. Studi pendahuluan yang dilakukan tanggal
5 Desember 2014 kepada 6 orang pasien melalui metode observasi dan
wawancara memperoleh hasil 4 di antaranya mengalami kecemasan sedang
hingga berat dengan menunjukkan data yaitu pasien sulit berfikir dan konsentrasi
terhadap sesuatu hal, tidak bisa diganggu, sulit mengontrol emosi, tampak gelisah,
tidak nyaman, sulit tidur dan bahkan tidak mau bertemu dengan orang lain. Pasien
mengaku tidak diberikan terapi apapun untuk menurunkan kecemasannya dan
perawat juga mengatakan tidak memberikan intervensi apapun untuk mengatasi
kecemasan pasien termasuk murotal Al Qur’an. Berdasarkan fenomena yang
ditemukan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh murotal
Al Qur’an terhadap kecemasan pasien pre operasi bedah orthopedi.
Penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan, institusi
kesehatan, dan masyarakat sebagai pilihan terapi non farmakologis yang dapat
diberikan pada pasien pre operasi bedah orthopedi serta bagi peneliti selanjutnya
hasil penelitian ini dapat menjadi dasar acuan dalam melakukan penelitian yang
lebih lanjut terkait terapi non farmakologis untuk menurunkan kecemasan pasien
pre operasi.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian quasy experiment
dengan pendekatan non equivalent control-group yaitu penelitian yang dilakukan
pada dua atau lebih kelompok yang diukur sebelum dan setelah perlakuan (Polit &
Beck, 2006). Pada penelitian ini peneliti ingin melihat pengaruh murotal Al
Qur’an terhadap kecemasan pasien pre operasi bedah orthopedi dengan
membandingkan antara kelompok eksperimen dan kontrol.
Sampel pada penelitian ini adalah pasien pre operasi bedah orthopedi
sebanyak 40 responden. Instrumen pada penelitian ini adalah lembar kuesioner
State-Traite Anxiety Index (STAI) yang telah dimodifikasi dan dilakukan uji
validitas. Pemberian terapi menggunakan headphone dan media music player jenis
Blackberry 8520.
Pengumpulan data dilakukan di Ruang Cendrawasih I dan Dahlia RSUD
Arifin Achmad. Peneliti melakukan pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan. Responden yang telah menandatangani informed consent akan
mengisi kuesioner State-Traite Anxiety Index (STAI). Kelompok eksperimen
selanjutnya diberikan murotal Al Qur’an selama 10 menit sebanyak satu kali dan
kelompok kontrol tidak. Setelah 10 menit kedua kelompok diukur kembali nilai
kecemasannya dengan menggunakan kuesioner State-Traite Anxiety
Index (STAI).
Analisa data pada penelitian ini adalah univariat dan bivariat. Analisa
univariat dilakukan untuk melihat karakteristik responden meliputi umur dan jenis
kelamin. Analisa bivariat menggunakan uji t dependen dan t independen. Uji t
dependen digunakan untuk melihat perbedaan nilai rata-rata kecemasan pre test
dan post test. Uji t independen digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata
kecemasan post test kelompok eksperimen dan kontrol.

3. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
Tabel 1
Gambaran Karakteristik Responden
Karaktersistik Jumlah
Responden P value
N %
Umur
a. 18-25 tahun
21 52,2
(dewasa awal)
b. 26-35 tahun
(dewasa awal- 10 25
tengah)
c. 36-45 tahun
2 5 0,612
(dewasa tengah)
d. 46-55 tahun
(dewasa tengah 4 10
akhir)
e. 56-65 tahun
3 7,5
(dewasa akhir)
Jenis Kelamin:
33 82,5
a. Laki-laki 1.000
7 17,5
b. Perempuan

Dari tabel 1 diperoleh hasil umur responden terbanyak adalah rentang 18-
25 tahun dengan persentase (52,2%). Pada karakteristik jenis kelamin
diperoleh hasil mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki 33 orang
(82,5%).

Tabel 2
Nilai Rata-Rata Kecemasan Pre Test
Kelompok N Mean Min Max
Kelompok 20 55,10 53 57
eksperimen
Kelompok 20 55,30 53 58
kontrol

Dari tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata kecemasan pre test kelompok


eksperimen adalah 55,10 dan kontrol 55,30.
Tabel 3
Nilai Rata-Rata Kecemasan Post Test
Kelompok N Mean Min Max
Kelompok 20 26,10 24 28
Eksperimen
Kelpompok 20 55,60 54 58
Kontrol

Dari tabel 3 menunjukkan nilai rata-rata kecemasan post test kelompok


eksperimen adalah 26,10 dan kontrol 55,60.

2. Analisa Bivariat
Tabel 4
Nilai Rata-Rata Kecemasan Pre Test dan Post Test Kelompok Eksperimen
dan Kontrol
Kelompok N Mean SD P value
Eksperimen:
Pre Test 20 55,10 1,021 0,000
Post Test 20 26,10 1,119
Kontrol
Pre Test 20 55,30 1,218 0,055
Post Test 20 55,60 1,188

Dari tabel 4 menunjukkan perbedaan nilai rata-rata kecemasan pre test


dan post test kelompok eksperimen dengan p value= 0,000 < α (0,05), dapat
disimpulkan ada perbedaan nilai rata-rata kecemasan pre test dan post test.
Kemudian, menunjukkan perbedaan nilai rata-rata kecemasan pre test dan post
test kelompok kontrol dengan p value= 0,055 > α (0,05), dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan nilai rata-rata kecemasan pre test dan post test.
Tabel 5
Nilai Rata-Rata Kecemasan Post Test Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Kelompok N Mean SD p value


Kelompok
20 26,10 1,119
Eksperimen
0,000
Kelompok
20 55,60 1,188
Kontrol

Dari tabel 5 menunjukkan perbedaan nilai rata-rata kecemasan post test


kelompok eksperimen dan kontrol. Hasil analisa diperoleh hasil p value=
0,000 < α (0,05) dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan nilai rata-rata
kecemasan kelompok eksperimen dan kontrol.
4. PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Hasil dari penelitian yang dilakukan pada 40
responden diperoleh hasil umur responden terbanyak adalah pada rentang umur
18-25 tahun (dewasa awal) dengan persentase (52,2%). Pada remaja atau dewasa
awal akan ditemukan kondisi emosi yang cenderung labil. Remaja atau dewasa
awal juga biasanya melakukan tindakan yang sesuai trend dan mudah terpengaruh
(Batubara, 2010). Hal ini kemungkinan mempengaruhi angka kejadian fraktur
juga akibat kecelakaan lalu lintas yang disebabkan kenakalan remaja seperti
kebut-kebutan.
Hasil penelitian yang dilakukan pada 40 responden diperoleh hasil sebagian
besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 33 orang (82,5%). Hasil ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden yang mengalami fraktur tulang adalah
laki-laki. Hasil ini sesuai dengan penelitian Winda (2014) yang mendapatkan hasil
sebagian besar responden pasien pre operasi bedah tulang (63,3%) berjenis
kelamin laki-laki. Menurut Sunaryo (2004) laki-laki lebih banyak berinteraksi
dengan lingkungan luar sedangkan sebagian besar perempuan hanya tinggal di
rumah dan menjalankan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Oleh karena itu,
kemungkinan laki-laki mendapatkan insidensi kecelakaan lalu lintas lebih tinggi.
Nilai Kecemasan
Penelitian ini menggunakan kelompok eksperimen sebagai kelompok yang
diberikan intervensi dan kelompok kontrol sebagai kelompok pembanding.
Setelah proses pelaksananan penelitian selesai analisa dilakukan pada
masingmasing kelompok.
Pada kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan pre test dan diperoleh hasil
nilai rata-rata kecemasan adalah masing-masing 55,10 dan 55,30. Kecemasan ini
merupakan respon psikologis yang lazim ditemukan pada pasien pre operasi
pertama kali. Beberapa orang kadang tidak mampu mengontrol kecemasan yang
dihadapi, sehingga terjadi disharmoni dalam tubuh. Hal ini akan berakibat buruk,
karena apabila tidak segera diatasi akan meningkatkan tekanan darah dan
pernafasan yang dapat menyebabkan pendarahan baik pada saat pembedahan
ataupun pasca operasi (Faradisi, 2012).
Kelompok eksperimen selanjutnya mendapatkan terapi untuk menurunkan
kecemasan yaitu murotal Al Qur’an, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan
terapi apapun. Setelah 10 menit kedua kelompok diukur kembali tingkat
kecemasannya dengan menggunakan instrumen State-Trait Anxiety Index (STAI).
Dari penelitian ini diperoleh hasil post test nilai rata-rata kecemasan kelompok
eksperimen adalah 26,10 dan kontrol 55,60. Hal ini menunjukkan pada kelompok
eksperimen diperoleh hasil penurunan sebesar 29 angka yang mana murotal Al
Qur’an secara langsung memberikan pengaruh fisik dan psikis terhadap
responden, menurut pengamatan peneliti hal ini terjadi akibat responden meresapi
dan benar-banar melakukan serangkain intervensi dengan baik, maka manfaat
murotal secara langsung didapatkan oleh responden. Dilain hal, pada kelompok
kontrol terjadi peningkatan nilai rata-rata kecemasan sebesar 0,30 angka, hal ini
terjadi diakibatkan semakin meningkatnya kecemasan pasien karena waktu
operasi yang semakin dekat. Analisa dengan menggunakan uji t dependen
diperoleh hasil untuk kelompok eksperimen p value= 0,000 < α (0,05). Hal ini
membuktikan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata kecemasan pre test dan post
test. Kemudian, analisa dengan menggunakan uji t dependen juga diperoleh hasil
untuk kelompok kontrol p value= 0,055 > α (0,05). Hal ini membuktikan bahwa
tidak ada perbedaan nilai rata-rata kecemasan pre test dan post test.
Murotal adalah rekaman suara Al Qur’an yang dilagukan oleh seorang qori’
(pembaca Al Qur’an) (Siswantinah, 2011). Terapi murotal memberikan dampak
psikologis kearah positif dikarenakan ketika murotal diperdengarkan dan sampai
ke otak, maka murotal ini akan diterjemahkan oleh otak. Menurut Faradisi (2012)
dengan terapi murotal maka kualitas kesadaran seseorang terhadap Tuhan akan
meningkat, baik orang tersebut tahu arti Al Qur’an atau tidak. Kesadaran ini akan
menyebabkan totalitas kepasrahan kepada Allah SWT, dalam keadaan ini otak
berada pada gelombang alpha. Gelombang alpha merupakan gelombang otak pada
frekuensi 7-14 Hz. Ini merupakan keadaan energi otak yang optimal dan dapat
menyingkirkan stres. Dalam keadaan tenang otak dapat berpikir dengan jernih dan
dapat melakukan perenungan tentang adanya Tuhan, akan terbentuk koping atau
harapan positif pada pasien. Hasil penelitian yang telah dilakukan Zahrofi (2013)
menunjukkan adanya pengaruh pemberian terapi murottal Al Qur’an terhadap
tingkat kecemasan pasien hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta dengan p value= 0,001. Penelitian lain yang dilakukan oleh Faradisi
(2012) juga menunjukkan murotal Al Qur’an efektif dalam menurunkan
kecemasan pasien pre operasi dengan p value= 0,000.
Pada penelitian ini, sebelum responden diberikan murotal Al Qur’an
responden diberikan kewenangan untuk mengatur posisi yang paling nyaman. Hal
ini bertujuan untuk menurunkan distraktor dari konsentrasi responden dalam
mendengarkan yaitu nyeri. Peneliti juga mengupayakan lingkungan yang tenang
dan berada di dekat responden untuk memantau keadaan umum responden
sehingga juga meningkatkan ketenangan responden.
Setelah menganalisa pada masingmasing kelompok, peneliti membandingkan
hasil yang didapatkan pada kelompok eksperimen dan kontrol. Dari perbandingan
dengan menggunakan uji t independen diperoleh hasil p value= 0,000 < α (0,05).
Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian murotal Al Qur’an berpengaruh
terhadap nilai kecemasan pasien pre operasi bedah orthopedi dan Ho ditolak.

5. PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh murotal Al Qur’an
terhadap kecemasan pasien pre operasi bedah orthopedi diperoleh hasil yang
menunjukkan bahwa sebagian besar umur responden 18-25 tahun dengan
persentase (52,2%). Pada karakteristik jenis kelamin didapatkan hasil sebagian
besar responden berjenis kelamin laki-laki 33 orang (82,5%).
Pada kelompok eksperimen terjadi penurunan nilai rata-rata kecemasan
post test sebesar 29 angka. Hasil analisa ini dengan menggunakan uji t
dependen diperoleh hasil nilai p value= 0,000 < α (0,05). Pada kelompok
kontrol tidak terjadi penurunan nilai rata-rata kecemasan, tetapi peningkatan
nilai rata-rata kecemasan sebesar 0,30 angka. Hasil analisa ini dengan
menggunakan uji t dependen juga diperoleh hasil nilai p value= 0,055 > α
(0,05). Peneliti kemudian membandingkan kedua kelompok ini dengan
menggunakan uji t independen diperoleh hasil p value= 0,000 < α (0,05). Dari
hasil ini, membuktikan bahwa pemberian murotal Al Qur’an berpengaruh
terhadap nilai kecemasan pasien pre operasi bedah orthopedi.
Saran
Bagi perkembangan ilmu keperawatan, hasil penelitian ini agar dapat
dijadikan sebagai literatur untuk menurunkan kecemasan pasien pre operasi
bedah
orthopedi sehingga akan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Bagi
institusi kesehatan disarankan lebih memperhatikan layanan keperawatan
pasien pre operasi bedah orthopedi tidak hanya fisik tetapi juga psikis. Pihak
RSUD Arifin Achmad juga dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai
salah satu terapi non-farmakologis untuk menurunkan kecemasan pasien pre
operasi bedah orthopedi. Bagi masyarakat khususnya pasien-pasien agar dapat
menggunakan terapi ini sebagai salah satu cara untuk menurunkan kecemasan
secara mandiri sehingga akan mempermudah proses pelaksanaan tindakan
medis yang telah direncanakan. Selanjutnya, bagi peneliti selanjutnya hasil
penelitian ini agar dapat dijadikan evidence based dalam melakukan penelitian
yang lebih lanjut.
1Reza Maulana: Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
Indonesia.
2Veny Elita, MN (MH): Dosen Bidang Keilmuan Keperawatan Jiwa Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia.
3Misrawati, M.Kep., Sp.Mat: Dosen Bidang Keilmuan Keperawatan Maternitas
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan
dasar klien. Jakarta: Salemba Medika.
Batubara, J. R. L. (2010). Adolescent development (Perkembangan remaja).
Jakarta: Sari Pediatri Vol 2 No 1.
Brunner., & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. (Edisi 8).
Jakarta: EGC.
Destiana, R. (2012). Pengaruh terapi murottal terhadap berat badan pada bayi
prematur di Ruang Perinatologi RSUD Banyumas. Skripsi: Universitas Jendral
Sudirman, Purwokerto.
Djalal, A. (2000). Ululmul qur’an. Diperoleh pada tanggal 10 Februari 2015 dari
http://library.walisongo.ac.id.
Faradisi, F. (2012) Efektifitas terapi murotal dan terapi musik klasik terhadap
penurunan tingkat kecemasan pasien pra operasi di Pekalongan. Diperoleh pada
tanggal 30 November 2014 dari http://www.journal.stikesmuh-pkj.ac.id.
Fausiah, F. (2005). Psikologi abnormal klinik dewasa. Jakarta: UI Press.
Go Riau. (2014). Angka kecelakaan lalu lintas di Riau turun. Diperoleh tanggal
10 November 2014 dari http://riau.go.id.
Helmi, Z. N. (2012). Buku ajar gangguan muskuloskletal. Jakarta: Salemba
Medika.
Kuraesin, N. Y. (2009). Faktor-faktor yang brhubungan dengan tingkat
kecemasan pasien yang akan menjalani operasi mayor elektif di ruang rawat
bedah RSUP Fatmawati Jakarta Selatan. Diperoleh tanggal 7 Desember 2014
dari http://www.ml.scribd.com.
Mustamir. (2009). Potensi SQ, EQ, & IQ di balik ayat-ayat Al Faatihah. Cetakan
Kesatu. Jogjakarta: Diva Press.
Nataliza. (2012). Pengaruh kebutuhan spiritual oleh perawat terhadap tingkat
kecemasan pasien pre operasi di ruang rawat RSI Siti Rahmah Padang 2011.
Diperoleh tanggal 7 Desember 2014 dari http://repository.unand.ac.id.
Nugroho, A. M. (2011). Konsep jiwa dalam Al Qur’an (Solusi Qur’ani untuk
menciptakan kesehatan jiwa dan implikasinya terhadap pendidikan
Islam). Tesis: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yoggyakarta. Diperoleh
tanggal 10 Januari 2014 dari http://digilib.uin-suska.ac.id.
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2006). Essentials of nursing research: Methods,
appraisal, and utilization. (6th Ed). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Keperawatan dasar: konsep, proses,
dan praktik edisi 4. Jakarta: EGC.
Rusdi., & Isnawati, N. (2009). Awas! Anda bisa mati cepat akibat hipertensi dan
diabetes. Jogjakarta: Power Books.
Siswantinah. (2011). Pengaruh terapi murotal terhadap kecemasan pasien gagal
ginjal kronik yang dilakukan tindakan hemodialisa di RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan. Diperoleh pada tanggal 1 Desember 2014 dari
http://www.jtptunimus.ac.id.
Sulistiawati. (2005). Konsep dasar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC. Sunaryo.
(2004). Psikologi untuk keperawatan.
Winda, R. I. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan
pasien fraktur tulang panjang pra operasi yang dirawat di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru. Skripsi: Universitas Riau.
Zahrofi, DN. (2013). Pengaruh pemberian terapi murotal al qur’an terhadap
tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta: FIK Universitas Muhammadiyah.

3.1 Analisa Jurnal


3.1.1 Judul
pengaruh murotal al-qur’an terhadap kecemasan pasien preoperasi
orthopeti
3.1.2 Penulis
1. Reza Maulana
2. Veny Elita
3. Misrawati
3.1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh muram al-
qur’an terhadap tingkat kecemasan
3.1.4 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian quasy experiment
dengan pendekatan non equivalent control-group yaitu penelitian yang
dilakukan pada dua atau lebih kelompok yang di ukur sebelum dan setelah
perlakuan (polit & beck , 2006 ).
3.1.5 Hasil Penelitian
Tabel 1 : dari tabel 1 di peroleh hasil umur responden terbanyak adalah
rentang 18-25 tahun dengan perentase ( 52,2%). Pada karakteristik jenis
kelamin di peroleh hasil mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki 33
orang ( 82,5%).
Tabel 2 : dari tabel 2 menunjukan nilai rata-rata kecemasan pre test
kelompok eksperimen adalah 55,10 dan kontrol 55,30.
Tabel 3 : dari tabel 3 menunjukan nilai rata- rata menunjukan nilai rata-
rata kecemasan post test kelompok eksperimen adalah 26,10 dan kontrol
55,60.
2. analisa bivariad
Tabel 4 : dari tabel 4 menunjukan nilai rata- rata kecemasan pre test dan
post test kelompok eksperimen dengan p volue= 0,000< (0,005), dapat
disimpulkan ada perbedaan nilai rata-rata kecemasan pre test dan post test.
kemudian, menunjukan perbedaan nilai rata-rata kecemasan pre test dan
post test kelompok kontrol dengan p value= 0,055 > (0,05), dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan nilai rata-rata kecemasan pre test post
test.
Tabel 5 : dari tabel 5 menunjukan perbedaan nilai rata-rata kecemasaan
post test kelompok eksperimen dan kontrol. Hasil analisa di peroleh hasil p
value= 0,000 < ( 0,05) dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan nilai
rata- rata kecemasan kelompok eksperimen kontrol.
3.1.6 Analisis Kelompok
Tingkat kecemasan menjadi faktor utama yang mempengaruhi psikis
serta mekanisme koping klien pada kasus fraktur tersebut , kondisi yang tidak
baik serta pengobatan yang di lakukan dengan operasi menimbulkan
kecemasan yang tinggi, kecemasan itu sendiri terjadi karena klien merasakan
khawatiran akan sesuatu yang terjadi dengan penyebab atau objek yang tidak
jelas dan di hubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.
Sebagai contoh ke khawatiran akan pembedahan dan pembiusan dan lain lain,
kecemasan ini terjadi ketika seseorang terancam baik fisik maupun psikologis
Kecemasan yang berlebihan akan memperberat kondisi fisik yang di
alami. Mekanisme koping disini sangat berpengaruh bagaimana dalam
mengatasi kecemasan klien itu sendiri agar kondisi klien tidak bertambah
berat. Untuk mengurangi tingkat kecemasan kita bisa menggunakan metode
pendekatan secara agama maupun psikologis di pendekatan psikologis kita
harus membuat kondisi mental diri sendiri klien menjadi baik , dan metode
pendekatan agama yaitu kita bisa menganjurkan klien untuk mendengarkan
murotal quran dan yang lainnya

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/186358-ID-pengaruh-murotal-al-quran-
terhadap-kecem.pdf
https://www.slideshare.net/MeldaRamadona/ppt-fraktur-collum-
femur?next_slideshow=1
https://kamriantiramli.wordpress.com/2017/02/06/kecemasan-anxiety/

https://www.researchgate.net/publication/320237693_Pengaruh_Meditasi_Te
rhadap_Gangguan_Kecemasan
https://dosenpsikologi.com/teori-kecemasan

Anda mungkin juga menyukai