Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH : SISTEM PERKEMIHAN

DOSEN : SANGHATI, S. Kep. Ns.

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

OLEH :

INCE SRI FAJRIANTI ( 06.119 )


NUR INSANI ( 06.135 )
NURHENNY ( 06.138 )
SRI WAHYUNI DAMSI ( 06.143 )
SRI PRATIWI N. ( 06.145 )

AKADEMI KEPERAWATAN MAKASSAR


2007-2008
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah
ini merupakan wujud tanggung jawab kami sebagai mahasiswa dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen kepada kelompok kami.
Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
dengan kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran dari Bapak/Ibu pembimbing
dan teman-teman, yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua dan mudah-mudahan makalah kami dapat bermanfaat bagi dunia
kesehatan khususnya dibidang keperawatan. Amien

Makassar, Maret 2008


Hormat Kami

Penulis
BAB I
KONSEP MEDIK

A. PENGERTIAN
Batu ginjal atau renal calculi mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus
urinarius, yang dapat timbul dalam berbagai tingkat dari sistem perkemihan tapi
yang paling sering ditemukan di dalam ginjal. Batu terbentuk di traktus urinarius
ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan
asam urat meningkat.

B. ETIOLOGI
Faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi,
statis urin, periode imobilitas (drainase renal yang lambat dan perubahan
metabolisme kalsium).
Komponen kalkulus renalis dan faktor-faktor yang mendorong :
a. Kalsium (Oksalat dan Fosfat)
- Hiperkalsemia dab hiperkalsiuri
- Dampak dari hiperparatiroidisme
- Intoksikasi vitamin D
- Imobilisasi
- Penyalit tulang parah
- Asinosis tubulus renalis
- Intake steroid purine
b. Asam urine cyichne
- Diet tinggi purine
- Cysrinuria dampak dari gangguan genetik dari metabolisme
- Asam amino

C. PATOFISIOLOGI
Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, obstruksi hanya
parsial yang lengkap bisa menjadi hidronefrosis yang disertai dengan tanda-tanda
serta gejala-gejalanya.
Proses patofisiologi dari batu perkemihan (urolithiasis) sifatnya mekanis,
urolithiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seputar seperti, pus,
darah, jaringan yang tidak viral, tumor atau urat. Komposisi mineral dari batu
ginjal bervariasi kira-kira ¾ bagian dari batu adalah kalsium fosfat, asam urine
akibat dari intake cairan rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat
infeksi saluran kemih atau urine statis, menyediakan tempat untuk pembentukan
batu ditambah infeksi meningkatkan kebebasan urin yang berakibat prespirasi
kalsium fosfat dan magnesium amnion fosfat.

D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada
adanya obstruksi, infeksi, edema. Beberapa batu dapat menyebabkan sedikit
gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional ginjal; sedangkan yang lain
menyebabkan nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Urinalisa : Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah,; secara umum
menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), serpihan,
mineral, bakteri, pus; pH mungkin asam (meningkatkan sistin dan batu asam
urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat ammonium, atau kalsium
fosfat).
 Urine (24 jam) : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat.
 Kultur urine : Mungkin menunjukkan ISK (Stapilococcus aureus, Proteus,
Klebsiela, Pseudomonas).
 Survei Biokimia : Peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat,
protein, elektrolit.
 BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada
urine) sekunder terhadap tingginya batuobstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
 Kadar klorida dan bikarbonat serum : Peninggian kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
 Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukkan
infeksi/septikemia.
 SDM : Biasanya normal.
 Hb/Ht : Abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi
(mendorong presipitasi pemadatan) atau anemia (perdarahan, disfungsi/gagal
ginjal).
 Hormon paratiroid : Mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH
merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan
kalsium urine).
 Foto ronsen KUB : Menunjukkan adanya kalkuli dan/atau perubahan
anatomik pada area ginjal dan sepanjan ureter.
 IVP : Memberikan konfirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur (distensi
ureter) dan garis bentuk kalkuli.
 Sistoureterokopi : Visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu dan/atau efek obstruksi.
 Skan CT : Mengidentifikasikan/menggambarkan kalkuli dan massa lain;
ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih.
 Ultrasound ginjal : Untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

E. PENATALAKSANAAN
 Pengurangan nyeri, tujuan segera dari penanganan kolik renal atau uretral
adalah mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau
meperiden diberikan untuk mencegah syok atau sinkop akibat nyeri yang luar
biasa. Mandi air panas atau hangat di area panggul dapat bermanfaat.
 Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan pasase kateter uretral kecil
untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan
segera mengurangi tekanan-belakang ginjal dan mengurangi rasa nyeri.
 Terapi nutrisi dan medikasi, terapi nutrisi berperan penting mencegah batu
renal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam
diet.
 Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
 Metode Endourologi Pengangkatan Batu
 Ureteroskopi
 Pelarutan batu
 Pengangkatan bedah
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Aktivitas / Pengkajian
Gejala : Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi.
Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh, cedera medula spinalis)

Sirkulasi
Tanda :Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
Kulit hangat dan kemerahan; pucat

Eliminasi
Gejala : Riwayat adanya/ISK kronis; obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh.
Rasa terbakar, dorongan kemih.
Diare.
Tanda :Oliguria, hematuria, piuria.
Perubahan pola berkemih.

Makanan / Cairan
Gejala : Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan/atau fosfat
Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup
Tanda :Distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus
Muntah

Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada
lokasi batu, contoh pada panggul di regio sudut
kostovertebral, dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan
turun ke lipat paha/genetalia. Nyeri dangkal konstan
menunjukkan kalkulus ada pelvis atau kalkulus ginjal
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan
posisi atau tindakan lain

Keamanan
Gejala : Penggunaan alkohol
Demam, menggigil

Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout,
ISK kronis
Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme
Penggunaan antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat,
alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium
atau vitamin

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uretral.
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik.
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.

C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi urethral
Intervensi :
1) Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 1-10) dan penyebaran, perhatikan
tanda non-verbal. Contoh ; peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih,
menggelepar.
R/ : Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan
kalkulus, neri panggul sering mentebar ke punggung, lipat paha, genetalia
sehubungan dengan proksimilas saraf fleksus dan pembuluh darah yang
menyuplai daerah lain.
2) Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat.
R/ : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan
meningkatkan koping.
3) Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus (nafas dalam).
R/ : Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot
4) Perhatikan keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen.
R/ : Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan
ekstravasasi urine perianal.
5) Berikan kompres hangat pada punggung
R/ : Menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan spasme otot.

2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik.


1) Awasi pemasukan, pengeluaran, dan karakteristik urine.
R/ : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adnya komplikasi,
contoh infeksi dan perdarahan.
2) Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan privasi.
R/ : Kalkulus dapat menyebabkan eksibilitas saraf dan menyebabkan
sensasi kebutuhan berkemih segera.
3) Dorong meningkatkan pemasukan cairan
R/ : Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat
membantu lewatnya batu.
4) Kolaborasi; awasi pemeriksaan laboratorium, contoh; elektrolit, BUN,
kreatinin.
R/ : Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi
ginjal.

3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi


1) Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa depan.
R/ : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
2) Anjurkan peningkatan pemasukan cairan.
R/ : Pembilasan sistem ginjal menurunkan kesempatan status ginjal dan
pembentukan batu.
3) Kaji ulang program diet secara individual.
R/ : Meningkatkan kerjasama dalam program dan dapat mencegah
kekambuhan.
4) Diet rendah purin, contoh ; membatasi daging berlemak, kangkung,
tumbuhan polong, gandum alkohol.
R/ : Menurunkan pemasukan oral terhadapprekusor asam urat.

D. EVALUASI
1. - Melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol.
- Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat.
2. - Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya.
- Tak mengalami tanda obstruksi.
3. - Menyatakan pemahaman proses penyakit.
- Menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
- Melakukan perubahan perilaku yang perlu dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai