Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN HB DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI RSUD

KARANGANAYAR

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas

utama pembangunan kesehatan di indonesia. Program ini bertanggung jawab

terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, bayi dan

neonatal. Salah satu program KIA adalah menurunkan angka kematian dan

angka kesakitan dengan cara meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan

perinatal (Zulfansyah, 2008).

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan

salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium

yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan

dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi tiga sampai 4 resiko jumlah

kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan

penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan

target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan

usaha keras terus menerus (Arali, 2010).

Menurut WHO pada tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan

meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah

1
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio

kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan

450/100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di

9 negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO Angka

Kematian Ibu (AKI) ditahun 2011, 81 % diakibatkan karena komplikasi

selama kehamilan, persalinan, dan nifas.Bahkan sebagian besar dari kematian

ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklamsia. Berdasarkan

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di

Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih tinggi

dibandingkan Vietnam (59/100.000), danCina (37/100.000). Ini menempatkan

Indonesia sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia. AKI indonesia

secara nasional dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 AKI Indonesia

sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, meskipun demikian angka tersebut

masih tertinggi di Asia. Sementara target rencana pembangunan jangka

menengah nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup

(Depkes, 2010).

Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan, eklampsia,

partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari penyebab

kematian ibu tersebut masing-masing adalah perdarahan 28% , eklampsia 13

%, aborsi yag tidak aman 11 % , serta sepsis 10 %. (Depkes, 2010).

Mortalital maternal menurun secara bermakna pada tahun-tahun

terakhir, tetapi perdarahan masih tetap menjadi penyebab kematian maternal

2
yang utama. Perdarahan pada kehamilan awal membahayakan ibu dan

merupakan masalah bagi dokter yang merawat. Gangguan perdarahan yang

sering timbul pada awal kehamilan meliputi: abortus, inkompensasi serviks,

kehamilan etropik dan kehamilan ganda (Bobak, 2010).

Menurut Bobak (2010), beberapa faktor yang menempatkan kehamilan

beresiko komplikasi antara lain adalah usia, paritas, hipertensi, anemia,

kemiskinan, status gizi, dan kondisi kesehatan. Menurut Feryanto (2008),

menyebutkan sata dari beberapa negara memerkirakan bahwa antara 10% dan

15% kehamilan yang terdiagnosis secara klinis berakhir dengan abortus.

Abortus lebih sering terjadi pada wanita berusia di atas 30 tahun dan

meningkat pada usia di atas 35 tahun.

Kejadian abortus secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari

seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama

kehamlian. Kelainan kromosom merupakan penyebab paling sedikit separuh

dari kasus abortus dini ini, selain itu banyak fakor yang mempengaruhi

terjadinya abortus antara lain : paritas, umur ibu, umur kehamilan, kehamilan

tidak diinginkan, kebiasaan buruk selama hamil, serta riwayat keguguran

sebelumnya. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari

12% pada wanita berusia kurang dari 20 tahun, menjadi 26 % pada wanita

berumur 40 tahun sehingga kejadian perdarahan spontan lebih beresiko pada

ibu dibawah usia 20 tahun dan diatas 35 tahun (Manuaba , 2010).

3
Penelitian terkait abortus pernah dilakukan oleh Kusniati (2007)

tentang “Hubungan beberapa faktor ibu dengan kejadian abortus spontan

(Studi di Rumah Sakit Ibu dan Anak An Ni’mah Kecamatan wangon

Kabupaten Bayumas Januari-juni 2007)”. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa dari seluruh responden yang tidak mempunyai riwayat abortus spontan

(76,5%) berusia reproduksi sehat (84,3%), urutan kehamilan tidak beresiko

(51,0%) rata-rata 2,29 dan paling banyak pada urutan kehamilan kedua, jarak

kehamilan tidak beresiko (51,o%) rata-rata 4,12 tahun, pemeriksaan

kehamilan tidak lengkap (51,0%) dalam hal imunisasi TT (64,7%) dan tablet

besi (72,5%) terjadi abortus spontan ( 29,4%). Hasil uji statistik menunjukkan

bahwa ada hubungan yang bermakna usia ibu (p value=0,005), dengan

kejadian abortus spontan, tidak ada hubungan yang bermakana riwayat

abortus spontan (p value=0,302), urutan kehamilan (p value=0,928), jarak

kehamilan (p value=1,000), dan pemeriksaan kehamilan (p value=0,255)

dengan kejadian abortus spontan.

Abortus, memang menjadi masalah kontroversial yang tak ada

habisnya. Diperkirakan, frekuensi abortus spontan berkisar 10-20 % . Di

Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan pertahun, berarti setiap tahun

ada 500.000 hingga 1.000.000 abortus spontan. Diperkirakan, setiap tahun di

Indonesia terjadi 2,3 juta abortus, yaitu 1 juta merupakan abortus spontan, 0,6

juta karena kegagalan KB dan 0,7 juta karena tidak pakai KB (Bobak, 2010).

Data ibu hamil di provinsi Karanganyar tercatat berjumlah, 113.182 orang.

4
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 83,72 %. Ibu hamil

dengan resiko tinggi atau komplikasi adalah 4512 orang (25,98%), KI adalah

98,181 orang (86,75%), K4 adalah 89.271 (78,77%), AKI sebanyak 136

orang. Penyebab kematian ibu adalah pendarahan 47 kasus, hipertensi 28

kasus, infeksi 9 kasus, abortus 5 kasus, partus lama 2 kasus dan lain-lain 50

kasus ( Provinsi Jateng, 2013).

Data kesehatan Karanganyar tercatat ibu hamil berjumlah 5.176 orang,

ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi 26 orang (0,41%), KI adalah 5,043

orang (97,43%), K4 adalah 4.336 orang (84,35%), jumlah AKI adalah 5 orang

pada ibu nifas, penyebabnya adalah perdarahan 5 kasus dan 2 kasus masalah

kesehatan lainnya ( Propinsi Jateng, 2013).

Hal di atas menunjukkan bahwa wanita hamil sangat rentan

mengalami abortus. Data yang penulis dapatkan dari studi pendahuluan di

ruang Rekan Medik Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. menunjukkan

kejadian abortus pada tahun 2013 berjumlah 125 kasus terdiri dari abortus

inkomplit 111 orang, abortus medik 1 orang, abortus lainnya 13 orang (Data

tahun 2013).

Sedangkan data yang penulis dapatkan dari studi pendahuluan di ruang

Rekan Medik Rumah Sakit Daerah Karanganyar. Menunjukkan kejadian

abortus pada Januari sampai November 2014 berjumlah 97 orang (Data

Januari sampai November 2014). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti

tertarik melakukan penelitian dengan judul “ Faktor-Faktor yang Berhubungan

5
Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah sakit Umum Daerah

Karanganyar”.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu faktor-fakor apakah yang

berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Daerah

Karanganyar dari Juni 2016 sampai Februari 2017

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan

kejadian abortus inkomplet di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar

dari Juni 2016 sampai Februari 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan usia dengan kejadian abortus inkomplit

di Rumah Sakit Umum Sakit Daerah Karanganyar dari Juni 2016

sampa Februari 2017.

b. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian abortus

inkomplitdi Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar Januari sampai

November Tahun 2014.

c. Untuk mengetahui hubungan kadar HB dengan kejadian abortus

inkomplit di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Sakit Daerah

Karanganyar dari Juni 2016 sampai Februari 2017.

6
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instalasi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap pelayanan kesehatan

dalam melaksanakan asuhan kepada pasien, khususnya petugas kesehatan

yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi dan tambahan pustaka untuk peningkatan

ilmu pengetahuan serta pengembangan penelitian tentang abortus dimasa

yang akan datang.

3. Bagi Peneliti lain

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelayanan

kebidanan yang berkualitas dalam melaksanakan penelitian bagi peneliti

Anda mungkin juga menyukai