Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MAKALAH

AMBULANCE

Untuk memenuhi Tugas Semester Pendek Mata Kuliah EMERGENCY yang dibimbing
oleh Ns. Heni Dwi Windarwati, S. Kep, M. Kep, Sp. Kep. J

Oleh :

Gema rizki pratama 125070218113003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2016

1
TUGAS MAKALAH

AMBULANCE

Untuk memenuhi Tugas Semester Pendek Mata Kuliah EMERGENCY yang dibimbing
oleh Ns. Heni Dwi Windarwati, S. Kep, M. Kep, Sp. Kep. J

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2016

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “AMBULANCE” dengan
lancar. Dalam pembuatan makalah ini, saya mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada, Ns. Heni Dwi Windarwati, S. Kep,M. Kep, Sp. Kep. J selaku Dosen pembimbing,
Kedua orang tua, kakak dan teman-teman PSIK, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
membantu pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan penulis pada khususnya, Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari sempurna untuk itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata saya sampaikan
terimakasih.

Penulis

Malang, 24 Februari 2016

3
DAFTAR ISI

Cover ...........................................................................................................................................1

SAMPUL.......................................................................................................................................2

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................3

DAFTAR ISI...................................................................................................................................4

BAB 1 ...........................................................................................................................................5

1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................................5

1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................5

1.3 TUJUAN .................................................................................................................................6

BAB 2 ..........................................................................................................................................9

2.1 Definisi ..................................................................................................................................7

2.2 Epidemiologi .........................................................................................................................7

2.3 Etiologi ..................................................................................................................................7

2.4 Faktor resiko .........................................................................................................................8

2.5 Klasifikasi ...............................................................................................................................9

2.6 Manifestasi ...........................................................................................................................10

2.7 Patofisiologi..........................................................................................................................11

2.8 Komplekasi ...........................................................................................................................12

2.9 Pemeriksaan diagnostik .......................................................................................................12

2.10 Penatalaksanaan ................................................................................................................13

BAB 3 PENUTUP .........................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................16

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ambulance adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengankut orang
sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis. Kebanyakan ambulans adalah
kendaraan bermotor, meskipun helikopter, pesawat terbang dan perahu juga
digunakan. Interior ambulans memiliki ruang untuk satu atau lebih pasien ditambah
beberapa personel gawat darurat medis. Hal ini juga berisi berbagai perlengkapan
dan peralatan yang dugunakan untuk memberi pertolongan kepada pasien saat
perjalanan. Para ambulans awal sederhana dua roda gerobak digunakan untuk
membawa prajurit sakit atau terluka yang tidak mampu berjalan sendiri. Kata
ambulans berasal dari ambulare kata Latin, yang berarti berjalan atau bergerak.
Ambulans pertama khusus digunakan untuk mengangkut pasien ke fasilitas medis
yang dikembangkan di akhir 1700-an di Perancis oleh Dominique-Jean Larrey, ahli
bedah-in-chief di tentara Napoleon. Larrey mencatat bahwa butuh waktu hampir
satu hari penuh untuk tentara yang terluka harus dibawa ke rumah sakit lapangan,
dan bahwa sebagian besar dari mereka meninggal pada saat itu. Untuk memberikan
bantuan lebih cepat dan menyediakan transportasi cepat, dia merancang kereta
yang ditarik kuda-dikelola oleh petugas medis dan asisten dengan ruang untuk
beberapa pasien dengan tandu.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi ambulans?
1.2.2 Apa tujuan dari ambulans gawat darurat?
1.2.3 Apa bentuk pelayanan ambulans gawat darurat?
1.2.4 bagaimana bentuk sumber daya manusia?
1.2.5 apa saja daftar peralatan ambulans ?
1.2.6 Apa saja perawatan ambulans gawat darurat ?
1.2.7 Bagaimana prosedur pemanggilan ambulans gawat darurat?

5
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui definisi ambulans
1.3.2 Mengetahui tujuan dari ambulans gawat darurat
1.3.3 Mengetahui bentuk pelayanan ambulans gawat darurat
1.3.4 Mengetahui bentuk sumber daya manusia
1.3.5 Mengetahui daftar peralatan ambulans
1.3.6 Mengetahui perawatan ambulans gawat darurat
1.3.7 Mengetahui prosedur pemanggilan ambulans gawat darurat

6
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN AMBULANS GAWAT DARURAT


Ambulans Gawat Darurat (Emergency Ambulance) adalah unit transportasi
medis yang didesain khusus dan berbeda dengan transportasi lainnya. Ambulans
gawat darurat didesain agar dapat menangani pasien gawat darurat, memberikan
pertolongan pertama dan melakukan perawatan intensif selama dalam perjalanan
menuju rumah sakit rujukan. Ambulans gawat darurat juga harus memenuhi aspek
hygiene dan ergonomic. Selain itu ambulans gawat darurat juga harus dilengkapi
dengan peralatan yang lengkap dan dioperasikan oleh petugas yang professional di
bidang pelayanan gawat darurat.
Kebutuhan akan ambulans gawat darurat menjadi sangat penting sebagai pilar
utama dalam rantai pelayanan kesehatan dan respon rencana emergency baik di
rumah sakit maupun pelayanan publik. Ambulans gawat darurat merupakan sarana
pelayanan darurat medis diluar rumah sakit (pra hospital) dengan kata lain sarana
kesehatan (gawat darurat) menghampiri pasien/korban bukan pasien/korban yang
menghampiri sarana kesehatanan. Dengan demikian respon waktu pertolongan
darurat dapat terlaksana secara cepat dan tepat, dan terhindar dari keterlambatan.
Dalam rangka mengembangkan pelayanan pra rumah sakit tersebut Pro
Emergency menyelenggarakan pelayanan Ambulans Gawat Darurat yang dilengkapi
peralatan gawat darurat (Emergency kit) yang lengkap dan dioperasikan oleh
petugas yang terlatih.

2.2. TUJUAN PELAYANAN AMBULANS GAWAT DARURAT:


1. Mendekatkan sarana pelayanan kesehatan gawat darurat kepada
pasien/korban atau kegiatan yang beresiko timbulnya kecelakaan/gawat
darurat medik.
2. Mengurangi angka kematian dan kecacatan penderita dengan kasus gawat
darurat medik/trauma.
3. Meningkatkan bentuk pelayanan Ambulans Gawat Darurat yang profesional.

7
2.3. BENTUK PELAYANAN AMBULANS GAWAT DARURAT
 JENIS AMBULANCE MENURUT AREA OPERASI :
1. Ambulance Darat [Ground Ambulance]
2. Ambulance Air [Water Ambulance]
3. Ambulance Udara [Air Ambulance]
 JENIS AMBULANCE MENURUT PERALATANNYA :
1. Transport Ambulance
2. Basic Ambulance
3. Advance Ambulance
 JENIS EVAKUASI MEDIK :
1. Evakuasi Medik Dalam Kota
2. Evakuasi Medik Luar Kota
3. Evakuasi Medik Dalam Negeri
4. Evakuasi Medik Luar Negeri
 JENIS EVAKUASI MEDIK MENURUT KEPENTINGANNYA :
1. Rujukan :Mencari fasilitas kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya
2. Repatriasi :Mendekatkan pasien ke tempat tinggalnya.
3. Second Opinion :Mencari perbandingan antar fasilitas kesehatan
sebelumnya dengan yang baru
4. Medical Travel :perjalanan dalam rangka perawatan/ pemeliharaan/
peningkatan kesehatan.

 PELAYANAN AMBULANS & EVAKUASI MEDIK


Dengan petugas profesional, unit ambulance yang baik serta peralatan
standar ICU Pro Emergency memberikan pelayanan ambulans dan evakuasi
medik sebagai berikut :
1. Evakuasi dari rumah ke rumah sakit.
2. Rujukan antar rumah sakit.
3. Pulang perawatan dari rumah sakit ke rumah atau tempat tinggal.
4. Evakuasi pasien dengan pesawat komersial atau charter baik didalam negeri
maupun ke luar negeri.

8
2.4. SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber daya manusia untuk ambulans gawat darurat yaitu Dokter/Perawat
yang berpengalaman dengan kompetensi penanganan kasus kegawatdaruratan
yang memiliki sertifikat.

2.5. DAFTAR PERALATAN AMBULANS ( EMERGENCY KIT )


 Di DALAM BOX EMERGENCY
A. Airway
- Laringoscope
- Oropharyngeal airway
- Nasopharyngeal airway
- Endo Tracheal Tube
- Mouth Gage
- Magil Forcep
- Tounge spatle
- Suction Canule
- Xylocain jelly
B. Breathing
- Bag valve mask
- Nasal Canule
- Simple mask
- Rebreathing mask
- Non Rebreathing mask
- Conector Canule ( kanul bagging )
- Pocket mask
C. Circulation
- Infus set
- IV catheter
- Cairan infus
- Spuit
- Tensimeter
- Stetoscope

9
- Poley catheter
- Urine bag
- Karet stuing
- Kasa steril
- Perban gulung 5,10 cm
- Balut cepat
- Mitela
- Elastik perban
- Aluminium foil
D. Emergency Drugs & Disinfectant
- Adrenalin / Epineprin
- Sulfas atropin 0.25 mg
- Kalmethason
- Buscopan
- Dextrose 40 %
- Lasik
- Aminophiline
- Cylocard 100 mg
- Neurobion 5000
- Lidocain 2 %
- Diazepam
- Valium 10 mg
- Nitrogliserin sublingual
E. Lain lain
- Gunting perban
- Pincet anatomis
- pincet cirurgis
- Artery clem
- Plester
- Penlight
- Elektroda EKG
- Thermometer

10
- Gastric tube
- Neck Collar
 DI LUAR BOX EMERGENCY
- Tabung oksigen 1 m3
- Tabung oksigen ½ m3 ( portable )
- Regulator / Flowmeter oksigen
- Safety belt
- Spalk / bidai
- Scoope strecher
- Long spine board
- Urinal / pispot
- Neirbeken
- Head immobilizer
- Kendrick extrication device
- Electric Suction
- Manual Suction
- Handscoen
- Masker
- Alat tenun
 Optional
- Pulse oksimeter
- Defibrilator
- AED
- Ventilator fortable
- Tensimeter digital

2.6. PERSIAPAN AMBULANS GAWAT DARURAT


a) Pemeriksaan Ambulans (mesin mati)
Berikut ini adalah langkah-langkah pemeriksaan yang dapat dilakukan
ketika ambulans berada di pangkalan:
1. Periksa seluruh badan ambulans. Cari kerusakan yang dapat
mempengaruhi jalannya pengoperasian yang aman.

11
2. Periksa roda dan ban. Periksa adanya kerusakan atau robeknya pelek
roda dan bagian luar ban. Gunakan alat pengecek/meteran tekanan
untuk memastikan semua ban mengembang dengan tekanan tepat.
3. Periksa spion dan jendela. Cari kaca yang pecah dan longgar dan
periksa apakah ada bagian yang hilang. Pastikan spion bersih dan
diposisikan dengan tepat sehingga didapatkan lapang pandang
maksimum.
4. Periksa fungsi setiap pintu dan kunci.
5. Periksa bagian-bagian sistem pendingin. Periksa jumlah freon/bahan
pendingin. Periksa selang pipa sistem pendingin dari kebocoran atau
keretakan.
6. Periksa jumlah cairan kendaraan, termasuk minyak mesin dan pelumas
rem, air aki, dan pelumas setir.
7. Periksa aki. Jika jenisnya aki basah yang bisa diisi ulang, periksa jumlah
cairannya. Jika aki tipenya aki kering, nilai keadaannya dengan
memeriksa portal indikator. Periksa kekencangan hubungan antar
kabel dan tanda-tanda korosi.
8. Periksa kebersihan permukaan bagian dalam ambulans termasuk
dashboard dan periksa adanya kerusakan.
9. Periksa fungsi jendela. Pastikan bahwa permukaan dalam setiap
jendela bersih.
10. Tes fungsi klakson
11. Tes fungsi sirine untuk jarak dengar maksimum
12. Periksa sabuk pengman. Pastikan setiap sabuk tidak rusak. Tarik setiap
sabuk dari gulungannya untuk memastikan bahwa mekanisme
retraktor bekerja dengan baik.
13. Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin sehingga bisa
mengendalikan setir dan pedal dengan optimal.
14. Periksa jumlah bahan bakar. Isi bahan bakar setelah setiap kali
panggilan dimanapun kejadiannya.
b) Pemeriksaan Ambulans (mesin menyala)

12
Nyalakan mesin terlebih dahulu untuk memulai pemeriksaan
selanjutnya. Keluarkan ambulans dari ruangan penyimpanan jika mesin
mengeluarkan asap yang mungkin bisa menjadi masalah. Set rem parkir,
pindahkan perseneling ke posisi parkir dan minta rekan mengganjal roda
sebelum melakukan tahapan berikut :
1. Tes fungsi indikator yang terletak di dashboard untuk melihat apakah
lampu indikator dapat menyala dengan baik untuk menunjukkan adanya
kemungkinan masalah yang terjadi pada tekanan oli, suhu mesin, atau
sistem elektrik ambulan lainnya.
2. Periksa meteran yang terletak di dashboard untuk pengoperasian
ambulans yang optimal.
3. Tes fungsi rem, injak rem kaki, catat apakah fungsi pedal rem sudah
tepat atau berlebihan. Periksa tekanan udara rem kaki jika dibutuhkan.
4. Tes fungsi rem parkir (rem tangan). Pindahkan perseneling ke posisi
mengemudi. Pindahkan kembali perseneling ke posisi parkir segera
setelah Anda memastikan bahwa rem parkir berfungsi dengan baik.
5. Tes fungsi setir. Putar setir ke berbagai arah.
6. Periksa fungsi alat penyapu kaca (wiper) depan dan alat pencucinya
(washer). Kaca harus bisa disapu bersih setiap kali alat penyapu
digerakkan.
7. Tes fungsi lampu peringatan (warning lights) ambulans. Minta rekan
berjalan mengitari ambulans dan memeriksa fungsi setiap lampu kilat
(flashing light) dan lampu putar (revolving light).
8. Tes fungsi lampu ambulans lainnya. Minta rekan berjalan lagi mengitari
dan memeriksa ambulans. Pada kesempatan ini periksa lampu depan
(sinar jauh dan dekat), nyalakan lampu sinyal/weser (signal light), lampu
kilat perempatan (four way flasher), lampu rem (brake light), lampu
samping (side light) dan lampu belakang (rear light) untuk penerangan
tempat kejadian.
9. Periksa fungsi perlengkapan pemanas dan pendingin baik di
kompartemen pengemudi maupun kompateman pasien. Lakukan juga

13
pemeriksaan alat isap (suction) on-board pada kesempatan ini jika mesin
sedang menyala.
10. Periksa cairan perseneling.
11. Operasikan perlengkapan komunikasi. Lakukan uji radio portabel dan
demikian pula dengan radio terfikrsir serta alat komunikasi radio telepon
lain.
c) Pemeriksaan Persediaan dan Perlengkapan Kompartemen Pasien
Periksa persediaan dan perlengkapan perawatan serta perlengkapan
”life support”. Pastikan bahwa telah dilakukan pemeriksaan atas setiap
peralatan yang harus dibawa dalam ambulans, dengan mencatat setiap
temuan pada laporan pemeriksaan. Peralatan tersebut tidak sekedar
diidentifikasi, namun harus diperiksa pula kelengkapan, keadaan, dan
fungsinya. Beberapa hal yang perlu dilakukan pemeriksaan meliputi:
1. Periksa tekanan tabung oksigen.
2. Pompa bidai udara dan periksa apakah ada kebocoran.
3. Pastikan semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan
baik.
4. Periksa juga apakah peralatan penyelamatan berdebu dan berkarat.
5. Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk memastikan bahwa
setrum aki berfungsi dengan baik.
6. Untuk perlengkapan khusus, seperti defibrilator eksterna otomatis (AED)
membutuhkan pemeriksaan tambahan.
7. Lengkapilah laporan pemeriksaan Anda. Perbaiki segala kekurangan.
Ganti barang- barang yang hilang. Pastikan pengawas Anda mengetahui
adanya kekurangan yang tidak bisa Anda perbaiki langsung.
8. Di akhir pemeriksaan, bersihkan unit ambulans untuk mengendalikan
kemungkinan adanya infeksi dan untuk memperbaiki tampilan. Menjaga
penampilan ambulans juga akan menambah kesan positif Ambulans
Anda di mata masyarakat. Mereka yang bangga pada pekerjaan ini, akan
menunjukkan rasa bangganya dengan menjaga penampilan
ambulansnya

14
2.7. PROSEDUR MENGOPERASIKAN AMBULANS GAWAT DARURAT
 Syarat Pengemudi Ambulans
Untuk menjadi seorang pengemudi ambulans yang aman, Anda harus :
1. Sehat secara fisik
2. Tidak boleh memiliki kelainan
3. Sehat secara mental
4. Emosi terkontrol
5. Tidak memainkan lampu dan sirine dengan sembarangan
6. Bisa mengemudi di bawah tekanan
7. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang
pengemudi
8. Bersikap toleran dengan pengemudi lain dan tidak mudah terpancing
emosi
9. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya
10. Mempunyai Surat Izin mengemudi yang masih berlaku
11. Pakai kaca mata/lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir
12. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri tekanan
perorangan, penyakit, kelelahan, dan mengantuk.
 Aturan ambulans gawat darurat di jalan raya
Pengemudi ambulans umumnya dibebaskan dari aturan kecepatan,
parkir, larangan menerobos lampu lalu lintas, dan arah jalan. Namun demikian,
peraturan juga menggariskan bahwa jika seorang pengemudi ambulans
mengemudikan kendaraannya tanpa memperdulikan keselamatan orang lain,
maka harus siap membayar konsekuensinya yaitu bisa berupa surat tilang,
gugatan pengadilan, atau bahkan ditahan untuk beberapa waktu. Berikut
adalah beberapa hal yang mencakup peraturan pengoperasian ambulans:
1. Pengemudi ambulans harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan
harus menyelesaikan program pelatihannya.
2. Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulans untuk tidak
mematuhi peraturan ketika ambulans digunakan untuk respon emergency
atau untuk transportasi pasien darurat. Ketika ambulans tidak dalam

15
respon emergency, maka peraturan yang berlaku bagi setiap pengemudi
kendaraan non-darurat, juga berlaku untuk ambulans.
3. Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut
tidak menjadikan pengemudi ambulans kebal terhadap peraturan
terutama jika mengemudikan ambulans dengan ceroboh atau tidak
memperdulikan keselamatan orang lain.
4. Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi
menggunakan alat-alat peringatan (warning devices) dengan tata cara
yang diatur oleh peraturan.
5. Sebagian besar undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan
emergensi untuk :
 Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak milik
atau membahayakan nyawa orang lain.
 Melewati lampu merah dan tanda berhenti. Beberapa negara
mengharuskan pengemudi ambulans untuk berhenti terlebih dahulu
saat lampu merah, lalu melintas dengan hati-hati. Negara lain hanya
menginstruksikan pengemudi untuk memperlambat laju kendaraan
dan melintas dengan hati-hati.
 Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkkan selama
tidak membahayakan nyawa dan hak milik orang lain.
 Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah
memberi sinyal yang tepat, memastikan jalurnya aman, dan
menghindari hal-hal yang membahayakan nyawa dan harta benda.
 Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan
berbelok ke arah tertentu, setelah memberi sinyal dan peringatan
yang tepat.
 Menggunakan Alat-alat Peringatan
Pengoperasian kendaraan emergensi yang aman dapat dicapai hanya
jika alat-alat peringatan dan sirine emergensi digunakan dengan tepat dan
dengan mengemudikan kendaraan secara difensif/hati-hati. Sirine adalah alat
peringatan audio yang paling banyak digunakan dalam pratek ambulans dan
juga paling sering disalahgunakan. Saat menyalakan sirine, pertimbangkan

16
efeknya yang bisa terjadi baik pada pengendara bermotor lainnya, pasien
dalam ambulans, maupun pengemudi ambulans itu sendiri. Di bawah ini
beberapa aturan penggunaan sirine ambulans gawat darurat:
1. Gunakan sirine secara bijak, dan gunakan hanya ketika perlu. Sirine hanya
digunakan jika pengemudi dalam respon emergency.
2. Pengemudi kendaraan bermotor cenderung untuk tidak memberikan jalan
pada ambulans jika sirine terlalu sering dinyalakan.
3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Jangan pernah
beranggapan bahwa semua pengendara kendaraan bermotor akan
mendengar sinyal Anda. Adanya bangunan, pepohonan, dan semak
belukar, radiotape dalam mobil dapat menghalangi suara sirine.
4. Bersiaplah terhadap manuver aneh pengemudi lain, karena beberapa
pengemudi menjadi panik jika mendengar bunyi sirine.
5. Jangan berada di dekat kendaraan lain lalu membunyikan sirine tiba-tiba.
Gunakan klakson ketika Anda berada dekat dengan kendaraan di depan
Anda.
6. Jangan menggunakan sirine sembarangan, dan jangan digunakan untuk
menakuti orang lain.
Klakson adalah perlengkapan standar pada setiap ambulans. Pengemudi
yang berpengalaman menyadari bahwa penggunaan klakson dengan bijak
dapat membuka jalur lalu lintas secepat sirine. Petunjuk penggunaan sirine
diaplikasikan juga untuk penggunaan klakson. Peralatan Peringatan Visual.
Dimanapun ambulans berada di jalan, siang ataupun malam, lampu depan
harus selalu dinyalakan. Hal ini dapat meningkatkan jarak pandang kendaraan
terhadap pengemudi lain.
 Kecepatan dan Keselamatan
Sebagai pengemudi ambulans, kemudikanlah ambulans dengan hati-
hati. Kecepatan yang tinggi akan membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk
berhenti, sehingga dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan. Perlu
diingat untuk selalu melintasi persimpangan dengan lampu peringatan
peringatan, hindari menikung tiba-tiba, dan selalu menyalakan lampu

17
penunjuk arah. Pastikan bahwa pengemudi ambulans dan semua penumpang
menggunakan sabuk pengaman saat ambulans sedang berjalan.
 Pengiriman Ambulans Lebih Dari Satu atau dengan Kendaraan Pengiring
Ketika polisi mengiringi ambulans mengantar ke lokasi kejadian,
mungkin akan timbul beberapa bahaya tambahan. Seringkali terjadi,
pengemudi ambulans yang tidak berpengalaman mengikuti mobil pengiring
terlalu dekat dan tidak bisa menghentikan ambulans saat kendaraan di
depannya berhenti mendadak. Karena bahaya yang timbul akibat adanya
pengiring, sebagian besar sistem EMS tidak merekomendasikan pengiriman
ambulans dengan kendaraan pengiring kecuali pengemudi ambulans tidak
mengenal lokasi pasien (atau rumah sakit) sehingga harus dipandu oleh polisi.
Pada pengiriman ambulans lebih dari satu, bahaya yang timbul dapat
serupa seperti yang ditimbulkan kendaraan pengiring, terutama ketika iringan
kendaraan melaju pada satu arah yang sama, dengan jarak yang terlalu
berdekatan. Bahaya besar juga terjadi ketika dua ambulans melintasi
persimpangan jalan pada saat yang sama. Pada intinya, pengemudi ambulans
harus memberikan perhatian lebih saat melintasi persimpangan untuk
pengiriman ambulans lebih dari satu.
 Mencari Jalur Alternatif
Jika diperkirakan bahwa ambulans akan terlambat mencapai lokasi
pasien, pengemudi ambulans harus mempertimbangkan sebuah jalur alternatif
atau meminta pengiriman ambulans lain. Beberapa tips untuk antisipasi
adanya kemacetan:
1. Perkirakan waktu-waktu di mana perubahan keadaan dapat
mempengaruhi kecepatan pengiriman.
2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan Anda. Kemudian tandai titik-titik
pada peta yang biasa timbul masalah lalu lintas seperti area sekolah,
jembatan, terowongan, persimpangan rel kereta api, dan area-area padat.
3. Tandai juga keadaan-keadaan lain yang bisa timbul sewaktu-waktu seperti
lokasi pembangunan dan perbaikan jalan ataupun adanya jalan memutar
yang panjang maupun pendek.

18
4. Gunakan warna yang berbeda, tandai jalur alternatif, jalur salju, dan lain
sebagainya.
5. Gantung sebuah peta di pangkalan dan letakkan sebuah peta lain di dalam
ambulans. Sehingga jika Anda kelak menghadapi wilayah yang
bermasalah, Anda akan dapat memilih jalur alternatif yang mampu
mengantarkan Anda ke tujuan dengan lebih cepat dan lebih aman.
 Menempatkan Ambulans di Lokasi Kejadian Kecelakaan/Tabrakan
Ketika mengirimkan ambulans ke lokasi kejadian kecelakaan/tabrakan
kendaraan, pastikan untuk mengambil segala tindakan guna melokalisir tempat
kejadian.
1. Lakukan penilaian keamanan lokasi dan tentukan area-area berbahaya di
sekitar lokasi kejadian.
2. Parkirlah ambulans sekurang-kurangnya 100 kaki dari rongsokan
kendaraan, jika terlihat ada nyala api, atau kebocoran cairan dan asap
yang berbahaya. Jika tidak tampak nyala api atau kebocoran cairan dan
asap, parkir sekurang-kurangnya 50 kaki dari rongsokan. set rem parkirnya
dan letakkan baji pengganjal roda di bawah ban sedemikian rupa sehingga
pergerakan maju akan tertahan bila ambulans terdorng.
3. Parkirlah ambulans Anda di belakang rongsokan kendaraan (dari arah
keadatangan Anda) jika Anda adalah kendaraan emergensi pertama yang
ada di lokasi kejadian sehingga lampu peringatan anda dapat
memperingatkan kendaraan bermotor lain yang mendekat sebelum nyala
api atau tanda lain diletakkan.
4. Jika lokasi kejadian telah diamankan oleh polisi atau pihak lain. Parkirlah
di depan rongsokan kendaraan untuk mencegah ambulans Anda tertabrak
arus lalu lintas yang datang dari belakang.
5. Minta seseorang berada di belakang ambulans untuk bertindak sebagai
pengarah dan pemandu Anda ketika memundurkan ambulans untuk
mengambil pasien, anda memiliki keterbatasan pandangan jika sekedar
mengandalkan spion dan kemungkinan resiko menabrak pejalan kaki,
benda, atau kendaran lain.

19
2.8. Fase pemanggialan ambulance
a. Persiapan pemanggilan
Persiapan pemanggilan terdiri dari cek peralatan, cek komunikasi, dan
memastikan kebersihan
b. Pengiriman & jawaban
Akses central, ketersediaan 24 jam, dan personel terlatih di unit gawat
darurat.
c. Transfer pasien ke ambulan
d. Membawa pasien
e. Pengakhiran panggilan
Pengakhiran panggilan terdiri dari beberapa yaitu :
 Beritahu pengiriman.
 Siapkan untuk panggilan berikutnya
 Melengkapi peralatan
 Mengisi bahan bakar
 Melengkapi berkas laporan
 Pembersihan keseluruhan dan desinfeksi
 Beritahu pengiriman.

Selain hal-hal di atas, hal penting lainnya adalah tenaga kesehatan yang
terampil dalam menangani pasien emergency mulai dari pengkajian dan triage
karena hal tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap penanganan dan
kondisi pasien.

20
2.9. Type ambulans
a. Type I – Conventional truck cab-chassis with a modular ambulance body

b. Type II – Standard van, forward control integral cab-body ambulance

c. Type III – Specialty van, forward control integral cab-body ambulance

21
d. Medium duty

2.10. AMBULANCE REFERAL


1. Pengertian Rujukan Ambulans
Rujukan Ambulans adalah suatu cara atau teknik pemindahan pasien
dari suatu tempat layanan kesehatan ke pusat layanan kesehatan lain yang
fasilitasnya lebih lengkap dengan prosedur tertentu. Biasanya rujukan ini
dilakukan dengan cara melakukan komunikasi yang baik antara Rumah Sakit dan
juga tenaga medis di ambulans agar tidak ada kesalahan dalam membawa pasien
dan Rumah Sakit pun juga akan segera siap untuk menyiapkan keperluan yang
mungkin dibutuhkan oleh pasien.

22
2. Alur Sistem Rujukan

Penilaian Dokter di Rumah Sakit asal


pasien agar dirujuk atau tidak

Rumah Sakit asal menghubungi Rumah


sakit Tujuan untuk menanyakan tempat
dan menjelaskan maksud rujukan

Rumah Sakit Tujuan Menyanggupi Rumah sakit Tujuan tidak


menyanggupi

Keluarga pasien membicarakan


Rumah sakit asal mencari
proses administrasi dengan Rumah
alternatif Rujukan lain
Sakit Tujuan

Proses administrasi Beres

Rumah sakit Tujuan Menyiapkan


Tempat dan Peralatan Untuk Pasien

Pasien di Rujuk Ke Rumah Sakit Tujuan


Menggunakan Ambulance

Pelaksanaan Sistem rujukan di Indonesia Telah diatur dengan bentuk bertingkat


atu berjenjang yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga
dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri secara sendiri sendiri namun berada
di Suatu Sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer
tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan
tanggung jawab ke pelayanan kesehatan di atasnya.
3. Pengaturan Sistem Rujukan Di Indonesia
Di Indonesia Sendiri pengaturan sistem rujukan kesehatan Telah dirumuskan
dalam Permenkes No.1 Tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan

23
merupakan penyelenggaraan layanan kesehatan yang mengatur pelayanan
tugas dan tanggung jawab timbal balik baik vertikal maupun horizontal.
4. Tujuan Sistem Rujukan
a. Dihasilkannya Pemerataan upaya kesehatan dalam rangka penyelesaian
masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna
b. Meningkatkan mutu, cakupan, dan efisiensi pelayanan kesehatan secara
terpadu
c. Mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat
menurunkan AKI dan AKB
d. Setiap penderita mendapatkan pertolongan yang sebaik-baiknya
e. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan
laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap
fasilitasnya.
f. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan
dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer
5. Macam-macam Rujukan
a. Rujukan vertikal
Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang
berbeda tingkatan. Rujukan vertikal dari pelayanan kesehatan yang lebih
rendah ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dilakukan jika:
 Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub
spesialistik
 Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan,
dan atau ketenagaan

Rujukan vertikal dari tingkat pelayanan lebih tinggi ke tingkat pelayanan


lebih rendah dilakukan apabila:

 Permasalahan pasien dapat ditangani oleh tingkat pelayanan yang


lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannnya.

24
 Kompetensi atau pelayanan pelayanan tingkat pertama atau kedua
lebih baik dalam menangani pasien tersebut
 Pasien memerlukan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh
tingkat pelayanan yang lebih rendah
 Untuk alasan kemudahan, efisiensi, dan pelayanan jangka panjang
 Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana prasarana,
peralatan dan atau ketenagaan

b. Rujukan Horizontal
Rujukan Horizontal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan dalam
satu tingkatan. Rujukan Horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena
keterbatasan fasilitas, peralatan, dan atau ketenagaan yang sifatnya
sementara atau menetap.

6. Manfaat Sistem Rujukan:


a. Dari Sudut Pandang Pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy maker):
manfaat sistem rujukan adalah membantu menghemat dana karena tidak
perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap
sarana kesehatan, memperjelas sistem pelayanan kesehatan karena
terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia,
memudahkan pekerjaan administrasi terutama pada aspek perencanaan.
b. Dari sudut pandang masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan
(health costumer): manfaat sistem rujukan adalah meringankan biaya
pengobatan karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang, mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana
pelayanan kesehatan.
c. Dari sudut Rumah Sakit dan Tenaga Kesehatan sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan (health provider): manfaat sistem rujukan adalah
memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif

25
lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi, membantu
peningkatan pengetahuan dan keterampilan yaitu kerjasama yang terjalin,
memudahkan atau meringankan beban tugas karena setiap layanan
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
7. Dalam membina Sistem Rujukan Perlu diperhatikan beberapa Hal seperti
berikut:
a. Regionalisasi
Regionalisasi adalah pembagian wilayah pelaksanaan sistem rujukan.
Pembagian wilayah ini didasarkan atas wilayah secara administratif, tetapi
dimana perlu didasarkan atas lokasi atau mudahnya sistem rujukan itu
dicapai. Hal ini untuk menjaga agar pusat rujukan mendapat arus penderita
secara merata.
b. Penyaringan (sreening)
Tiap unit kesehatan diharapkan melakukan penyaringan terhadap penderita
yang akan disalurkan dalam sistem rujukan. Penderita yang dapat dilayani
oleh sistem kesehatan tersebut tidak perlu dikirim ke unit lain yang lebih
mampu.
c. Kemampuan Unit Kesehatan dan Petugas
Kemampuan unit kesehatan tergantung pada macam petugas dan
peralatannya. Walaupun demikian diharapkan mereka dapat melakukan
keterampilan tertentu.
8. Contoh Sistem Rujukan Pada Kecelakaan Lalu Lintasdi Indonesia
a. Dislokasi Sendi: yaitu bergesernya benggol sendi pada kapsul sendi. Apabila
keadaan masih lemas pasien bisa dimasukkan namun apabila lebih dari 6 jam
sebaiknya pasien segera dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan penanganan.
b. Patah Tulang dengan gangguan Pembuluh darah: ditandai dengan tungkai
dingin, kebiruan dan timbulnya rasa baal. pada kondisi ini sebaiknya segera
telepon ambulans di nomor 118 dan segera membawanya ke Rumah Sakit untuk
mendapatkan pertolongan.
c. Sindrom Kompartemen: merupakan keadaan yang beresikobesar menimbulkan
kecacatan pada pasien, saat hal ini terjadi maka segera telepon ambulance 118
agar segera membawa pasien ke Rumah Sakit yang memadai.

26
d. Patah Tulang Paha: Harus Segera dibawa ke rumah sakit kurang dari 8 jam
karena pasien bisa kehabisan darah.
e. Patah tulang Leher: Sebaiknya amankan tulang leher agar tetap lurus salah
satunya dengan memakai neck collar dan segera telepon ambulans di 118 untuk
segera dibawa ke Rumah sakit dan mendapat penanganan yang tepat.

Sedangkan di Inggris Sendiri Teknik Pertolongan Pasien dari Tempat Kejadian ke


Ambulance Sendiri dilakukan dalam kurun waktu kurang ebih 8 menit pada Catagory
A atau kejadian yang membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat dan 19 menit
pada Catagry B yaitu kategori yang tidak membutuhkan pelayanan yang sangat
cepat dengan durasi panggilan sampai penanganan 19 menit melalui panggilan
ambulance di nomor 999. Alur penanganan ambulance di Inggris sendiri adalah
seperti berikut.

Panggilan Panggilan
Informasi Ambulans Ambulans
Tersambung diterima
Diterima Disiapkan Datang
pada ruang atau
pengontrolan dijawab

Standard Baru di Inggris Standart Lama Pengoperasian ambulans di Inggris

Menurut pada jurnal pertama tentang rujukan dan sistem distribusi pasien di
Inggris percaya bahwa semakin singkat waktu yang diberikan untuk membawa pasien ke
Rumah sakit maka akan semakin meningkatkan keselamatan, keamanan, dan
keakuratan pasien. Dari dua categori tersebut disimpulkan bahwa waktu pengambilan
dan penyaluran pasien ke rumah Sakit dengan ambulans selama 8 menit dengan sistem
diatas akan menjadi acuan yang meningkatkan keefektifan penyelamatan pasien di masa
mendatatang dan akan dijadikan metode penyelamatan emergency terbaru di Inggris.

27
Sayangnya, belum semua wilayah di Inggris yang bisa mempraktekkan sistem ini
dikarenakan sarana prasarana yang tersedia belum memungkinkan untuk melakukan
sistem ini.

Pada Jurnal Kedua disebutkan Bahwa sistem yang lebih tepat dipakai dalam
pendistribusian pasien adalah menggunakan sistem rugby. Pada Jurnal New zeeland
tersebut disebutkan bahwa ambulans lebih berespon cepat pada kasus keracunan
alkhohol namun pada kasus pada zona aman yang masih bisa dilakukan monitoring ada
beberapa cara yang bisa dilakukan tenaga kesehatan untuk meningkatkan kemampuan
skill mereka seperti:

 Menyediakan lingkungan yang lengkap peralatannya nyaman dan mendukung


penyelamatan pasien oleh tenaga medis profesional
 Melarang Ambulance yang peralatannya tidak lengkap dan rusak untuk
menolong pasien lebih jauh
 Mengurangi kesalahan atau mengeliminasi kesalahan pada penanganan pasien
emergency yang meliputi ambulans, tenaga paramedis, dan staff ED dan lebih
berfokus untuk menangani kasus gawat darurat yang membutuhkan perawatan
yang segera dan tepat karena mengancam nyawa.

Kebanyakan kasus Emergency serius dan butuh penanganan segera di New Zeland
adalah kasus drug abuse atau penyalahgunaan obat dan keracunan obat dan alkhohol.
Untuk biaya Pendistribusian pasien dan rujukan sendiri di New Zeland masih tergolong
tinggi yaitu sekitar 18.000 dolar New Zeland sampai 33.500 dolar New Zeland padahal
masih banyak masyarakat dengan ekonomi kurang mampu di New Zeland jadi tugas
perawat dan tenaga medis lainnya adalah meningkatkan skill mereka dan mengeliminasi
biaya tambahan yang bisa memperberat biaya pasien sehingga diharapkan kedepannya
sewa untuk penggunaan dan rujukan pasien menggunakan ambulans akan lebih murah
lagi.

Peran Perawat :

1. Membuat laporan tertulis tentang pasien.


2. Meningkatkan skill, seperti :

28
1. Menyediakan lingkungan yang lengkap peralatannya nyaman dan
mendukung penyelamatan pasien
2. Melarang Ambulance yang peralatannya tidak lengkap dan rusak untuk
menolong pasien
3. Mengurangi kesalahan atau mengeliminasi kesalahan pada penanganan
pasien emergency dan lebih berfokus untuk menangani kasus gawat darurat
yang membutuhkan perawatan yang segera dan tepat karena mengancam
nyawa.

29
BAB 3

PENUTUP

2.1. KESIMPULAN
Ambulans Gawat Darurat (Emergency Ambulance) adalah unit
transportasi medis yang didesain khusus dan berbeda dengan transportasi
lainnya. Ambulans gawat darurat didesain agar dapat menangani pasien gawat
darurat, memberikan pertolongan pertama dan melakukan perawatan intensif
selama dalam perjalanan menuju rumah sakit rujukan. Ambulans gawat darurat
juga harus memenuhi aspek hygiene dan ergonomic. Selain itu ambulans gawat
darurat juga harus dilengkapi dengan peralatan yang lengkap dan dioperasikan
oleh petugas yang professional di bidang pelayanan gawat darurat.

30
Referensi

Wankadhe, Paresh. 2010. Performance measurement and the UK emergency ambulance


service. (online) www.emeraklinsight.com/0951.3558.htm. diakses tanggal 27 Februari
2014

Weaver Amanda et all. 2013. Ambulance triage and treatment zones at major rugby
events in ellington, New Zealand: a sobering experience. (online) www.proquest.com.
Diakses tanggal 27 Februari 2014.

31

Anda mungkin juga menyukai