Anda di halaman 1dari 13

STASE KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS

Oleh :
JOKO TRI SUHARSONO S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2009
FEBRIS
A. PENGERTIAN
Febris atau demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,2ºC.
Hiperpireksia adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi 41,2 ºC
atau lebih.
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu
tubuh secara abnormal.
Tipe demam yang mungkin dijumpai antara lain :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan
keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang
sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada
dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
waspada terhadap infeksi bakterial.

B. ETIOLOGI
Penyebab dari demam antara lain dimungkinkan oleh :
1. Infeksi
2. Toksemia
3. Keganasan
4. Pemakaian obat.
5. Gangguan pada pusat regulasi suhu tubuh, seperti pada heat stroke,
perdarahan otak, koma, atau gangguan sentral lainnya.
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa
hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 0C
dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu
secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis
lainnya.

C. PATOFISIOLOGI
Tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup
ampuh terhadap infeksi dan peninggian suhu tubuh memberikan suatu peluang
kerja yang optimal untuk sistem pertahanan tubuh. Demam terjadi karena
pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh
pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu
hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Pirogen adalah
suatu protein yang identik dengan interkulin-1, di dalam hipotalamus zat ini
merangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis
prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia. Pengaruh
pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokontriksi perifer
sehingga pengeluaran panas menurun dan pasien merasa demam. Suhu badan
dapat bertambah tinggi karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga
mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena kurang adekuat
penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Suhu badan lebih 37,2 ºC
2. Banyak berkeringat
3. Pernafasan meninggi
4. Menggigil

E. PENGKAJIAN
1. Melakukan anamnese riwayat penyakit meliputi: sejak kapan timbul
demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual muntah, nafsu
makan, diaforesis, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah anak menggigil,
gelisah atau letargi, upaya yang harus dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik.
3. Melakukan pemeriksaan ensepalokaudal: keadaan umum, vital sign.
4. Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti: pemeriksaan laboratotium,
foto rontgent ataupun USG.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik bertujuan untuk mengatahui penyebab dari
demam yang dapat meliputi :
1. Laboratorium : sero-imunologi, mikrobiologi, hemato-kimia klinik.
2. Biopsi
3. Endoskopi
4. Ultrasonografi
5. Scanning
Pemeriksaan penunjang:
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap
untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat
diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau
sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang
dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi.

G. PATHWAY

Infeksi Toksemia Keganasan Pemakaian obat Gangguan pada pusat


regulasi suhu tubuh

Febris

Hipertemia Suhu badan > 37,2 ºC

Banyak berkeringat Pernafasan meninggi Menggigil

Resiko defisit
volume cairan

H. PENATALAKSANAAN
Usaha untuk mengatasi “demam belum terdiagnosa” adalah dengan
terapi ad juvantivus. Prinsip pelaksaannya adalah bahwa obat yang digunakan
harus berdasarkan suatu indikasi yang kuat sesuai pengalaman setempat dan harus
bersifak spesifik. Antara lain dengan cara :
1. Klorampenikol untuk persangkaan demam tifoid
2. Obat antituberkulosis untuk persangkaan TBC
3. Aspirin untuk demam remautik
4. Antikoagulasia untuk emboli paru
5. Kortikosteroid untuk keadaan seperti lupus eritematosus sistemik.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertemia berhubungan dengan penyakit atau trauma
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun
3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif
J. ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
. keperawatan
1. Hipertermia Tujuan : Suhu tubuh normal - Beri kompres air hangat - Kompres air hangat akan
berhubungan Kriteria hasil : terjadi penurunan panas secara
dengan penyakit - Suhu tubuh antara 36 – 37 bertahap
atau trauma - Nyeri otot hilang - Berikan/anjurkan pasien untuk - Untuk mengganti cairan tubuh
banyak minum 1500-2000 cc/hari yang hilang akibat evaporasi.
( sesuai toleransi )
- Anjurkan pasien untuk - Memberikan rasa nyaman dan
menggunakan pakaian yang tipis pakaian yang tipis mudah
dan mudah menyerap keringat menyerap keringat dan tidak
merangsang peningkatan suhu
tubuh
- Observasi intake dan output, - Mendeteksi dini kekurangan
tanda vital (suhu, nadi, tekanan cairan serta mengetahui
darah) tiap 3 jam sekali atau lebih keseimbangan cairan dan
sering. elektrolit dalam tubuh. Tanda
vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum
pasien.
- Kolaborasi : pemberian cairan - Pemberian cairan sangat
intravena dan pemberian obat penting bagi pasien dengan
sesuai program. suhu tubuh yang tinggi. Obat
khususnya untuk menurunkan
suhu tubuh pasien.
2. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan
cairan berhubungan keperawatan selama
dengan kehilangan Fluid management
cairan aktif  Timbang popok/pembalut jika - Mengetahui jumlah
diperlukan kehilangan cairan pasien.
 Pertahankan catatan intake - Mengetahui keseimbangan
dan output yang akurat cairan tubuh.
 Monitor status hidrasi
NOC: ( kelembaban membran mukosa, - Mencegah sedini mungkin
≈ Fluid balance nadi adekuat, tekanan darah komplikasi
≈ Hydration ortostatik ), jika diperlukan
≈ Nutritional  Monitor vital sign
Status : Food and Fluid  Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake kalori - Mengevaluasi keadaan
Intake
harian umum pasien.
Kriteria Hasil :
 Kolaborasikan pemberian - Menghitung masukan oral
≈ Mempertahanka pasien.
n urine output sesuai cairan intravena IV
dengan usia dan BB, BJ  Monitor status nutrisi
- Mencegah dehidrasi
urine normal, HT  Dorong masukan oral
pasien
normal  Berikan penggantian
≈ Tekanan darah, nesogatrik sesuai output - Memberikan suplay cairan
nadi, suhu tubuh dalam  Dorong keluarga untuk tubuh.
batas normal membantu pasien makan - Mengetahui secara dini
≈ Tidak ada tanda  Tawarkan snack ( jus buah, gangguan elektrolit.
tanda dehidrasi, buah segar ) - Menjaga keseimbangan
Elastisitas turgor kulit  Kolaborasi dokter jika tanda cairan tubuh
baik, membran mukosa cairan berlebih muncul meburuk
lembab, tidak ada rasa  Atur kemungkinan tranfusi - Mengoptimalkan masukan
haus yang berlebihan  Persiapan untuk tranfusi oral.

Hypovolemia Management - Mengurangi kejenuhan


 Monitor status cairan pada pasien
termasuk intake dan ourput
cairan - Menjaga komplikasi
 Pelihara IV line secara dini.
 Monitor tingkat Hb dan
hematokrit - Menjaga keseimbangan
 Monitor tanda vital cairan,
- Menjaga terjadinya
 Monitor responpasien
anemia.
terhadap penambahan cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk - Menghitung masukan dan
menambah intake oral haluaran.
 Pemberian cairan Iv monitor
adanya tanda dan gejala - Menjaga infeksi
kelebihanvolume cairan nosokomial.
 Monitor adanya tanda gagal - Mengevaluai
ginjal hemokonsentrasi darah pasien.
- Mengathui keadaan umum
pasien.
- Mengevaluasi pengethuan
pasien
- Mengevaluasi kenaikan
berat badan
- Mensuplay masukan oral.,
- Untuk mengetahui dan
menjaga over hidrasi.
- Mengethui secara dini
PGK
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3 x 24 jam - Kaji adanya alergi makanan - Menghindari terjadinya
kebutuhan tubuh menunjukan status gizi: asupan alergi, kembali.
berhubungan makanan, cairan dan zat gizi, - Kolaborasi dengan ahli gizi - Mencegah dehidrasi.
dengan dengan indikator sebagai untuk menentukan jumlah kalori
ketidakmampuan berikut : dan nutrisi yang dibutuhkan
dalam memasukkan - Melaporkan pasien.
makanan karena keadekuatan tingkat energy - Anjurkan pasien untuk - Mencegah suplai vit. Fe.
factor biologi - Menunjukkan meningkatkan intake Fe
peningkatan fungsi - Anjurkan pasien untuk - Mencegah malnutrisi.
pengecapan dari menelan meningkatkan protein dan
- Tidak terjadi penurunan vitamin C
berat badan yang berarti - Berikan substansi gula - Mencegah optimalisasi
- Yakinkan diet yang dimakan - Mencegah konstipasi.
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan yang - Memudahkan oral.
terpilih ( sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
- Ajarkan pasien bagaimana - Memandirikan pasien.
membuat catatan makanan
harian.
- Monitor jumlah nutrisi dan - Mengetahui intake
kandungan kalori masukan.
- Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi - Mencegah salah ruangan.
- Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi yang - Mengetahui kebutuhan
dibutuhkan nutrisinya.

Nutrition Monitoring
- Monitor adanya penurunan
berat badan - Mengetahui keseimbangan
- Monitor tipe dan jumlah cairan.
aktivitas yang biasa dilakukan - Mengetahui pengeluaran
- Monitor interaksi anak atau kaliori
orangtua selama makan - Mengetahui trauma anak
- Monitor lingkungan selama terhadap RS.
makan - Mencegah penularan
- Jadwalkan pengobatan dan penyakit
tindakan tidak selama jam - Mengurangi gangguan
makan makan.
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi - Mengetahui tanda
- Monitor turgor kulit komplikasi secara dini.
- Monitor makanan kesukaan - Mengetahui kekenyalan
- Monitor kalori dan intake kulit.
nuntrisi - Menambah porsi makan.
- Catat adanya edema, - Mengetahui kerusakan
hiperemik, hipertonik papila sistemik
lidah dan cavitas oral. - Mengetahui kerusakan
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Engel, J. 1998. Pengkajian pediatrik. Jakarta: EGC

Johnson., Mass. 1997. Nursing Outcomes Classification, Availabel on:


www.Minurse.com, 14 Mei 2004

McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention


Classsification (NIC). Mosby, St. Louise.

NANDA. 2005-2006. Nursing Diagnosis: Deffinition & Classification.


Philadhelphia.

Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 3. Edisi 12. EGC. Jakarta.

Noer, S. 1996. Buku ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI

Perry & Potter. 2005. Buku ajar: Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta:
EGC

Wilson, M.N. dan Price, A.S. 1995. Patofisiologi :Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Buku 2. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai