Anda di halaman 1dari 7

.

Bahan Restorasi Gigitiruan Mahkota


Restorasi gigitiruan cekat dapat dibuat dari berbagai macam bahan restorasi
diantaranya akrilik, porselen dan logam. Dalam penggunaannya, bahan restorasi tersebut
sangat berpengaruh terhadap kesehatan jaringan periodontal, terutama dalam hubungannya
dengan tepi preparasi subgingiva. Beberapa sifat bahan harus dipertimbangkan ketika bahan
tersebut dipilih untuk digunakan secara klinis. Pertimbangan ini termasuk biokompatibilitas,
sifat fisik dan kimia, karakteristik penanganan, estetik, dan segi ekonomis. 6
Pada permulaan abad ke-19 penggunaan basis dari bahan logam emas dimulai. Teknik
casting bahan logam emas sudah lama dikenal oleh bangsa Mesir dan pandai emas dari
Salomon dalam pembuatan perhiasan kuil-kuil. Pada tahun 1907 Taggart adalah orang
pertama yang menggunakan teknik tersebut dalam pembuatan inlay dan gigitiruan dari bahan
emas. Namun karena sifat emas yang lunak akhirnya dikembangkanlah logam aloi yang
mempunyai kekuatan yang lebih baik daripada logam emas yaitu sifatnya yang lebih tahan
terhadap tekanan kunyah. 7
Namun lambat laun kebutuhan akan estetis pasien pengguna gigitiruan meningkat
sehingga sekitar tahun 1935 penggunaan akrilik sebagai bahan restorasi gigi tiruan mulai
dijajaki. Tetapi sekarang akrilik tidak dipergunakan lagi sebagai bahan pembuat gigi tiruan
karena banyaknya laporan tentang seringnya bahan ini menimbulkan reaksi alergi bagi
penggunaannya.7
Akibat reaksi alergi yang sering ditimbulkan oleh akrilik orang mulai mencari
bahan restorasi lain yang mempunyai estetik yang memuaskan tetapi tidak toksik dan tidak
menimbulkan alergi terhadap jaringan mukosa rongga mulut dan bahan restorasi itu biasa
disebut porselen. Pengguna porselen mulai populer sejak 1970 sebagai bahan dari basis gigi
tiruan karena selain lebih estetik, porselen tidak menimbulkan reaksi alergi pada pasien. 7
II.3.1. Akrilik
Lebih dari 60% elemen gigitiruan di Amerika Serikat dibuat dari resin akrilik atau
resin vinil akrilik. Seperti diduga, kebanyakan elemen gigitiruan resin memiliki basis dengan
susunan linier poli (metil metakrilat). Resin poli (metil metakrilat) yang digunakan dalam
pembuatan elemen gigitiruan adalah serupa dengan yang digunakan untuk pembuatan basis
protesa. Namun besarnya ikatan silang dalam elemen gigitiruan adalah lebih besar
dibandingkan dengan basis protesa yang terpolimerisasi. Peningkatan ini diperoleh dengan
meningkatnya jumlah ikatan silang dalam cairan basis protesa, yaitu monomer. Polimer
hasilnya menunjukkan peningkatan stabilitas dan sifat klinis yang disempurnakan. 8
Resin akrilik dipakai sebagai basis gigitiruan oleh karena bahan ini memiliki sifat tidak
toksik, tidak iritasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik balk, mudah dimanipulasi, reparasinya
mudah dan perubahan dimensinya kecil.9
Poli(metil metakrilat) murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat. Untuk
mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi, polimer diwarnai untuk mendapatkan
warns dan derajat kebeningan. Warna serta sifat optik tetap stabil di bawah kondisi mulut yang
normal dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk aplikasi kedokteran gigi. Satu
keuntungan poli(metil metakrilat) sebagai bahan basis gigitiruan adalah relatif mudah
pengerjaannya. Kurang kuat, mudah patah, tidak cukup tegar dan menyerap cairan mulut,
merupakan beberapa kelemahan resin.8
II.3.2. Porselen
Ada beberapa kategori porselen gigi: porselen konvensional yang mengandung
leucite, porselen yang diperkaya leucite, porselen ultra-low-fusing yang mungkin
mengandung leueite, porselen-kaca, porselen inti khusus ( alumina, alumina yang diperkaya
kaca, magnesia dan spinel ), dan porselen CAD – CAM. 10
Porselen gigi dapat diklasifikasi menurut tipe ( porselen feld spathic, porselen yang
diperkaya leucite, porselen alumina, alumina yang diinfiltrasi kaca, spinel diinfiltrasi kaca,
dan porselen-kaca ), menurut kegunaan ( gigitiruan, vinir, porselen logam, inlai, mahkota,
dan jembatan anterior), menurut metode pemprosesan sintering, pengecoran, atau mesin ),
menurut metode pemprosesan (sintering, pengecoran, atau mesin), menuntut materi
substruktur (logam cor, logam swaged, porselen-kaca, porselen CAD-CAM atau inti
porselen sintering). Metode pembuatan restorasi porselen mencakup koridensasi dan
sintering.10
Komposisi porselen gigi konvensional adalah porselen vitreus (seperti kaca) yang
berbasis pada anyaman silica (SiO2) dan feldspar potas (K 2OAl2O3.6SiO2) atau keduanya.
Pigmen, bahan opak, dan kaca ditambahkan untuk mengontrol temperatur penggabungan,
temperatur sintering, koefisien ekspansi eksternal, dan kelarutan. Feldspar yang digunakan
untuk porselen gigi relatif murni dan tidak berwarna. Jadi, harus restorasi sewarna gigi yang
sesuai dengan gigi tetangganya. 10
Gambar 3. Mahkota Porselen
(Sumber :[internet]. Accesess on: 02 November 2010. Available
from :http://www.google.co.id/image/.php)

Sifat-sifat porselen : 10
1. Semua sisa air yang ada akan menguap selama pembakaran, disertai dengan hilangnya
bahan pengikat (bila ada). Besarnya pengerutan berkisar 30 - 40 persen; terutama
disebabkan oleh berkurangnya rongga-rongga udara selama proses pembulatan. Porselen
tidak popular selama pembuatan inlay, oleh karena sukar mendapatkan hasil dengan
ketepatan yang dibutuhkan.
2. Porositas, adanya gelernbung-gelembung udara merupakan hal yang tidak dapat
dihindari pada pembakaran porselen. Ini dapat menurunkan kekuatan bahan dan
translusensi. Untuk mengurangi porositas tersebut beberapa peneliti menganjurkan cara
sebagai berikut :
a) Pembakaran pada tungku hampa tekanan untuk mengeluarkan air
b) Pembakaran dengan adanya suatu gas yang dapat merembes ke luar dari porselen
c) Pendinginan dibawah tekanan untuk mengurangi resultante besarnya pori-pori
3. Sifat kimia : Salah satu daya tarik utama dari porselen sebagai bahan restorasi gigi
adalah bahwa bahan ini tidak rusak karena pengaruh kimia pada hampir semua pada
kondisi lingkungan mulut
4. Sifat mekanis : porselen adalah bahan yang rapuh. Penemuan bahan porselen beberapa
tahun ini diarahkan pada tercapainya sifat-sifat mekanis yang baik. seperti pada porselen
alumina.
5. Sifat termis : sifat pengantar panas yang rendah dan koefisien termal ekspansinya sangat
mendekati email dan dentin
6. Estetis : porselen menunjukkan nilai estetik yang baik, meskipun demikian apabila
semen larut, dan terbentuk celah pada tepi restorasi, maka ini akan menyebabkan
terjadinya perubahan warna oleh sisa-sisa makanan.
Keunggulan dental porselen dibandingkan dengan bahan aklirik antara lain : 10
1. Lebih keras dan lebih kuat pada ketebalan tertentu
2. Mempunyai permukaan yang lebih mengkilap (bila proses glaze dilakukan dengan baik)
3. Lebih tahan terhadap pengikisan / abrasi
4. Warnanya lebih stabil selama pemakaian
5. Tidak memberikan reaksi jaringan
Kekurangan yang utama adalah sifat kerapuhannya bila ketebalannya kurang penyusutan
selama pembakaran. 10
II.3.3. Logam
Bahan yang biasa digunakan untuk membuat gigitiruan adalah logam, akrilik dan
porselen. Adapun logam yang biasa dipakai adalah aloi emas, aloi chromium cobalt, dan
aloi chromium nikel. Ketiga bahan gigi tersebut dapat dipilih sesuai kebutuhan dan
disesuaikan dengan ketersediaan biaya. 11
Logam dan aloi berperan penting dalam bidang kedokteran gigi. Material ini sering
digunakan pada praktek kedokteran gigi, termasuk dental laboratorium, restorasi langsung
dan tidak langsung serta alat yang digunakan untuk preparasi dan manipulasi gigi. Paduan
logam dasar mempunyai kekuatan lebih baik dan lebih ekonomis dari segi biaya bila
dibandingkan dengan paduan logam mulia terutama dalam pembuatan mahkota tiruan dan
restorasi jembatan. Logam padu tuang tembaga (Cu aloi) dan logam padu tuang perak (Ag
aloi) masih digunakan sebagai bahan restorasi karena cukup keras sehingga mampu menahan
daya kunyah, dapat dipoles dengan baik, tidak rnenyebabkan efek samping dan mudah
pengelolaannya. Ni-Cr aloi secara luas digunakan untuk mengganti mahalnya precious metal
aloi dan dapat mencegah korosi. Dalam mendeteksi logam tuang untuk suatu restorasi perlu
dipertimbangkan kekasaran permukaan hasil tuangan logam, sebab kadang permukaan dari
hasil tuangan logarn, terutama pada daerah tertentu kasar dan tidak sesuai dengan cetakan.
Kekasaran permukaan dari restorasi tuang bisa mempersulit dalam proses finishing atau
polishing dan dapat memperlemah suatu restorasi tuang. Permukaan yang kasar merupakan
faktor yang paling besar untuk terjadinya perlekatan plak. 12

Gambar 4. Mahkota Tiruan dari Logam


(Sumber :[internet]. Accesess on: 02 November 2010. Available
from :http://www.google.co.id/image/.php)
Pengembangan Dan Modifikasi Estetik Ilmu pengetahuan selalu berkembang terus untuk
memperbaiki produk, teori maupun untuk mencari kebenaran relatif. Demikian pula dengan
ilmu dan Teknik dalam kedokteran gigi. Pengembangan dan modifikasi yang akan dibahas disini
menyangkut tiga faktor yaitu bahan, teknik dan desain. .(Komfeld M.,1974; 378- 384,345-346,
Smith BGN.,1998; 255-260, Brunton PA.,et al.,1999; 186:9:2-5)

1. Pengembangan bahan

Untuk meningkatkan kualitas dan estetika bahan bahan yang sudah ada dipasaran, selalu
dilakukan uji atau penelitian untuk menghasilkan bahan baru yang sesuai dengan harapan
dokter gigi maupun pasien. Dalam lingkup gigi tiruan cekat bahan-bahan yang tersedia
antara lain : 1.Mirage ( Mirage system,UK)

2.Fortress (Mirage System,UK)

3.Cerec ( Siemens, UK)

4.Procera (Nobel, Biocare) 5.Celay (Mikronia, Switzerland)

6.Empress (Ivoclar-Vivadent,UK)

7.In Ceram ( Panadent, UK )

Bahan-bahan tersebut sebenarnya adalah porselen yang telah dikembangkan, masing –


masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada umumnya bahan tersebut diproduksi
untuk meningkatkan sifat fisik dari porselen selain kekuatan bahan, sisi estetik lebih
ditonjolkan untuk memenuhi tuntutan masyarakat akan perawatan gigi yang dapat
mengatasi masalah yang berkaitan dengan estetik.(Toksavul S.,et al,2004;92:2:116-119,
Pellecchia R,et al, 2004; 92:3: 220-223, Smith BGN, 1998; 255-260, Brunton PA, et al,
1999; 186:9:2-5) Pengembangan bahan porselen ini dilatar belakangi oleh beberapa
faktor, antara lain:
1. Pasien lebih terbuka akan kemajuan teknologi baru dan perawatan yang lebih
berkualitas, serta kebutuhan yang meningkat akan restorasi tanpa metal

2. Metode terbaru dibutuhkan untuk menghasilkan restorasi porselen tanpa metal , yang
memberikan estetik lebih baik, baik untuk restorasi anterior maupun posterior
3. Meningkatnya penggunaan teknik dengan CAD/CAM (Brunton PA et al.,1999:186-
189)

Anda mungkin juga menyukai