Sifat-sifat porselen : 10
1. Semua sisa air yang ada akan menguap selama pembakaran, disertai dengan hilangnya
bahan pengikat (bila ada). Besarnya pengerutan berkisar 30 - 40 persen; terutama
disebabkan oleh berkurangnya rongga-rongga udara selama proses pembulatan. Porselen
tidak popular selama pembuatan inlay, oleh karena sukar mendapatkan hasil dengan
ketepatan yang dibutuhkan.
2. Porositas, adanya gelernbung-gelembung udara merupakan hal yang tidak dapat
dihindari pada pembakaran porselen. Ini dapat menurunkan kekuatan bahan dan
translusensi. Untuk mengurangi porositas tersebut beberapa peneliti menganjurkan cara
sebagai berikut :
a) Pembakaran pada tungku hampa tekanan untuk mengeluarkan air
b) Pembakaran dengan adanya suatu gas yang dapat merembes ke luar dari porselen
c) Pendinginan dibawah tekanan untuk mengurangi resultante besarnya pori-pori
3. Sifat kimia : Salah satu daya tarik utama dari porselen sebagai bahan restorasi gigi
adalah bahwa bahan ini tidak rusak karena pengaruh kimia pada hampir semua pada
kondisi lingkungan mulut
4. Sifat mekanis : porselen adalah bahan yang rapuh. Penemuan bahan porselen beberapa
tahun ini diarahkan pada tercapainya sifat-sifat mekanis yang baik. seperti pada porselen
alumina.
5. Sifat termis : sifat pengantar panas yang rendah dan koefisien termal ekspansinya sangat
mendekati email dan dentin
6. Estetis : porselen menunjukkan nilai estetik yang baik, meskipun demikian apabila
semen larut, dan terbentuk celah pada tepi restorasi, maka ini akan menyebabkan
terjadinya perubahan warna oleh sisa-sisa makanan.
Keunggulan dental porselen dibandingkan dengan bahan aklirik antara lain : 10
1. Lebih keras dan lebih kuat pada ketebalan tertentu
2. Mempunyai permukaan yang lebih mengkilap (bila proses glaze dilakukan dengan baik)
3. Lebih tahan terhadap pengikisan / abrasi
4. Warnanya lebih stabil selama pemakaian
5. Tidak memberikan reaksi jaringan
Kekurangan yang utama adalah sifat kerapuhannya bila ketebalannya kurang penyusutan
selama pembakaran. 10
II.3.3. Logam
Bahan yang biasa digunakan untuk membuat gigitiruan adalah logam, akrilik dan
porselen. Adapun logam yang biasa dipakai adalah aloi emas, aloi chromium cobalt, dan
aloi chromium nikel. Ketiga bahan gigi tersebut dapat dipilih sesuai kebutuhan dan
disesuaikan dengan ketersediaan biaya. 11
Logam dan aloi berperan penting dalam bidang kedokteran gigi. Material ini sering
digunakan pada praktek kedokteran gigi, termasuk dental laboratorium, restorasi langsung
dan tidak langsung serta alat yang digunakan untuk preparasi dan manipulasi gigi. Paduan
logam dasar mempunyai kekuatan lebih baik dan lebih ekonomis dari segi biaya bila
dibandingkan dengan paduan logam mulia terutama dalam pembuatan mahkota tiruan dan
restorasi jembatan. Logam padu tuang tembaga (Cu aloi) dan logam padu tuang perak (Ag
aloi) masih digunakan sebagai bahan restorasi karena cukup keras sehingga mampu menahan
daya kunyah, dapat dipoles dengan baik, tidak rnenyebabkan efek samping dan mudah
pengelolaannya. Ni-Cr aloi secara luas digunakan untuk mengganti mahalnya precious metal
aloi dan dapat mencegah korosi. Dalam mendeteksi logam tuang untuk suatu restorasi perlu
dipertimbangkan kekasaran permukaan hasil tuangan logam, sebab kadang permukaan dari
hasil tuangan logarn, terutama pada daerah tertentu kasar dan tidak sesuai dengan cetakan.
Kekasaran permukaan dari restorasi tuang bisa mempersulit dalam proses finishing atau
polishing dan dapat memperlemah suatu restorasi tuang. Permukaan yang kasar merupakan
faktor yang paling besar untuk terjadinya perlekatan plak. 12
1. Pengembangan bahan
Untuk meningkatkan kualitas dan estetika bahan bahan yang sudah ada dipasaran, selalu
dilakukan uji atau penelitian untuk menghasilkan bahan baru yang sesuai dengan harapan
dokter gigi maupun pasien. Dalam lingkup gigi tiruan cekat bahan-bahan yang tersedia
antara lain : 1.Mirage ( Mirage system,UK)
6.Empress (Ivoclar-Vivadent,UK)
2. Metode terbaru dibutuhkan untuk menghasilkan restorasi porselen tanpa metal , yang
memberikan estetik lebih baik, baik untuk restorasi anterior maupun posterior
3. Meningkatnya penggunaan teknik dengan CAD/CAM (Brunton PA et al.,1999:186-
189)