Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Lupus Eritematosus
Penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun, artinya tubuh pasien lupus
membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel
darah merah, leukosit, atau trombosit.

Lupus adalah penyakit yang disebabkan sistem imun menyerang sel-sel jaringan organ
tubuh yang sehat. sistem imun yang terbentuk berlebihan. kelainan ini dikenal dengan
autoimunitas. pada kasus satu penyakit ini bisa membuat kulit seperti ruam merah yang rasanya
terbakar (lupus DLE). pada kasus lain ketika sistem imun yang berlebihan itu menyerang
persendian dapat menyebabkan kelumpuhan (lupus SLE).

SLE (Sistemics lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya
belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik
remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoimun dalam tubuh.

Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah suatu penyakit autoimun yang kronik dan
menyerang berbagai sistem dalam tubuh. Tanda dan gejala dari penyakit ini bisa bermacam-
macam, bersifat sementara, dan sulit untuk didiagnosis. Karena itu angka yang pasti tentang
jumlah orang yang terserang oleh penyakit ini sulit diperoleh. SLA menyeranga wanita kira –
kira delapan kali lebih sering dari pada pria. Penyakit ini sering kali bherawal pada akhir masa
remaja atau awal masa dewasa. Di amerika ga Serikat penyakit ini menyerang wanita berkulit
hitam tiga kali lebih sering dar pada wanita berkulit putih jika penyakit ini bermuncul pada uia
diatas 60 tahun, biasanya akan lebih mudh untuk diatasi.

SLE adalah salah satu kelompok penyakit jaringan penyambung difus yang etiologinya
tidak diketahui. Kelompok ini meliputi SLE,skleroderma, polimiositis, artritis reumatoid, dan
sindrom sjogren. Gangguan-gangguan ini sering kali memiliki gejala-gejala yang saling tumpang
tindih satu dengan yang lainnya dan dapat tampil secara bersamaan, sehingga diagnosis menjadi
semakin sulit untuk ditegakkan secara akurat. SLE dapat bervariasi dari suatu gangguan ringan
sampai suatu gangguan yang bersifat fulminan dan mematikan. Namun demikian, keadaan yang
paling sering ditemukan adalah keadaan eksaserbasi atau hampir remisi yang berlangsung untuk

1
waktu yang lama. Identifikasi awal dan penatalaksanaan SLE biasanya dapat memberikan
proknosis yang lebih baik.

B. Etiologi
Sehingga kini faktor yang merangsangkan sistem pertahanan diri untuk menjadi tidak
normal belum diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman virus, sinaran ultraviolet, dan
obat-obatan tertentu memainkan peranan.

Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ini lebih kerap ditemui di kalangan kaum
wanita. Ini menunjukkan bahwa hormon yang terdapat pada wanita mempunyai peranan besar,
walau bagaimanapun perkaitan antara Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) dan hormon wanita
saat ini masih dalam kajian.

Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit keturunan.


Walau bagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu meningkatkan lagi risiko seseorang itu
mengidap penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE).

C. Epidemiologi
Prevalansi SLE di berbagai negara sangat bervariasi. Prevalansi pada berbagai populasi
yang berbeda-beda. D a r i berbagai sumber diadapatkan data antara lain :
a. Prevalansi penyakit SLE adalah 0, 06 % dari populasi umum. (kirsch, et all).
b. D i a m e r i k a s e r i k a t , i n s i d e n p e n ya k i t S L E a d a l a h 1 4 , 6 – 5 0 . 8
k a s u s / 1 0 0 . 0 0 0 orang sedangkan prevalensinya 24 -100/100.000 orang. The Lupus
Foundation of America( L F A ) m e m p e r k i r a k a n s e k i t a r 1 , 5 j u t a
penduduk Amerika Serikat menderita penyakit SLE
d e n g a n berbagai tipe terutama wanita. Orang Amerika keturunan A f r i k a , H i s p a n i k ,
o r a n g A m e r i k a a s l i d a n o r a n g A s i a memiliki resiko besar untuk menderita penyakit
SLE.
c. P r e v a l e n s i p e n y a k i t S L E d i S w e d i a a d a l a h 3 6 / 1 0 0 . 0 0 0 orang.
d. D i I n g g r i s p r e v a l e n s i n y a h a m p i r s a m a d e n g a n o r a n g Asia
40/100.000

2
e. D i n e g a r a E r o p a p r e v a l e n s i S L E 2 0 / 1 0 0 . 0 0 0 o r a n g f . P e n ya k i t S L E l e b i h
s e r i n g m e n ye r a n g p a d a u s i a 1 5 – 4 0 tahun tetapi semua umur bisa saja terkena,
f. penyakit SLE lebih sering menyerang pada wanita daripada pria ( 9 : 1 ) sedangkan
pada anak-anak meningkat 10 : 1
g. P a d a w a n i t a E r o p a u m u r 1 5 - 2 4 t a h u n p r e v a l e n s i n y a 1/700 orang
wanitah.
h. Pada wanita Amerika-Afrika umur 15 – 24
t a h u n prevalensinya 1/245 orang wanita
i. Y a n g m e n a r i k p e r h a t i a n a d a l a h p e n ya k i t S L E j a r a n g ditemukan di Afrika. Ada
2 kemungkinan penyebabanya yaitu :
Ø a k t o r r e s i k o l i n g k u n g a n l e b i h b a n y a k d i A m e r i k a Serikat dan
Eropa dibandingkan dengan Afrika.
Ø Campuran dari gen keturunan Afrika dengan orang E r o p a
m e n g h a s i l k a n g e n - g e n y a n g m e n i n g k a t k a n kerentanan terhadap
penyakit SLE ini.
j. T e r d a p a t j u g a t e n d e n s i f a m i l i a l . F a k t o r e k o n o m i d a n geografi tidak
mempengaruhi distribusi penyakit.

D. Klasifikasi
Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu:
1. Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus yang
menyerang kulit.
2. Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di dalam tubuh, seperti
kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan system saraf. Selanjutnya kita singkat dengan
SLE (Systemics Lupus Erythematosus).
3. Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul setelah penggunaan obat tertentu. Gejala-gejalanya
biasanya menghilang setelah pemakaian obat dihentikan.

Pengaruh kehamilan terhadap SLE


Eksaserbasi terjadi karena hormone estrogen meningkat selama kehamilan. Jika terjadi SLE,
maka eksaserbasi meningkat 50-60%. Pada T.III eksaserbasi 50%, T.I & T.II eksaserbasi 15%,

3
postpartum 20%.
Pengaruh SLE terhadap kehamilan
Prognosis b’dasarkan remisi sebelum hamil, jika > 6 bulan eksaserbasi 25% dengan prognosis
baik, jika < 6 bulan eksaserbasi 50% dengan prognosis buruk. Abortus meningkat 2-3kali, PE/E,
kelahiran prematur, lupus neonatal.

E. Patofisiologi

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan


peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi
antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya
terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat
tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat
antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE-
akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada SLE, peningkatan produksi autoimun diperkirakan
terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun
dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang
antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

F. Manifestasi Klinis
Jumlah dan jenis antibodi pada lupus, lebih besar dibandingkan dengan pada penyakit
lain, dan antibodi ini (bersama dengan faktor lainnyayang tidak diketahui) menentukan gejala
mana yang akan berkembang. Karena itu, gejala dan beratnya penyakit, bervariasi pada setiap
penderita. Perjalanan penyakit ini bervariasi, mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit
yang berat.
Gejala pada setiap penderita berlainan, serta ditandai oleh masa bebas gejala (remisi) dan
masa kekambuhan (eksaserbasi). Pada awal penyakit, lupus hanya menyerang satu organ, tetapi
di kemudian hari akan melibatkan organ lainnya.
1. Sistem Muskuloskeletal
a. Artralgia
b. artritis (sinovitis)

4
c. pembengkakan sendi,
d. nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, dan rasa kaku pada pagi hari.
2. Sistem Integument (Kulit)
a. Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal
hidung serta pipi
b. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
3. Sistem kardiak
a. Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
4. Sistem pernafasan
a. Pleuritis atau efusi pleura.
5. Sistem vaskuler
a. Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
b. eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan
bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
6. Sistem perkemihan
a. Glomerulus renal yang biasanya terkena.
7. Sistem saraf
a. Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit
neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan lupus tidak mudah. Penyakit ini memiliki banyak manifestasi
dan setiap orang memiliki pola tersendiri yang berubah dari waktu ke waktu, yang terkadang
berlangsung cepat. Secara umum, pasien dengan lupus berat, misalnya lupus ginjal atau sistem
saraf pusat (SSP), dan mereka yang menderita lebih dari satu jenis penyakit autoantibodi
cenderung memiliki gejala yang serius dan menetap. Pasien yang memiliki gejala ringan dapat
terus mengalami gejala ringan atau berkembangmenjadi lebih serius. Sehingga penting untuk
memperhatikan semua gejala baru yang timbul sebagai manifestasi dari penyakit tersebut karena
penatalaksanaan lupus sangat berkaitan dengan gejala klinis dan organ tubuh yang terkena.

5
1. Penilaian Aktivitas Penyakit
Penilaian klinis aktivitas penyakit sama pentingnya dengan hasil tes laboratorium.
Kelelahan, demam atau perubahan emosi dapat menjadi indikasi aktifnya lupus, seperti juga
munculnya ruam atau nyeri sendi. Pemantauan aktifitas penyakit sangat diperlukan untuk
menentukan agresifitas penatalaksanaan lupus dan dosis obat yang dibutuhkan. Hal ini dapat
dimonitor dari banyaknya organ tubuh pasien yang terkena dan tes laboratorium yang sesuai
untuk memantau aktifitas penyakit misalnya pemeriksaan tes fungsi ginjal,atau fungsi paru,
jumlah sel darah putih (leukosit), sel darah merah (hemoglobin) atau bahkan laju endap darah
(LED).
Berbagai indeks penilaian derajat penyakit telah dikembangkan dan digunakan
oleh para spesialis, namun aktivitas penyakit yang terus berubah dan kerusakan jaringan yang
terjadi menyulitkan untuk membedakan pengaruh dari peradangan aktif atau akibat kerusakan
yang terbentuk. Sehingga pada prakteknya, lupus dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu ringan,
sedang, dan berat, sesuai dengan berat ringannya gejala yang muncul.
2. Lupus Ringan
Manifestasi yang umum adalah nyeri sendi, ruam, sensitif terhadap cahaya
matahari, sariawan di mulut, Raynaud’s syndrome (perubahan warna pada ujung jari akibat suhu
dingin), rambut rontok, dan kelelahan. Seringkali gejala tersebut cukup dikontrol oleh analgesik
dan mengurangi paparan sinar matahari dengan menggunakan tabir surya. Hidroksikloroquin
umumnya digunakan dalam gejala ini.
Kelelahan merupakan gejala lain dari tingkatan ini yang terkadang menjadi alasan
digunakannya steroid dosis rendah, walaupun hasilnya kadang tidak maksimal. Nyeri sendi atau
ruam kulit dapat juga menggunakan dosis tersebut. Dosis steroid yang tinggi harus dihindari jika
resiko efek samping yang timbul cenderung lebih besar dari manfaatnya. Hal ini penting untuk
dipertimbangkan dalam membuat keputusan pemberian steroid karena efek samping obat lebih
umum terjadi pada orang dengan lupus dibandingkan populasi lainnya. Pola hidup sehat
(makanan sehat dan olah raga ringan yang teratur) juga sangat dianjurkan.
3. Lupus Sedang
Tingkatan ini meliputi pleuritis (radang selaput paru), perikarditis (radang selaput
jantung), ruam berat dan manifestasi darah seperti trombositopenia atau leukopenia. Dalam kasus
ini, terapi steroid biasanya sudah dibutuhkan, namun dengan penggunaan dosis yang cukup

6
untuk mengendalikan penyakit dan kemudian menguranginya menjadi dosis pemeliharaan
serendah mungkin. Agak sulit untuk menstandarisasi dosis, namun pada umumnya Pleuritis
dapat dikontrol dengan 20mg prednisolon per hari, kelainan darah membutuhkan dosis 40mg
atau lebih.
Hidroksikloroquin sudah memadai sebagai tambahan steroid, tapi kadang obat
imunosuppressan juga dibutuhkan seperti: Azathioprine, dan Methotrexate. Siklosporin juga
dapat digunakan khususnya dalam pengobatan trombositopenia, tetapi karena kecendrungan
menyebabkan hipertensi dan merusak fungsi ginjal harus digunakan secara hati-hati. Obat- obat
immunosupresan ini membutuhkan waktu 1-3 bulan sampai efeknya muncul,sehingga dalam
periode tersebut steroid masih dibutuhkan dalam dosis yang cukup untuk mengontrol penyakit.
Jika pasien sudah dapat distabilkan dengan obat imunosupresan, dosis steroid harus segera
diturunkan ke dosis terendah untuk pengendalian penyakit.
4. Lupus Berat
Ginjal, SSP, dan manifestasi kulit berat atau kelainan darah berat termasuk ke
dalam tingkatan ini. Steroid sangat dibutuhkan dalam tahap ini dengan tambahan obat
immunosupresan. Prednisolon atau metilprednisolon intravena mungkin dibutuhkan untuk
mengendalikan penyakit ini. Azathioprin, methotrexate, atau mychophenolate dapat digunakan
sebagai imunosupresif dan dapat mengurangi dosis steroid yang diperlukan. Pengobatan dapat
dibagi menjadi 2 fase yaitu: induksi awal dimana penyakit aktif dikendalikan, dan fase
pemeliharaan agar penyakit tetap terkontrol.
Pengobatan tambahan yang digunakan untuk lupus berat meliputi
immunoglobulin intravena, plasma exchange, dan antibodi monoclonal (agen biologi).
mengalami penurunaan penggunaannya dibandingkan waktu yang lalu tapi banyak yang masih
percaya bahwa pengobatan tersebut sangat membantu pada lupus akut, penyakit berat, dan
sebagian lupus yang mengenai otak. Antibodi monoklonal, terutama rituximab sangat
menjanjikan dan cenderung memainkan bagian penting dalam pengelolaan penyakit sedang dan
berat.

H. Aspek Etik
1. Respect (Hak untuk dihormati)
Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien2

7
2. Autonomy (hak pasien memilih)
Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya3
3. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien)
Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang lain dan secara
aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya
4. Non-Maleficence (utamakan-tidak mencederai orang lain)
kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cideraPrinsip
:Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkab nyeri
ataupenderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai
perasaaanorang lain
5. Confidentiality (hak kerahasiaan)
menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang pasien/klien yang
dipercayakanpasien kepada perawat
6. Justice (keadilan)
kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang
Perkataan adil sendiri berarti tidakmemihak atau tidak berat sebelah
7. Fidelity (loyalty/ketaatan)
Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab terhadap kesepakatan yang
telah diambil
Era modern , pelayanan kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab tidak hanya pada satuprofesi),
80% kebutuhan pt dipenuhi perawat
Masing-masing profesi memiliki aturan tersendiri yang berlaku
Memiliki keterbatasan peran dan berpraktik dengan menurut aturan yang disepakati
8. Veracity (Truthfullness & honesty)
Kewajiban untuk mengatakan kebenaran
Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-consent
Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu mengutarakan kebenaran

8
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC, 2001
Robbins & cotran. Buku saku dasar patologis penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC,2008
Isselbacher, dkk. Prinsip- prinsip ilmu penyakit. Edisi. 13. Jakarta: EGC, 2000
Marilyn E. Doenges. Rencana asuhan keperawatan. Edisi. 3. Jakarta: EGC, 1999

Anda mungkin juga menyukai