Oleh:
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
MASALAH BPH PADA LANSIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU
Oleh :
Mengetahui,
B. Batasan Lansia
1. Klasifikasi Lanjut Usia (Maryam, dkk. 2008) :
a. Pralansia (prasenilis) : seorang yang berusia 45-59 tahun
b. Lanjut usia : seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lanjut usia resiko tinggi : seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan
d. Lanjut usia potensial : lanjut usia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
e. Lanjut usia tidak potensial : lanjut usia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
2. Karakteristik Lanjut Usia Menurut Budi Anna Keliat (1999) :
a. Berusia lebih dari 60 tahun
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
H. Pemeriksaan Diagnostik
a. Uji laboratorium yang dilakukan mencakup pemeriksaan:
- Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum (SC) untuk
menyingkirkan gagal ginjal
- Urinalisis dan biakan urine untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih
b. Pielografi intravena (IVP) atau US biasanya tidak dilakukan pada pria
dengan hasil normal pada pemeriksaan laboratorium sederhana.
Pemeriksaan ini dicadangkan untuk pasien dengan hematuria atau
dicurigai mengidap hidronefrosis.
c. Urodinamik dengan uroflowmetry dan sistometri dapat menilai makna
BPH. Pada pemeriksaan ini, pasien berkemih dan berbagai pengukuran
dilakukan. Pada uroflowmetry, pasien berkemih minimal 150 mL,
kemudian laju maksimal aliran urin dicatat.
d. USG (Ultrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi,
volume dan besar prostat juga keadaan buli – buli termasuk residual
urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal, transuretral
dan supra pubik.
e. Sistouretroskopi biasanya dicadangkan untuk pasien yang mengalami
hematuria dengan sebab yang belum diketahui setelah dilakukan IVP
atau US atau praoperasi telah dilakuan untuk pasien yang memerlukan
TURP.
Skor gejala, perkiraan volume prostat, dan pengukuran antigen spesifik-
prostat dalam serum dapat membantu memperkirakan perkembangan
BPH.
I. Prognosis
Sebagian besar pasien memiliki kualitas hidup yang sangat bagus setelah
prostatektomi (baik endoskopik maupun terbuka) (Grace and Borley, 2007).
Lebih dari 90% pasien mengalami perbaikan sebagian atau perbaikan dari
gejala yang dialaminya. Sekitar 10-20% akan mengalami kekambuhan
penyumbatan dalam 5 tahun (Schwartz, 2000).
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pada riwayat penyakit dahulu, klien dengan hipertensi memiliki riwayat
peningkatan tekanan darah. Dengan riwayat keluarga dengan hipertensi yang
sama juga ditemukan. Secara otomatis ditemukan riwayat meminum obat
antihipertensi. Pengkajian untuk klien yang sedang menjalankan terapi obat
antihipertensi adalah sebagai berikut :
1. Dapatkan tanda – tanda vital, bandingkan dengan tekanan darah
sebelumnya, informasikan hasinya kepada klien.
2. Periksa elektrolit serum, laporkan hasilnya.
3. Periksa bunyi paru klien apakah terdapat ronkhi. Karena ada obat yang
memicu retensi natrium dan air.
4. Catat haluaran urine, laporkan jumlahnya.
5. Periksa angota gerak apakah ada edema (Muttaqin, 2009).
B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi
berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
2. Ketidakefektifan keluarga dalam mengambil keputusan dalam
melaksanakan tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana
kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan kurang
pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana kesehatan
3. Ketidakefektifan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi, cara
perawatan dan sifat penykit hipertensi.
4. Ketidakefektifan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan keluarga berhubungan dengan tidak dapat
melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan serta
kitidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi.
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat guna
memelihara kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien
dan keluarga tersedianya fasilitas kesehatan seperti JPS.,dana sehat dan
tidak memahami manfaatnya.
C. Perencanaan
Rencana tindakan dari masing –masing diagnosa keperawatan khusus
diet pada klien hipertensi adalah :
1. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab
terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara pengaturan diet yang benar.
a. Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota keluarga
yang menderita penyakit hipertensi.
b. Kriteria hasil
1) Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas pengaturan
diet bagi anggota kelurga yng menderita hipertensi.
2) Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan sesuai
anjuran.
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar
bagi penderita hipertensi.
2) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya
menyediakan makan-makanan rendah garam bagi penderita
hipertensi .
d. Rasional
1) Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga menimbulkan
peresepsi yang negatip sehingga dapat dijadikan motivasi untuk
mengenal masalah khususnya nutrisi untuk klieh hiperetensi
2) Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan makanan
yang rendah garam.
2. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet
terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat dari pengaturan diet
a. Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien
hipertensi
b. Kriteria hasil
1) Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi
klien hiperetensi
2) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien hipertensi
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet
untuk klien hipertensi.
2) Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.
d. Rasionalisasi
1) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu
melaksanakan cara pengaturan diet untuk klien hipertensi
2) Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk penderita
hipertensi.
3. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita
hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan
makanan dalam jumlah yang benar .
a. Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi.
b. Kriteria hasil
1) Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk
penderita hipertensi.
2) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat
bagi klien hipertensi.
c. Rencana tindakan
1) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengolahan
makanan untuki klien hipertensi.
2) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh klien hipertensi.
3) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk memnbuat
makanan dengan jumlah yang tepat.
d. Rasionalisasi.
1) Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga dapat
cara pengolahan makanan untuk klien hipertensi.
2) Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang
dianjurkan.
3) Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan dalam
jumlah yang tepat kilen dan keluarga mampu menjalankan
/melaksanakaannya sendiri.
4. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi penderita
hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-
hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam.
a. Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari mengkonsumsi
makanan yang rendah garam.
b. Kriteria Hasil
1) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang
rendah garam
2) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang banyak
mengandung garam.
3) Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam.
c. Rencana Tindakan
1) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh garan
terhadap klien hipertensi.
2) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang
banyak mengandung garam.
3) Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka mampu
untuk merubah kebiasaan yang kurang baik tersebut yang didasari
padea niat dan keinginan untuk merubah.
d. Rasional
1) Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti tentang
pengaruh garam terhadap klien hipertensi
2) Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan yang
banyak mengandung garam.
3) Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau merubah
sikapnya dari yang tidak sehat menjadi sehat
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat
keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan guna dari tanaman
obat keluarga.
a. Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber tanaman
obat keluarga.
b. Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat
membantu untuk pengobatan hipertensi
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
2) Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis tumbuhan
/tanaman yang dapat membantu menurunkan tekanan darah
3) Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha memiliki
tanaman obat keluarga .
d. Rasional
1) Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.
2) Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat
menurunkan tekanan darah.
3) Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi tanaman
obat tersebut kapan saja diperlukan.
e. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang
menderita hipertensi sesuai rencana yang telah disusun.
Pada peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan
antara lain :
1) Deteksi dini kasus baru.
2) Kerja sama lintas program dan lontas sektoral
3) Melakukan rujukan
4) Bimbingan dan penyuluhan.
( Pedoman Kerja Puskesmas, 1992)
D. Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out
put) dan penilaian selalu berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat
meliputi penilaian input dan porses.
Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi ;
1. Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari
tindakan keperawatan.
2. Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi), maka dimensinya
dapat dikaitkaan dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan.
3. Kecocokan (Apprioriatenes) dari tindakan keperawatan adalah
kesanggupan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah.
4. Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC.
Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. (2008), Buku Saku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Dep Kes RI, 2010. Diet Rendah garam, Pozi Pusat Dep Kes RI, Jakarta.
Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika
Soeparman dkk, 2007, Ilmu Penyakit dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press, Jakarta.
Smeltzer, S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, vol.2. Jakarta
: FKUI