Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Kondisi Air Bersih di Surabaya


Air merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi makhluk hidup. Air yang
digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas, air
harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan; yang dapat ditinjau dari aspek
fisika, kimia, dan biologi. Adanya perkembangan industri dan pemukiman dapat mengancam
kualitas air bersih, sehingga diperlukan upaya perbaikan baik secara sederhana maupun
modern(Syahrir, 2012).
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain : air
sebagai media untuk hidup mikroba pathogen, air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,
jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan
diri, air sebagai media untuk hidup vektor penyakit. Ada beberapa penyakit yang masuk
dalam katagori water-borne diseases atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang
masih banyak terdapat di daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba
penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Indikator pencemaran air terdiri dari tiga yaitu indikator fisis meliputi kekeruhan,
suhu, rasa, dan warna; indikator kimiawi meliputi zat kimia terlarut, pH, dan kesadahan; dan
indikator biologis meliputi mikroorganisme dalam air terutama yang bersifat patogen atau
berpotensi dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Arya,1999).
Berdasarkan data menurut.... kualitas air bersih disurabaya tercemar logam Fe, Mn,
Cu. Sedangkan jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia Nomor 78/M-IND/PER/11/2016 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia Air Mineral, Air Demineral, Air Mineral Alami, dan Air Minum Embun Secara
Wajib kualitas air di Surabaya tidak memenuhi standar baku mutu air bersih.
PERSYARATAN KUALITAS AIR BERSIH
No Parameter Satuan Kadar Maksimum yang Keterangan
Diperbolehkan
A. Fisika
1. Bau - - Tidak berbau
2. Jumlah Zat Padat Mg/L 1500
terlarut
3. Kekeruhan Skala 25
4. Rasa NTU
5. Suhu - Suhu udara ±3°C
6. Warna °C Skala 50
TCU

B. KIMIA
1. Air raksa mg/L 0,001
2. Arsen mg/L 0,05
3. Besi mg/L 1,0
4. Fluorida mg/L 1,5
5. Kadnium mg/L 0,005
6. Kesadahan mg/L 500
7. Klorida mg/L 600
8. Kromium,Valensi 6 mg/L 0,05
9. Mangan mg/L 0,5
10. Nitrat, sebagai N mg/L 10
11. Nitrit, sebagai N mg/L 1,0
12. pH mg/L 6,5-9,0
13. Selenium mg/L 0,01
14. Seng mg/L 15
15. Sianida mg/L 0,1
16. Sulfat mg/L 400
17. Timbal mg/L 0,05

C.
1. Mikrobiologik Jumlah per 50 Bukan air
(MPN) 100 ml perpipaan

Jumlah per 10 Air perpipaan


100 ml

II.2 Filtrasi.
Salah satu proses pengolahan air secara fisik adalah dengan filtrasi, dimana terjadi
pemisahan antara padatan/koloid dengan cairan. Penyaringan atau filtrasi adalah proses
pemisahan komponen padatan yang terkandung di dalam air dengan melewatkannya melalui
media yang berpori atau bahan berpori lainnya untuk memisahkan padatan dalam air tersebut
baik yang berupa suspensi maupun koloid. Selain itu, penyaringan juga dapat mengurangi
kandungan bakteri, bau, rasa, mangan, dan besi (Quddus,2014).
Filtrasi terdiri dari macam yaitu slow sand filter dan rapid sand filter. Kualiatas air
yang lebih baik didapat dengan metode slow sand filter, kelebihan pada metode rapid sand
filter yaitu proses penyaringannya lebih cepat tetapi menggunakan bantuan pompa. Rapid
sand filter adalah salah satu jenis unit filtrasi yang mampu menghasilkan debit air yang lebih
banyak dibandingkan slow sand filter, namun kurang efektif untuk mengatasi bau dan rasa
yang ada pada air yang disaring. Selain itu, debit air yang cepat menyebabkan lapisan bakteri
yang berguna untuk menghilangkan patogen tidak akan terbentuk sebaik apa yang terjadi
slow sand filter, sehingga membutuhkan proses desinfeksi yang lebih intensif. Ukuran media
pasir berkisar antara 0,5-2 mm, dengan laju aliran 5-15 m/jam dan waktu operasi berkisar
antara 1-3 hari (Maryani dkk, 2014).
II.2.1 Media pada Filtrasi
Menurut Syahrir (2012) pada proses filtrasi, digunakan media filtrasi yang sangat
beragam untuk mendukung kelancaran proses pengolahan air bersih. Salah satu media filtrasi
yang cukup efektif adalah pasir kuarsa. Pasir kuarsa juga sering digunakan untuk pengolahan
air kotor menjadi air bersih. Fungsi ini baik untuk menghilangkan sifat fisiknya, seperti
kekeruhan, atau lumpur dan bau. Pasir kuarsa umumnya digunakan sebagai saringan pada
tahap awal karena pasir kuarsa mampu menghilangkan indikator pencemaran air berdasarkan
sifat fisikanya yang meliputi kekeruhan, suhu, rasa, dll.
Media filtrasi selanjutnya yaitu arang aktif. Penggunaan arang aktif merupakan
metode yang paling sederhana, murah dan efektif untuk mengolah air kotor menjadi air bersih
sehingga kandungan logam pada air tersebut dapat diminimalisir. Adsorben arang aktif dapat
digunakan untuk mengurangi bahan organik dan anorganik. Selain itu penggunaan arang aktif
mempunyai daya guna dan daya ekonomis tinggi. Arang aktif digunakan untuk mengurangi
indikator kimiawi pada air biasanya berupa logam Fe, Cu dan logam lain. Arang aktif juga
mampu mengurangi indikator fisika pencemaran (Kartini, 2011).
Untuk mengurangi indikator biologis pada pencemaran air dapat digunakan media
filtrasi berupa zeolit. Zeolit dapat digunakan sebagai adsorben karena struktur kristalnya
mempunyai pori-pori yang cukup besar untuk menyerap desinfaksi bakteri dan memilki luas
permukaan yang besar, tersusun oleh kerangka silika-alumina, memiliki stabilitas termal yang
tinggi, harganya murah serta keberadaannya cukup melimpah (Isholawati dkk, 2014).

II.3 Aerasi
Aerasi merupakan salah satu proses yang paling penting dalam pengolahan air
minum. Dengan adanya proses aerasi, maka kandungan mineral berlebih yang terdapat di
dalam air baku untuk pengolahan air minum dapat diturunkan. Salah satu contoh dari kadar
mineral adalah besi (Fe), dimana standart baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
keberadaan kadar besi (Fe) di dalam air adalah maksimal 1,0 mg/L. Pembatasan kadar besi
(Fe) tersebut dilakukan karena jika melebihi standart baku mutu yang telah ditetapkan
pemerintah, akan menyebabkan sejumlah permasalahan. Permasalahan yang dihadapi antara
lain, timbulnya rasa dan bau pada air, meninggalkan noda dan karat pada pakaian, dan
menyebabkan percepatan penyumpatan pada pipa-pipa distribusi (Lutfihani, 2015).
Untuk menanggulangi masalah tersebut, diperlukan teknologi yang dapat mereduksi
kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) dalam air sumur gali sehingga dapat sesuai dengan standar
yang berlaku. Menurut Ditjen PPM dan PLP Direktorat Penyehatan Depkes RI (1990) aerator
di bedakan menjadi 5 yang salah satunya ialah aerator gelembung (babble aerator). Jenis
aerasi ini yaitu udara di semprotkan melalui dasar bak air yang akan di aerasi, sehingga udara
akan kontak dengan air atau mencampur air dengan gelembung udara. Dari aerasi gelembung
udara ini oksigen pada air bisa di naikkan hingga 60-80% (dari jumlah oksigen yang
tertinggal yaitu air yang mengandung oksigen sampai jenuh). Sedangkan oksidator utama
adalah molekul oksigen dari udara, klorin atau KMnO dan untuk kecepatan pengendapan
dipengaruhi oleh jenis dan kadar oksidator, PH, kesadahan dan kemungkinan
ditambahkannya katalisator.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian mengenai pengolahan air sumur gali
dengan menggunakan aerator gelembung dan saringan pasir cepat yang merupakan secara
aerasi filtrasi sangat penting dilakukan untuk menurunkan kadar Besi (Fe), Mangan (Mn),
warna, bau, rasa, dan kekeruhan.

Anda mungkin juga menyukai