Anda di halaman 1dari 19

Menelaah dan Menganalisis Khotbah, Tablig, dan Dakwah

Oleh :

1. Imroatus Sholihah (20)


2. Lailatul Africha A (21)
3. Listania Firsta A. P (22)
4. Taufiqul Aziz (25)
5. Nila Virda Arini (26)

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN


SMA NEGERI 1 MOJOSARI
Jalan Pemuda 55 Mojosari
Tahun Pembelajaran 2017/2018
Halaman Pengesahan

Karya Tulis yang berjudul “Menelaah dan Menganalisis Khotbah, Tablig, dan Dakwah”

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Oleh

Pembimbing II Pembimbing I

Mengetahui

Kepala Sekolah
Motto

 “Jangan ingat lelahnya belajar, tapi ingat buah manisnya yang bisa dipetik ketika
sukses.”
 “Tidak ada hal yang sia-sia dalam belajar karena ilmu akan bermanfaat pada
waktunya.”
 “Kegagalan dan kesalahan mengajari kita untuk mengambil pelajaran dan
menjadi lebih baik.”
 “Jadilah orang yang rajin sebelum menyesali kemalasan yang membuat kita
melewatkan kesempatan emas.”
 “Jadilah diri kita sendiri karena itu lebih baik daripada berpura-pura menjadi
orang lain yang baik.”

Dipersembahkan kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Orang tua
3. Guru pembimbing di SMA Negeri 1 Mojosari
4. Teman-teman di SMA Negeri 1 Mojosari
5. Adik kelas di SMA Negeri 1 Mojosari
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniahNya serta memberikan kesehatan, pikiran dan ketabahan dalam menyusun
Karya Tulis ini.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih yang setulusnya


kepada semua pihak yang telah mendukung, memberi saran dan masukan-masukanya.
Khususnya kepada guru pembimbing kami dan teman-teman kelas XI MIPA-5.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan Karya Tulis ini. Oleh karena itu, kamimengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak demi tercapainya kesempurnaan pada Karya Tulis ini.
Serta kami berharap semoga dengan terselesaikannya Karya Tulis ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.

Mojosari, 30 April 2018

Penulis
Daftar Isi

Halaman judul

Hal Pengesahan

Motto

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II Kajian Pustaka

2.1 Landasan Teori

BAB III Pembahasan

3.1 Hasil Pembahasan

BAB IV Penutup

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Lampiran-lampiran
Sumber Internet
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Saat ini ada beberapa orang yang sering melakukan khotbah, tablig, dan dakwah
serta begitu banyak acara-acara keagamaan di televisi yang bertaju khotbah, tabligh, dan
dakwah. Hal ini bertujuan agar semua orang yang menyaksikan acara itu bisa
memahami dan mendalami agama Islam. Tapi, di sini tidak semua orang tahu perbedaan
antara khotbah, tabligh, dan dakwah hal ini dikarenakan dakwah memiliki kesamaan
dengan tablighh dan khotbah, banyak orang-orang awam yang belum mengetahui
perbedaan-perbedaan antara dakwah , tablighh, dan khotbah.

Melalui Karya Tulis ini, maka akan dibahas mengenai khotbah, tabligh, dan
dakwah, serta melalui Karya Tulis berikut kita dapat membedakan makna antara
khotbah, tabligh, dan dakwah, berikut rukun-rukun, sunah-sunahnya dan hal yang
dimakruhkan dalam khotbah, tabligh, dan dakwah.

Karya Tulis ini juga dapat memberikan pelajaran mengenai cara mempraktikkan
tata cara dalam khotbah, tabligh, dan dakwah, perbedaan khutbah Jum’at dan khutbah-
khutbah lainnya.

Khotbah, tabligh dan dakwah sangat penting dilakukan oleh segenap orang
utamanya adalah orang muslim sendiri, sehingga Islam bisa tetap langgeng di tempat
kita masing-masing. Yang perlu kita lakukan adalah untuk mengislamkan orang yang
sudah Islam dan mengajak orang yang belum beriman kepada aqidah Islam.

Sehubungan dengan itu, penulis ingin memberi wawasan kepada pembaca tentang
perbandingan makna antara khotbah, tabligh dan dakwah.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan khotbah, tablig, dan dakwah !
1.2.2 Jelaskan mengenai khutbah, hukum-hukumnya, dan sunah-sunah khutbah !
1.2.4 Bagaimana tata cara yang baik dan benar khotbah, tablig, dan dakwah !
1.2.5 Bagaimana cara menyusun teks dan memperagakan khotbah, tablig, dan
dakwah !
1.2.6 Jelaskan persamaan dan perbedaan khutbah, tabligh dan dakwah !
1.3 Tujuan
Kami dari kelompok 4 menyusun Karya Tulis ini merupakan sebuah bentuk
pengaplikasian dari bagian proses pembelajaran yang cukup kompleks tentang
penyampaian ayat. Untuk memperjelas pengaplikasian tersebut, maka dapat di
rumuskan sebuah tujuan dari penyusunan Karya Tulis ini.
1.3.1 Memahami tentang persamaan dan perbedaan khotbah, tabligh dan dakwah.
1.3.2 Belajar sambil Berdiskusi dengan teman sekelas tentang Khutbah, Tablig,
dan Dakwah.
1.3.3 Memenuhi tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran PAI.

1.4 Manfaat
1.4.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan khotbah, tablig, dan dakwah.
1.4.2 Mengerti mengenai khutbah, hukum-hukumnya, dan sunah-sunah
khutbah.
1.4.3 Mengetahui bagaimana tata cara yang baik dan benar khotbah, tablig,
dan dakwah.
1.4.4 Memahami persamaan dan perbedaan khutbah, tabligh dan dakwah.
BAB II
Kajian Pustaka
2.1 Landasan Teori
BAB III
Pembahasan

3.1 Hasil Pembahsan

3.1.1 Pengertian Khutbah, Tablig, dan Dakwah

· Khotbah

Khotbah adalah berpidato pada rangkaian shalat Jumat yang berisi menyampaikan pesan
tentang bertakwa kepada Allah SWT. Dengan syarat-syarat tertentu. khutbah tidak
mungkin bisa ditinggalkan karena akan membatalkan rangkaian aktivitas ibadah.
Contoh, apabila ṡalat Jumat tidak ada khutbahnya, ṡalat Jumat tidak sah. Apabila wukuf
di arafah tidak ada khutbah nya, wukufnya tidak sah.

Sesungguhnya, khutbah merupakan kesempatan yang sangat besar untuk berdakwah


dan membimbing manusia menuju ke-ridha-an Allah Swt. Hal ini jika khutbah
dimanfaatkan sebaik-baiknya, dengan menyampaikan materi yang dibutuhkan oleh
hadirin menyangkut masalah kehidupannya, dengan ringkas, tidak panjang lebar, dan
dengan cara yang menarik serta tidak membosankan. Khutbah memiliki kedudukan
yang agung dalam syariat Islam sehingga sepantasnya seorang khatib melaksanakan
tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Seorang khathib harus memahami aqidah yang benar sehingga dia tidak sesat dan
menyesatkan orang lain. Seorang khatib seharusnya memahami fiqh sehingga mampu
membimbing manusia dengan cahaya syariat menuju jalan yang lurus. Seorang khatib
harus memperhatikan keadaan masyarakat, kemudian mengingatkan mereka dari
penyimpangan-penyimpangan dan mendorong kepada ketaatan. Seorang khathib
sepantasnya juga seorang yang ṡālih, mengamalkan ilmunya, tidak melanggar larangan
sehingga akan memberikan pengaruh kebaikan kepada para pendengar.

Tabligh

Menurut bahasa Arab tablig berarti menyampaikan. Menurut istilah arinya


menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT. sebagai ajaran agama agar manusoa
beriman kepadanya. Orang yang memiliki keahlian bertablig disebut muballig. Berikut
adalah salah satu hadist yang membahas tentang tablig : “Sampaikanlah dariku walau
satu ayat”(HR Bukhari)

Salah satu sifat wajib bagi rasul adalah Tabligh, yakni menyampaikan wahyu dari Allah
Swt. kepada umatnya. Semasa Nabi Muhammad saw. masih hidup, seluruh waktunya
dihabiskan untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya. Setelah Rasulullah saw.
wafat, kebiasaan ini dilanjutkan oleh para sahabatnya, para tabi’in (pengikutnya
sahabat), dan tabi’it-tabi’in (pengikut pengikutnya sahabat). Setelah mereka semuanya
tiada, siapakah yang akan meneruskan kebiasaan menyampaikan ajaran Islam kepada
orang-orang sesudahnya? Kita sebagai siswa muslim punya tanggung jawab untuk
meneruskan kebiasaan bertabligh tersebut.

Banyak yang menyangka bahwa tugas Tabligh hanyalah tugas alim ulama saja. Hal itu
tidak benar. Setiap orang yang mengetahui kemungkaran yang terjadi di hadapannya, ia
wajib mencegahnya atau menghentikannya, baik dengan tangannya (kekuasaanya),
mulutnya (nasihat), atau dengan hatinya (bahwa ia tidak ikut dalam kemungkaran
tersebut). Seseorang tidak mesti menjadi ulama terlebih dulu. Siapa pun yang melihat
kemungkaran terjadi di depan matanya, dan ia mampu menghentikannya, ia wajib
menghentikannya. Bagi yang mengerti suatu permasalahan agama, ia mesti
menyampaikannya kepada yang lain, siapa pun mereka. Sebagaimana hadis Rasulullah
saw.:

Artinya: Dari Abi Said al-Khudri ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda:
barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Apabila tidak
mampu maka ubahlah dengan lisannya. apabila tidak mampu maka dengan hatinya
(tidak mengikuti kemungkaran tersebut), dan itu selemah-lemahnya iman. (HR.
Muslim)

Dakwah

Dakwah dalam bahasa Arab berarti mngajak atau menyeru. Menurut istilah dakwah
merupakan mengajak manusia untuk mengikuti kebenaran berdasarkan Al Quran dan
hadist sebagai sumber ajaran Islam agar manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia
dan di akhirat. Berikut adalah salah satu hadist yang membahas dakwa : “Barang siapa
yang mengajak orang ke jalan baik, maka akan mendapatkan pahala sebanyak pahala
orang yang mengikutinya.” (HR Muslim).

Salah satu kewajiban umat Islam adalah berdakwah. Sebagian ulama ada yang
menyebut berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah (kewajiban kolektif), sebagian
lainnya menyatakan fardhu ain. Meski begitu, Rasulullah saw. tetap selalu mengajarkan
agar seorang muslim selalu menyeru pada jalan kebaikan dengan cara-cara yang baik.

Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan


hidup di dunia dan di akhirat dan mendapat ridha dari Allah Swt. Nabi Muhammad saw.
mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan
perbuatan.

Rasulullah saw. memulai dakwahnya kepada istri, keluarga, dan teman- teman karibnya
hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat
atau risalah Rasulullah saw. adalah Kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari
Mesir, Kisra dari Persia (Iran), dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia). Ada
beberapa metode dakwah yang bisa dilakukan seorang muslim menurut syariat.

3.1.2 Pentingnya Khutbah, Tabligh, dan Dakwah

1. Pentingnya Khutbah

Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa khutbah masuk pada aktivitas ibadah. Maka,
khutbah tidak mungkin bisa ditinggalkan karena akan membatalkan rangkaian aktivitas
ibadah. Contoh, apabila ṡalat Jumat tidak ada khutbahnya, ṡalat Jumat tidak sah.
Apabila wukuf di arafah tidak ada khutbah nya, wukufnya tidak sah.

Sesungguhnya, khutbah merupakan kesempatan yang sangat besar untuk berdakwah


dan membimbing manusia menuju ke-ridha-an Allah Swt. Hal ini jika khutbah
dimanfaatkan sebaik-baiknya, dengan menyampaikan materi yang dibutuhkan oleh
hadirin menyangkut masalah kehidupannya, dengan ringkas, tidak panjang lebar, dan
dengan cara yang menarik serta tidak membosankan. Khutbah memiliki kedudukan
yang agung dalam syariat Islam sehingga sepantasnya seorang khatib melaksanakan
tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Seorang khathib harus memahami aqidah yang benar sehingga dia tidak sesat dan
menyesatkan orang lain. Seorang khatib seharusnya memahami fiqh sehingga mampu
membimbing manusia dengan cahaya syariat menuju jalan yang lurus. Seorang khatib
harus memperhatikan keadaan masyarakat, kemudian mengingatkan mereka dari
penyimpangan-penyimpangan dan mendorong kepada ketaatan. Seorang khathib
sepantasnya juga seorang yang ṡālih, mengamalkan ilmunya, tidak melanggar larangan
sehingga akan memberikan pengaruh kebaikan kepada para pendengar.

2. Pentingnya Tabligh

Salah satu sifat wajib bagi rasul adalah Tabligh, yakni menyampaikan wahyu dari Allah
Swt. kepada umatnya. Semasa Nabi Muhammad saw. masih hidup, seluruh waktunya
dihabiskan untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya. Setelah Rasulullah saw.
wafat, kebiasaan ini dilanjutkan oleh para sahabatnya, para tabi’in (pengikutnya
sahabat), dan tabi’it-tabi’in (pengikut pengikutnya sahabat). Setelah mereka semuanya
tiada, siapakah yang akan meneruskan kebiasaan menyampaikan ajaran Islam kepada
orang-orang sesudahnya? Kita sebagai siswa muslim punya tanggung jawab untuk
meneruskan kebiasaan bertabligh tersebut.

Banyak yang menyangka bahwa tugas Tabligh hanyalah tugas alim ulama saja. Hal itu
tidak benar. Setiap orang yang mengetahui kemungkaran yang terjadi di hadapannya, ia
wajib mencegahnya atau menghentikannya, baik dengan tangannya (kekuasaanya),
mulutnya (nasihat), atau dengan hatinya (bahwa ia tidak ikut dalam kemungkaran
tersebut). Seseorang tidak mesti menjadi ulama terlebih dulu. Siapa pun yang melihat
kemungkaran terjadi di depan matanya, dan ia mampu menghentikannya, ia wajib
menghentikannya. Bagi yang mengerti suatu permasalahan agama, ia mesti
menyampaikannya kepada yang lain, siapa pun mereka. Sebagaimana hadis Rasulullah
saw.:

Artinya: Dari Abi Said al-Khudri ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda:
barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Apabila tidak
mampu maka ubahlah dengan lisannya. apabila tidak mampu maka dengan hatinya
(tidak mengikuti kemungkaran tersebut), dan itu selemah-lemahnya iman. (HR.
Muslim)

3. Pentingnya Dakwah

Salah satu kewajiban umat Islam adalah berdakwah. Sebagian ulama ada yang
menyebut berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah (kewajiban kolektif), sebagian
lainnya menyatakan fardhu ain. Meski begitu, Rasulullah saw. tetap selalu mengajarkan
agar seorang muslim selalu menyeru pada jalan kebaikan dengan cara-cara yang baik.

Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan


hidup di dunia dan di akhirat dan mendapat ridha dari Allah Swt. Nabi Muhammad saw.
mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan
perbuatan.

Rasulullah saw. memulai dakwahnya kepada istri, keluarga, dan teman- teman karibnya
hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat
atau risalah Rasulullah saw. adalah Kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari
Mesir, Kisra dari Persia (Iran), dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia). Ada
beberapa metode dakwah yang bisa dilakukan seorang muslim menurut syariat.

3.1.3 . Ketentuan Khutbah, Tablig, dan Dakwah

1. Ketentuan Khotbah Jum’at

a. Khatib jum’at

Khotbah Jum’at adalah pidato atau ceramah yang wajib dilaksanakan oleh seorang
khatib, sebelum salat Jum’at dimulai.

Agar tujuan mulia tersebut tercapai maka, hendaklah khatib Jum’at harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut, ini :

o Mengetahui ajaran Islam, terutama mengenai akidah, ibadah, dan akhlak.


o Mengetahui berbagai hal tentang khotbah Jum’at, terutama tentang
syarat, rukun dan sunah-sunahnya.
o Dapat membaca hamdalah, syahadat, salawat, Al-Qua’an dan hadist
dengan baik dan benar, juga sanggup bebicara di muka umum dengan
jelas dan mudah dipahami.
o Orang yang sudah balig danbertakwa kepada Allah, berakhlak baik, tidak
melakukan perbuatan maksiat, dan bukan orang munafik.
o Orang yang dipandang terhormat, dihormati, dan disegani.

b. Syarat Khutbah Jum’at

o Khutbah dimulai pada waktu zuhur (sesudah matahari tergelincir).


o Khutbah dilakukan dengan dua kali dengan berdiri (jika dimungkinkan).
o Khatib hendaknya duduk di antara dua khotbah.
o Khotbah diucapkan dengan suara yang jelas dan keras.
o Dilakiukan secara berturut-turut sesuai dengan rukunnya.

c. Rukun Khotbah

o Mengucapkan hamdalah atau puji-pujian kepada Alllah SWT.


o Membaca syahadatain, yakni syahadat tauhid dan syahadat rasul. Dalam
hal ini Rasulullah SAW bersabda, “Tiap-tiap khotbah yang tidak ada
syahadatnya, adalah seperti tangan yang terpotong.” (H.R. Ahmad dan
Abu Daud)
o Membaca salawat atas Nabi Muhammad SAW.
o Berwasiat atau member nasihat tentang takwa dan menyampaikan ajaran
tentang akidah, ibadah, akhlak dan muamalah yang bersumber kepada
Al-Qur’an dan Hadist.
o Membaca ayat Al-Qur’an pada salah satu dari dua khotbah. Rasulullah
bersabdah yang artinya:
“Dari Jabir bin Samurah, katanya, “Rasulullah SAW berkhotbah berdiri,
duduk antara keduanya, membaca ayat-ayat Al-Qur’an, mengingatkan
dan memperingatkan kabar takut pada manusia.” (H.R. Muslim)
o Berdoa pada khotbah kedua agar kaum muslimin memperoleh ampunan
dosa dan rahmat Allah SWT.

d. Sunah Khotbah Jum’at

o Khatib hendaknya berdiri diatas mimbar atau di tempat yang lebih tinggi
dan letak mimbar berada di sebelah kanan tempat berdirinya Imam salat.
o Khatib hendaknya mengawali khotbahnya dengan member salam.
Setelah itu, duduk sebentar sambil mendengarkan mu’azzin berazan.
o Khotbah hendaknya jelas, mudah dipahami, tidak terlalu panjang dan
tidak terlalu pendek.
o Khatib, di dalam khotbahnya hendaknya menghadap kepada para jamaah
salat Jum’at dan jangan berputar-putar karena yang demikian itu tidak
disyariatkan.
o Menertibkan tiga rukun yaitu puji-pujian, salawat, dan nasihat agar
bertakwa.
o Mambaxa surah Al-Ikhlas, sewaktu duduk dua khotbah.

2. Ketentuan Tablig dan Dakwah

a. Tablig dan dakwah hendaknya dimulai dari diri mubalig dan da’i itu sendiri,
sebab sebelum seorang mubalig atau da’I mengajak orang lain untuk berimandan
bertakwa, maka terlebih dahulu mubalig dan atau da’i menjadi orang yang beriman dan
bertakwa. Hal ini diisyaratkan dalam firman Allah SWT, yang artinya: “Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan ap-apa yang tidak kamu kerjakan”.
(Q.S. As-Saff, 61:3)

b. Dalam bertablig atau berdakwah, mubalig, atau da’i hendaknya menggunakan


pola kebijaksanaan, yaitu berbicara atau bertablig kepada manusia menurut kadar
kemampuan akal mereka. Tablig atau dakwah kepada kaum intelek yang kadar
keilmuannya sudah tinggiharus dibedakan dengan tablig atau dakwah terhadap orang
kebanyakan, kadar keilmuannya masih rendah.

c. Dakwah dapat dilakukan dengan “bi al-hal” yaitu melalui perbuatan baik diridai
oleh Allah SWT agar diteladani orang lain.

d. Dakwah dapat dilaksanakan melalui ucapan lisan dan tulisan, baik perorangan
ataupun kepada masyarakat.
Dalam berdakwa pastinya dilakukan dengan berbagai metode dimana telah dijelaskan
Allah SWT dalam Al-Quran dalam surah An-Nahl, 16:125 yaitu :

- Metode al-hikmah yang artinya penyampaian dakwah terlebih dahulu mengetahui


tujuan dan sasaran dakwahnya.

- Metode al-mau’izah al-hasanah yakni member kepuasan kepada orang atau


masyarakat yang menjadi sasaran dakwah dengan cara seperti ini member nasihat,
pengajaran dan teladan yang baik.

- Metode “mujadalah bi al-lati hiya ahsan” ialah bertukar pikiran (berdiskusi) dengan
cara-cara yang terbaik. Metode ini digunakan bagi sasaran dakwah tertentu, misalnya
bagi orang-orang yang berpikir kritis dan kaum terpelajar.

Akan tetapi pada erang yang serbah canggih ini, sekarang dakwah dapat disampaikan
melalui media surat kabar, majalah, radio dan televisi.

3.1.4 . Perbedaan dan Persamaan Khutbah, Tablig, dan Dakwah

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering sekali mendengar kata dakwah. Hal itu sudah
tidak asing bagi kita, apalagi kita sebagai umat Muslim. Pastinya akan lebih sering
mendengar kata tersebut. Kata dakwah ini memiliki beberapa sebutan, diantaranya
tabligh atau khotbah.

Dilihat sekilas ketiga nama tersebut hampir sama, namun ada perbedaan diantara
ketiganya. Yang paling tinggi dan paling luas cakupannya adalah dakwah. Di dalam
dakwah ada beberapa jenjang aktifitas. Salah satunya adalah tabligh. Jadi tabligh itu
bagian dari dakwah, tetapi dakwah bukan hanya semata-mata tabligh. Tabligh sendiri
berarti menyampaikan. Di dalam tabligh, yang menjadi inti masalah adalah bagaimana
agar sebuah informasi tentang agama Islam bisa sampai kepada objek dakwah.

Sedangkan istilah khutbah dan ceramah sesungguhnya merupakan media dalam


bertabligh. Khutbah itu identik dengan khutbah jumat, yang hukumnya wajib
diselenggarakan tiap hari Jumat. Meski pun di luar khutbah jumat juga kita mengenal
adanya khutbah nikah, khutbah ''Idul Fithri dan ''Idul Adha. Sedangkan ceramah
sifatnya agak bebas, tidak ada ketentuan waktu dan kesempatannya. Misalnya ceramah
maulid, pengajian dan sejenisnya.

Tujuan utamanya ialah untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di


dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan
dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang
berkuasa pada saat itu.

Hal di atas cukup untuk menjadi alasan bagi seorang muslim untuk bersyukur dan
membela Islam. Dalam tinjauan yang lebih luas lagi, Islam bukan hanya agama pribadi,
tetapi juga sebuah ideologi yang harus diperjuangkan agar nilai-nilainya berjalan di
muka bumi.

Adapun metode berdakwah menurut Q.S. An-Nahl : 125 adalah dengan cara :

1. Bilhikmah (kebijaksanaan) artinya dengan cara yang jelas dan tegas sehingga
dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Penyampaian dakwah ini
terlebih dahulu harus mengetahui tujuannya dan mengenal secara benar terhadap
orang atau kelompok yang menjadi sasarannya.
2. Mauidhah hasanah artinya berdakwah dengan nasehat yang baik maksudnya
dengan menyenangkan hati, tidak menyakitkan dan tidak memaksakan tetapi
dengan cara persuasif yaitu memberikan kesempatan kepada orang untuk
berfikir dan menentukan sendiri.
3. Mujadalah (diskusi) ialah berdakwah dengan saling tukar fikiran dan informasi.
Cara ini biasanya dilakukan kepada orang yang mempunyai kemampuan
berfikir logis dan kritis.

Berdakwah atau menyeru orang (kelompok orang) agar meyakini ajaran Islam dan
mengamalkan ajarannya merupakan tugas suci kita semua sebagaimana perintah nabi
Muhammad saw, dalam kandungan hadits di atas. Dakwah bisa dilakukan dengan lisan,
tulisan dan perbuatan sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw pada
masa hidupnya.

Setiap muslim hendaklah menyadari bahwa berdakwah adalah merupakan suatu


kewajiban, sedang berhasil atau tidaknya Allahlah yang menentukan (Lihat Q.S. At-
Taubah : 56).

Perbedaan-perbedaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Khutbah Tabligh Dakwah


Dilaksanakan pada waktu- Dapat dilakukan kapan saja Dapat dilakukan kapan
waktu tertentu. saja.

Ada syarat dan rukun. Tidak ada syarat dan rukun. Tidak ada syarat dan rukun.

Ada mimbar khusus untuk Ada yang meggunakan Tidak perlu ada mimbar
melaksanakannya. mimbar dan ada yang tidak, khusus dalam
tergantung tempat pelaksanannya.
pelaksanaannya.
Waktunya terbatas. Ada yang tidak terbatas dan Tidak dibatasi waktu
ada yang dibatasi
waktunya.
Dilakukan oleh seorang Bisa dilakukan oleh siapa Boleh dilakukan siapa saja,
yang memiliki kemampuan saja yang memiliki karena setiap muslim
berorasi dan memiliki kemampuan berorasi dan wajib, mempelari,
pengetahuan yang cukup. pengetahuan agama. mengamalkan dan
mendakwahkan Islam.
Orang yang melaksanakan Orang yang melaksanakan Orang yang melaksana-
disebut khatib disebut kannya disebut dengan
mubaligh/mubalighot. da’i.
Dilakukan secara khusus Dapat dilakukan melalui Dapat dilakukan tanpa
dan memiliki tata cara berbagai cara seperti melalui acara formal karena
tertentu seminar atau menggunakan dapat dilakukan kapan dan
teknologi. dimana saja.

BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan

Khotbah, tabligh dan dakwah sangat penting dilakukan oleh segenap orang utamanya
adalah orang muslim sendiri, sehingga Islam bisa tetap langgeng di tempat kita masing-
masing

Menurut bahasa, khutbah berarti ucapan atau pidato. Menurut istilah Islam, khutbah
berarti pidato yang diucapkan oleh seorang khatib pada situasi khusus dan merupakan
rangkaian dari ibadah

Dilihat dari akar katanya, kata Tabligh berasal dari kata kerja (fi`il)Balagha > yubalighu
yang artinya menyampaikan. Sedangkan menurut istilah tabligh adalah “menyampaikan
ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah, SWT kepada ummat manusia agar
dijadikan pedoman hidup supaya memperoleh kebahagian didunia dan ahirat

Kata dakwah berasal dari bahasa arab yang merupakan kata dasar (masdar) dari kata
kerja (fi`il)Da`a – Yad`u yang artinya memanggil, menyeru atau mengajak. Menurut
istilah syara dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, memanggil, atau mengajak
orang untuk beriman dan taat kepada Allah, SWT sesuai dengan ajaran Islam

Beberapa hal yang dapat membedakan antara khotbah, tabligh dan dakwah yaitu waktu
pelaksanaan, khatib jum’at dan da’i, para pendengar khotbah jum’at dan dakwah,
ketentuan syara’ dalam berkhotbah dan dakwah serta penyampaiannya.
4.2 Saran

4.2.1 Kewajiban bertablig atau berdakwah dipikulkan kepada setiap


muslim/muslimah sesuai dengan kemampan dan pengetahuan yang dimiliki, dari
semenjak generasi sahabat, sampai sekarang ini dan seterusnya sampai akhir zaman.

4.2.2 Kegiatan bertablig atau berdakwah merupakan kewajiban Muslim sesuai


dengan sabdah Rasulullah, yaitu “Sampaikanlah olehmu apa yang kalian peroleh dari
aku walaupun hanya satu ayat.” (H.R. Bukhari, At-Tirmizi dan Ahmad dari Ibnu Amr)
Sumber Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah

http://id.wikipedia.org/wiki/Khotbah

http://makalahpribadi.wordpress.com/2012/04/24/pengertian-tabligh-dakwah-dan-
khitobah/

http://rheaarchuleta.blogspot.com/2012/06/makalah-dakwah-tabligh-khutbah.html

http://kumpulansebuahskripsi.blogspot.com/2014/08/khutbah-tabligh-dan-dakwah.html

Anda mungkin juga menyukai