LAPORAN KASUS
Nama : Tn. T
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Laki
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Sudah Menikah
No. CM : 349100
Tanggal Masuk : 8 April 2018
Tanggal Pemeriksaan : 13 April 2016
3.2 ANAMNESIS
1. Inspeksi : Simetris
2. Palpasi : Deviasi trakea tidak ditemukan
3. Pembesaran KGB : Tidak ada
d. Thorax
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Tipe Pernafasan : Thorako-abdominal
Retraksi : (-/-)
1. Palpasi
Fremitus raba :
3. Perkusi
Sonor (+/+)
4. Auskultasi
Vesikuler (+/+), ronkhi (+/+) basah kasar di basal paru dextra dan
sinistra,wheezing (-/-)
d. Jantung
1. Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
2. Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V linea mid clavicula
sinistra.
3. Perkusi: Batas jantung atas: di ICS III linea parasternal sinistra.
Batas jantung kanan: di ICS V linea parasternal dextra.
Batas jantung kiri: di ICS V linea midclavicula sinistra.
4. Auskultasi : BJ I >BJ II, reguler, murmur (-), gallop (-).
a. Abdomen
1. Inspeksi : Simetris, distensi (-), tumor(-), vena collateral(-)
2. Palpasi : Soepel, Nyeri tekan (-), defans muscular (-)
a. Hepar : Tidak teraba
b. Lien : Tidak teraba
c. Ginjal : Ballotement tidak teraba
3. Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
4. Auskultasi : peristaltik normal
a. Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Ekstremitas
Hematokrit 19 37-47 %
MCV 98 80-100 fL
MCH 32 27-31 pg
MCHC 32 32-36 %
RDW 13,7 11,5-14,5 %
MPV 10,83 7,2-11,1 fL
Eosinofil 0 0-6 %
Basofil 0 0-2 %
Limfosit 24 20-40 %
Monosit 3 2-8 %
Balance Cairan
Intake = 1500cc/24 jam
Output = 500cc/24 jam
Balance = +1000cc/24 jam
Urinalisa
Hasil
Bilirubin Urin = Negatif
Reduksi Urin = Negatif
Urobilinogen Urin = Negatif
Protein Urin = +4
3.5 DIAGNOSIS
2. Hiperkalemi ringan
3. Alkalosis Respiratorik dengan kompensasi penuh
4. Hipertensi stage 2
5. Anemia Berat Normokrom Normositer e.c dd/
1. Penyakit Kronis
2. Perdarahan
3.6 TERAPI
- Bed rest semifowler
- O2 2-4 L/menit dengan Rebreathing Mask
- Kateter
- Threeway
- Diet ginjal 1603 kkal ekstra protein 0,6g/KgBB/Hari
- IV ceftriaxone 1 gr/12 jam
- IV furosemid 20 mg/8jam
- Amlodipin 1x10 mg
- Kalitake Sachet 3x5g
- Hemodialisa reguler setiap hari selasa dan kamis
- Transfusi PRC 4 kolf, dengan target hemoglobin >10 g/dL
3.7 PLANING
- Balance Cairan dengan balance 0/-
- MDT
- USG Ginjal
- Konsul Mata untuk dilakukan Funduskopi
- Foto Polos Abdomen
- Foto Thorax
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak tiga hari
sebelum masuk rumah sakit dan memberat sejak dua hari sebelum masuk rumah
sakit. Sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas, cuaca, asap, dan debu. Sesak juga
dirasakan tidak berkurang dengan istirahat. Pasien juga mengeluhkan mual dan
muntah. Pasien ini juga mengalami sindroma uremia yang terjadi akibat
penurunan fungsi ginjal dan ditandai dengan lemah, letargi, anoreksia, mual,
muntah, nokturia, dan kelebihan volume cairan (volume overload) dengan tanda
yang didapati dari pemeriksaan fisik berupa edema tungkai dan rhonki basah kasar
di basal paru dextra dan sinistra. Pasien juga memiliki riwayat susah BAK dan
BAK keruh. Pasien juga baru diketahui mempunyai hipertensi tidak terkontrol
sejak setahun terakhir. Dari hasil lab didapatkan LFG 4,31 ml/menit/1,73m², BUN
91, Ureum 195 mg/dL, Kreatinin 16,60 mg/dL, Leukosit 13.200/mm3.
Pasien ini mendapatkan terapi berupa pemasangan Kateter, Threeway,
Diet ginjal 1603 kkal ekstra protein 0,6g/KgBB/Hari, IV Furosemid 20 mg/8 jam
dan Balance cairan dengan balance 0/- untuk mengurangi kelebihan volume
cairan, IV Ceftriaxone 1 gr/12 jam untuk menangani infeksi dan Hemodialisa
reguler setiap hari selasa dan kamis untuk membantu kerja ginjal. Kemungkinan
penyebab CKD paling umum pada pasien ini adalah adanya hipertensi nefropati.
Kelainan urologis lainnya penyebab CKD pada pasien ini dapat berupa glomerulo
nefropati chronic atau pyelonefritis kronis, namun hal ini harus dikonfirmasi
dengan dilakukan pemeriksaan penunjang Foto Polos Abdomen dan USG Ginjal
untuk melihat kontur ginjal sehingga dipastikan penyebab dari CKD pada pasien
ini dan juga perlu dilakukan pemeriksaan MDT.
Chronic Kidney Disease (CKD) atau Gagal Ginjal Kronik merupakan
proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
Dikatakan sebagai CKD stage V jika dari hasil perhitungan LFG (Laju Filtrasi
Glomerulus) < 15 ml/mnt/1,73m2. Penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung
pada penyakit yang mendasarinya tersebut. Pengurangan massa ginjal
mengakibakan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa
sebagai upaya kompensasi yang diperentarai oleh molekul vasoaktif seperti
sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang
diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses
adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa
sklerois nefron yang masih tersisa. Proses ini diikuti dengan penurunan fungsi
nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya
peningkatan aktivitas aksis renin- angiotensin-aldosteron internal, ikut
memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan
progresifitas tersebut. Aktivitas jangka panjang renin angiotensin aldosteron,
sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor β
(TFG-β). Hal lain yang berperan dalam progresifitas penyakit ginjal kronik adalah
albuminuria, hipertensi, hiperglikemia dan dislipidemia. Pada stadium paling dini
penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal, pada keadaan mana
basal LGF masih normal atau meningkat, kemudian secara perlahan akan terjadi
penurunan fungsi nefron yang progresif yang ditandai dengan peningkatan kadar
urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG di bawah 30 %, pasien
memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata. Pasien juga mudah terkena
infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, maupun saluran cerna.
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas, diduga sesak nafas yang
dialami pasien merupakan penyebab dari alkalosis respiratorik dengan
kompensasi penuh. Hal ini dapat dilihat dari hasil laboratorium analisa gas darah
pasien berupa pH 7,423 yang artinya pH tersebut normal (kompensasi penuh)
yang mendekati ke arah pH alkalosis, pCO2 21,70 (<35) yang bisa diartikan
alkalosis pada pasien ini jenis respiratorik. Pasien ini mendapatkan terapi berupa
bed rest semifowler dan pasien juga mendapatkan O2 2-4L/menit untuk
membantu kecukupan konsentrasi oksigen dan karbondioksida pasien serta
direncanakan untuk foto thorax untuk memastikan penyebab sesak nafas pada
pasien.
Pasien mengeluhkan pandangan kabur dan tekanan darah pasien 160/100
mmHg. Pasien ini mendapatkan amlodipin 1x5mg dan direncakan untuk
dilakukan funduskopi untuk mengkonfirmasi adakah tanda-tanda retinopati
hipertensi pada pasien yang menyebabkan padangan kabur. Berdasarkan JNC 7
hal tersebut termasuk kedalam kategori hipertensi stage 2. Hipertensi bisa
dikatakan memasuki stage 2 jika tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik
≥ 100 mmHg.
Pasien juga mengalami hiperkalemia ringan yang ditandai dengan kadar
Kalium 5,7 meq/L. Penyebab hiperkalemia dapat disebabkan oleh keluarnya
kalium dari intrasel ke ekstrasel maupun berkurangnya ekskresi kalium melalui
ginjal. Hal ini dapat terjadi karena gagal ginjal yang diderita pasien yang
menyebabkan berkurangnya ekskresi kalium melalu ginjal yang tidak lagi bekerja
dengan adekuat. Pasien ini mendapat terapi kalitake sachet 3x5g untuk mengatasi
hiperkalemia.
Keluhan lemah dan pucat juga dirasakan pasien, dari pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva palpebra inferior anemis (+/+), dari hasil lab didapatkan
Hemoglobin 6,1 g/dL, Hematokrit 19%, Eritrosit 1,9x10 6/mm3, Trombosit
178x103/mm3, MCV 98 fL, MCH 32 pg, MCHC 32%, RDW 13,7%, MPV 10,8
fL. Berdasarkan data tersebut pasien didiagnosa anemia berat, hasil lab
menunjukkan sel darah normokrom normositer, penyebab anemia berat
normokrom normositer pada pasien diduga disebabkan oleh penyakit kronis atau
perdarahan. Terapi yang diberikan pada pasien ini berupa transfusi PRC 4 Kolf,
dengan target hemoglobin >10 g/dL.
DAFTAR PUSTAKA