Anda di halaman 1dari 3

ANGINA LUDWIG

A. Pengertian
Angina Ludwig didefinisikan sebagai selulitis yang menyebar dengan cepat,
potensial menyebabkan kematian, yang mengenai ruang sublingual dan
submandibular. Umumnya, infeksi dimulai dengan selulitis, kemudian berkembang
menjadi fasciitis, dan akhirnya berkembang menjadi abses yang menyebabkan
indurasi suprahioid, pembengkakan pada dasar mulut, dan elevasi serta perubahan
letak lidah ke posterior. Wilhelm Fredrick von Ludwig pertama kali
mendeskripsikan angina Ludwig ini pada tahun 1836 sebagai gangrenous cellulitis
yang progresif yang berasal dari region kelenjar submandibula.

B. Etiologi
Angina Ludwig biasanya disebabkan oleh infeksi odontogenik, khususnya
dari gigi molar kedua atau ketiga bawah. Gigi ini mempunyai akar yang berada di
atas otot milohioid, dan abses di lokasi ini dapat menyebar ke ruang submandibular.
Infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus, stafilokokus, atau
bakteroides. Namun, 50% kasus disebabkan disebabkan oleh polimikroba, baik oleh
gram positif ataupun gram negatif, aerob ataupun anaerob. Penyebab lain dari angina
Ludwig yaitu sialadenitis, abses peritonsil, fraktur mandibula terbuka, kista duktus
tiroglossal yang terinfeksi, epiglotitis, injeksi intravena obat ke leher, bronkoskopi
yang menyebabkan trauma, intubasi endotrakea, laserasi oral, tindik lidah, infeksi
saluran nafas bagian atas, dan trauma pada dasar mulut.

C. Patofisiologi
Angina Ludwig merupakan suatu selulitis dari ruang sublingual dan
submandibular akibat infeksi dari polimikroba yang berkembang dengan cepat dan
dapat menyebabkan kematian akibat dari gangguan jalan nafas. Pada pemeriksaan
bakteriologi ditemukan polimikroba dan kebanyakan merupakan flora normal pada
mulut2. Organism yang sering diisolasi pada pasien angina Ludwig yaitu
Streptokokus viridians dan Stafilokokus aureus. Bakteri anaerob juga sering terlibat,
termasuk bakteroides, peptostreptokokus, dan peptokokus. Bakteri gram positif
lainnya yang berhasil diisolasi yaitu Fusobacterium nucleatum, Aerobacter
aeruginosa, spirochetes, and Veillonella, Candida, Eubacteria, dan Clostridium
species. Bakteri gram negative yang berhasil diisolasi termasuk Neisseria species,
Escherichia coli, Pseudomonas species, Haemophilus influenzae, dan Klebsiella sp.

D. Diagnosis
Anamnesa
Gejala awal biasanya berupa nyeri pada area gigi yang terinfeksi. Dagu
terasa tegang dan nyeri saat menggerakkan lidah. Penderita mungkin akan
mengalami kesulitan membuka mulut, berbicara, dan menelan, yang mengakibatkan
keluarnya air liur terus-menerus serta kesulitan bernapas. Penderita juga dilaporkan
mengalami kesulitan makan dan minum. Dapat dijumpai demam dan rasa menggigil.
Pemeriksaan fisik
Dasar mulut akan terlihat merah dan membengkak. Saat infeksi menyebar
kebelakang mulut, peradangan pada dasar mulut akan menyebabkan lidah terdorong
keatas-belakang sehingga menyumbat jalan napas. Jika laring ikut membengkak,
saatbernapas akan terdengar suara tinggi (stridor). Biasanya penderita akan
mengalami dehidrasi akibat kurangnya cairan yang diminum maupun makanan yang
dimakan. Demam tinggi mungkin ditemui, yang mengindikasikan adanya infeksi
sistemik
Pemeriksaan penunjang
Meskipun diagnosis angina Ludwig dapat diketahui berdasarkan anamnesa
dan pemeriksaan fisik, beberapa metode pemeriksaan penunjang seperti laboratorium
maupun pencitraan dapat berguna untuk menegakkan diagnosis.

Laboratorium:
1. Pemeriksaan darah: tampak leukositosis yang mengindikasikan adanya infeksi
akut. Pemeriksaan waktu bekuan darah penting untuk dilakukan tindakan insisi
drainase.
2. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas: untuk menentukan bakteri yang menginfeksi
(aerob dan/atau anaerob) serta menentukan pemilihan antibiotik dalam terapi.
3. Pencitraan:
Rontgen
Walaupun radiografi foto polos dari leher kurang berperan dalam
mendiagnosisatau menilai dalamnya abses leher, fotopolos ini dapat
menunjukkan luasnyapembengkakkan jaringan lunak. Radiografi dada dapat
menunjukkan perluasan proses infeksi ke mediastinum dan paru-paru. Foto
panoramik rahang dapatmembantu menentukan letak fokal infeksi atau abses,
serta struktur tulang rahang yang terinfeksi.
USG
USG dapat menunjukkan lokasi dan ukuran pus, serta metastasis dari abses. USG
dapat membantu diagnosis pada anak karena bersifat non-invasif dan non-radiasi.
USG juga membantu pengarahan aspirasi jarum untuk menentukan letakabses.
CT-scan
CT-scan merupakan metode pencitraan terpilih karena dapat memberikan
evaluasi radiologik terbaik pada abses leher dalam. CT-scan dapat
mendeteksiakumulasi cairan, penyebaran infeksi serta derajat obstruksi jalan
napas sehinggadapat sangat membantu dalam memutuskan kapan dibutuhkannya
pernapasanbuatan.
MRI
MRI menyediakan resolusi lebih baik untuk jaringan lunak dibandingkan dengan
CT-scan. Namun, MRI memiliki kekurangan dalam lebih panjangnya waktu
yangdiperlukan untuk pencitraan sehingga sangat berbahaya bagi pasien yang
mengalamikesulitan bernapas
E. Penatalaksanaan
Penatalaksaan angina Ludwig memerlukan tiga fokus utama, yaitu:
 Pertama dan paling utama, menjaga patensi jalan napas.
 Kedua, terapi antibiotik secara progesif, dibutuhkan untuk mengobati dan
membatasipenyebaran infeksi.
 Ketiga, dekompresi ruang submandibular, sublingual, dan submental

Anda mungkin juga menyukai