Kabupaten Bandung
Kabupaten Bekasi
Kabupaten Bogor
Kabupaten Ciamis
Kabupaten Cianjur
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Garut
Kabupaten Indramayu
10
Kabupaten Karawang
11
Kabupaten Kuningan
12
Kabupaten Majalengka
13
Kabupaten Pangandaran
14
Kabupaten Purwakarta
15
Kabupaten Subang
16
Kabupaten Sukabumi
17
Kabupaten Sumedang
18
Kabupaten Tasikmalaya
19
Kota Bandung
20
Kota Banjar
21
Kota Bekasi
22
Kota Bogor
23
Kota Cimahi
24
Kota Cirebon
25
Kota Depok
26
Kota Sukabumi
27
Kota Tasikmalaya
Bentuk bulat telur pada lambang Jawa Barat berasal dari bentuk perisai sebagai penjagaan diri.
Ditengah-tengah terlihat ada sebilah kujang. Kujang ini adalah senjata suku bangsa Sunda yang
merupakan penduduk asli Jawa Barat. Lima lubang pada kujang melambangkan dasar negara
Indonesia yaitu Pancasila.
Padi satu tangkai yang terdapat di sisi sebelah kiri melambangkan bahan makanan pokok masyarakat
Jawa Barat sekaligus juga melambangkan kesuburan pangan, dan jumlah padi 17 menggambarkan
tanggal Proklamasi Republik Indonesia.
Kapas satu tangkai yang berada di sebelah kanan melambangkan kesuburan sandang, dan 8 kuntum
bunga menggambarkan bulan proklamasi Republik Indonesia.
Gunung yang terdapat di bawah padi dan kapas melambangkan bahwa daerah Jawa Barat terdiri atas
daerah pegunungan.
Sungai dan terusan yang terdapat di bawah gunung sebelah kiri melambangkan di Jawa Barat banyak
terdapat sungai dan saluran air yang sangat berguna untuk pertanian.
Petak-petak yang terdapat di bawah gunung sebelah kanan melambangkan banyaknya pesawahan
dan perkebunan. Masyarakat Jawa Barat umumnya hidup mengandalkan kesuburan tanahnya yang
diolah menjadi lahan pertanian.
Dam atau bendungan yang terdapat di tengah-tengah bagian bawah antara gambar sungai dan petak,
melambangkan kegiatan di bidang irigasi yang merupakan salah satu perhatian pokok mengingat Jawa
Barat merupakan daerah agraris. Hal ini juga melambangkan dam-dam yang berada di Jawa Barat
Warna hijau artinya melambangkan kesuburan dan kemakmuran tanah Jawa Barat. Kuning artinya
melambangkan keagungan, kemuliaan dan kekayaan. Hitam artinya melambangkan keteguhan dan
keabadian. Biru artinya melambangkan ketentraman atau kedamaian. Merah artinya melambangkan
keberanian. Putih artinya melambangkan kemurnian, kesucian atau kejujuran.
Arti bebas dari motto daerah Jawa Barat secara keseluruhan ialah menyatakan bahwa Jawa Barat
merupakan daerah yang kaya raya dan subur makmur serta didiami oleh banyak penduduk yang hidup
rukun dan damai.
Sejarah
Temuan arkeologi tertua mengenai penghuni Jawa Barat ditemukan di Anyer dengan ditemukan
budaya logam perunggu dan besi dari sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah
jaman Buni (Bekasi Kuno) dapat ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon.
Jawa Barat pada abad ke 5 merupakan bagian dari kerajaan Tarumanagara. Perasasti peninggalan
kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara
Wengi (yang digunakan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar
menceritakan para raja Tarumanagara. Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara akibat serangan
kerajaan Sriwijaya berdasarkan prasasti Kota Kapur (tahun 686), kekuasaan bagian barat di Pulau Jawa
dari Ujung Kulon sampai Kali Ciserayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda.
Salah satu prasasti dari jaman kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun
932. Kerajaan Sunda beribukota di Pakuan pajajaran (sekarang Kota Bogor).
Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi ancaman kepada Kerajaan Sunda. Pelabuhan
Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesulatanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian
menjadi Kesultanan Cirebon yang merdeka dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke
tangan Kesulatanan Cirebon dan kemudian menjadi Kesultanan Banten. Untuk menghadapi ancaman
Kesulatanan Cirebon dan Kesultanan Demak, Sri Baduga Maharaja, raja Sunda saat itu meminta
putranya, Surawisesa untukmembuat perjajian pertahanan keamanan dengan bangsa Portugis di
Malaka untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda Kelapa kepada Kesultanan Cirebon
dan Kesultanan Demak. Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda dengan gelar Prabu Surawisesa
Jayaperkosa, perjajian pertahanan keamanan Sunda-Portugis,yang dikenal dengan Luso-Sundanese
Treaty, ditandatangani pada tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk
membangun benteng dan gudang di Sunda Kelapa serta akses untuk perdagangan di sana. Untuk
merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu
monument batu yang disebut Padrao di tepi sungi Ciliwung di sekitar daerah Tugu. Meskipun perjajian
pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena
pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon-Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Faletehan,
menyerang dan menaklukan pelabuhan Sunda Kelapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi
Cirebon-Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjajian
damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan
Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576,
Kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran, Ibu Kota Kerajaan Sunda, dan
akhirnya jatuh ketangan Kesultanan Banten, wilayah Priangan jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.
Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925 ketika Pemerintah
Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan provinsi itu sebagai pelaksanaan
Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah
provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan,
sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa disebelah barat Sungai Cilosari dan
citanduy yang sebagian dihuni oleh pendudukyang menggunakan bahasa Sunda sebagai Bahasa Ibu.
Perkembangan Sejarah menunjukan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama
dibentuk di wilayah Indonesia (Staatblad Nomor: 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU
No.11 Tahun 1950, tentang pembentukan Provinsi Jawa Barat. Selama lebih kurang 50 tahun sejak
pembentukannya, wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat baru bertambah 5 wilayah, yakni Kabupaten
Subang (1968), Kota Tangerang (1993), Kota Bekasi (1996), Kota Cilegon dan kota Depok (1999).
Padahal dalam kurun waktu tersebut telah banyak perubahan baik dalam bidang pemerintahan,
ekonomi, maupun kemasyarakatan. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki alam dan pemandangan yang indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat
diberdayakan, antara lain menyangkut Sumber Daya Air, Sumber Daya Alam dan pemanfaatan lahan ,
Sumber Daya Hutan, Sumber Daya Pesisir dan laut serta Sumber Daya Perekonomian. Dalam kurun
waktu 1994-1999, secara kuantitatif jumlah wilayah Pembantu Gubernur tetap 5 wilayah dengan
terdiri dari : 20 Kabupaten dan 5 Kotamadya, dan tahun 1999 jumlah Kotamadya bertambah menjadi
8 Kotamadya. Kota Administratif berkurang dari enam daerah menjadi empat, karena Kotip Depok
pada tahun 1999 berubah status menjadi kota otonom. Dengan demikian sampai dengan tahun 2007
Jawa Barat terdiri atas 17 Kabupaten dan 9 Kota.