Anda di halaman 1dari 18

Bab 3 Instrumen Tes

Regina Sagan 19.E1.0047


A. Pengertian Tes
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran (mengumpulkan informasi
karakteristik suatu objek). Dalam pembelajaran, objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik,
minat, motivasi dan sebagainya. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar yang bersifat hard
skills.
B. Bentuk-Bentuk Tes
Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dilihat dari segi penskorannya dapat dikategorikan menjadi
2 yaitu tes objektif adalah tes yang penskorannya bersifat objektif (hanya dipengaruhi oleh objek jawaban atau
respons yang diberikan oleh peserta tes) dan tes subjektif adalah tes yang penskorannya selain dipengaruhi oleh
jawaban atau respons peserta tes juga oleh subjektivitas pemberi skor. Di antara subjektivitas yang dapat
mempengaruhi hasil penskoran hasil tes diantaranya
1. Ketidakkonsistenan penilai / rater unreliability
Kondisi penilai baik fisik maupun psikis akan mempunyai pengaruh terhadap skoring jawaban siswa. Dan
ketidakstabilan kondisi penilai / rater akan mengurangi tingkat reliabilitas skor hasil tes.
2. Hallo effect
Kesan guru terhadap siswa sebelumnya akan dapat mempengaruhi skor hasil tes siswa. Karakteristik siswa
kadang-kadang juga mempengaruhi skor hasil belajar.
3. Pengaruh urutan pemeriksaan / order effect
Urutan pemeriksaan terhadap lembar jawaban siswa kadang-kadang dapat mempengaruhi skor tes. Dalam kasus
demikian ada standar skoring yang berlainan untuk urutan pemeriksaan yang berlainan.
4. Pengaruh bentuk tulisan dan bahasa / mechanic and language effect
Bentuk tulisan yang sulit dibaca guru dan penggunaan bahasa yang sulit dipahami oleh guru akan
mempengaruhi terhadap skor yang diberikan. Bentuk tulisan dan bahasa yang kurang jelas akan
mengurangi skor jawaban tes yang diberikan oleh guru.
Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan dan
uraian objektif. Tes uraian dapat dibedakan menjadi tes uraian objektif sering digunakan pada bidang
sains dan teknologi atau bidang sosial yang jawaban soalnya sudah pasti dan hanya satu jawaban yang
benar dan tes uraian subjektif sering digunakan pada bidang ilmu sosial yang jawaban soalnya luas dan
tidak hanya satu jawaban yang benar tergantung argumentasi yang diberikan oleh peserta tes.
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh karakteristik mata pelajaran dan aspek hasil belajar
peserta didik yang diujikan, tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa
lembar jawaban tes dan cakupan materi tes.
C. Tes Objektif
Tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respons yang harus dipilih
oleh peserta tes (kemungkinan jawaban atau respons telah disediakan oleh penyusun butir soal).
a. Kelebihan tes objektif
1. Lebih representatif mewakili isi dan luas bahan.
2. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci jawaban bahkan dapat
menggunakan alat-alat kemajuan teknologi misalnya mesin scanner.
3. Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain.
4. Dalam pemeriksaan maupun penskoran tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi baik dari segi
guru maupun siswa.
b. Kelemahan tes objektif
5. Membutuhkan persiapan yang lebih sulit daripada tes esai karena butir soal atau item tesnya banyak
dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
6. Butir-butir soal cenderung hanya mengungkap ingatan dan pengenalan kembali / recalling saja dan
sukar untuk mengukur kemampuan berpikir yang tinggi seperti sintesis maupun kreativitas.
7. Banyak kesempatan bagi siswa untuk spekulasi atau untung-untungan / guessing dalam menjawab
soal tes.
8. Kerjasama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
c. Cara mengatasi kelemahan
1. Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih menyusun soal tes
secara terus menerus sehingga semakin lama semakin terampil.
2. Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan nomor dua.
3. Menggunakan norma atau standar penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan / guessing yang
bersifat spekulatif.
Secara umum ada 3 tipe tes objektif
a. Benar salah / true false
b. Menjodohkan / matching
c. Pilihan ganda / multiple choice
Dari tipe-tipe tersebut dapat dikembangkan beberapa modifikasi lagi. Misalnya tes objektif pilihan ganda
dapat dimodifikasi ke dalam 5 ragam yaitu pilihan ganda biasa, pilihan ganda analisis hubungan antar-
hal, pilihan ganda analisis kasus, pilihan ganda kompleks dan pilihan ganda yang menggunakan
diagram, grafik, tabel atau gambar. Kelima ragam tes objektif pilihan ganda tersebut sama struktur atau
formatnya yaitu ada pokok soal / stem yang diikuti oleh sejumlah pilihan / option. Di antara pilihan ini
ada satu jawaban yang benar atau paling benar sebagai kunci / key. Pilihan di luar yang benar atau paling
tepat berfungsi sebagai pengecoh / distractors.
Tipe Benar Salah / True False Test
Pada tes ini peserta tes diminta untuk menandai masing-masing jawaban atau pernyataan itu dengan
melingkari ataupun memberi tanda silang pada huruf “B” jika jawaban atau pertanyaan itu dianggap
benar menurut pendapatnya dan melingkari atau memberi tanda silang pada huruf “S” jika jawaban atau
pertanyaan itu menurut pendapatnya dianggap salah.
a. Kelebihan tipe benar salah
1. Dapat mewakili pokok bahasan atau materi pelajaran lebih luas.
2. Mudah penyusunannya.
3. Mudah diskor.
4. Merupakan instrumen yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang
berkaitan dengan ingatan.
b. Kekurangan tipe benar salah
5. Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan pengenalan kembali.
6. Mendorong peserta tes untuk menebak jawaban.
c. Cara mengolah skor tes tipe benar salah
Rumus untuk mencari skor dalam tes tipe benar salah ada 2 macam
1. Sistem denda
Rumus skor dengan sistem denda
Sk = B-S
Dengan ketentuan
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar
S = jumlah jawaban yang salah
Kelebihan sistem denda akan mengurangi kemungkinan peserta tes untuk berspekulasi atau untung-
untungan dalam menjawab soal tes namun kelemahannya ada kemungkinan seorang peserta tes
memperoleh skor negatif.
2. Sistem tanpa denda
Rumus skor dengan sistem tanpa denda
Sk = B
Dengan ketentuan
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar
Kekurangan sistem tanpa denda adalah mendorong peserta tes untuk berspekulasi atau untung-untungan
dalam menjawab soal tes namun kelebihannya adalah tidak ada peserta tes yang memperoleh skor
negatif.
Tipe Menjodohkan / Matching Test
Butir soal tipe menjodohkan ditulis dalam dua kolom atau kelompok. Kelompok pertama disebelah kiri
adalah pertanyaan atau pernyataan / stem atau biasa juga disebut premis. Kelompok kedua di sebelah kanan
adalah kelompok jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan menjodohkan jawaban-jawaban sehingga
sesuai atau cocok dengan pertanyaan atau pernyataan. Bila tes harus dikerjakan di lembaran jawaban yang
terpisah maka di depan pertanyaan atau pernyataan dan jawaban harus diberi kode urutan baik
menggunakan nomor maupun menggunakan huruf.
a. Kelebihan tipe menjodohkan
1. Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungandengan pengetahuan istilah, definisi, peristiwa
ataupenanggalan.
2. Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal baik yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung.
3. Mudah dalam penyusunan sehingga guru dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat menyusun
sejumlah butir soal yang cukup untuk menguji satu pokokbahasan tertentu.
4. Dapat digunakan untuk seluruh mata pelajaran yang diuji.
5. Mudah diskor.
Kelemahan tes tipe ini adalah terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan. Untuk menghindari
kelemahan ini maka penyusunan butir soal tipe ini harus diper-siapkan secara hati-hati.
b. Prinsip penyusunan tes tipe menjodohkan
1. Kelompok pernyataan di sebelah kiri dan kelompok jawaban di sebelah kanan masing-masing haruslah
terdiri dari kelompok yang homogen.
2. Kelompok jawaban (kanan) harus lebih banyak dari kelompok pernyataan (kiri). Untuk memudahkan
penyediaan lembaran jawaban yang seragam, maka dianjurkan supaya jumlah pernyataan di sebelah
kiri berkisar antara 3 atau 4 buah. Sedangkan kelompok jawaban adalah 5. Dengan demikian lembaran
jawaban akan seragam dengan butir soal pilihan ganda lainnya.
3. Cara mengolah skor tipe tes menjodohkan
Rumus untuk mencari skor dalam tes tipe menjodohkan
Sk = B
Dengan ketentuan
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar
Jadi yang dihitung adalah hanya jawaban yang benar saja, sedangkan jawaban yang salah tidak
mempengaruhi skor.
Tipe Pilihan Ganda / Multiple Choice Test
Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu.
Setiap tes pilihan ganda terdiri dari 2 bagian 1. pertanyaan atau pernyataan / stem 2. alternatif pilihan
jawaban / option.
Modifikasi dari tes pilihan ganda
1. Pilihan ganda analisis hubungan antar hal
Pilihan ganda hubungan antar hal terdiri dari dua pernyataan. Kedua pernyataan tersebut dihubungkan oleh
kata "SEBAB". Jadi ada dua kemungkinan hubungan antara kedua pernyataan tersebut yaitu ada hubungan
sebab akibat atau tidak ada hubungan sebab akibat. Supaya kedua pernyataan ini termasuk pilihan ganda
maka harus dicari variabel lain yang dapat mengukur kemampuan peserta tes. Variabel tersebut adalah
kualitas pernyataan yaitu apakah pernyataan pertama benar atau salah dan apakah pernyataan kedua benar
atau salah. Dengan adanya berbagai hal yang harus dinilai dari dua pernyataan tersebut maka dapatlah
dikembangkan tes bentuk hubungan antar hal dengan penyelesaian sebagai berikut
Untuk butir soal berikut ini pilihlah
A.Pernyataan benar, alasan benar, keduanya menunjukkkan hubungan sebab akibat.
B.Pernyataan benar, alasan benar, keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab akibat.
C.Pernyataan benar alasan salah.
D.Pernyataan salah alasan benar.
E. Pernyataan dan alasan salah.
2. Pilihan ganda analisis kasus
Pada tes bentuk pilihan ganda analisis kasus peserta tes dihadapkan pada suatu kasus. Kasus ini disajikan
dalam bentuk cerita, peristiwa dan sejenisnya.
3. Pilihan ganda asosiasi
Bentuk pilihan ganda asosiasi ini struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan (1). Perbedaannya adalah,
kalau pada melengkapi pilihan hanya ada satu jawaban yang benar atau paling benar, tetapi pada melengkapi
berganda justru jawaban yang benar dapat lebih dari satu, mungkin 2, 3 atau 4. Jadi pada ragam melengkapi
berganda diperbolehkan menuliskan keempat alternatif pilihan sebagai jawaban yang benar, tidak ada
pengecoh. Dengan kata lain jika semua alternatif pilihan adalah benar, janganlah dimasukkan pada ragam
melengkapi pilihan tetapi harus dimasukkan ke dalam ragam melengkapi pilihan berganda.
4. Pilihan ganda dengan diagram, grafik, tabel dan sebagainya
Bentuk soal tes ini mirip analisis kasus baik struktur maupun pola pertanyaannya. Bedanya dalam tes bentuk
ini tidak disajikan kasus dalam bentuk cerita atau peristiwa tetapi kasus tersebut berupa diagram, gambar,
grafik maupun tabel.
a. Cara mengolah skor tes pilihan ganda
Rumus untuk mencari skor dalam tes tipe pilihan ganda ada 2 macam
1. Sistem denda
Rumus skor
Sk = B – S / P – 1
Dengan ketentuan
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar
S = jumlah jawaban yang salah
P = banyaknya pilihan / option
1 = bilangan tetap
Kelebihan sistem denda akan mengurangi kemungkinan peserta tes untuk berspekulasi atau untung-untungan
dalam menjawab soal tes namun kelemahannya ada kemungkinan seorang peserta tes memperoleh skor
negatif.
2. Sistem tanpa denda
Rumus skor
Sk = B
Dengan ketentuan
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar
Jadi yang dihitung adalah hanya jawaban yang benar saja sedangkan jawaban yang salah tidak mempengaruhi
skor.
Kekurangan sistem tanpa denda adalah mendorong peserta tes untuk berspekulasi atau untung-untungan
dalam menjawab soal tes namun kelebihannya adalah tidak ada peserta tes yang memperoleh skor negatif.
b. Kelebihan tes pilihan ganda
1. Butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur segala level tujuan pembelajaran mulai
dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks kecuali tujuan yang berupa
kemampuan mendemonstrasikan, keterampilan menyatakan sesuatu secara ekspresif.
2. Karena karakteristik butir soal pilihan ganda hanya menuntut waktu mengerjakan soal minimal, maka
setiap perangkat tes yang menggunakan butir soal pilihan ganda sebagai alat ukur dapat menggunakan
jumlah butir soal yang relatif banyak dan karena itu penarikan sampel pokok bahasan yang akan diujikan
dapat lebih luas. Jadi Setiap perangkat tes dapat mencangkup hampir seluruh cakupan mata pelajaran.
3. Penskoran hasil tes dapat dilakukan secara objektif. Dengan demikian maka tidak ada unsur
subjektivitas pemeriksa masuk ke dalam skor hasil ujian. Bahkan, karena sifatnya maka penskoran dapat
dilakukan dengan mesin. Karena itu, maka dapat dikerjakan dalam waktu sangat singkat.
4. Tipe butir soal dapat disusun sedemikian rupa sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk
membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.
5. Jumlah pilihan yang disediakan melebihi dua. Karena itu, akan dapat mengurangi keinginan peserta tes
untuk menebak. Biasanya keinginan menjadi lebih besar bila probabilitas untuk benar makin besar. Jadi
pilihan lebih dari dua, maka probabilitas untuk benar makin besar. Jadi bila pilihan lebih dari dua, maka
probabilityas untuk benar tebakannya akan kurang dari 50 %. Tentu hal ini tidak berlaku bagi peserta tes yang
memang ini menebak.
6. Tingkat kesukaran butir soal dapat diatur, dengan hanya mengubah tingkat homogrnitas alternatif jawaban.
Semakin homogen alternatif jawaban, maka makin tinggi tingkat kesukarannya. Dan sebaliknya, makin
kurang homogenitas alternatif jawaban, maka akan semakin rendah tingkat kesukaran butir soal.
7. Tingkat kesukaran butir soal dapat diatur dengan hanya mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban.
8. Informasi yang diberikan lebih kaya. Butir soal ini dapat memberikan informasi tentang peserta tes lebih
banyak kepada guru, terutama bila butir soal itu memiliki homogenitas yang tinggi.Setiap pilihan peserta
terhadap alternatif jawaban merupakan suatu informasi tersendiri tentang penguasaan kognitif peserta tes
dalam bidang yang diujikan.
c. Kekurangan tes pilihan ganda
1. Relatif lebih sulit dalam penyusunan butir soal. Kesulitan menyusun butir soal tipe pilihan ganda ini
terutama untuk menemukan alternatif jawaban yang homogen. Seringkali guru menyusun butir soal
dengan hanya satu alternatif jawaban yang tersedia, yaitu kunci jawaban. Alternatif lainnya dicari dan
ditemukan secara tergesa-gesa, sehingga alternatif jawaban tidak homogen. Butir soal seperti ini tidak
terlalu bernilai untuk mengukur kemampuan peserta tes.
2. Ada kecenderungan bahwa guru menyusun butir soal tipe ini dengan hanya menguji atau mengukur
aspek ingatan, atau aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif. Bukan berarti bahwa aspek ini tidak
penting dalam aspek belajar. Tetapi bila sebagian butir soal itu hanya menguji satu aspek kognitif, maka
perangkat tes tidak terlalu berarti sebagai alat pengukur keberhasilan belajar secara menyeluruh.
3. Adanya pengaruh kebiasaan peserta tes terhadap tes bentuk pilihan ganda / testwise terhadap hasil tes
peserta. Jadi makin terbiasa seseorang dengan bentuk tes pilihhan ganda, makin besar kemungkinan ia
akan memperoleh skor yang lebih tinggi. Kenaikan skor karena testwise ini sungguh pun cukup berarti
tetapi tidak akan sampai mengganggu interpretasi hasil individual, asalkan guru menyadari adanya
pengaruh tersebut.
d. Pedoman penyusunan tes pilihan ganda
Untuk menghasilkan butir soal pilihan ganda yang baik dalam penyusunan butir soal ini perlu memperhatikan
hal-hal berikut
1. Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal sehingga dengan membaca pokok soal
siswa sudah dapat menentukan jawaban sebelum dilanjutkan membaca pilihan jawaban.
2. Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan.
3. Hindari rumusan kata yang berlebihan.
4. Kalau pokok soal merupakan pernyataan yang belum lengkap maka kata atau kata-kata yang melengkapi
harus diletakkan pada ujung pertanyaan bukan ditengah-tengah kalimat.
5. Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana.
6. Semua pilihan jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban yang benar.
7. Hindari jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang dari jawaban yang salah.
8. Hindari adanya petunjuk atau indikator pada jawaban yang benar.
9. Gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan jawaban.
10. Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bermakna tidak pasti seperti
kadang-kadang, seringkali, kebanyakan, dan sejenisnya.
11. Pokok soal sedapat mungkin dalam pertanyaan atau pernyataan positif.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai