Anda di halaman 1dari 37

THE DIAGNOSTIC IMAGING

OF BONE METASTASES
Walter Heindel, Raphael Gubitz, Volker Vieth, Matthias Weckesser, Otmar Schober, Michael Schäfers

LIGIA RIESKY BANCHE


42160086

Kepaniteraan Klinik Radiologi


Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
Yogyakarta
2017
PENDAHULUAN
• Seiring bertambahnya usia penduduk, kanker ini
menjadi lebih umum.
• Tempat metastasis kanker tersering : paru, hepar, dan
tulang.
• Pada orang dewasa, metastasis adalah jenis tumor ganas
yang paling umum pada tulang.
• Pada tulang, beberapa jenis kanker (mis., kanker prostat
dan payudara) dapat bermetastasis dengan prevalensi
hingga 70%.
PENDAHULUAN
• Cara metastasis :
 Setiap jenis kanker yang bermetastasis melalui aliran darah
→ menginfiltrasi sumsum tulang.
 aktivitas metabolisme dari kanker tersebut → reaksinya
menginduksi daerah sekitar tulang.
• Tujuan pencitraan diagnostik adalah untuk mendeteksi
metastasis skeletal awal, kapan saja dicurigai berdasarkan
temuan klinis atau laboratorium atau pada pasien yang berisiko
tinggi.
• Isu penting lainnya termasuk penilaian risiko fraktur dan
respon terhadap pengobatan.
PENDAHULUAN
• Metode imajing yang cocok
→ ketepatan strategi pengobatan
→ penentu penting perjalanan penyakit dan kualitas hidup.
Pasien yang belum
diketahui mengidap kanker,
datang dengan nyeri tulang
Dua skenario diagnostik atau patah tulang patologis.
yang sering muncul dalam
Pasien kanker yang
praktik klinis rutin
menjalani evaluasi stagingnya
untuk mendeteksi
atau menyingkirkan metastasis tulang
ISI
PROJECTIONAL RADIOGRAPHY
• Foto polos masih berperan penting untuk evaluasi
diagnosis dari metastasis tulang
• Gambaran radiologisnya dapat berupa :
- Osteoplastik : pembentukan tulang
- Osteolitik : penghancuran tulang → hanya dapat
terlihat apabila ≥50% substansi tulangnya telah
hancur
- Mixed : osteoplastik dan osteolitik
The Mirels score
Foto Polos Tulang
KEMAMPUAN KETERBATASAN
• Mampu mendeteksi perubahan • Kurang bisa mendeteksi
patologis (lesi osteolitik dsb) metastasis yang berukuran ≤1
pada korteks tulang sekecil cm pada spongiosa dari korpus
apapun ukurannya vertebra atau pada sumsum
• Mampu mendeteksi risiko tulang dari tulang panjang
terjadinya fraktur patologis (9% • Sensitivitas terhadap metastase
pasien metastase tulang) tulang pada tengkorak, vertebra,
• Membantu evaluasi lebih lanjut pelvis terbatas hanya sekitar 44-
suspek dari hasil temuan 50% karena efek superposisi
scintigraphic, walaupun jika hasil
foto polosnya normal belum
dapat mengesampingkan tidak
adanya metastasis tulang
• Berdasarkan kemampuan dan keterbatasan
tersebut, foto polos tidak cocok digunakan sebagai
uji skrining, meskipun pemeriksaan ini masih
berperan penting untuk mengevaluasi nyeri tulang.
• Foto polos pernah menjadi gold standar untuk
staging dari multiple myeloma, namun sekarang
telah banyak ditinggalkan dan berpindah kepada
low-dose CT yang lebih sensitif dan 3x lebih cepat.
CT (COMPUTERIZED TOMOGRAPHY)
CT (COMPUTERIZED TOMOGRAPHY)
 CT merupakan pilihan modalitas untuk :
- staging pada thorax dan abdomen
- pencitraan follow-up serial pada sebagian besar jenis kanker.
- menilai stabilitas struktur tulang yang terkena metastasis, terutama di daerah
anatomi yang kompleks.
- menunjukkan struktur yang lebih baik dari temuan abnormal pada scintigraphy
atau MRI.
- menilai risiko fraktur yang timbul dari metastasis tulang belakang yang sudah ada.
• Untuk memenuhi tujuannya ini, CT scan mencakup bagian yang luas dari kerangka
aksial.
• Yang dkk membandingkan 4 modalitas skrining utama dalam skala besar meta
analisis dan menemukan bahwa CT memiliki sensitivitas 73% dan spesifitas 95%.
Peneliti lainnya membuat temuan yang sama khususnya berkaitan dengan
metastasis kanker payudara.
KEMAMPUAN KETERBATASAN
• Multislice spiral CT mampu • Kurang begitu sensitif dalam
menyajikan pencitraan dari setiap mendeteksi tumor pada sumsum
bagian kerangka tanpa efek tulang.
superposisi dan dapat mendeteksi • Kurang dapat digunakan sebagai uji
metastasis pada area anatomi skrining untuk metastase tulang.
yang kompleks (vertebra thorax).
• Sangat sensitif untuk mendeteksi
lesi tulang osteolitik dan
osteoplastik yang melibatkan
korteks tulang, disamping lesi pada
jaringan lunak.
• Mampu memvisualisasi baik
trabekular ataupun korteks tulang
dengan resolusi yang tinggi.
CT merupakan pilihan metode pencitraan dalam banyak situasi, namun pada hasil
studi ini, CT terbatas kegunaannya sebagai uji skrining untuk metastase tulang,
meskipun spesifitasnya tinggi.
SKELETAL SCINTIGRAPHY, SPECT,
dan SPECT-CT
SKELETAL SCINTIGRAPHY,
SPECT, dan SPECT-CT
• Skeletal scintigraphy mendeteksi metastasis terbaik saat
berhubungan dengan hipermetabolisme reaktif dari
tulang (misalnya metastasis dari kanker prostat, kanker
payudara, dan tumor neuroendokrin) atau menghasilkan
matriks tulang sendiri (osteosarkoma).
• Skeletal scintigraphy diwajibkan sebelum terapi
radionuklid dengan fosfonat dipasangkan ke alfa-atau
beta-emitting isotop, misalnya terapi 223Ra (radium-223)
untuk kanker prostat.
KEMAMPUAN KETERBATASAN
• Skeletal scintigraphy (bone scan) • Relatif tidak sensitif untuk tumor
dengan labeled phosphonate mampu yang menyebabkan osteolisis
memvisualisasi metabolisme tulang areaktif atau infiltrasi sumsum tulang
lokal, yang teraktivasi pada fase awal terisolasi (karsinoma sel renal,
dari beberapa jenis kanker. limfoma).
• Terkadang terjadi flare phenomenon:
salah interpretasi aktivasi metabolik
sebagai penyakit progresif yang
sebenarnya merupakan hasil induksi
dari regenerasi matriks tulang setelah
keberhasilan terapi dari metastase
tulang.
• Metastasis kerangka aksial yang
hipermetaboliknya tidak intens
mungkin dapat lolos deteksi pada
gambar planar dari scintigraphy
konvensional.
• Sensitivitas dan spesifitas scintigraphy meningkat dengan
penggunaan jenis SPECT kontemporer dan SPECT-CT.
• Pada sebuah studi dengan campuran kelompok pasien,
penambahan SPECT ke scintigraphy mengangkat nilai prediksi
negatif dari normal ke 98%.
• Spesifitas meningkat jika SPECT segera diakuisisi dengan CT scan.
• Visualisasi CT dari proses degeneratif pada tulang atau fraktur
korpus vertebra osteoporosis memungkinkan penilaian
patofisiologis yang lebih baik dari berbagai daerah hipermetabolik
yang mungkin tampak pada scintigraphy.
• Saat SPECT-CT digunakan, sensitivitas dan spesifitas untuk
metastasis dari jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat,
meningkat di atas 90%.
MRI
• Apabila dibandingkan dengan CT, MRI :
- Mampu mengungkapkan lebih awal metastasis di
ruang sumsum tulang, sebelum perubahan struktur
internal tulang yang timbul dapat terdeteksi oleh CT.
- Tidak melibatkan radiasi ion apapun
- Aman bagi pasien dengan fungsi ginjal yang buruk
karena tidak membutuhkan kontras (menggunakan
T1-weighted dan sekuens STIR)
• Yang dkk dalam meta analisisnya • Double-blind trial menunjukkan MRI
menemukan bahwa MRI memiliki lebih unggul daripada planar skeletal
sensitivitas 91% dan spesifitas 95% scintigraphy untuk mendeteksi
dengan keunggulan sebaik PET-CT. metastasis tulang dari kanker
payudara.
Temuan ini telah dikonfirmasi oleh
• Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa
studi lainnya, misalnya pada
MRI lebih berguna untuk mendeteksi
keterlibatan kanker payudara.
metastasis tulang dari kanker prostat.
• Pada meta analisis lainnya, MRI • Seluruh studi yang telah dipaparkan ini
dan PET-CT keduanya didapatkan tidak melibatkan perbandingan antara
>80% sensitif dan >90% spesifik MRI dengan SPECT atau SPECT-CT.
untuk mendeteksi metastasis
tulang.
TEKNIK HIBRID
(SPECT-CT, PET-CT, PET-MRI)
• Semua metode pencitraan memiliki kelebihan dan kekurangan,
tergantung pada prinsip dasarnya.

• Peralatan hibrid dapat digunakan untuk mengkombinasi kelebihan


dari teknik komponen individual untuk mengkompensasi
kelemahan masing-masing modalitas.

• SPECT-CT dan PET-CT adalah dua contoh kombinasinya dalam


praktik klinik. Sedangkan PET-MRI merupakan pengembangan
terbaru pada teknik hybrid imagine.
TEKNIK HIBRID
(SPECT-CT, PET-CT, PET-MRI)
• Tidak seperti skeletal scintigraphy • Pada pasien dengan kanker paru-paru
yang menggambarkan metabolisme atau melanoma maligna, PET-CT
tulang, PET-CT dengan radiofarmatika dengan FDG telah menggantikan
spesifik menggambarkan teknik yang lain untuk mendeteksi
metabolisme tumor di seluruh metastasis tulang (seperti jenis tumor
tubuh, termasuk di tulang. dengan metabolik aktif yang tinggi)
• Pemeriksaan ini merupakan jenis dengan sensitivitas dan spesifitas
pencitraan molekular. tinggi.
• Visualisasi metabolisme glukosa oleh • Dikarenakan kontras tumor yang
positron-emission tomography tinggi, metastasis pada sistem organ
dengan 18F-fluorodeoxy-glucose, lain atau pada jaringan lunak dapat
dipasangkan bersamaan simultan terdeteksi dengan baik.
dengan CT (18F-FDG-PET-CT), saat ini • 18
F-FDG-PET-CT dapat digunakan
merupakan teknik diagnostik standar untuk melengkapi staging jenis
dalam onkologi. tumor tersebut.
DISKUSI DAN KESIMPULAN
• Deteksi dan evaluasi metastase tulang
merupakan aspek klinis yang sangat penting.

• Metastasis tulang diungkapkan oleh studi


pencitraan baik dengan visualisasi anatomi
atau dengan deteksi turnover metabolik pada
metastasis itu sendiri atau di sekitar tulang.
DISKUSI DAN KESIMPULAN
Analisis dari literatur metastase tulang menunjukkan sejumlah trend saat ini :

1. Pembentukan teknik pencitraan-projectional radiography, skeletal

scintigraphy, CT, MRI, dan PET telah mengalami pengembangan lebih lanjut

baru-baru ini, yang menyebabkan peningkatan hasil diagnostik.

2. Sebagai pelengkap, kita sekarang juga memiliki teknik hibrid SPECT-CT, PET-

CT, dan yang paling terbaru, PET-MRI. Kinerja simultan dari dua teknik

meningkatkan keseluruhan diagnosis secara sinergis dan memperpendek

durasi pengujian.
Sebagian besar studi komparatif tentang metode pencitraan untuk mendeteksi

metastasis menggunakan parameter pengganti sebagai standar referensi, karena

biopsi keseluruhan untuk histologi (standar emas secara teori) akan menjadi tidak

praktis ataupun etis. Hasil dari berbagai studi ini sulit untuk menggeneralisasi.

3. Kualitas temuan pencitraan tidak hanya bergantung kepada penggunaan

peralatan, tetapi juga kepada pengalaman pengguna dalam mendiagnosis lesi

muskuloskeletal.

4. Untuk setiap pasien, teknik diagnostik optimal harus dipilih secara individual, oleh

keputusan bersama dari spesialis radiologi dan dokter yang merawat, didasarkan

pada keberadaan tumor, biologi tumor, dan kondisi pasien secara umum.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai