Anda di halaman 1dari 16

PROSES INTEGRASI MASYARAKAT MAJEMUK

Kata “integrasi” berasal dari kata “integration” yang berarti keseluruhan atau kesempurnaan.
Maurice Duverger mendefinisikan integrasi sebagai dibangunnya interdependensi
(kesalingketergantungan) yang lebih rapat antara bagian – bagian dari organisme hidup atau
antara anggota – anggota di dalam masyarakat. Jadi, di dalam integrasi terjadi penyatuan atau
mempersatukan hubungan anggota masyarakat yang dianggap harmonis. Integrasi sangat
penting, tetapi keanekaragaman juga membanggakan kita. Masyarakat beraneka ragam
(multikultural) memiliki beragam keinginan yang berbeda sehingga sukar mempersatukan semua
potensi yang dimiliki untuk mencapai hasil pembangunan yang maksimal. Oleh sebab itu,
diperlukan upaya yang sungguh – sungguh untuk menyatukan perbedaan – perbedaan itu.
Mengintegrasikan kelompok – kelompok masyarakat bukan berarti menghilangkan
keanekaragaman itu, bahkan idealnya integrasi adalah penyatuan bangsa Indonesia yang tetap
menjaga keanekaragaman fisik dan sosial budaya sebagai bagian dari kekayaan bangsa
Indonesia. Beranjak dari kenyataan di atas maka dasar suatu integrasi sosial adanya perbedaan –
perbedaan tersebut. Setiap anggota kelompok atau individu yang berbeda disatu padukan untuk
mencapai tingkat yang harmonis, stabil, dan terjamin ketenangan hidupnya. Proses integrasi
sosial di dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik apabila masyarakat betul – betul
memperhatikan faktor – faktor sosial yang mempersatukan kehidupan sosial mereka dan
menetukan arah kehidupan masyarakat menuju integrasi sosial. Faktor – faktor sosial tersebut
antara lain tujuan yang ingin dicapai bersama, sistem sosial yang mengatur tindakan mereka, dan
sistem sanksi sebagai pengentrol atas tindakan –tindakan mereka. Proses integrasi sosial akan
berjalan dengan baik apabila anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi
kebutuhan satu sama lain dan mencapai konsensus mengenai norma norma dan nilai- nilai sosial
yang konsisten dan tidak berubah – ubah dalam waktu singkat. Dengan demikian anggota –
anggota masyarakat selalu berada dalam keadaan yang stabil dan terikat dalam integrasi
kelompok. Menurut R. William Lidle, integrasi masyarakat yang kokoh akan terjadi apabila : 1.
Sebagian besar anggota suatu masyarakat sepakat tentang batas – batas tertitorial dari negara
sebagai suatu kehidupan politik. 2. Sebagian besar anggota masyarakat tersebut bersepakat
mengenai struktur pemerintahan dan aturan – aturan dari proses – proses politik dan sosial yang
berlaku bagi seluruh masyrakat di seluruh wilayah negara tersebut. Faktor – faktor yang
mendukung integrasi sosial di Indonesia antara lain : · Penggunaan bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia telah menjadi bahasa pemersatu yang dipelajari, digunakan, dan bahkan dijadikan
sebagai simbol kebanggaan negara Indonesia. · Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam
satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air Indonesia sehingga diharapka tidak ada satu suku
bangsa pun yang ingin memisahkan diri dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. ·
Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu Pancasila, yang
sekaligus berfungsi sebagai ideologi sosial politik bersama bangsa. · Adanya jiwa dan semangat
gotong royong yang kuat serta rasa solidaritas dan toleransi keagamaan yang tinggi, sehingga
mudah untuk mewujudkan kerukunan nasional dan kerukunan umat beragama. · Adanya rasa
senasib sepenanggungan akibat penjajahan yang diderita cukup lama oleh seluruh suku bangsa di
Indonesia. Hal ini melahirkan perasaan senasib untuk merdeka serta bebas membangun dan
mewujudkan jati diri bangsa Indonesia. A. Tujuan Integrasi Mempersatukan masyarakat yang
beranekaragam dengan berbagai perilaku social didalam masyarakat dan cara – cara
mengendalikan bentuk – bentuk perilaku masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang ideal
dan harmonis. B. Faktor Pendorong Integrasi a. Pengakuan kebhinekaan Apabila homogenitas
telah tercapai, dalam arti bahwa setiap anggota masyarakat mengakui, menerima dan
memberikan toleransi yang besar terhadap unsur-unsur yang berbeda dengan diri dan
kelompoknya, maka kelangsungan hidup kelompok akan terpelihara. Perlu diketahui bahwa
integrasi erat hubungannya dengan disorganisasi dan disintegrasi social karena menyangkut
unsur psikologs yang diwujudkan dalam bentuk ikatan norma sebagai pedoman bersikap dan
bagi setiap anggota masyarakat. b. Adanya kesamaan dalam heterogenitas Kesamaan dalam
heterogenitas timbul karena factor pengalaman histories atau pengalaman nasib yang sama,
persamaan factor geografis, persamaan factor ekologis. c. Perasaan saling memiliki Apabila
setiap anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhsil memenuhi kebutuhannya serta mampu
membantu memenuhi kebutuhan orang lain, yakni kebutuhan material dan nonmaterial
(kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis), perasaan saling memiliki akan tumbuh dan
berkembang dalam setiap sektor kehidupan. d. Tercapainya suatu konsensus mengenai nilai-nilai
dan norma sosial Adanya kesesuaian paham tentang aturan dan nilai-nilai norma sosial, berarti
terdapat kesepakatan di antara anggota masyarakat tentang apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan, bagaimana seharusnya bersikap, bertindak, dan berinteraksi dengan orang lain dalam
mencapai tujuan masyarakat. e. Norma-norma masyarakat konsisten dan tidak berubah-ubah
Suatu norma yang tetap atau tidak berubah-ubah sifatnya mudah diketahui dan dipahami,
sehingga proses internalisasi dapat dilakukan secara optimal. Salah satu norma yang konsisten
yaitu norma agama, sebab norma agama bersifat universal, sehingga norma agama pada
umumnya diketahui dan dipahami oleh pemeluknya terutama pada masyarakat religious. f.
Pembinaan kesadaran Meningkatkan kesadaran tentang arti pentingnya integrasi dan partisipasi,
dapat dilakukan dengan berbagai upaya, diantaranya sebagai berikut: 1. Menanamkan pengertian
dan pemahaman tentang saling ketergantungan antar individu atau kelompok sehingga timbul
kesadaran darii masing-masing pihak. 2. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi setiap
kelompok atau golongan untuk membentuk masyagrakat yang besar. 3. Memberitahukan atau
mensosialisasikan prestasi dan prestise yang telah dicapai kepada masyarakat, agar kenyakinan
untuk bersatu semakin kuat. 4. Memperkuat dan memperluas kesadaran dalam berpartisipasi
aktif bagi seluruh komponen masyaratkat. g. Pelaksanaan asas keadilan sosial dan subsidiaritas
Asas keadilan dan subsidiaritas sebernarnya merupakan asas etika sosial. Asas ini mempunyai
pengaruh sosiologis yang kuat. Persatuan dan kesatuan akan terjalin dengan baik apabila setiap
individu atau kelompok merasa di perlakukan secara adil, sehingga terhindar dari prasangka
buruk dan cemburu social. Prinsip supsidiaritas berlaku pada semua bentuk organisasi. Artinya,
segala sesuatu yang dapaat dikerjakan oleh organisasi kecil/ atau rendah hendaknya
didelegasikan kepada organisasi tersebut (tidak dikerjakan oleh organisasi besar), sehingga
organisasi kecil atau rendah tidak pasif. Organisasi besar yang mendelegasikannya tetap
melaksanakan pengawasan sebagaimana mestinya. Contohnya, pengerjaan pembangunan jalan di
desa tidak dilaksanakan oleh pemerintahan pusat, tetapi diberikan kepada pemerintahan tingkat
kecamatan atau desa. h. Pengwasan sosial dan intensif Dalam rangka menciptakan dan
memelihara keteraturan sosial, seluruh komponen masyarakat harus berperan aktif melaksanakan
pengawasan sosial, terutama pengawasan resmi oleh aparat Negara/ pemerintah yang dalam
prosesnya didasarkan pada peraturan/ perundangan yang berlaku. Contohnya, pengawasan sosial
di jalan raya oleh Polisi Lalulintas. i. Tekanan dari luar Solidaritas antar individu dalam suatu
kelompok, atau antar kelompok dalam suatu komunitas yang besar akan semakin bertambaah
besar/ kuat apabila ada pihak lain yang mengancam kestabilan kelompok tersebut. Contohnyaa,
kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia ketika menghadapi agresi militer kaaum kolonial pada
masa revolusi fisik; perbedaan etnis, ras, agama, berubah menjadi semangat mempertahankan
kemerdekaan yang baru beberapa saat mati. j. Bahasa persatuan Bahasa yang dimengerti oleh
seluruh komponen masyarakat merupakan sarana yang efektif dalaam menggalang kesatuan dan
persatuan. Dengan bahasa, segala sesuatu yang berkaitan deengan tujuan bersamaa dapaat
disosialisasikan kepada seluruh anggota masyarakat. C. Faktor-Fator Penghambat Integrasi
Social Factor-faktor yang menghambat tercapainya integrasi dalam masyarakat adalah gejala
atau fenomena social yang dikatagorikan sebaagai proses sosial yang disosiatif. Sebagai contoh
adalah hal- hal dibawah ini: a. Konflik atau pertentangan akibat tidak tuntasnya penyelesaian
suatu masalah. b. Persainagan tidak sehat yang melahirkan kontravensi dan mengarah pada
pertentangan atau konflik. c. Prasangka buruk yang dilatar belakangi oleh cemburu sosial. d.
Fanatisme yang berlebihan karena perbedaan: ras, etnis, kebudayaan, agama dan kepercayaan,
daerah tempat tinggal, mayoritas, dan minoritas e. Pembedaaan perlakuaan para pemimpin
terhadap warga masyarakat, baik secara individual maupun kelompok. f. Rendahnya sikap
toleransi dalam hidup bermasyarakat. g. Berlangsungnya tindakan anggota masyarakat baik
secaraa individual maupun kelompok yang dinilai mengganggu keteraturan dan keseimbangan
hidup bermasyarakat. KESIMPULAN Integrasi sangat diperlukan di dalam masyarakat yang
multikultural agar tercapai suatu kehidupan masyarakat yang harmonis. Untuk mencapai tujuan
tersebut harus ada rasa saling membutuhkan akan kelebihan yang dimiliki oleh anggota
masyarakat yang lain. Selain itu harus ada rasa saling menghargai akan perbedaan yang timbul
dalam masyarakat. Apabila itu bisa dijalankan dengan baik maka integrasi akan tercapai.

DAFTAR PUSTAKA Efendi, Rusman. 2005. Sosiologi 2. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


SOSIOLOGI DAN POLITIK “INTEGRASI POLITIK”

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Integrasi Politik menunjukkan pada sebuah ‘proses kepada’ atau sebuah ‘produk akhir’
penyatuan politik ditingkat global atau regional diantara unit-unit nasional yang terpisah. Integrasi
Politik merupakan penyatuan kelompok yang berbeda, masyarakat maupun wilayah, kedalam
suatu organisasi politik yang bisa bekerja atau bertahan hidup.
Dalam proses Integrasi geo politik di Indonesia mulai menonjol pada awal abad 16 dan
dalam proses integrasi bangsa Indonesia tersebut banyak faktor yang berperan antara lain
pelayaran dan perdagangan antar pulau serta adanya bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan.
Merujuk pada tulisan Ramlan Subakti, integrasi politik dibagi dalam lima jenis yaitu : (1)
integrasi bangsa; (2) integrasi wilayah; (3) integrasi nilai; (4) integrasi elite; (5) perilaku yang
integratif.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu integrasi politik ?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis integrasi politik ?
1.2.3 Bagaimanakah proses integrasi politik di Indonesia ?
1.3 Tujuan
Agar Mahasiswa dapat memahami integrasi politik, jenis- jenis integrasi politik dan
mengetahui proses integrasi politik di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Integrasi Politik
Setiap negara menghadapi masalah penciptaan identitas bersama untuk membentuk suatu
bangsa. Identitas bersama ini biasanya dirumuskan dalam sistem nilai yang dianut dan dihayati
oleh suatu masyarakat. Terbentuknya suatu sistem nilai bagi suatu bangsa inilah yang merupakan
mendasari bagi terbentuknya komunitas politik. Syarat berdirinya suatu negara baik secara de facto
maupun secara de jure dimana adanya wilayah yang didiami oleh warga negara, sistem
pemerintahan, rakyat, pengakuan dari negara lain belum cukup untuk membentuk suatu negara.
Faktor sosiologis yang menjadi faktor penunjang lainnya harud terpenuhi. Faktor tersebut adalah
adanya sistem nilai yang memiliki kekuatan menggerakkan warga negara ke arah mana tujuan
negara hendak dicapai.
Integrasi Politik menunjuk pada sebuah ‘proses kepada’ atau sebuah ‘produk akhir’
penyatuan politik di tingkat global atau regional diantara unit-unit nasional yang terpisah. Menurut
pandangan Nazaruddin Sjamsuddin (1989) tentang integrasi politik menekankan pada aspek
integrasi sebagai proses. Integrasi politik mengandung bobot politik karenanya prosesnya bersifat
politik pula. Ronald L. Watts : “integrasi politik adalah penyatuan kelompok yang berbeda,
masyarakat maupun wilayah, kedalaman suatu organisasi politik yang bisa bekerja ataupun
bertahan hidup”. “Proses integrasi politik di Indonesia menurut A. Sartono Kartodirjo dapat dibagi
dalam 2 jenis, yaitu : pertama, integrasi geopolitik yang dimulai sejak jaman prasejarah sampai
awal abad 20; dan kedua, proses integrasi politik kaum elite sejak awal abad 20 sampai jaman
Hindia Belanda berakhir”. Dalam proses integrasi geopolitik di Indonesia mulai menonjol pada
awal abad 16 dan dalam proses integrasi bangsa Indonesia tersebut banyak faktor yang berperan
antara lain pelayaran dan perdagangan antar pulau serta adanya bahasa Melayu sebagai bahasa
pergaulan. Para pedagang-pedagang Islam menjadi motor penggerak terjadinya proses integrasi,
hal ini karena dalam ajaran Islam tidak membedakan manusia baik berdasarkan kasta, agama,
suku/etnis atau golongan.
Merujuk pada tulisan Ramlan Surbakti, integrasi politik dibagi menjadi lima jenis, yaitu :
(1) integrasi bangsa; (2) integrasi wilayah; (3) integrasi nilai; (4) integrasi elite; (5) perilaku yang
integratif. Penyatuan dari lima jenis integrasi tersebut dalam suatu sistem politik dapat ditempuh
melalui sebuah proses yang disebut pembangunan politik.
1) Integrasi Bangsa
Integrasi Bangsa merupakan proses penyatuan berbagai kelompok sosio budaya kedalam
suatu kesatuan wilayah kedalam suatu indentitas nasional. Integrasi bangsa perlu dibangun dalam
sebuah sistem politik jika dalam suatu negara terbentuk atas dasar struktur masyarakat yang
majemuk. Berbagai suku, ras, penganut agama, pengguna bahasa, penganut adat, penghayat nilai,
dan ideologi yang berbeda-beda tersebut perlu disatukan dalam sebuah sistem politik yang
integratif. Berbagai elemen atau komponen bangsa yang berbeda-beda tersebut disatukan dalam
satu kesatuan yang utuh, sehingga perbedaan nilai-nilai kultural masing-masing komponen
pembentuk bangsa dalam bentuk hubungan yang saling berhubungan dan dalam keadaan yang
saling tergantung antara satu sama lain. Melalui proses dan upaya penggabungan ini, maka paksi-
paksi kecil dalam bentuk elemen bangsa akan membentuk sebuah tatanan yang lebih besar yang
disebut sebagai bangsa.
Cliford Geertz mengemukakan bahwa pada dasarnya ada lima pola nyata keragaman
primordial dalam masyarakat majemuk, yaitu : (1) pola kelompok dominan dengan minoritas; (2)
pola kelompok sentral dengan beberapa kelompok menengah yang agak menentang; (3) pola tidak
ada kelompok yang dominan; (4) pola kelompok budaya yang seimbang; (5) pola berdasarkan
pembagian etnik yang terdiri atas banyak kelompok kecil. Berdasarkan lima pola tersebut, maka
Ramlan Surbakti merujuk pendapat Weiner mengajukan garis besar kebijakan yang bisa ditempuh
oleh pemerintah dalam mengintegrasikan bangsa. Kebijakan tersebut diantaranya :
1. Penghapusan sifat kultural utama dari kelompok-kelompok minoritas dan mengembangkan
semacam “kebudayaan nasional”, biasanya kebudayaan kelompok budaya yang dominan.
Kebijakan seperti ini biasanya disebut asimilasi.
2. Pembentukan kesetiaan nasional tanpa menghapuskan kebudayaan kelompok budaya yang kecil-
kecil. Kebijakan seperti ini disebut kebijakan unity of diversity atau kesatuan dalam perbedaan,
yang sevara politis ditandai dengan penjumlahan etnik.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang jika mengikuti pendapat yang
dikemukakan oleh Geertz tergolong dalam kelompok sentral dengan beberapa kelompok
menengah yang agak menentang, yaitu Jawa dan Luar Jawa. Akan tetapi, pada kenyataannya justru
bahasa nasional yang diambil tidak dari bahasa Jawa, justru diambil dari bahasa budaya kelompok
minorita, yaitu bahasa Melayu, walaupun pada akhirnya bahasa tersebut dalam perkembangannya
diperkaya dengan kosa-kata dari bahasa Jawa, bahasa dari daerah lain, dan bahasa asing,
sedangkan dalam menangani masalah integrasi bangsa. Perbedaan antara unsur-unsur budaya
tersebut terangkum dalam prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Akan tetapi, asumsi ini juga tidak benar
seluruhnya, sebab dalam kenyataannya kebudayaan nasional Indonesia lebih banyak didominasi
kebudayaan Jawa. Hal ini dapat dilihat dari simbol-simbol, lambang negara, dan kebiasaan politik
di tingkat nasional yang acap kali menggunakan simbol-simbol Jawa.\
2) Integrasi Wilayah
Integrasi Wilayah adalah pembentukan kewenangan nasional pusat terhadap wilayah atau
daerah politik yang lebih kecil yang mungkin berdasarkan kelompok sosial budaya tertentu. Yang
dikemukakan oleh Organsky bahwa salah satu problema yang dihadapi oleh pemerintah dalam
negara-negara baru terbentuk adalah pembentukan pemerintah pusat yang menguasai seluruh
wilayah dan penduduk yang ada dalam batas wilayah tersebut.
Pengertian Negara (state) ditujukan pada adanya pusat kekuasaan yang menguasai
wilayah-wilayah yang menjadi batas wilayahnya, pengertian Bangsa (nation) lebih menunjukkan
pada adanya kesamaan identitas pada penduduk atau warga yang mendiami wilayah negara
tersebut dan adanya kesetiaan kepada negara. Pengertian ini mendasari asumsi bahwa integrasi
wilayah suatu negara erat kaitannya dengan pembinaan negara (state building) dan integrasi
bangsa berhubungan dengan pembinaan bangsa (nation building).
3) Integrasi Nilai
Integrasi nilai dipahami sebagai persetujuan bersama mengenai tujuan dan prinsip dasar
politik, prosedur-prosedur pemecahan masalah bersama, dan penyelesaian konflik yang timbul
dari dalam masyarakat itu sendiri. Integrasi nilai akan menciptakan suatu sistem nilai tertentu yang
akan menjadi tujuan bersama masyarakat dan akan menjadi prosedur penyelesaian konflik yang
timbul diantara warga masyarakat atau warga negara. Maka kedua dasar ideologi dan
konstitusional tersebut dijadikan pijakan dalam setiap menentukan arah tujuan negara atau dasar
negara, sehingga melalui rumusan tersebut negara diselenggarakan. Sistem nilai yang dirumuskan
didalam Pancasila dan UUD 1945 tersebut menjadi tujuan berbangsa dan bernegara dan menjadi
pemersatu bangsa.
4) Integrasi Elite
Integrasi elite dengan khalayak adalah upaya untuk menghubungkan antara kaum elite
yang memerintah dengan khalayak atau rakyat yang diperintah. Kekuasaan dipahami sebagai
hubungan sosial dimasa seseorang atau sekelompok memiliki kemampuan memengaruhi pihak
lain terlepas dalam bentuk apa pengaruh itu, tetapi pihak yang dipengaruhi merupakan kelompok
yang secara riil menjadi pihak penurut atas kehendak pihak yang memengaruhi.
Kewenangan merupakan bentuk pengaruh dari penguasa kepada pihak yang dikuasai,
tetapi bentuk pengaruh tersebut memiliki dasar persetujuan bersama. Antara kekuasaan dan
kewenangan adalah sama-sama dalam bentuk adanya pihak yang memerintah dan yang diperintah,
akan tetapi perbedaannya terletak pada sifat memerintah dari pihak penguasa tersebut diakui
kepemerintahannya oleh pihak yang diperintah atau tidak. Didalam struktur pemerintahan negara
yang merdeka dianggap sebagai sistem pemerintahan yang lebih absah karena dasar
kepemerintahan yang ada adalah adanya kesepakatan nilai-nilai antara pihak yang memerintah dan
pihak yang diperintah.
5) Perilaku Integratif
Perilaku Integratif adalah kesediaan warga masyarakat untuk bekerjasama dalam
suatu organisasi (pemerintah) dan berperilaku sesuai dengan cara yang dapat membantu
pencapaian tujuan organisasi tersebut. Perilaku integratif dipahami sebagai kesesuaian antara
perilaku pihak yang memerintah dengan yang diperintah dalam mencapai tujuan berbangsa dan
bernegara. Dalam menghadapi berbagai tantangan, suatu bangsa harus mengintegrasikan sikap dan
perilaku antara pemerintah selaku pembuat kebijakan dan rakyat yang akan menerima kebijakan
tersebut. Perlu sekali dalam program dan pelaksanaan pembangunan, perlu diintegrasikan antara
sikap dan perilaku rakyat dengan sikap dan perilaku para pemimpinnya, sehingga interaksi yang
terjadi didalam sistem politik tersebut berada dalam posisi konsensus.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Jadi, didalam pembahasan mengenai Integrasi Politik dapat kami simpulkan bahwa :
Integrasi Politik menunjuk pada sebuah ‘proses kepada’ atau sebuah ‘produk akhir’ penyatuan
politik di tingkat global atau regional diantara unit-unit nasional yang terpisah. Menurut pandangan
Nazaruddin Sjamsuddin (1989) tentang integrasi politik menekankan pada aspek integrasi sebagai
proses.
Dapat dijelaskan juga bahwa Merujuk pada tulisan Ramlan Surbakti, integrasi politik
dibagi menjadi lima jenis, yaitu : (1) integrasi bangsa; (2) integrasi wilayah; (3) integrasi nilai; (4)
integrasi elite; (5) perilaku yang integratif.
Didalam integrasi politik harus ada pola-pola yang dapat menghubungkan antara
pemerintah dengan rakyat yang diperintah yang disusun dan dilembagakan atas dasar sistem nilai-
nilai yang dianut oleh masyarakat. Yang dimaksud dengan integrasi politik suatu bangsa dalam
hal ini adalah penyatuan masyarakat dalam sistem politik.

DAFTAR PUSTAKA
Kolip, Usman dan Elly M. Setiadi. 2013. Sosiologi dan Politik. Kencana Prenadamedia Group.
Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita harus memiliki rasa integrasi nasional yaitu suatu
sikap kepedulianterhadap sesama serta memiliki rasa persatuan yang tinggi baik terhadap bangsa
negara, agama serta keluarga. Untuk meningkatkan integritas nasional dapat dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut :

1. Membangun dan menghidupkan komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu.


2. Membangun kelembagaan di masyarakat yang berakarkan pada nilai dan norma yang
menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa serta tidak memandang perrbedaan suku,
agama, ras, keturunan, etnis dan perrbedaan-perbedaan lainnya, yang sebenarnya tidak
perlu diperdebatkan.
3. Meningkatkan integrasi bangsa, yaitu penyatuan berbagai macam kelompok sosial budaya
dalam satu kesatuan wilayah dan dalam satu identitas nasional.
4. Mengembangkan prilaku integratif di Indonesia dengan upaya bekerja sama dalam
berorganisasi dan berprilaku sesuai dengan cara yang dapat membantu tujuan organisasi.
5. Meningkatkan integritasi nilai diantara masyarakat dan integrasi nilai Indonesia ada dalam
Pancasila dan UUD 1945 sebagai sistim nilai bersama.

Ref: http://www.ilmusaudara.com/2015/10/pengertian-integrasi-macam-macam-serta.html (tgl akses 9


n0v)
Strategi mengatasi ancaman integrasi nasional non militer di bidang ideologi dan politik.
Demokratisasi pada saat ini benar-benar mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Segala peristiwa selalu dikaitkan dengan demokratisasi. Akan tetapi demokratisasi yang diusung
adalah demokrasi yang dikehendaki oleh negara-negara adidaya yang digunakan untuk menekan
bahkan menyerang negara-negara berkembang yang bukan sekutunya. Akibatnya adalah selalu
terjadi konflik kepentingan yang pada akhirnya mengarah pada pertikaian antar negara.

Berkaitan dengan hal tersebut, Indonesia sebagai negara yang menganut paham demokrasi
Pancasila harus mampu menumbuhkan pemerintahan yang kuat, mandiri dan tahan uji serta
mampu mengelola konflik kepentingan yang dapat menghancurkan persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia yang pluralistik, dengan tetap memperteguh wawasan kebangsaan yang
berlandaskan Bhinneka Tunggal Ika.

Bangsa Indonesia harus mempu menunjukkan eksistensinya sebagai Negara yang kuat dan
mandiri, namun tidak meninggalkan kemitraan dan kerjasama dengan negara-negara lain dalam
hubungan yang seimbang, saling menguntungkan, saling menghormati dan menghargai hak dan
kewajiban masing-masing. Untuk mencapai hal tersebut, bangsa Indonesia harus segera
mewujudkan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengembangkan demokrasi politik.


2. Mengaktifkan masyarakat sipil dalam arena politik.
3. Mengadakan reformasi lembaga-lembaga politik agar menjalankan fungsi dan
peranannya secara baik dan benar.
4. Memperkuat kepercayaan rakyat dengan cara menegakkan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa.
5. Menegakkan supremasi hukum.
6. Memperkuat posisi Indonesia dalam kancah politik internasional.

Ketahanan Di Bidang Ideologi


Agar Bangsa Indonesia memiliki ketahanan di bidang ideologi maka Pancasila harus dijadikan
pandangan hidup bangsa, dan diperlukan pengamalan Pancasila secara obyektif dan sobyektif.
Semakin tinggi kesadaran suatu bangsa untuk melaksanakan ideologi, maka akan semakin tinggi
ketahanan di bidang ideologi. Dalam strategi pembinaan ideologi ada beberapa prinsip antara
lain:

1. Ideologi harus diaktualisasikan dalam bidang kenegaraan dan oleh WNI.


2. Ideologi sebagai perekat pemersatu harus ditanamkan pada seluruh WNI.
3. Ideeologi harus dijadikan panglima bukan sebaliknya
4. Akatualisasi ideologi dikembangkan ke arah keterbukaan dan kedinamisan.
5. Ideologi Pancasila mengakui keanekaragaman dalam hidup berbangsa, dan dijadikan alat
menyejaterakan, mempersatukan masyarakat.
6. Kalangan elit eksekutif, legeslatif, yudikatif, harus mewujudkan cita-cita bangsa dengan
melaksanakan GBHN, mengedepankan kepentingan bangsa.
7. Mensosialisasikan idologi Pancasila sebagai ideologi humanis, religius, demokratis,
nasionalis, berkeadilan. Proses sosialisasi Pancasila secara obyektif, ilmiah bukan
doktriner, dengan metode sesuai dengan perkembangan jaman.
8. Tumbuhkan sikap positif terhadap warga negara dengan meningkatkan motivasi untuk
mewujukan cita-cita bangsa. Perlunya perbaikan ekonomi untuk mengakhiri krisis
moltidemesional (Endang Zaelani Sukaya, 2000: 109)

Ketahanan Di Bidang Politik


Ketahanan Aspek Politik Dalam Negeri
Dalam rangka mewujudkan ketahanan politik, diperlukan kehidupan politik bangsa yang sehat,
dinamis, mempu memelihara stabilitas politik berdasakan ideologi Pancasila, UUD l945 yang
menyangkut:

1. Sistem pemerintahan berdasarkan hukum tidak berdasarkan kekuasaan bersifat absolut,


dan kedaulatan ditanggan rakyat.
2. Dalam kehidupan politik dimungkinkan terjadinya perbedaan pendapat, namun
perbedaan tersebut bukan menyangkut nilai dasar, sehingga tidak antagonis yang
menjurus ke arah konflik.
3. Kepemimpinan nasional diharapkan mampu mengakomodasikan aspirasi yang hidup
dalam masyrakat, dengan tetap memegang teguh nilai-nilai Pancasila.
4. Terjalin komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat, antara kelompok
kepentingan dan golongan-golongan untuk mewujudkan tujuan nasional.

Ketahanan Aspek Politik Luar Negeri

1. Hubungan politik luar negeri ditujukan untuk meningkatkan kerjasama internasional di


berbagai bidang atas dasar saling menguntungkan, dan meningkatkan citra politik
Indonesia dan memantabkan persatuan dan kesatuan.
2. Politik luar negeri dikembambangkan berdasarkan skala prioritas dalam rangka
meningkatkan persahabatan dan kerjasama antar negara berkembang dan negara maju,
sesuai dengan kepentingan nasional. Kerja sama antara negara ASEAN dalam bidang
sosial, ekonomi dan budaya, Iptek dan kerjasama dengan negara Non Blok.
3. Citra positif bangsa Indonesia perlu ditingkatkan melalui promosi, diplomasi, dan lobi
internasional, pertukaran pemuda dan kegiatan olah raga.
4. Perjuangagn Bangsa Indonesia untuk meningkatkan keentingan nasional seperti
melindungi kepentingan Indonesia dari kegiatan diplomasi negatif negara lain, dan hak
WNI di luar negeri perlu ditingkatkan (Sumarsono, 2000: 116).

Ref : http://pusatinformasi212.blogspot.co.id/2017/03/strategi-mengatasi-ancaman-di-bidang-ideologi-
dan-politik-integrasi-nasional.html (akses tgl 9 nov)
Strategi Indonesia untuk menghadapi ancaman politik
Ancaman politik merupakan salah satu ancaman non milliter yang sifatnya mengancam secara tidak
langsung seperti ancaman militer maupun ancaman ideologi yang notabennya memberikan ancaman
pertahanan dan keamanan. Berbeda dengan ancaman militer yang dapat mengancam kedaulatan suatu
negara, keberlangsungan bangsa, dan keselamatan rakyat, ancaman politik lebih memberikan ancaman
pada aspek persepsi individu.

Meskipun kelihatan sepele, namun ancaman politik merupakan salah satu ancaman yang sulit dihadapi.
Ancaman ini dapat memecah belah suatu anggota kelompok dalam suatu bangsa. Jika terjadi
perpecahan kelompok akibat perbedaan paham politik maka lama kelamaan bangsa akan terpecah
belah.

Untuk menghadapi ancaman ini, strategi indonesia dalam menghadapi ancaman politik adalah dengan
memperkuat asas kebersamaan dan persatuan yang telah dirumuskan dalam perundang undangan
(UUD 1945). Hal ini juga ditegaskan dalam sila ke-3 pancasila yang berbunyi "Persatuan Indonesia".
Kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan agar Indonesia tidak terpecah belah juga sangat
diperlukan agar strategi menghadapi ancaman politik ini dapat berjalan dengan baik.

Selain itu, aspek demokrasi juga sangat diperlukan sebagai salah satu pilar untuk menghadapi ancaan
politik, pernyataan ini telah saya bahas dalam artikel sebelumnya yang berjudul Demokrasi: Pengertian,
Makna, dan Hakikat Demokrasi

Ancaman non militer pada dasarnya memang dapat mengganggu stabilitas suatu negara. Untuk
melancarkan strategi Indonesia menghadapi ancaman politik yang umumnya berasal dari dalam Negeri
dapat dilakukan dengan cara dibawah ini:

Strategi menghadapi ancaman politik dengan pendekatan dari dalam


Strategi pendekatan dari dalam adalah dengan melakukan penataan beserta pembangunan suatu sistem
politik Negara yang dinamis dan sehat didalam kerangka negara yang bersifat deokratis (menghargai
perbedaan dan kebhinekaan yang terdapat di Indonesia). Dengan menerapkan strategi ini diharapkan
dapat tercipta suatu stabilitas sistem politik dalam negeri secara dinamis dan berdampak baik sebagai
penangkal perpecahan.

Selain itu penguatan penguatan di berbagai lembaga negara juga dapat menjadi pilar penopang
kesuksesan strategi dan upaya ini. Lembaga negara yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme akan
mewujudkan terbentuknya pemerintah negara yang sehat dan kokoh seperti yang telah dicantumkan
dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD 1945)..

Lembaga legislatif yang mengalami penguatan dari segi kualitas dan profesionalitas akan membawa
Negara Indonesia menuju negara yang tertib, adil dan makmur. Dengan lembaga legislatif yang
profesional maka akan tercipta produk produk perundang undangan berkualitas demi kepentingan
rakyat. Selain itu, lembaga legislatif juga memegang fungsi kontrol terhadap suatu penyelenggaraan
pemerintahan sebuah Negara. Hal ini harus dilaksanakan dengan landasan untuk kepentingan Negara
dan bangsa bukan atas dasar kepentingan individu maupun golongan tertentu.

Penguatan antar partai politik juga sangat penting dalam hal ini, karena penguatan partai politik
memiliki tujuan untuk memberdayakan masyarakat sebagai subyek pembangunan nasional dan subyek
politik. Hal ini harus dilandasi oleh asas gotong royong dan kejujuran antar partai politik.

Strategi menghadapi ancaman politik dengan pendekatan dari luar


Upaya Indonesia menghadapi ancaman politik dengan pendekatan dari luar bermaksud mengusahakan
upaya dan strategi diplomatik dengan melakukan pedekatan pendekatan politik luar negeri yang
bertujuan membangun sebuah kerja sama antar Negara. Upaya ini dapat meningkatkan rasa saling
percaya antae Negara dan mencegah terjadinya konflik antar Negara. Pendekatan dari luar dapat dibagi
menjadi beberapa lingkup berdasarkan skalanya.

Lingkup internal:
Lingkup internal mencakup pembangunan, penciptaan dan pembangunan dalam Negeri secara stabil
yang diimbangi dengan adanya upaya peningkatan sekaligus perbaikan keadaan ekonomi yang kuat.

Lingkup regional:
Lingkup regional mencakup aktivitas diplomasi dan politik indonesia yang mengarah pada peran serta
dalam membangun maupun meningkatkan kerjasama antar negara dengan menumbuhkan asas saling
percaya dan saling menghargai.

Lingkup supraregional:
Lingkup supraregional merupakan lingkup yang lebih besar dari regional. Sebagai contoh adalah ASEAN
yang terdiri dari 10 Negara Asia tenggara yang secara bersama sama membangun sebuah hubungan
bilateral secara harmonis dalam mewujudkan sebuah kerjasama konkret. Dalam rangka menyongsong
ASEAN ini peran serta politik Indonesia diharuskan untuk mampu membangun sebuah hubungan kerja
sama dengan tetap memberikan jaminan atas keutuhan dan kedaulatan Negara.

Lingkup global:
Dalam lingkup global, Strategi politik luar negeri harus dapat dilaksanakan secara maksimal untuk
memperjuangkan kepentingan dalam lingkup nasional melalui bergabungnya Indonesia sebagai salah
satu anggota PBB, Negara yang netral (non-blok), Negara yang tergabung dalam konferensi Islam dunia,
dan merangkap sebagai anggota regional ASEAN. Peran serta doplomasi luar negeri ini diharuskan untk
mampu mengidentifikasi adanya potensi ancaman yang dapat mengancam ideologi maupun keutuhan
Negara. Untuk itu, maka diperlukan adanya strategi membangun pertahanan militer dan non militer di
Indonesia.

Ref : http://materi4belajar.blogspot.co.id/2017/02/strategi-indonesia-dalam-menghadapi.html

Anda mungkin juga menyukai