KAJIAN TEORI
A AA,AO A Antigen-B 42
B BB,BO B Antigen-A 9
AB AB AB Tidak punya 3
Tabel 2. Sistem golongan darah ABO
E. Reaksi Antigen – Antibodi Sel Darah Merah
Kebanyakan teknik yang digunakan pada laboratorium untuk
mendeteksi reaksi – reaksi antara antigen – antibodi berdasarkan
aglutinasi. Aglutinasi adalah perlengketan sel – sel darah merah yang
disebabkan oleh antibodi yang melekat pada antigen – antigen
beberapa sel darah merah, sampai menimbulkan suatu anyaman
yang dapat menjerat sel – sel menjadi mengelompok. Terdapat 2
tahapan untuk menimbulkan aglutinasi. Tahap pertama yaitu
antibodi melekat pada antigen sel darah merahnya segera pada saat
pertama ketemu. Hal ini belum menimbulkan aglutinasi, tetapi hanya
menyelubungi sel tersebut. Tahap kedua yaitu anyaman telah
terbentuk, menimbulkan gumpalan atau aglutinasi.
Antibodi – antibodi IgM ukuranya besar, memiliki 10 tempat
antigen. Semuanya bisa mengsensitisasi dan mengaglutinasi sel – sel
secara langsung. Antibodi – antibodi IgG ukuranya kecil dan tidak
dapat secara langsung mengaglutinasi sel – sel, walaupun demikian
dapat menyelubungi atau mensensitisasi sel – sel darah merah. (
Dinkes Prov. Jateng, 2002 )
Aglutinasi terjadi dalam 2 stadium :
1.Perlekatan fisik antibodi pada sel darah merah yang disebut
sensitasi.Dalam sistim golongan darah reaksi antigen pada sel darah
merah dengan antibodi, tampak sebagai gumpalan sel. Sebelum
terjadinya aglutinasi antibodi akan mengadakan ikatan terlebih dahulu
dengan antigen yang berpadanan, sehingga terjadi suatu komplek
antigen antibodi komplek. Bila suatu antibodi telah mengadakan
ikatan dengan antigenya sehingga sel darah merah tersebut
diselubungi oleh antibodi, maka peristiwa tersebut dinamakan
juga bahwa sel darah merah telah disensitisasi oleh antibodi dan
reaksi tersebut tidak terlihat oleh mata biasa.
2.Pembentukan jembatan – jembatan antara sel – sel yang telah
disensitisasi mengakibatkan terjadinya aglutinasi.( Sindu Ellyani,
2002 )
F. ERITROSIT
Sel darah merah atau eritosit (erythro = merah, cyto = sel) pada mamalia
berbentuk bulat pipih dengan cekungan di kedua permukaannya (bikonkaf).
Eritrosit pada mamalia tidak memiliki inti sel (nukleus) dan memiliki luas
permukaan yang besar serta memiliki diameter 7-8 µm dengan tebal 1-2 µm
(Gambar 1). Berbeda dengan mamalia, eritrosit pada unggas memiliki inti sel
dan berbentuk elips (Gambar 2).
G. LEUKOSIT
Jenis-jenis sel darah putih (leukosit) antara lain sebagai berikut:
1. Neutrofil : Neutrofil adalah sel darah putih yang memiliki jumlah yang
besar yakni sekitar 60% sampai 70% sel darah putih (leukosit) dan
mempunyai diameter dari 10 sampai dengan 12 mikrometer, dan Neutrofil
memiliki 3 inti sel yang berwarna merah kebiruan serta kelompok dari
granula. Neutrofil juga disebut dengan leukosit polimorfonuklear karna
polimorfonuklear memiliki kesamaan dengan neutrofil karna memiliki
bentuk sel yang aneh. Neutrofil dapat diketahui dengan melihat butiran yang
ada di sitoplasma. Proses kerja dari Neutrofil membunuh bakteri dengan
menelannya secara langsung, proses ini disebut dengan fagositosis. proses
tersebut dapat diketahui dan ditemukan pada saat luka yang bernanah.
Neutrofil dapat bertahan hidup 6 sampai 10 jam.
2. Monosit : Monosit adalah sel darah putih yang berjumlah 1-10% yang
berubah menjadi makrofag dalam memerangi benda-benda asing yang
menyerang tubuh dengan keluar dari aliran darah dan masuk ke jaringan
tubuh. Monosit memiliki waktu hidup yang lebih lama dari pada neutrofil,
Monosit akan tinggal dalam aliran darah selama 10-20 jam. setelah itu
monosit akan tinggal dalam beberapa hari di dalam jaringan tubuh.
3. Basofil : Basofil adalah sel darah putih yang berjumlah 0,01-0,3% yang
mengandung banyak granula sitoplasmik yang berjumlah dua lobus dan
dapat bergerak ke jaringan tubuh pada kondisi tertentu. Basofil bagian dari
granulosit, disaat teraktivasi, basofil akan mengeluarkan senyawa seperti
kondroitin, histamin, leukotriena, heparin, lisfospolipase, elastase dan
beberapa jenis atau macam sitokina.
4. Eosinofil : Eosinofil adalah sel darah putih yang jumlahnya 7% dari
seluruh jumlah leukosit dalam tubuh kita yang memerangi parasit
multiseluler dan beberapa infeksi yang terjadi pada hewan vertebrata.
Eosinofil berdiameter 10 hingga 12 mikrometer. Jumlah eosinofil ini
meningkat disaat terjadi asma, demam dan alergi yang membuat jangka
hidup eosinofil antara 8 hari hingga 12 hari. Eosinofil berfungsi atau
berperan dalam melawan parasit multiseluler dan merespon alergi
5. Limfosit : Limfosit adalah sel darah putih yang berjumlah 40 hingga 50%
dari sel darah putih yang jumlah terbesar kedua. Menurut Merk, limfosit
terbagi atas sel T, sel B dan sel pembunuh alami. Sel T dan sel pembunuh
alami berperan dalam menyerang sel-sel asing dan membuat racun
sedangkan sel B yakni membuat anti bodi. Limfosit memiliki 1 nukleus dan
tidak motil. Fungsi secara umum limfosit adalah membuat anti bodi dan
menjaga kekebalan tubuh.