Anda di halaman 1dari 11

1.

PENGERTIAN PENCEMARAN AIR


Istilah pencemaran air atau polusi air dapat dipersepsikan berbeda oleh satu orang dengan orang
lainnya mengingat banyak pustaka acuan yang merumuskan definisi istilah tersebut, baik dalam
kamus atau buku teks ilmiah. Pengertian pencemaran air juga didefinisikan dalam Peraturan
Pemerintah, sebagai turunan dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang didefinisikan
dalam undang-undang. Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hiduptidak
pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-komponen
lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air laut, pencemaran air tanah dan
pencemaran udara. Dengan demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan
hidup yang ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 32/2009.

Pencemaran air adalah masuknya polutan ke dalam air atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia sehingga kualitas air turun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya PP RI No. 82 tahun 2001 (Sulistyorini, 2009).

Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa masuknya
mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air
tercemar. Masukan tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar, yang pada prakteknya
masukan tersebut berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair. Aspek
pelaku/penyebab dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia. Pencemaran yang
disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi Pemerintah tetap harus
menanggulangi pencemaran tersebut. Sedangkan aspek akibat dapat dilihat berdasarkan
penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu. Pengertian tingkat tertentu dalam definisi
tersebut adalah tingkat kualitas air yang menjadi batas antara tingkat tak-cemar (tingkat kualitas
air belum sampai batas) dan tingkat cemar (kualitas air yang telah sampaike batas atau melewati
batas). Ada standar baku mutu tertentu untuk peruntukan air.
Yang dimaksud dengan “baku mutu air” berdasarkan UU No 32 Tahun 2009 pasal 20 ayat 2
huruf a adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen yang ada atau harus ada, dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air.

Parameter kualitas air minum/air bersih yang terdiri dari parameter kimiawi, fisik, radioaktif dan
mikrobiologi, ditetapkan dalam PERMENKES 416/1990 Achmadi (Lina, 2004). Air yang aman
adalah air yang sesuai dengan kriteria bagi peruntukan air tersebut.

2.INDIKATOR PENCEMARAN AIR


Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda
yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
a)Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air
(kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa
b)Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang
terlarut, perubahan pH
c)Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme
yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau konsentrasi
ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia
(Biochemiycal Oxygen Demand, BOD)serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen
Demand, COD).

a)Konsentrasi ion hidrogen atau pH


Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air
akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka
air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa.
Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu
kehidupan biota akuatik.

Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahab pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5.
Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan
berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh nilai pH pada komunitas biologi perairan dapat dilihat
pada Tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1: Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan

Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH
rendah. Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas acidophilamampu bertahan pada pH =1
dan algae Euglenapada pH 1,6.

b)Oksigen terlarut (DO)


Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat hidup karena
oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organic dalam air. Oksigen dapat
dihasilkan dari atmosfir ataudari reaksi fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi
fotosintesa algae tidak efisien, karena oksigenyang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae
untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam air tergantung
pada temperature dan tekanan atmosfir. Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka
kalarutan oksigen jenuh dalam air pada 25oC dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L Warlina
(dalam Lina, 2004).

Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidakmenimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Ikan dan
organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup banyak. Kebutuhan
oksigen ini bervariasi antar organisme. Keberadaan logam berta yang berlebihan di perairan akan
mempengaruhi system respirasi organisme akuatik, sehingga pada saat kadar oksigen terlarut
rendah dan terdapat logam berat dengan konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih
menderita Effendi (dalam Lina, 2004).

Pada siang hari, ketika matahari bersinar terang, pelepasan oksigen oleh proses fotosintesa yang
berlangsung intensif pada lapisan eufotik lebih besar daripada oksigen yang dikonsumsi oleh
proses respirasi. Kadar oksigen terlarut dapat melebihi kadar oksigen jenuh, sehingga perairan
mengalami supersaturasi. Sedangkan pada malam hari, tidak ada fotosintesa, tetapi respirasi terus
berlangsung. Polaperubahan kadar oksigen ini mengakibatkan terjadinya fluktuasi harian oksigen
pada lapisan eufotik perairan. Kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum
pada pagi hari.

c)Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)


Dekomposisi bahan organik terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan organic menjadi
anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi bahan anorganik yang stabil,
misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit atau nitrat (nitrifikasi). Pada penentuan
nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama yang berperan, sedangkan oksidasi bahan
anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu.

Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam
lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organic yang ada dalam air
menjadi karbondioksida dan air. Pada dasarnya, proses oksidasi bahan organik berlangsung
cukup lama. Menurut Effendi (dalam Lina, 2004) proses penguraian bahan buangan organik
melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme atau oleh bakteri aerobik adalah :

Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat kebersihan air. Air yang
bersih relatif mengandung mikroorganisme lebih sedikit dibandingkan yang tercemar. Air yang
telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat antiseptik atau bersifat racun, seperti fenol,
kreolin, detergen, asam cianida, insektisida dan sebagainya, jumlah mikroorganismenya juga
relatif sedikit. Sehingga makin besar kadar BOD nya, maka merupakan indikasi bahwa perairan
tersebut telah tercemar.

d)Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)


COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar
didegradasi. Bahan buangan organik tersebut akan dioksidasi oleh kalium bichromat yang
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2dan gas H2O serta
sejumlah ion chrom. Reaksinya sebagai berikut :

Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya
tannin, fenol, polisacharida dan sebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD
daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organic dapat dioksidasi oleh oksidator kuat
seperti kalium permanganat dalam suasana asam, diperkirakan 95% - 100% bahan organik dapat
dioksidasi.
3. SUMBER PENCEMARAN AIR
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan menjadi 2
(dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen
yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung
adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan.
Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut, dan partikulat terhadap lingkungan
perairan dan kesehatan manusia dapat ditunjukkan secara skematik sebagai berikut :

Gambar: Bagan Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Pencemar terhadap Lingkungan Perairan
Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan
pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan
pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran udara
yang menghasilkan hujan asam.

a)Limbah rumah tangga


Limbah rumah tangga seperti detergen, sampah dan kotoran memberikan andil cukup besar
dalam pencemaran air sungai, terutama di daerah perkotaan. Sungai yang tercemar kotoran dan
sampah yang mengandung bakteri dan virus dapat menimbulkan penyakit, terutama bagi
masyarakat yang menggunakan sungai sebagai sumber dalam kehidupan sehari-hari. Sampah dan
kotoran juga memerlukan oksigen untuk proses penguraiannya, sehingga kadar oksigen dalam air
dapat berkurang jika terdapat polutan. Jika kadar oksigen suatu perairan turun sampai kurang
dari 5 mg per liter, air tersebut tidak sehat bagi kehidupan biota air seperti ikan.

b)Limbah Industri
Limbah industri yang mencemarkan air dapat berupa polutan sampah dan kotoran. Polutan
tersebut berasal dari pabrik pengolahan hasil ternak, polutan logam berat, dan polutan panas
yang antara lain berasal dari air pendingin industri (Gbr .9)
Gbr 9. Limbah industri
Sebagian industri membuang limbah cairnya ke perairan sungai tanpa diolah terlebih dahulu.
Untuk mengendalikan pencemaran air oleh industri, pemerintah membuat aturan bahwa limbah
industri harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai. Bahkan setelah melalui proses
pengolahan, sisa olahannya pun biasanya masih mengandung bahan beracun dan berbahaya
seperti merkuri (Hg), Timbal (Pb), krom (Cr), tembaga (Cu), seng (Zn), dan nikel (Ni). Polutan
tersebut dapat membahayakan organisme perairan, misalnya ikan, perhatikan Gbr. 10 di bawah
ini:

Gbr 10. Ikan mati akibat limbah industri


Ikan yang hidup di dalam air yang terpolusi akan mengakumulasi polutan beracun tersebut dalam
tubuhnya. Jika ikan yang tercemar tersebut dikonsumsi manusia, logam berat tersebut akan
masuk ke dalam tubuh dan terakumulasi di sana. Merkuri dapat menyebabkan kerusakan pada
saraf, kelumpuhan, bahkan dapat mengakibatkan kematian.

c)Limbah pertanian
Kegiatan pertanian dapat menyebabkan pencemaran air terutama karena penggunaan pupuk,
pestisida, dan herbisida. Pencemaran tersebut dapat meracuni organimse air, seperti plankton,
ikan, hewan yang meminum air tersebut, dan juga manusia yang menggunakan air tersebut untuk
kebutuhan sehari-hari. Residu pestisida seperti DDT yang terakumulasi dalam tubuh ikan dan
biota lainnya dapat terbawa dalam rantai makanan ke tingkat trofik yang lebih tinggi, yaitu
manusia.

Selain itu, masuknya pupuk pertanian, sampah, dan kotoran ke bendungan, danau, serta laut
dapat menyebabkan meningkatnya zat-zat organik di perairan. Peningkatan tersebut
mengakibatkan pertumnuhan gangguan atau eceng gondok menjadi pesat (blooming).
Pertumbuhan ganggang atau eceng gondok yang cepat dapat menyebabkan semakin banyak
kematian dan dekomposisi. Proses tersebut membutuhkan oksigen terlarut, sehingga menurunkan
kadar oksigen terlarut dalam air. Kondisi ini mendorong pertumbuhan organisme anaerob di
perairan. Fenomena ini disebut juga sebagai eutrofikasi.

d)Limbah pertambangan
Pencemaran minyak di laut terutama disebabkan oleh limbah pertambangan minyak lepas pantai
dan kebocoran kapal tanker yang mengangkut minyak. Setiap tahun diperkirakan jumlah
kebocoran dan tumpahan minyak dari kapal tanker ke laut mencapai 3,9 juta ton sampai 6,6 juta
ton.
Tumpahan minyak merusak kehidupan di laut, di antaranya burung laut dan ikan. Minyak yang
menempel pada bulu burung dan insang ikan dapat mengakibatkan kematian hewan-hewan
tersebut.

Menurut Wardhana (dalam Lina, 2004) komponen pencemaran air yang berasal dari industri,
rumah tangga (pemukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan: padat,
cairan berminyak, organic dan olahan bahan makanan, berupa panas, anorganik dan zat kimia

a)Bahan buangan padat


Yang dimaksud bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang
kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila dibuang ke air menjadi
pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan
koloidal. Apabila bahan buangan padat tersebut menimbulkan pelarutan, maka kepekatan atau
berat jenis air akan naik. Kadang-kadang pelarutan ini disertaipula dengan perubahan warna air.
Air yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan mengurangi penetrasi sinar
matahari ke dalam air. Sehingga proses fotosintesa tanaman dalam air akan terganggu. Jumlah
oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang, kehidupan organisme dalam air juga terganggu.

Terjadinya endapan di dasar perairan akan sangat mengganggu kehidupan organisme dalam air,
karena endapan akan menutup permukaan dasar air yang mungkin mengandung telur ikan
sehingga tidak dapat menetas. Selain itu, endapan juga dapat menghalangi sumber makanan ikan
dalam air serta menghalangi datangnya sinar matahari. Pembentukan koloidal terjadi bila
buangan tersebut berbentuk halus, sehingga sebagian ada yang larut dan sebagian lagi ada yang
melayang-layang sehingga air menjadi keruh. Kekeruhan ini juga menghalangi penetrasi sinar
matahari, sehingga menghambat fotosintesa dan berkurangnya kadar oksigen dalam air.

b)Bahan buangan organic dan olahan bahan makanan


Bahan buangan organic umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan akan menaikkan populasi mikroorganisme.
Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak tertutup kemungkinan dengan berambahnya
mikroorganisme dapat berkembang pula bakteri pathogen yang berbahaya bagi manusia.
Demikian pula untuk buangan olahan bahan makanan yang sebenarnya adalah juga bahan
buangan organic yang baunya lebih menyengat. Umumnya buangan olahan makanan
mengandung protein dan gugus amin, maka bila didegradasi akan terurai menjadi senyawa yang
mudah menguap dan berbau busuk (misal. NH3).

c)Bahan buangan anorganik


Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya adalah logam.
Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan
buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah industri yag melibatkan penggunaan unsure-
unsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air raksa atau merkuri (Hg), Nikel
(Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dll.

Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah. Kesadahan air yang
tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui proses
pengkaratan (korosi). Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan.

Apabila ion-ion logam berasal dari logam berat maupun yang bersifat racun seperti Pb, Cd atau
pun Hg, maka air yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi tubuh
manusia, air tersebut tidak layak minum.

d)Bahan buangan cairan berminyak


Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung menutupi
permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa yang volatile, maka akan
terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut.
Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada
permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang
lama.

Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Ini disebabkan
lapisan tersebut akan menghalangi diffusi oksigen dari udara ke dalam air, sehingga oksigen
terlarut akan berkurang. Juga lapisan tersebut akan menghalangi masuknya sinar matahari ke
dalam air, sehingga fotosintesapun terganggu. Selain itu, burungpun ikut terganggu, karena
bulunya jadilengket, tidak dapat mengembang lagi akibat kena minyak.

e)Bahan buangan berupa panas (polusi thermal)


Perubahan kecil pada temperatur air lingkungan bukan saja dapat menghalau ikan atau spesies
lainnya, namun juga akan mempercepat proses biologis pada tumbuhan dan hewan bahkan akan
menurunkan tingkat oksigen dalam air. Akibatnya akan terjadi kematian pada ikan atau akan
terjadi kerusakan ekosistem. Untuk itu, polusi thermal inipun harus dihindari. Sebaiknya
industri-industri jika akan membuang air buangan ke perairan harus memperhatikan hal ini.

f)Bahan buangan zat kimia


Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemar air ini akan
dikelompokkan menjadi :
1.Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya),
2.Bahan pemberantas hama (insektisida),
3.Zat warna kimia,
4.Zat radioaktif

4.DAMPAK PENCEMARAN AIR


Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni
makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau,
pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat
dari kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang diluar kendali yang
disebut eutrofikasi (eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen yang
seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika
tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih banyak oksigen. Akibatnya ikan akan
mati dan aktivitas bakteri akan menurun.

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori KLH (dalam Lina, 2004) yaitu:
a)Dampak terhadap kehidupan biota air
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut
dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan
oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat pula
disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan
air.
Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya
terjadi pada air limbah juga terhambat (Gbr. 11). Dengan air limbah menjadi sulit terurai. Panas
dari industri juaga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak
didinginkan dahulu.
Gbr. 11. Pencemaran air laut

b)Dampak terhadap kualitas air tanah


Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam
skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak
penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

c)Dampak terhadap kesehatan


Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :
1.Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen
2.Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit
3.Jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan
diri
4.Air sebagai media untuk hidup vector penyakit

Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau penyakit-penyakit
yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat
menyebar bila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air
antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa.
Tabel: Beberapa penyakit bawaan air dan agennya
d)Dampak terhadap estetika lingkungan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan
tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping
tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga
dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya
menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang
sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.

5, PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN AIR


Penggunaan pupuk organik dan kompos sebagai pengganti pupuk buatan pabrik merupakan
alternatif tepat untuk mengurangi pencemaran air oleh nitrat dan pospat. Kompos dan pupuk
organik di samping dapat memulihkan kandungan mineral dalam tanah juga dapat memperbaiki
struktur dan aerasi tanah serta mencegah eutrofikasi. Demikian juga pemanfaatan musuh alami
dan parasitoid dalam pemberantasan hama lebih aman bagi lingkungan. Hama pengganggu
populasinya berkurang, tetapi tidak menimbulkan residu pestisida dalam tanah dan dalam tubuh
tanaman. Pertanian organik sudah dikembangkan di negaranegara maju. Di samping
menghasilkan produk yang aman bagi lingkungan dan kesehatan, produk pertanian organik
memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Dalam menangkap ikan dihindari penggunaan racun dan
bahan peledak. Penggunaan jala dan pancing di samping lebih higienis juga tidak menimbulkan
kerusakan lingkungan, kelangsungan regenerasi ikan juga dapat berlangsung baik.
Mengupayakan pencegahan kebocoran instalasi pengeboran minyak lepas pantai, kebocoran
tanker minyak yang dapat menimbulkan tumpahan minyak di laut. Jika terjadi tumpahan minyak
di pantai harus segera dibersihkan sebelum menimbulkan dampak lebih luas. Pembangunan
kawasan industri sebaiknya disertai dengan perencanaan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan). Selain hal tersebut kawasan industri harus memenuhi syarat telah memiliki
instalasi pengolahan limbah, jauh dari pemukiman warga, serta seminimal mungkin
menghasilkan limbah. Limbah cair dari pabrik sebaiknya disaring, diencerkan, diendapkan dan
dinetralkan dulu sebelum dibuang ke sungai. Demikian pula rumah sakit dan peternakan
sebaiknya memiliki bak penampungan limbah (septick tank) untuk menampung limbah yang
dihasilkan. Untuk mencegah terjadinya banjir dan erosi lapisan tanah diupayakan dengan
gerakan penghijauan, reboisasi, pembuatan jalur hijau, mempertahankan areal resapan air pada
kawasan-kawasan penyangga. Pembuatan sengkedan dan terasering pada lahan miring juga dapat
memperkecil laju erosi, yang akhirnya dapat mengurangi tingkat pencemaran karena erosi
lapisan tanah.

https://mari-belajarbiologi.blogspot.co.id/2016/01/pencemaran-air-pengertian-indikator.html

Anda mungkin juga menyukai