PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga semua mahasiswa/i
bisa mengetahui situasi yang diperankan. Semuanya berfokus pada pengalaman kelompok.
Dosen harus mengenalkan situasinya dengan jelas sehingga tokoh dan penontonnya memahami
masalah yang disampaikan. Sama seperti para pemainnya, penonton juga terlibat penuh dalam
situasi belajar. Pada saat menganalisa dan berdiskusi, penonton harus memberikan solusi-solusi
yang mungkin bisa digunakan untuk mengatasi masalah yang disampaikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan Maksud dari Role Play ?
2. Apa saja Macam-macam Role Play ?
3. Apa yang di maskud dari Kebudayaan?
4. Apa yang di maksud dari pengertian Nilai?
5. Bagaimana Penerapan Praktik keperawatan yang berkaitan dengan nilai dan budaya ?
6. Bagaimana Bentuk skenario cerita serta dialog dari Role Play dalam praktik
keperawatan yang berkaitan dengan nilai dan budaya ?
1
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui dan memahami pengertian dan Maksud dari Metode Role Play
2. Mengetahui macam- macam bentuk dari Role Play
3. Memahami maksud dari kebudayaan dan hakekat kebudayaan serta Nilai
4. Dapat megidentifikasi metode Role Play dalam praktik keperawatan pada
pelayanan kesehatan dari kebudayaan dan nilai
5. Dapat melaksanakan Praktik Keperawatan membujuk atau meyakinkan dalam
penerapan nilai
6. Mampu melaksanakan Praktik Keperawatan yang mengajarkan kebersihan diri
(personal Hygiene) Vs Budaya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Metode Role Play ini memiliki beberapa macam dan model dalam mengaplikasikannya
pada klien. Model –model Role Play dalam keperawatan ialah, sebagai berikut :
3
2. Model Komunikasi
Model ini dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi bahwa
tidak efektifnya suatu komunikasi akan membawa kelompok menjadi tidak puas.
Karena komunikasi perawat denga klien merupakan pedang yang mesti di asah
dan sangat tajam, dengan komunikasi maka di dapatlah sebuah data riwayat klien
secara menyeluruh.
Model Komunikasi ini adalah model Role Play yang sangat utama dan
mesti dilakukan oleh semua tim medis kesehatan, khususnya bagi perawat. Sebab
perawatlah yang sangat dekat erat dengat klien yang diberikan asuhan
keperawatan.
3. Model Interpersonal
Tingkah laku (pikiran, perasaan, tindakan). Digambarkan melalui
hubungan interpersonal dalam kelompok. Dalam menjalankan praktik
keperawatan, perawat mampu menguasai etika dan kode etik keperawatan dalam
menghadapi pasien/klien.
4. Model Psikodrama
4
C. Kebudayaan
Kebudayaan secara umum ialah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya yang komplek yang mencakup pengetuan, keyakinan, seni, hukum, adat dan
setiap kecakapan dan kebiasaan.
Kebudayyan juga dapat di artikan sebagai keseluruhan yang komplek yang mencakup
pengetahuan, kesenian, sosial, adat istiadat, dan kemampuan yang lain, seperti kebiasaan yang di
adakan oleh manusia sebagai anggota dalam masyarakat. Pengertian ini memberi pemahaman
bahwa kebudayaan merupakan produk aktiivitas atau kegiatan manusia.
D. Hakekat Kebudayaan
E. Ciri-ciri Kebudayaan
Adapun ciri-ciri kebudayaan, di antaranya :
1. Memiliki sifat kedaerahan tertentu
2. Mempunyai adat istiadat yang khas
3. Memiliki unsur kebudayaan asli dan tradisional
4. Di anut oleh penduduk daerah tertentu
5. Adanya bahasa dan seni daerah
6. Adanya unsur kepercayaan
7. Adanya peninggalan-peninggalan sejarah
5
F. NILAI
Nilai secara singkat diartikan sebagai sesuatu yang baik, sesuatu yang kita iyakan.
Nilai merupakan hak-hak manusia dan pertimbangan etis yang mengatur perilaku seseorang.
Nilai merupakan milik setiap pribadi yang mengatur langkah-langkah yang seharusnya
dilakukan karena merupakan cetusan hati nurani yang dalam dan diperoleh sejak kecil. Nilai
adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh seseorang
sesuai dengan tuntutan hati nuraninya.
H. Fungsi nilai
Nilai berfungsi sebagai filter untuk berbagai pengalaman dan hubungan yang
dialami manusia dalam suatu hari tertentu.
Fungsi filter dalam nilai membantu seseorang untuk membuat banyak keputusan
yang penting dan memberikan rasa percaya diri pada seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain.
Nilai dapat dipelajari melalui observasi, petimbangan dan pengalaman (Hamilton,
1992)
6
I. Kriteria
7
K. DIALOG
Beberapa jam kemudian, muncullah di dalam ruangan UGD seorang dokter, Bu Puspa
secara otomatis berdiri dan terjadilah percakapan.
8
Bu Puspa :” Innalillahi……….! (menangis)
Pak Dimas :” Dok, apakah kami boleh melihat anak kami ?”
Dokter :” Ohh…..Silahkan ! Saya Tinggal dulu yah !”
(sambil meninggalkan Mereka )
Mereka masuk kedalam ruang UGD, di sana terdapat Citra sedang berbaring di atas
tempat tidur dengan tidak sadarkan diri. Di sana terdapat perawat yang sedang mencatat hal-hal
yang dianggap penting.
Keluarganya pun duduk di dekat Citra dengan melihat secara seksama keadaannya. Tak
lama kemudian seorang perawat datang memasuki ruangan.
Perawat I : “Assalamualaikum, apakah ini dengan keluraga dari
saudari Citra?.”
Pak Dimas : “iya benar pak”
Perawat I : “Perkenalkan nama saya Muhammad Fauzi, disini saya yang
akan merawat saudari Citra di ruang Mawar, oleh karena itu
apa ibu dan bapak bersedia Citra dirawat oleh saya dan rekan
saya?.”
Pak Dimas : “Iya pak, silahkan.”
Perawat I : “Baik, kalau begitu saya akan membawa saudari Citra
ke ruang Mawar.”
9
Citra pun dengan bantuan perawat dan keluarga di bawa keluar dari ruang UGD untuk
dipindahkan ke ruang Mawar. Sesampainya di ruangan tersebut terjadilah percakapan.
Perawat I : “Disinilah anak bapak akan dirawat, kalau begitu saya izin keluar
untuk menghubungi dokter, jika ada keperluan silahkan hubungi
saya di ruang perawat yang ada di samping ruangan ini, mari
pak !.” (Sambil meninggalkan ruangan tersebut).
Keluarga : “Terima kasih, Pak “
Beberapa Jam kemudian, Perawat I dan Perawat II memasuki ruangan dimana Citra
sedang di rawat, mereka membawa alat Tensi dan seberkas kertas serta balpoin.
Perawat I sedang memeriksa tekanan darahnya sedangkan Perawat II mencatat hasil yang
didapat, setelah Perawat I memegang tangan kanan Citra, ia melihat bahwa Kuku yang ada
ditangannya panjang dan kotor. Setelah pemeriksaan perawat memberikan info kepada kedua
orang tuanya.
10
Perawat I : “Bu,Pak trombosit darah Citra kembali normal dan kondisi anak
ibu mulai Membaik, tetapi saya memberi saran kepada ibu dan
bapak, bahwasannya kuku citra harus dipotong dan di
bersihkan!”
Bu Puspa : “Bukannya bahaya, Pak! kalau orang yang sedang sakit itu, tidak
diperbolehkan untuk melakukan pemotongan kuku, bahkan kata
ibu saya bahwa itu akan mengakibatkan munculnya penyakit
yang lain,Pak!
Perawat II : “Maaf ibu, hal demikian yang dimaksud itu hanya mitos belaka
saja bu, jadi tidak ada hubungannya dengan pemotongan kuku
dan membersihkannya akan menimbulkan suatu penyakit baru.”
Pak Dimas : “Memangnya kenapa mesti di potong Pak? (Kebingungan)
Perawat I : “karena jikalau tidak di potong dan dibersihkan, di dalam kuku
itu terdapat banyak sekali bakteri dan virus yang akan
menghambat proses penyembuhan bagi saudari Citra, Pak! Oleh
karena itu demi kelancaran proses penyembuhan bagi anak
bapak, kami sarankan untuk memotong.
dan membersihkan kuku saudari Citra.”
Perawat II : “Benar Pak, Bu! Bahkan Rasulullah pernah bersabda kepada kita
bahwasannya memotong kuku, membersihkan badan dari
kotoran dan najis itu diajurkan. Akan tetapi jika kita memotong
kuku dan rambut, maka kuku yang sudah dipotong itu tidak
dibuang begitu saja. Kita harus menyimpannya serta
mengumpulkannya setelah itu kita menguburkannya, karena
kuku dan rambut apapun yang tumbuh di diri manusia itu
semuanya makhluk hidup, kuku kan termasuk benda yang
tumbuh dan hidup jadi harus dilakukan seperti itu Bu, Pak!
Bu Puspa : “Hmm….! Seperti itu ya, Pak! ( Merasa Paham atas penjelasan
perawat)
Baiklah kami bersedia demi penyembuhan anak kami.”
11
(Perawat I sedang melakukan pemotongan kuku dan membersihkannya)
Perawat II : “Maaf, Pak/Bu, saya mau bertanya! Biasanya Saudari Citra ketika
mengalami sakit, makanan apa yang biasa ibu berikan
padanya?”
Bu Puspa : “Di desa kami, makanan pokoknya adalah Umbi Singkong yang
di rebus, Pak!!, dan kami juga memberikan asupan kepada anak
kami makanan pokok yang sama.”
Perawat II : “Hmm…,! Bagaimana jikalau pada saat ini makanan dan asupan
yang diberikan kepada saudari citra adalah Bubur nasi putih,
sebab apabila diberikan singkong akan sulit dalam mencernanya,
Bu!!. Nah..! apakah ibu bersedia?”
Fitria : “Ohh..begitu! (Paham) Baiklah! Apapun keputusan dari bapak itu
yang terbaik maka kami akan selalu menyetujuinya.(Menyakini)
Perawat II : “Baik ! kalau begitu kami akan kembali ke ruangan kami, jika
nanti ada apa-apa bapak, ibu bisa memanggil kami.”
Pak Dimas : “Iya pak, terima kasih.”
Perawat II : “Iya Pak, sama-sama. Saya permisi pak! (sambil meninggalkan
ruangan)
Perawat pun meninggalkan ruangan pasien dan kembali keruangannya yang tak jauh dari
rungan pasien.
Keesokan harinya Cirta pun mulai sadar dan dapat berbicara walaupun tak banyak.
Seperti biasa kemudian seorang perawat datang untuk mengecek keadaannya.
Perawat II : “Selamat siang….”
Citra : “Siang Pak,”
Perawat II : “Bagaimana keadaannya de? Apa ada yang terasa sakit atau tidak
nyaman?
Citra : “hmm…. nggak sih pak , cuman lemes aja.”
Perawat II : “Wajar kalau citra lemes, kan lagi sakit, biar cepat sembuh makan
12
dulu ya lalu minum obat. Tapi sebelumnya, citra harus
dimandikan dulu. “bapak, ibu saya meminta izin untuk
memandikan citra, apa ibu dan bapak bersedia?”
Pak Dimas : “Bukannya kalau lagi sakit , tidak boleh mandi dulu pak takutnya
penyakitnya nambah nantinya.”
Perawat II : “Tidak bapak, justru kalau tidak mandi, maka penyakit lain bisa
dengan mudah masuk ke tubuh citra, karena keadaannya sedang
tidak bersih.”
Bu Puspa : “Oh begitu pak, tapi sebaiknya biar saya dan kakanya saja yang
memandikan, citra ini sudah baligh, tidak enak rasanya kalau
bapak yang memandikan.
Perawat II : “Baik, jika itu memang keinginan keluarga, kalau begitu mari
saya antar”.
Perawat hanya mengantar dan menunggu citra selesai di mandikan oleh keluarganya.
Setelah selesai, Ctra dibawa kembali ke ruang mawar untuk beristirahat.
Perawat II : “nah sekarang waktunya citra minum obat, obat ini diminum
Setelah
makan (sambil memperlihatkan obatnya). Kalau begitu saya
permisi dulu, nanti aka nada perawat yang membawakan
makanan untuk Citra.”
Keluarga : “Terima kasih, Pak!
Perawat II : “Sama-sama Pak!” Kalau begitu saya permisi!”.
13