Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Preventif, Volume 8 Nomor 1, April 2017 : 1- 58

FAKTOR RISIKO KEJADIAN APENDISITIS DI BAGIAN


RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU

1 2 3*
Adhar Arifuddin , Lusia Salmawati , Andi Prasetyo

1.Bagian Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan
2.Bagian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan
Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta KM 9, Palu, 94116, Indonesia
*E-mail: a.pntung999@gmail.com

ABSTRAK
Apendisitis merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya, antara lain sumbatan lumen apendiks, hyperplasia jaringan limfoid, tumor
apendiks, cacing askaris, erosi mukosa apendiks, pola makan serat rendah
mengakibatkan konstipasi serta timbulnya apendisitis. World Health Organization
(WHO) menyatakan angka kematian akibat apendisitis di dunia adalah 0,2-0,8%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko usia, jenis kelamin, dan pola makan
dengan Kejadian Apendisitis di Bagian Rawat Inap Rumah Sakit Umum Anutapura
Palu. Jenis penelitian ini yaitu observasional analitik dengan pendekatan case control
study. Jumlah sampel sebesar 54 pasien apendisitis dan 108 pasien non apendisitis,
diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling. Data dianalisis secara
analisis univariat serta analisis bivariat dengan menggunakan uji Odd Ratio (OR), pada
taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitianmenunjukkan usia (OR = 4,717 padaCI 95%
2,331 - 9,545) dan pola makan (OR = 3,455 padaCI 95% 1,717 – 6,949) merupakan
faktor risiko terhadap apendisitis dan jenis kelamin (OR = 0,657 pada CI 95% 0,337 –
1,284) bukan merupakan risiko apendisitis. Disarankan kepada masyarakat untuk
menjaga pola makan serat mengingat apendisitis lebih berisiko pada usia produktif.
Sebagai pencegahan yang sangat efektif untuk mengurangi kasus apendisitis.

Kata Kunci: Apendisitis, Risiko, Pola Makan

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26


Jurnal Preventif, Volume 8 Nomor 1, April 2017 : 1- 58

A. PENDAHULUAN ketiga dipoliklinik bedah yaitu


[3]
Apendisitis merupakan infeksi sebanyak 434 pasien .
bakteria. Berbagai hal berperan sebagai Apendisitis bisa terjadi pada semua
faktor pencetusnya, namun sumbatan usia namun jarang terjadi pada usia
lumen apendiks merupakan faktor yang dewasa akhir dan balita, kejadian
diajukan sebagai pencetus disamping apendisitis ini meningkat pada usia
hyperplasia jaringan limfoid, tumor [4]
remaja dan dewasa . Usia 20 – 30
apendiks, dan cacing askaris dapat tahun bisa dikategorikan sebagai usia
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain produktif, Dimana orang yang berada
yang diduga dapat menimbulkan pada usia tersebut melakukan banyak
apendisitis adalah erosi mukosa sekali kegiatan. Hal ini menyebabkan
apendiks karena parasit seperti orang tersebut mengabaikan nutrisi
E.histolytica. Penelitian epidemiologi makanan yang dikonsumsinya.
menunjukan peran kebiasaan makan Akibatnya terjadi kesulitan buang air
makanan rendah serat mempengaruhi besar yang akan menyebabkan
terjadinya konstipasi yang peningkatan tekanan pada rongga usus
mengakibatkan timbulnya apendisitis. dan pada akhirnya menyebabkan
Konstipasi akan menaikan tekanan [5]
sumbatan pada saluran apendiks .
intrasekal, yang berakibat timbulnya Penelitian Indri U, dkk (2014),
sumbatan fungsional apendiks dan mengatakan risiko jenis kelamin pada
meningkatnya pertumbuhan kuman kejadian penyakit apendisitis terbanyak
[1]
flora kolon biasa . berjenis kelamin laki-laki dengan
Kejadian apendisitis di indonesia presentase 72,2% sedangkan berjenis
menurut data yang dirilis oleh [6]
kelamin perempuan hanya 27,8% .
Kementerian Kesehatan RI pada tahun Hal ini dikarenakan laki-laki lebih
2009 sebesar 596.132 orang dengan banyak menghabiskan waktu diluar
persentase 3.36% dan meningkat pada rumah untuk bekerja dan lebih
tahun 2010 menjadi 621.435 orang cenderung mengkonsumsi makanan
dengan persentase 3.53%. Apendisitis cepat saji, sehingga hal ini dapat
merupakan penyakit tidak menular menyebabkan beberapa komplikasi
tertinggi kedua di Indonesia pada rawat atau obstruksi pada usus yang bisa
inap di rumah sakit pada tahun 2009 menimbulkan masalah pada sistem
[2] pencernaan salah satunya yaitu
dan 2010 .
[7]
Berdasarkan data Rekam Medik di apendisitis .
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Menurut Nurhayati (2011)
selama tahun 2012 jumlah pasien mengatakan bahwa pola makan yang
penderita apendisitis ada sebanyak 218 kurang serat menyebabkan apendisitis,
pasien, Pada tahun 2013 terjadi selain itu bahan makanan yang
peningkatan yaitu sebanyak 278 pasien. dikonsumsi dan cara pengolahan serta
Pada tahun 2014 kembali mengalami waktu makan yang tidak teratur
peningkatan dan menduduki urutan sehingga hal ini dapat menyebabkan
apendisitis. kebiasaan pola makan yang

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 27


Jurnal Preventif, Volume 8 Nomor 1, April 2017 : 1- 58

kurang dalam mengkonsumsi serat 84 responden (77,8%) berusia <15


yang berakibat timbulnya sumbatan tahun dan >25 tahun. Berdasarkan hasil
fungsional appendiks dan uji statistik didapat OR yaitu 4,717
meninggkatkan pertumbuhan kuman, pada CI 95% 2,331 - 9,545, artinya
sehingga terjadi peradangan pada risiko usia 15-25 tahun yang menderita
[8] penyakit apendisitis sebesar 4,717 kali
appendiks .
lebih besar dibandingkan dengan yang
B. METODE PENELITIAN berusia <15 tahun dan >25 tahun dan
Jenis penelitian yang digunakan bermakna secara signifikan.
pada penelitian ini adalah penelitian
epidemiologi observasional dengan Risiko Jenis Kelamin Terhadap
pendekatan case control study (Kasus Kejadian Apendisitis
kontrol).Penelitian ini dilaksanakan di Berdasarkan hasil analisis bivariat
bagian rawat inap RSU anutapura palu pada tabel 10 diperoleh data responden
tanggal 30 April sampai 10 juni tahun bahwa dari 54 responden yang
2015. Populasi dalam penelitian ini mengalami kejadian apendisitis, 20
adalah seluruh pasien rawat inap yang responden (37,0 %) yang dengan jenis
menderita penyakit gastrointestinal di kelamin laki-laki dan 34 responden
rumah sakit umum anutapura palu. (63,0 %) dengan jenis kelamin
Sampel kasus adalah responden yang perempuan, sedangkan dari 108
menderita apendisitis dan sampel responden yang m tidak apendisitis,
control adalah responden non terdapat 51 responden (47,2 %) dengan
apendisitis dengan perbandingan 1 : 2 jenis kelamin laki-laki dan 57
dengan matching adalah tekanan darah. responden (52,8%) bdengan jenis
Jumlah sampel yaitu 162 yang terdiri kelamin perempuan. Berdasarkan hasil
dari 54 sampel kasus dan 108 sampel uji statistik didapat OR yaitu 0,657
kontrol. pada CI 95% 0,337 – 1,284, artinya
risiko responden berjenis kelamin laki-
C. HASIL PENELITAN laki menderita penyakit apendisitis
sebesar 0,657 kali lebih besar
Risiko Usia Terhadap Kejadian dibandingkan dengan responden
Apendisitis berjenis kelamin perempuan dan secara
Berdasarkan hasil analisis bivariat signifikan tidak bermakna.
pada tabel 9 diperoleh data responden
bahwa dari 54 responden yang Risiko Pola Makan Terhadap
mengalami kejadian apendisitis, 31 Kejadian Apendisitis
responden (57,4 %) yang berusia 15-25 Berdasarkan hasil analisis bivariat
tahun dan 23 responden (42,6 %) pada tabel 5.11 diperoleh data
berusia <15 tahun dan >25 tahun, responden bahwa dari 54 responden
sedangkan dari 108 responden yang yang mengalami kejadian apendisitis,
tidak apendisitis, terdapat 24 responden 38 responden (70,4 %) yang
(22,2 %) yang berusia 15-25 tahun dan mempunyai pola makan buruk dan 16

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 28


Jurnal Preventif, Volume 8 Nomor 1, April 2017 : 1- 58

responden (29,6 %) mempunyai pola CI 95% 1,717 – 6,949, artinya risiko


makan baik, sedangkan dari 108 responden yang mempunyai pola
responden yang m tidak apendisitis, makan buruk untuk menderita penyakit
terdapat 44 responden (40,7 %) yang apendisitis sebesar 3,455 kali lebih
mempunyai pola makan buruk dan 64 besar dibandingkan dengan responden
responden (59,3%) mempunyai pola yang mempunyai pola makan baik dan
makan baik. Berdasarkan hasil uji bermakna secara signifikan.
statistik didapat OR yaitu 3,455 pada

Tabel 1. Faktor Risiko Terhadap Kejadian Apendisitis


Apendisitis OR
Faktor Risiko Kasus Kontrol Total (CI 95%)
n % n %
Usia
Risiko Tinggi 31 57,4 24 22,2 55 4,717
Risiko Rendah 23 42,6 84 77,8 107 (2,331-9,545)
Jenis Kelamin
Risiko Tinggi 20 37,0 51 47,2 71 0,657
Risiko Rendah 34 63,0 57 52,8 91 (0,337-1,284)
Pola Makan
Risiko Tinggi 38 70,4 44 40,7 82 3,455
Risiko Rendah 16 29,6 64 59,3 80 (1,717-6,949)
Total 54 100 108 100 162
Data Primer, 2015

D. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil di lapangan saat


penelitian didapatkan bahwa tingkat
Faktor Risiko Usia Terhadap Kejadian pekerjaan masyarakat yang menjadi
Apedisitis responden dalam penelitian ini lebih
Hasil penelitian menunjukkan banyak adalah pelajar dan mahasiswa.
bahwa dari 55 responden yang berusia Pelajar dan mahasiswa banyak
15 sampai 25 tahun, terdapat 31 menghabiskan waktu di sekolah/di
responden(57,4%)diantaranya kampus sehingga untuk asupan tiap jam
mengalami kejadian apendisitis, istirahat hanya pada kantin di sekolah/di
sedangkan dari 107 responden yang kampus. Kantin yang ada di sekolah/di
berusia <15 tahun dan >25 tahun, kampus lebih menjual makanan yang
terdapat 23 responden (42,6%) yang bersifat instan atau cepat saji, Hal inilah
mengalami kejadian apendisitis. yang menyebabkan kurangnya
Diperoleh odds ratio (OR) dengan mengkonsumsi makanan berserat yang
Confidence interval (CI) 95% sebesar berisiko terhadap apendisitis.Usia 15 –
2,331 - 9,545 , ini berarti bahwa pasien 25 tahundalampenelitianini memiliki
yang berusia 15 sampai 25 Tahun 4,717 pola asupan serat yang buruk. Hal ini
kali lebih besar untuk menderita dipengaruhi oleh kurangnya konsumsi
Apendisitis di bandingkan pasien yang sayur-sayuran dan buah-buahan setiap
berusia <15 tahun dan >25 tahun. hari. Sayur-sayuran dan buah-buahan

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 29


Jurnal Preventif, Volume 8 Nomor 1, April 2017 : 1- 58

merupakan sumber serat yang paling


mudah didapatkan. Faktor Risiko Jenis Kelamin Terhadap
Berdasarkan hasil Penelitian ini Kejadian Apendisitis
menunjukan bahwa dari 55 responden Hasil penelitian menunjukkan
yang berusia 15-25 tahun. Terdapat 31 bahwa dari 71 responden yang berjenis
responden (57,4%) yang menderita kelamin laki-laki, terdapat 20 responden
apendisitis. Berdasarkan hasil di (37,0%) diantaranya mengalami
lapangan saat penelitian didapatkan kejadian apendisitis, sedangkan dari 91
bahwa tingkat pekerjaan masyarakat responden yang berjenis kelamin
yang menjadi responden dalam perempuan, terdapat 34 responden
penelitian ini lebih banyak adalah (63,0%) yang mengalami kejadian
pelajar dan mahasiswa. Pelajar dan apendisitis.Hasil uji statistik faktor
mahasiswa banyak menghabiskan waktu risiko jenis kelamin terhadap penyakit
di sekolah/di kampus sehingga untuk apendisitis yang dilakukan di RSU
asupan tiap jam istirahat hanya pada Anutapura Palu tahun 2015, diperoleh
kantin di sekolah/di kampus. Kantin odds ratio (OR) dengan Confidence
yang ada di sekolah/di kampus lebih interval (CI) 95% sebesar 0,337 –
menjual makanan yang bersifat instan 1,284, ini berarti bahwa pasien yang
atau cepat saji, Hal inilah yang berjenis kelaminlaki-laki0,657 kali
menyebabkan kurangnya lebih besar untuk menderita Apendisitis
mengkonsumsi makanan berserat yang dibandingkan pasien yang berjenis
berisiko terhadap apendisitis. kelamin perempuan.Karena nilai OR <
Penelitian ini menunjukan bahwa 1, maka jenis kelamin bukan merupakan
dari 55 responden yang berusia 15-25 faktor risiko terhadap apendisitis. Hasil
tahun. Terdapat 24 responden (22,2 %) perhitungan nilai OR tersebut
yang tidak menderita apendisitis. menunjukkan bahwa jenis kelamin
Berdasarkan fakta di lapangan hal ini bukan merupakan faktor risiko terhadap
disebabkan pengetahuan responden apendisitis.
yang baik sehingga dapat menjaga Penelitian ini menunjukan bahwa
asupan serat dan konsumsi air minum dari 71 responden dengan jenis kelamin
yang cukup tiap harinya sehingga laki-laki. Terdapat 20 responden
mengurangi risiko apendisitis. (37,0%) yang menderita apendisitis.
Penelitian ini menunjukan bahwa Berdasarkan fakta di lapangan, Hal ini
dari 107 responden yang berusia <15 dikarenakan laki-laki lebih banyak
tahun dan >25 tahun. Terdapat 23 menghabiskan waktu diluar rumah
responden (42,6%) yang menderita untuk bekerja dan lebih cenderung
apendisitis. Hal ini dikarenakan mengonsumsi makanan fast food
apendisitis dapat terjadi pada semua dibandingkan dengan nasi dan
umur. Pola asupan serat yang buruk sebagainya, karena makanan fast food
juga mempengaruhi terjadinya lebih gampang mereka dapatkan
apendisitis pada usia <15 tahun dan >25 direstauran ataupun di pedagang kaki
tahun. lima. makanan fast food merupakan

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 30


Jurnal Preventif, Volume 8 Nomor 1, April 2017 : 1- 58

jenis makanan yang cara pengolahannya mengkonsumsi makanan berserat yang


tidak tepat, sehingga hal ini dapat berisiko terhadap apendisitis. Dari hal
menyebabkan beberapa komplikasi atau tersebut dapat disimpulakan bahwa
obstruksi pada usus yang bisa jenis kelamin bukan risiko terhadap
menimbulkan masalah pada sistem kejadian apendisitis.
pencernaan salah satunya yaitu
apendisitis. Pada jenis kelamin laki-laki Faktor Risiko Pola Makan Terhadap
menurut data di lapangan mempunyai Kejadian Apendisitis
pola asupan serat yang buruk hal ini Hasil penelitian menunjukkan
dikarenakan kurangnya konsumsi sayur- bahwa dari 82 responden yang
sayuran dan buah-buahan setiap hari. mempunyai pola makan buruk, terdapat
38 responden (70,4%) diantaranya
Penelitian ini menunjukan bahwa
dari 71 responden dengan jenis kelamin mengalami kejadian apendisitis,
laki-laki. Terdapat 51 responden (47,2 sedangkan dari 80 responden yang
%) yang tidak menderita apendisitis. mempunyai pola makan baik, terdapat
Hal ini disebabkan pengetahuan 16 responden (29,6%) yang mengalami
responden yang baik sehingga dapat kejadian apendisitis. Hasil uji statistik
menjaga asupan serat dan konsumsi air faktor risiko pola makan terhadap
minum yang cukup tiap harinya penyakit apendisitis di RSU Anutapura
sehingga mengurangi risiko apendisitis. Palu tahun 2015, diperoleh odds ratio
(OR) dengan Confidence interval (CI)
Penelitian ini menunjukan bahwa
95% sebesar 1,717 – 6,949, ini berarti
dari 91 responden dengan jenis kelamin
bahwa pasien yang pola makannya
perempuan. Terdapat 34 responden
buruk3,455 kali lebih besar untuk
(63,6%) yang menderita apendisitis. Hal
menderita Apendisitis di bandingkan
ini dikarenakan Pada era globalisasi
pasien yang pola makannya baik. Hasil
sekarang ini dengan adanya emansipasi
nilai OR > 1, maka pola makan
atau kesetaraan gender. Laki-laki dan
merupakan faktor risiko terhadap
perempuan memiliki hak yang sama
apendisitis.
untuk mendapatkan pendidikan seluas-
luasnya dan setinggi-tingginya. Dalam Penelitian ini menunjukan bahwa
penelitian ini tingkat pekerjaan dari 82 responden dengan pola makan
buruk. Terdapat 38 responden (70,4 %)
masyarakat yang menjadi responden
yang menderita apendisitis. Hal ini
lebih banyak adalah pelajar dan
disebabkan bahwa pola makan
mahasiswa yang berjenis kelamin laki-
merupakan faktor risiko penyakit
laki maupun perempuan. Pelajar dan
apendisitis. Pola makan makanan
mahasiswa banyak menghabiskan waktu
di sekolah/di kampus sehingga untuk berserat merupakan informasi mengenai
asupan tiap jam istirahat hanya di jenis dan jumlah pangan berserat yang
kantin. Kantin yang ada di sekolah/di dikonsumsi seseorang atau sekelompok
kampus lebih menjual makanan yang orang pada waktu tertentu, sehingga
bersifat instan atau cepat saji, Hal inilah penilaian konsumsi pangan berserat
yang menyebabkan kurangnya dapat berdasarkan pada jumlah maupun

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 31


Jurnal Preventif, Volume 8 Nomor 1, April 2017 : 1- 58

jenis makanan berserat yang 1. Usia merupakan faktor risiko


dikonsumsi. Makanan berserat sangat terhadap apendisitis di RSU
dibutuhkan oleh tubuh dalam proses Anutapura palu.
pencernaan. Kekurangan asupan serat 2. Jenis kelamin bukan merupakan
dapat mengakibatkan konstipasi. faktor risiko terhadap apendisitis di
Konstipasi sangat tinggi berisiko RSU Anutapura palu.
menyebabkan penyumbatan pada 3. Pola makan merupakan faktor risiko
saluran appendiks, sehingga dapat terhadap apendisitisdi RSU
menimbulkan penyakit apendisitis. Anutapura palu.
Penelitian ini menunjukan bahwa
dari 82 responden dengan pola makan Adapun saran dari penelitian ini, yaitu:
buruk. Terdapat 44 responden (40,7%) 1. Kepada masyarakat yang berusia
yang tidak menderita apendisitis. Hal ini 15-25 tahun untuk lebih menjaga
disebabkan responden tersebut tidak dan memperbaiki asupan seratnya.
menderita apendisitis dikarenakan Karena usia 15-25 tahun lebih
responden tersebut pernah apendiktomi berisiko menderita apendisitis.
pada masa lalu sehingga risiko 2. Diharapkan kepada masyarakat
terjadinya apendisitis berkurang yang berjenis kelamin laki-laki
walaupun responden berisiko tinggi maupun perempuan agar dapat
pada pola makan dan juga karena mengatur pola makan khususnya
konsumsi air minum yang tercukupi asupan serat, karena kejadian
perharinya apendisitis dapat terjadi pada lak-
Selain itu, dari 80 responden laki maupun perempuan.
dengan pola makan baik. Terdapat 16 3. Sebaiknya masyarakat lebih banyak
responden (47,2 %) yang menderita mengkonsumsi sayur-sayuran dan
apendisitis. Hal ini disebabkan buah-buahan. Karena sayuran dan
kurangnya mengkonsumsi air minum buah-buahan merupakan makanan
untuk kebutuhan perhari. Sehingga yang banyak mengandung serat
walaupun kebutuhan serat setiap hari sebagai pencegahan terhadap
sudah terpenuhi akan tetap mengalami apendisitis.
konstipasi hal ini dikarenakan air
minum didalam kolon berfungsi DAFTAR PUSTAKA
menambah masa feses dan juga 1. Sjamsuhidajat R &de Jong W, 2005,
mengubah bentuk feses menjadi lebih Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2, Jakarta,
EGC, Jakarta.
lunak sehingga akan lebih mudah dalam
2. Pusat Data Dan Informasi Kesehatan,
proses metabolisme.
2012, Buletin Jendela Data &
Informasi Kesehatan Penyakit Tidak
E. KESIMPULAN
Menular,JakartaKementerian Kesehatan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini, RI.
yaitu: 3. Bagian Rekam Medik RSU Anutapura
Palu, 2012-2014, Laporan Tahunan
Rumah Sakit Anutapura, Palu.

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 32


Jurnal Preventif, Volume 8 Nomor 1, April 2017 : 1- 58

4. Muttaqin A, & Sari K, 2011, Gangguan Post Operasi Apendisitis, Program


Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Studi Ilmu Keperawatan, Universitas
Keperawatan Medical Bedah, Salemba Riau.
Medika, Jakarta 7. Sirma F, dkk, 2013, Faktor Risiko
5. Pasaribu IC, 2010, Karakteristik Kejadian Apendisitis Di Rumah Sakit
penderita apendisitis di RSUP H. Adam Umum Daerah Kab. Pangkep Stikes
Malik Medan, Medan: Universitas Nani Hasanuddin Makassar.
Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran. 8. Nurhayati, 2011, Apendisitis, Diperoleh
6. Indri U, dkk, 2014, Hubungan Antara tanggal 16 Maret 2015 dari http;//
Nyeri, Kecemasan Dan Lingkungan https://nurhayatilies.wordpress.com.
Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 33

Anda mungkin juga menyukai