Silahkan berkunjung keblog saya, semoga bermanfaat bagi kita semua dan dapat memajukan
dunia keperawatan.
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/konsep-asuhan-keperawatan-
keluarga.html
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan
dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
Keluarga adalah suatu ikatan / persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa
yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang
sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Effendy,
1998)
Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dananak yang diperoleh dari keturunannya, adopsi atau
keduanya.
Keluarga baru yang bentuk terbentuk dari pasangan yng bercerai atau kehilangan pasangannya.
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single
Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital heterosexsual cobabiting
family)
f. Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).
g. Keluarga Indonesia menganut keluarga besar (extended family), karena masyarakat Indonesia
terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu kominiti dengan adat istiadat yang sangat kuat
a. Pola komunikasi
Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah akan sangat
mendukung bagi penderita TBC. Saling mengingatkan dan memotivasi penderita untuk terus
anggota keluarga puas dan menghindari terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.
Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk
Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan merupakan gambaran dari
a. Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang sakit TBC akan
mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam
Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan mempengaruhi
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.Dan
juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal, diantaranya : seks yang sehat
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan makan, pakaian dan
Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
kesehatan yaitu :
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan
segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya
dan dana keluarga habis.Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada
keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan TBC.
oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan
tepat,disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
mengetahui cara perawatan pada penyakitnya.Jika demikian ,anggota keluarga yang mengalami
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu
karena terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang
anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar
masalah teratasi.
B. KONSEP DASAR TUBERKULOSIS
1. Definisi
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan oleh kuman TB
melalui udara (pernapasan) ke dalam paru-paru, kemudian menyebar dari paru-paru ke organ
tubuh yang lain melalui peredaran darah, yaitu : kelenjar limfe, saluran pernafasan atau
Tuberkulos adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis
dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe
(Smeltzer 2001).
2. Etiologi
Tuberkulosis adalah kuman berbentuk batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat
dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet (Smelzer, 2001: 5584).
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan
hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam
lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant.Dari sifat dormant ini kuman
dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi (Bahar, 1999: 715).
Sifat lain kuman ini adalah kuman aerob, sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenani
jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigennya.Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian
apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal inimerupakan tempat
matahari langsung dapat mematikan kuman, akan tetapi kuman dapat hidup beberapa jam dalam
3. Patofisiologi
dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu
melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang
yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan
reaksi inflamasi Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ,basil tuberkel yang mencapai
permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil
; gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus
dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan
memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama
leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak
ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau
berkembang-biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar
getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer. Daerah yang
mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa
membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi
tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi
pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk
kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-
paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi
rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama batuk. Bila lesi ini
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan tertutup
oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh
dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini
dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang
lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi
apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di
luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi
pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan tuberkulosis usus,
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik
tetapi progresif. Biasanya tiga minggu atau lebih dan ada dahak. Selain tanda-tanda tersebut
diatas, penyakit TBC biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala yang khas. Biasanya
1. Demam : terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang / mengeluarkan produksi
radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent ( menghasilkan sputum ).
3. Sesak nafas : terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
5. Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.
Klasifikasi penyakit
1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis
aktif.
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada menunjukan
gambaran tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal.
Tipe penderita
a. Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
b. Kambuh (Relaps)
Adalah penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis dan
telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat denga hasil pemeriksaan dahak BTA
(+).
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian
pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahhhan tersebut harus membawa surat
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih,
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Diagnostik.
2) Pemeriksaan sputum
3) Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA diagnosis
tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu
datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif
maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan
perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA negatif. Untuk memastikan jenis kuman mengidentifikasi perlu dilakukan
pemeriksaan biakan/kultur kuman dari dahak yang diambil (Depkes RI, 2002).
12) Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan,berupa indurasi kemerahan yang
terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin.
13) Rontgen dada menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium
dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan perkembangan
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi, misalnya hipernatremia yang
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan paru.
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang rugi, meningkatnya rasio residu udara pada
kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim/fibrosa,
hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis).
6. Penatalaksanaan
mulai timbul masalah resistensi terhadap obat-obat tersebut, maka pengobatan secara paduan
beberapa obat ternyata dapat mencapai tingkat kesembuhan yang tinggi dan memperkecil jumlah
kekambuhan.
Paduan obat jangka pendek 6 – 9 bulan yang selama ini dipakai di Indonesia dan
dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain adalah 2 RHE/4RH, 2 RHS/4RH,
2 RHZ/4R3H3/ 2RHS/4R2H2, dan lain-lain. Untuk TB paru yang berat ( milier ) dan TB Ekstra
Paru, therapi tahap lanjutan diperpanjang jadi 7 bulan yakni 2RHZ / 7RH. Departemen
Kesehatan RI selama ini menjalankan program pemberantasan TB Paru dengan panduan 1RHE /
5R2H2.
Bila pasien alergi/hipersensitif terhadap Rifampisin, maka paduan obat jangka panjang
12–18 bulan dipakai kembali yakni SHZ, SHE, SHT, dan lain-lain.
lain-lain.
Obat anti TB tingkat dua ini daya terapeutiknya tidak sekuat yang tingkat satu dan beberapa
macam yang teakhir yaitu golongan aminoglikosid dan quinolon masih dalam tahap
eksperimental.
Belakangan ini WHO menyadari bahwa pengobatan jangka pendek tersebut baru berhasil
bila obat-obat yang relatif mahal ( R & Z ) tersedia sampai akhir masa pengobatan. Di beberapa
negara berkembang, pengobatan jangka pendek ini banyak yang gagal mencapai angka
Menyadari bahaya tersebut di atas, WHO pada tahun 1991 mengeluarkan pernyataan baru
Tahap intensif ( initial ), dengan memberikan 4 – 5 macam obat anti TB per hari dengan tujuan :
Tahap lanjutan ( continuation phase ), dengan hanya memberikan 2 macam obat per hari atau secara
- Mencegah kekambuhan
Pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih
dari 50 kg.
1. Katagori I
Ditujukan terhadap :
Kasus baru dengan bentuk TB berat seperti meningitis, TB diseminata, perikarditis, peritonitis,
pleuritis, spondilitis dengan gangguan neurologis, kelainan paru yang luas dengan BTA negatif,
BTA menjadi negatif, diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila setelah dua bulan masih positif,
tahap intensif diperpanjang lagi selama 2 – 4 minggu dengan 4 macam obat. Pada populasi
dengan resistensi primer terhadap INH rendah pada tahap intensif cukup diberikan 3 macam obat
yakni RHZ.
Pengobatan tahap lanjutan adalah dengan paduan 4 RH atau 4R3H3. Pasien dengan TB
2. Kategori II
Ditujukan terhadap :
Kasus kambuh
Pengobatan tahap intensif selama 3 bulan dengan 2 RHZE / 1RHZE. Bila setelah tahap
intensif BTA menjadi negatif, maka diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila setelah 3 bulan tahap
intensif BTA tetap positif, maka tahap intensif tersebut diperpanjang lagi 1 bulan dengan RHZE.
Bila setelah 4 bulan BTA masih juga positif pengobatan dihentikan selama 2 – 3 hari, lalu
diperiksa biakan dan resistensi terhadap BTA dan pengobatan diteruskan dengan tahap lanjutan.
Bila pasien masih mempunyai data resistensi BTA dan ternyata BTA masih sensitif terhadap
semua obat dan setelah tahap intensif BTA menjadi negatif, maka tahap lanjutan harus diawasi
dengan ketat di RS rujukan. Kemungkinan konversi sputum masih cukup besar. Bila data
perlu diawasi dengan ketat. Bila sputum BTA masih tetap positif setelah selesai tahap lanjutan,
3. Kategori III
Ditujukan terhadap :
Pengobatan tahap lanjutan dengan panduan 2RH atau 2 R3H3. Bila kelainan paru lebih
luas dari 10 cm2 atau pada TB ekstra paru yang belum remisi sempurna, maka tahap lanjutan
diperpanjang lagi dengan H saja selama empat bulan lagi. Paduan obat alternatif adalah 6 HE ( T
4. Kategori IV
(sedikitnya R dan H), sehingga masalahnya jadi rumit. Pasien mungkin perlu dirawat beberapa
bulan dan diberikan obat-obat anti TB tingkat dua yang kurang begitu efektif, lebih mahal dan
lebih toksis.
Di negara yang maju dapat diberikan obat-obat anti TB eksperimental sesuai dengan
sensitivitasnya, sedangkan di negara yang kurang mampu cukup dengan pemberian H seumur
dengan paduan obat : 2RHZE / 4R3HE ( kategori I ), 2 RHZSE / 1 RHZE / 5 R3H3E3 ( kategori
Evaluasi Pengobatan.
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis ( hilangnya keluhan, nafsu
makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain ), berkurangnya kelainan radiologis paru dan
Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada
yang memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8.
Biakan BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan. Pemeriksaan
resistensi dilakukan pada pasien baru yang BTA-nya masih positif setelah tahap intensif dan
Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam evaluasi
pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir pengobatan sebagai
Untuk mengetahui efek samping obat ( yang terbanyak hepatitis ), perlu pemeriksaan
darah terhadap enzim hati, bilirubin, kreatinin/ureum, darah perifer. Asam urat darah perlu
diperiksa bagi yang memakai obat Z. bila terdapat hepatitis karena obat ( kebanyakan karena R
dan H ), maka obat yang hepatotoksis diganti dengan yang non-hepatotoksis. Pemberian steroid
dapat dipertimbangkan. R atau H kemudian dapat diberikan kembali secara desensitisasi. Tes
mata untuk warna perlu bagi yang memakai E, sedangkan tes audiometri perlu bagi yang
memakai S.
Resistensi obat sudah harus diwaspadai yakni bila dalam 1 – 2 bulan pengobatan tahap
intensif tidak terlihat perbaikan. Di Amerika Serikat prevalensi pasien yang resisten terhadap
obat anti TB makin meningkat dan sudah mencapai 9 %. Di negara yang sedang berkembang
seperti di Afrika, diperkirakan lebih tinggi lagi. BTA yang sudah resisten terhadap obat anti TB
saat ini sudah dapat dideteksi dengan cara PCR-SSCP (Single Stranded Confirmation
Polymorphism) dalam waktu satu hari. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi 99% BTA yang
a. Terhadap individu.
1. Biologis.
Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus, sesak napas, nyeri dada, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, keringat pada malam hari dan kadang-kadang panas yang
tinggi.
2. Psikologis.
Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karena batuk yang terus menerus
3. Sosial.
Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan penyakitnya sehingga klien
4. Spiritual.
Adanya distress spiritual yaitu menyalahkan Tuhan karena penyakitnya yang tidak sembuh-
b. Terhadap keluarga.
1. Terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena kurang pengetahuan
dari keluarga terhadap penyakit TB Paru serta kurang pengetahuan penatalaksanaan pengobatan
2. Produktifitas menurun.
Terutama bila mengenai kepala keluarga yang berperan sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga,
maka akan menghambat biaya hidup sehari-hari terutama untuk biaya pengobatan.
3. Psikologis.
Peran keluarga akan berubah dan diganti oleh keluarga yang lain.
4. Sosial.
Keluarga merasa malu dan mengisolasi diri karena sebagian besar masyarakat belum tahu pasti
c. Terhadap masyarakat.
Apabila penemuan kasus baru TB Paru tidak secara dini serta pengobatan Penderita TB Paru
positif tidak teratur atau droup out pengobatan maka resiko penularan pada masyarakat luas akan
.Untuk keberhasilan pengobatan, oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dilakukan strategi DOTS
(Directly Observed Treatmen Shortcourse). Strategi ini merupakan yang paling efektif untuk
dalam 3 minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat yang disiapkan oleh pemerintah,
pengobatan harus dipantau selama 6 bulan oleh Pengawas Minum Obat (PMO) dan ada system
pencatatan/pelaporan.
1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat yaitu keluarga.
5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima dan enam
6) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik (Depkes RI, 2002)
2) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang diberi
lisol
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan
dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana yang telah disusun
dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga (Effendi,
1998:55).
1. Pengkajian
Lima tahap proses keperawatan terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi masalah
Proses keperawatan memiliki tahapan-tahapan yang saling bergantung dan disusun secara
(Friedman,1998:55).
secara terus-menerus terhadap arti yang melekat pada informasi yang sedang dikumpulkan
tersebut. Pengkajian yang dilakukan meliputi pengumpulan informasi dengan cara sistematis,
Pengumpulan data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan, studi dokumentasi
Yang beresiko menjadi penderita tuberculosis adalah: individu tanpa perawatan kesehatan yang
adekuat (tuna wisma,tahanan), dibawah umur 15 tahun dan dewasa muda antara 15-44 tahun
Kebiasaan makan
Pada penderita tuberculosis mengalami nafsu makan menurun bila terjadi terus menerus akan
menyebabkan penderita menjadi lemah. Bagi penderita tuberculosis dianjurkan diet Tinggi
perawatan tuberculosis baik untuk mendapatkan informasi maupun pengobatan. Beberapa tempat
yang memberikan pelayanan kesehatan bagi tuberculosis adalah Puskesmas, BP4, Rumah Sakit
Pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap pola pikir dan tindakan keluarga dalam mengatasi
masalah dalam keluarga (Effendy, 1998). Sebaliknya dengan tingkat pendidikan tinggi keluarga
akan mampu mengenal masalah dan mampu mengambil keputusan untuk menyelesaikan
masalah.
Pekerjaan dan penghasilan merupakan hal yang sangat berkaitan. Penghasilan keluarga akan
perumahan yang sehat, kemampuan pengobatan anggota keluarga yang sakit dan kemampuan
menyediakan makanan dengan Gizi yang seimbang. 60% penderita tuberculosis adalah
Aktivitas
Selain kebutuhan makanan, kebutuhan istirahat juga harus diperhatikan. Bagi penderita
Tingkat perkembangan pada tahap pembentukan keluarga akan didapati masalah dengan social
ekonomi yang rendah karena harus belajar menyesuaikan dengan kebutuhan yang harus
dipenuhi. Keluarga baru belajar memecahkan masalah. Dengan keadaan tersebut berpengaruh
pada tingkat kesehatan keluarga. Social ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat
dengan masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena ketidak mampuan dan ketidak
tahuan dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi (Effendy,1998). Tidak adanya riwayat
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan tidak berpengaruh pada status kesehatan keluarga.
Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
Keadaan rumah yang sempit, ventilasi kurang, udara yang lembab termasuk rumah dengan
kondisi di bawah standart kesehatan. Salah satu factor yang bisa menyebabkan kuman
tuberculosis bertahan hidup adalah kondisi udara yang lembab (Depkes RI, 2002).
a. Karakteristik lingkungan
Lingkungan rumah yang bersih, pembuangan sampah dan pembuangan limbah yang benar dapat
mengurangi penularan TBC dan menghambat pertumbuhan bakteri tuberkulosa. TBC sangat erat
Kuman tuberculosis dapat menular dari ke orang melalui udara. Semakin sering kontak langsung
dengan penderita bereksiko sekali tertular TBC. Terutama yang merawat di rumah
2. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah akan sangat
mendukung bagi penderita TBC. Saling mengingatkan dan memotivasi penderita untuk terus
Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya dengan baik akan membuat
anggota keluarga puas dan menghindari terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.
Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk
Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan merupakan gambaran dari
a. Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang sakit TBC akan
mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan
Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan mempengaruhi
kesehatan yaitu :
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan
segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya
dan dana keluarga habis. Ketidak sanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada
keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, akibat, pancegahan, perawatan dan pengobatan
TBC.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Ketidak
sanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan
karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui
cara perawatan pada penyakitnya. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan.
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu
karena terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang
anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar
masalah teratasi.
4. Fungsi Reproduksi
juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal, diantaranya : seks yang sehat
5. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan makan, pakaian dan
6. Koping keluarga
Bila koping keluarga tidak efektif terhadap stressor yang akan menyebabkan stress yang
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri
dari
Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang
Penyebab (etiology ,E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan
mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat,
merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan .
Tanda (Sign, S) adalah sekumpulan data subyektif dan obyektif yang diperoleh perawat dari
keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.
Apabila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu perlu dilakukan skor Proses
skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978). Proses
Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
a) Diagnosis actual adalah masalah keperwatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
b) Diagnosis resiko / resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda
untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
c) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu
Diagnosa yang mungkin muncul pada keluarga dengan penyakit TBC adalah :
247).
Dalam merumuskan diagnosa dalam keperawatan keluarga perlu dilakukan prioritas masalah dan
Prioritas masalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut :
a. Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga
masalah penyakit.
c. Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang
akan diberikan.
e. Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah kesehatan/ keperawatan
keluarga.
1. Sifat masalah, dikelompokkan menjadi : ancaman kesehatan, keadaan sakit atau kurang sehat
masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah TBC dapat dirubah adalah:
b. Sumber daya keluarga, diantaranya adalah keuangan, tenaga, sarana dan prasarana.
c. Sumber daya perawatan, diataranya adalah pengetahuan dan ketrampilan dalam penanganan
d. Sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas, organisasi, seperti posyandu, polindes
dan sebagainya.
3. Potensi masalah TBC untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah TBC yang akan timbul
dan dapat dikuraangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah TBC adalah :
a. Kepelikan/kesulitan masalah,hal ini berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah TBC yang
menunjukkan pada prognosa dan beratnya TBC yang diderita oleh anggota keluarga.
b. Tindakan yang sudah dan sedang dijalankan, adalah tindakan untuk mencegah dan mengobati
c. Lamanya masalah, berhubungan dengan beratnya masalah TBC pada keluarga dan potensi
d. Adanya kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat peka menambah
4. Menonjolnya masalah TBC,adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah TBC dalam hal
beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan.
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah
yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya
Ada beberapa tingkatan tujuan dalam penyusunan rencana keperawatan menurut Friedman
(1998;64). Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur, langsung dan spesifik. Dan tujuan
jangka panjang yang merupakan tingkatan akhir yang menyatakan maksud-maksud luas yang
Penyusunan kriteria evaluasi dan standar evaluasi, disesuaikan dengan sumber daya yang ada
pada keluarga Tn .S yaitu biaya, pengetahuan dan sikap dari keluarga Tn.S berupa respon verbal,
Setelah di berikan informasi kepada keluarga mengenai TBC, maka keluarga mampu mengenal
masalah TBC, mampu mengambil keputusan dan mampu merawat anggota keluarga yang
menderita TBC.
Kriteria evaluasi :
a. Respon verbal,keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab, cara
b. Respon efektif, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita TBC.
Standar evaluasi :
Pengertian, tanda dan gejala, penyebab, cara pencegahan TBC, cara pencegahan penularan dan
Masalah TBC dalam keluarga dapat teratasi / dikurangi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Friedman (1998: 67). Selama pelaksanaan intervensi keperawatan, data-data baru secara terus-
menerus mengalir masuk. Karena informasi ini (respon dari klien, perubahan situasi, dll)
dikumpulkan, perawat perlu cukup fleksibel dan dapat beradaptasi untuk mengkaji ulang situasi
memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia
untuk pemecahan.
Intervensi pada keluarga dengan masalah TBC antara lain sebagai berikut (Doenges, 1999) :
1. Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindarkan meludah
di sembarang tempat.
4. Dorong pasien untuk makan sedikit tapi sering dengan makanan tinggi karbohidart dan tinggi
protein.
4. Implementasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga
masalah TBC dan mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat terhadap anggota
Adat istiadat yang berlaku berpengaruh pada kemampuan kelurga dalam merawat anggota
Respon dan penerimaan keluarga sangat berpengaruh pada penyembuhan karena keluarga
Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik pada keluarga akan memudahkan keluarga dalam
memberikan perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga yang menderita TBC.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Menurut Friedman (1998)
keluarga, perawat dan yang lainnya. Ada beberapa metode evaluasi yang dipakai dalam
perawatan. Faktor yang paling penting adalah bahwa metode tersebut harus disesuaikan dengan
tujuan dan intervensi yang sedang dievaluasi. Bila tujuan tersebut sudah tercaapai maka kita