Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GGN KELOPAK MATA

 BLEPARITIS
Adlh peradangan bilateral sub akut atau menahun pd tepi kelopak
mata (margo palpebra). Ciri khasnya bersifat remisi dan eksaserbasi. Gejala
utama berupa iritasi (kemerahan, edema) perasaan seperti terbakar dan gatal
pd tepian palpebra disertai pembentukan skuama dan krusta. Kondisi ini lebih
berat jika klien banyak merokok atau mengerjakan pekerjaan dekat seperti
membaca sampai malam atau terlalu lama.

Terdpt 2 macam Bleparitis yaitu :


1. Bleparitis ulseratif
B. Ulseratif atau stafilokok adlh infeksi yg terjadi pd kelopak mata.
Penyebab : stapilokokkus aureus atau stapilokokkus epidermidis. Pada kasus
ini bulu mata rontok dan tdk diganti oleh yg baru krn ada destruksi folikel
rambut. Pd pangkal rambut terdpt sisik kering (krusta) berwarna kuning pd
bulu mata.
Palpebra “bertepi merah”. Apabila menetap dpt menyebabkan distorsi
permanen dr folikel rambut dan terjadi pertumbuhan bulu mata yg mengarah
ke dalam bola mata (trikiasis) yg akan menyebabkan ulserasi kornea.

2. Bleparits Seboreik
 B. Seboreik atau non ulseratif adlh inflamasi kel. kulit di daerah
bulu mata atau kelenjar bulu mata.
 Penyebab adlh kelainan metabolisme dan jamur pitirusporum
ovale.
 Bulu mata cepat jatuh tetapi dpt diganti yg baru krn tdk ada
destruksi folikel rambut.
 Pada pangkal bulu mata tdk tampak krusta ttp didptkan skuama
(sisik berminyak) tdk terjd ulserasi tepian palpebra tdk merah.
 Sering terlihat pd anak-anak dan remaja. Kondisi dpt diperberat
dgn menggosok atau mengucek palpebra.

Komplikasi Bleparitis
1. Hordeolum
2. Kalazion
3. Konjungtivitis
4. Keratitis Superfisial
5. Infiltrat tepian kornea.
6. Madarosis, Trikiasis
7. Hipertropi margo palpebra dan palpebra menjadi berat.
Proses Keperawatan
 Pengkajian
 Anamnasis : klien mengeluh mata lengket terutama pd
pagi hari krn banyak sisik dan granulasi, mata terasa panas, gatal pd
konjungtiva, fotofobia, lekas capai kalau kerja dekat.
 Pemeriksaan : Pd B. Seboreik terdpt sisik halus berwarna
putih, penebalan palpebra yg disertai madarosis.
 Pd B. Ulseratif, terdpt krusta kekuningan yg melengketkan
bulu mata

 Diagnosa Keperawatan
1. Ggn rasa nyaman yg b. d iritasi, peningkatan sekret dan fotofobia
sekunder akibat peradangan di margo palpebra.
2. Kurang pengetahuan ttg penyakit dan penatalaksanaannya yg b. d
keterbatasan informasi.
3. Kecemasan yg b. d perjalanan penyakit

 Intervensi Keperawatan
Dx 1.
1. Kompres tepi klpk mata 3 kali sehari atau sesuai kebutuhan sambil
menekan kelenjar utk mengeluarkan isinya.
Rasional : Kompres membersihkan tepi kelopak mata dari krusta/skuama.
2. Olesi kelopak yg sudah dibersihkan dgn obat salep mata, menggunakan
aplikator kapas (yg meliputi antibiotika, antistapilikok, sulfonamide, AgNO3
1%-2% utk Blefaritis ulseratif, kotikosteroid utk peradangan).

Dx. 2 Intervensi
1. Tekankan dan beritahu klien ttg pentingnya perbaikan keadaan umum,
meliputi personal higiene terutama mata dan peningkatan gizi.
2. Anjurkan klien utk tdk mengerjakan pekerjaan dekat terlalu lama.
3. Anjurkan klien utk tidak merokok.
4. Beritahu klien bahwa pengobatan harus dilakukan secara teratur dan
tuntas.
5. Beritahu klien yg menderita blefaritis seboreik bahwa kulit kepala, alis
mata dan telingah juga hrs seslalu dibersihkan dgn sampo obat.

Dx. 3 Intervensi
1. Kaji tkt ansietas, pengalaman dan pengetahuan klien ttg kondisi saat ini.
2. Berikan informasi yg akurat dan jujur ttg penyakitnya dan beritahu bahwa
pengawasan dan pengobatan dpt mencegah ggn penglihatan tambahan.
3. Dorong klien utk mengakui msl dan mengepresikan perasaannya.
 HORDEOLUM
 Hordeolum adlh infeksi akut kelenjar di pelpebra. Hordeolum berisi
material purulen yg menyebabkan nyeri tajam yg menjadi tumpul.
 Hanya menyerang satu mata pd satu waktu dan visus tdk
terpengaruh oleh hordeolum.
 Hordeolum srg disertai blefaritis, konjungtivitis kronik, anemia, k. u
lemah dan agne vulgaris.
 Dpt terjadi pd semua umur, terutama anak-anak dan dewasa
mudah.
 Penyebab : Staphilococcos aureus, streptococcus.

Tanda dan Gejala :


- Sakit, merah, bengkah dan terdpt tonjolan pd
palpebra. Intensitas sakit mencerminkan hebatnya pembengkakan palpebra.
- Hordeolum dibagi menjadi dua jenis yaitu : H.
Eksternum dan H. Internum.
- Pd hordeolum yg besar dpt disertai selulitis
palpebra atau orbita shg umumnya lebih terganggu.

 H. Eksternum
 Infeksi yg terjadi dekat kel. Zeis dan Moll, tempat
keluarnya bulu mata (pd batas palpebra dan bulu mata).
 Area infeksi berbatas tegas, merah, bengkah dan
nyeri tekan pd permukaan kulit daerah batas.
 Ukuran lebih kecil dan superfisial. Lesi ikut bergerak
saat kulit bergerak.
 Jika mengalami supurasi dpt pecah sendiri ke arah
kulit.

 H. Internum
 Adlh infeksi pd kel. Meibom sebasea.
 Area kecil seperti manik dan edematus terdpt pd konjungtiva palpebra pd
perbatasan palpebra dan bulumata.
 Lesi tdk ikut bergerak dgn pergerakan kulit. Dpt memecah ke arah kulit
atau permukaan konjungtiva.
 Karena letaknya dlm tarsus, jarang mengalami pecah sendiri.

Intervensi Bedah
 Insisi hordeolum dilakukan jika keadaan tdk membaik dalam 48
jam.
 Pd H. internum insisi dilakukan scr vertikal pd permukaan
konjungtiva utk menghindari terpotongnya kel. Meibom yg lain, sedangkan
hordeolum eksternum dibuat sayatan horisontal pd kulit sesuai dgn lipatan
kulit utk mengurangi luka parut shg tetap baik secara kosmetik.

Tindakan prainsisi
- Buat klien nyaman
- Jika gelisah berikan penyuluhan kesehatan (HE) dan perawat berada
tetap mendampingi klien.
- Tindakan pascainsisi
- Tutup mata dgn bebat tekan
- Beritahu keluarga cara membuka bebat
- Observasi kurang lebih ½ jam sebelum pulang.
- Tutup mata dan bebat dibiarkan di tempatnya kira-kira 4 jam, kemudian
dibuka secara hati-hati dan mata di kompres dgn salin hangat secara hati-
hati.
- Mata mungkin tampak memar shg anjurkan klien utk memakai kaca mata.

Proses Keperawatan
 Pengkajian : lihat tanda dan gejala dan anamnese.
 Diagnosis Keperawatan :
1. Ggn rasa nyaman (nyeri) b. d pembengkakan palpebra akibat peradangan
yg ditandai dgn nyeri pd tepi kelopak mata, tepi kelopak mata merah,
bengkah dan terdpt tonjolan.
2. Ggn konsep diri (citra tubuh) b. d perubahan bentuk kelopak mata yg
memengaruhi penampilan klien.

Dx. 1 Intervensi Keperawatan


1. Ajarkan klien cara melakukan kompres hangat pd tepi palpebra dan
beritahu klien agar mengompres tepi palpebra selama 20 mnt, 3 – 4 kali
sehari.
2. Pd wanita beritahu utk tdk memakai tatarias (khususnya tata rias mata)
utk sementara.
3. Kolaborasi :
- Antibiotik salep setiap 3 jam stlh diberi komprs hangat.
- Antibiotik sistemik yg diindikasikan jk terjadi selulitis
- Insisi.

Dx. 2 Intervensi Keperawatan


1. Beritahu klien bahwa penyakit bisa disembuhkan.
2. Anjurkan klien utk melaksanakan anjuran yg tlh diberikan scr teratur.
3. Beritahu klien bahwa salep mata dpt membuat pandangan kabur.
4. Beritahu klien, jangan pernah menekan pembengkakan Beritahu klien utk
meningkatkan status kesehatan

 KALAZION
- KALAZION adlh inflamasi atau rdg granulomatosa menahun steril dan
idiopatik pd kelenjar Meibom.
- Patogenesis : sumbatan di duktus dr kel. Meibom oleh sekret,
menyebabkan rdg granulomatosa dr kel Meibom disusul rdg dr dinding
dan sekitarnya, kemudian diisi dgn jaringan ikat dan hialin yg menjadi
bubur dan merupakan pseudokista.
- Kalazion yg terkena infeksi sekunder disebut kalazion supurativa, sukar
dibedakan dr hordeolum. Kadang” timbulnya di duktus dr glandula meibom
dan letaknya di margo palpebra yg disebut kalazion marginalis.

Tanda dan gejala kalazion


1. Dimulai dgn inflamasi ringan, nyeri tekan dan kelemahan serupa
hordeolum. Dibedakan dr hordeolum krn tdk ada tanda radang akut.
2. Edema terbatas pd kel. Bertahap tanpa rasa sakit, keras pd perabaan,
melekat pd tarsus tetapi lepas dr kulit.
3. Pada keadaan matang tanda peradangan tdk ada.
4. Lebih banyak teretak pd pd palpebra bgn konjungtiva yg mungkin sedikit
merah atau tinngi.
5. Jika cukup besar dan tanpa penanganan dpt menekan kornea/bola mata
dan menyebabkan ggn refraksi.
6. Klien mengeluh kelelahansensitif terhdp cahaya dan epifora.
7. Pd pemeriksaan patologik : proliferasi endotel asinus dan respon rdg
granulomatosa yg mencakup sel-sel kelenjar mirip Langerhans.

Intervensi Bedah
 Eksisi dilakukan jika kalazion besar, memengaruhi visus, tdk
nyaman scr kosmetik dan terjadi berulang.
 Praeksisi
Sama dgn hordeolum
 Pascainsisi
1. Berikan salep mata antibiotik atau sulfa.
2. Tutup mata dgn bebat tekan.
3. Observasi kira-kira ½ jam sebelum pulang
4. Beritahu keluarga cara membuka bebat
5. Tutup mata dan bebat dibuka setelah 4 – 6 jam, kemudian dibuka scr hati-
hati dan mata di kompresdgn salin hangat secara hati-hati. Setelah
dikompres berikan antibiotik tetes mata seperti gentamisin atau sodium
sulfasetamid sesuai program.
6. Anjurkan klien melakukan pijatan pd palpebra 2 kali sehari, krn setelah
eksisi ruangan yg ditinggalkan kalazion akan diisi oleh darah beku.
Absorpsi darah beku ini dpt dipercepat dgn pijatan.

Anda mungkin juga menyukai