Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini sebagai salah satu tugas kelompok yang diberikan oleg Dosen
Pembimbing.
Dalam pembuatan makalah ini, kemi mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah menudung terselesainya makalah kami yang berjudul
“Tetanus”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan di dalamnya. Untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun dan bermanfaat demi perbaikan makalah ini sangat kami
harapkan.

Luwuk, 30 November 2005

Penyusun

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
clostridium tetani yang hidup an aerob yang berbentuk spora selama
di luar tubuh manusia menghasilkan exotoxin.
B. TANDA DAN GEJALA
- Trimus (kesukaran membuka mulut karena spasme otot-otot
mastikatoris)
- Kuduk kaku sampai popistotonus (karena ketegangan otot-otot
trunki)
- Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toxin yang
terdapat ki korno anterior
- Ketegangan pada otot dinding perut
- Risus sardonikus karena spasme otot-otot muka (alis tertarik
keatas), sudut mulut uertarik keluar dan kebawah, bibir
tertekan kuat pada gigi
- Kesukaran menelan, gelisah, iritabel, mudah dan sensitive pada
rangsangan eksternal, nyeri kepala, nyeri anggota badan, sering
merupakan gejala dni
- Laringo spasme dan tetani predisposisi untuk respiratori
arrest, atelektasis dan pneumonia. Demam biasanya tidak ada
atau ada tapi ringan. Bila ada demam kemungkinan prognosis
buruk
- Tenderness pada otot-otot leher dan rahang
- Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot
pernafasan dan laring. Retensi urine dapat terjadi karena
spasme otot uretra, dapat juga terjadi fraktur columna
vertebralis karena kontraksi otot yang sangat kuat (pada waktu
sedang kejang)
- Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang peninggian
cairan kepala otak
Menurut beratnya gejala dapat dibedakan dalam 3 stadium :
1. Trismus (3 cm) tanpa kejang tonik umum meskipun dirangsang
2. Trismus (3 cm/lebih kecil) dengan kejang tonik umum bila
dirangsang
3. Trismus (1 cm) dengan kejang tonik umum spontan
C. PATOFISIOLOGI
- Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti
luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng dan lainnya yang
kotor dan pada bayi dapat melalui tali pusat
- Organisme multiple membentuk 2 toksin yaitu tetanospamin yang
merupakan toksin kuat dan atau neotropik yang dapat menyebabkan
ketegangan dan spasme otot yang mempengaruhi system saraf
pusat. Kemudian tetanolysin yang tampaknya tidak significance
- Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada system saraf
pusat dengan melewati akson neuron atau system vaskuler. Kuman
ini menjadi terikat pada sel saraf atau jaringan saraf dan
tidak dapat lagi dinetralkan oleh anti toksin spesifik. Namun
toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah
dinetralkan oleh arititoksin
- Cara kerja toksin yaitu pertama toksin diabsorbsi pada ujung
saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawa ke kornu
anterior susunan saraf pusat. Kedua toksin diabsorbsi oleh
susunan limfatik masuk kedalam sirkulasi darah arteri lalu
masuk kedalam susunan saraf pusat.
- Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-
otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang
- Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari.
Kasus yang sering terjadi adalah 14 hari. Sedangkan untuk
neonatus biasanya 5-14 hari

D. KOMPLIKASI
- Spasme otot faring
- Asfiksia
- Atelektasis karena obstruksi secret
- Fraktur kompresi

E. PENATALAKSANAAN MEDIK
Pengobatan yang diberikan :
1) Pengobatan spesifik dengan ATS 200 000 U/hari selama 2 hari
berturut-turut secara intra muskuler dengan didahului oleh uji
kulit dan mata. Bila hasilnya positif, pemberian dilakukan
secara berkala (pemberian ATS sekarang dapat dimasukkan di
dalam cairan infus dengan dosis 40 000 U sekaligus)
2) Antikonvusan dan penenang
Bila kejang hebat dapat diberikan fenobarbital dengan dosis
awal : Untuk anak kurang dari 1 tahun atau lebih diberikan 75
Ing, dilanjutkan dengan dosis 5 mg/kg BB/hari dibagi menjadi 6
dosis
- Diazepam dengan dosis 4 mg/kg BB/hari, dibagi 6 dosis bila
perlu IV
- Largatil dengan dosis 4 mg/kg BB/hari dibagi 6 dosis. Bila
kejang sukar diatasi diberikan klonalhidrat 5% dengan dosis
50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3-4 dosis secara per-rektal
3) Penisilin prokain 50 000 U/kg BB/hari IM diberikan sampai 3
hari demam turun
4) Diet harus cukup kalori, protein. Bentuk makanan tergantung
kemampuan anak membuka mulutnya dan menelan. Jika terdapat
trismus diberikan makanan melalui sonde lambung. Bila perlu
diberikan secara parenteral
5) Isolasi untuk menghindari rangsangan (suara/kesibukkan)
6) Bila perllu diberikan oksigen dan kadang-kadang diperlukan
tindakan trakeostomi untuk menghindari obstruksi jalan nafas
7) Pasien dianjurkan dirawat di unit perawatan khusus jika :
- Kejang-kejang yang sukar diatasi dengan obat-obatan anti
konvulson biasa
- Spasme laring
- Komplikasi yang menentukan perawatan khusus seperti
sumbatan jalan nafas, kegagalan pernafasan, hipertensi dan
sebagainya

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
“TETANUS”
A. PENGKAJIAN
Data Subyektif
- Klien mengatakan susah menelan
- Klien mengatakan nyeri kepala
- Klien mengatakan susah BAK

Data Obyektif
- Klien nampak sesak nafas
- Klien nampak kejang otot
- Klien nampak susah membuka mulut
- Klien nampak gelisah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan
meningkatnya sekresi atau produksi mucus
- Resiko injuri berhubungan dengan aktivitas kejang
- Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake cairan
yang kurang

C. PERENCANAAN
Diagnosa I
Tujuan
- Mempermudah pernafasan klien dalam memenuhi kebutuhan O 2 yang
adekuat

Intervensi
- Kaji tanda-tanda vital
- Atur posisi pasien (semi fowler)
- Observasi respiratori rute pasien
- Berikan tindakan sesuai dengan pesanan dokter
- Motivasi asupan O2
Rasional
- Mengetahui keadaan umum pasien
- Mempermudah pasien dalam bernafas
- Klien memperlihatkan kepatenan jalan nafas yang ditandai dengan
jalan nafas bersih dan tak ada sekresi
- Menghindari resiko tinggi yang dapat menimbulkan kesalahan
fatal pada pasien

Diagnosa II
Tujuan
- Menjaga keamanan pasien selama terjadinya kejang

Intervensi
- Jaga keadaan pasien selama kejang
- Berikan obat konvulsan
- Motivasi keluarga
- Kaji tingkat kesadaran selama aktivitas kejang

Rasional
- Klien terbebas dari injuri selama aktivitas kejang
- Klien tak memperlihatkan aktivitas kejang yang berlebihan yang
ditandai dengan klien nampak lebih tenang
- Klien lebih terkontrol dalam tiap jamnya

Diagnosa III
Tujuan
- Perbaikan asupan cairan

Intervensi
- Observasi intake dan output cairan
- Motivasi peningkatan asupan cairan
- Awasi TD dan nadi
Rasional
- Klien tidak memperlihatkan kekurangan volume cairan yang
ditandai dengan membran mukosa lembab dan turgor kulit baik
- Meminimalkan resiko dehidrasi
- Perubahan tanda vital menunjukkan adanya ketidakseimbangan

Diagnosa IV
Tujuan
- Perbaikan status nutrisi

Intervensi
- Tawarkan makan-makanan dengan porsi sedikit tapi sering
disesuaikan dengan keadaan pasien
- Motivasi peningkatan asupan nutrisi
- Pemberian NGT
Rasional
- Makanan dengan porsi sedikit tapi sering ditolelirkan pada
klien dengan disfagia
- Perbaikan asupan nutrisi yang kurang
- Meningkatkan pola nutrisi yang normal

D. IMPLEMENTASI
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan apa yang ada pada
intervensi dari masing-masing diagnosa keperawatan

E. EVALUASI
- Klien memperlihatkan pola pernafasan yang normal
- Klien tidak memperlihatkan adanya kejang yang dapat menimbulkan
bahaya
- Terdapat keseimbangan volume cairan baik yang input maupun yang
output
- Klien memperlihatkan pola asupan nutrisi yang baik
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit tetanus merupakan suatu penyakit disebabkan oleh
clostridium tetani yang dapat menyebabkan kekakuan atau kejang
pada otot-otot mulut, leher, dinding perut, dan rahang, sehingga
klien mengalami kesukaran dalam menelan, kaku kuduk bahkan
terkadang merasakan gelisah, menjadi sensitive pada rangsangan
eksternal, nyeri kepala dan nyeri anggota badan lainnya.
Disamping itu, penyakit tetanus juga dapat menyebabkan
gangguan pada system pernafasan sehingga klien dengan penderita
tetanus sering sekali mengalami kesulitan dalam bernafas atau
sesak nafas.

B. Saran
Agar penyakit tetanus tidak dapat terjadi pada setiap
individu maka setiap masing-masing indivisu harus memperhatikan
kebutuhan aktivitas sehari-hari dan personal hygiene yanga baik,
pemenuhan status nutrisi, serta memiliki pengetahuan tentang
factor pencetus terjadinya penyakit tetanus dan dampak yang akan
dialaminya jika sampai terkena/menderita penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Suryadi, SKp. Rita


Yuliani, SKp
2. Perawatan Anak Sakit. Ngastiyah
3. Buku Kuliah I. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai