Anda di halaman 1dari 19

BAB III

PEMBAHASAN

1. Perspektif HAM tentang LGBT dan Pernikahan Sejenis

Saat ini, Para aktivis LGBT yang tergabung dalam berbagai komunitas sedang gencar
memperjuangkan HAM mereka melalui berbagai cara. Mereka berasumsi bahwa hak-hak yang
mereka perjuangkan adalah benar dan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang nomor 39
Tahun 1999 tentang HAM.Informasi terkini juga menyebutkan bahwa kaum LGBT menuntut
agar Negara melegalkan pernikahan sesama jenis.Ini jelas bertentangan dengan ketentuan UU
Perkawinan pasal 1 ayat (1).

Dalam menanggapi hal tersebut,responden kami mengatakan bahwa pada dasarnya


kaum LGBT juga memiliki haknya,yakni hak untuk hidup,karena mereka juga manusia.Hak lain
yang juga boleh dituntut ialah hak untuk tidak mendapatkan diskriminasi sebagaimana termuat
dalam UU HAM dan UU CEDAW.Namun,dalam hal mereka menuntut agar negara melegalkan
perbuatan mereka, tentu ini tidak bisa dibiarkan,karena bertentangan dengan konstitusi Negara
Republik Indonesia dan norma agama.

Hak asasi manusia tidak bisa dijadikan kedok untuk menganggu hak orang lain atau
kepentingan publik. Tidak ada argumen yang logis untuk mengahapus larangan pernikahan
sesama jenis dengan dasar pengahapusan diskriminasi. LGBT bukanlah kodrat manusia
melainkan sebuah penyakit sehingga tidak relevan mempertahankan kemauan mereka yakni
legalisasi pernikahan sesama jenis atas dasar persamaan. Persamaan diberlakukan dalam hal
pelayanan terhadap orang yang berbeda suku, warna kulit, dan hal lain yang diterima di
masyarakat. LGBT perlu diobati agar normal kembali sehingga tidak merusak masyarakat dan
oleh karena itu kewajiban Negara adalah untuk mengobati mereka bukan melestarikannya.

Yang pertama menganggap pernikahan sejenis sulit diterima karena masyarakat kita
religius Yang kedua lugas menyatakannya sebagai tindakan melawan konstitusi dan tidak
beradab. Keduanya setuju UU Pekawinan No.1/1974 adalah dasar perkawinan semua manusia
Indonesia,yaitu antara laki-laki dan perempuan. Respon ini bahkan melampaui tuntutan
pergerakan LGBT di Indonesia,yang hingga detik ini tidak memasukkan legalisasi perkawinan
sejenis ke dalam daftar tuntutannya. Bukan karena tidak mau, tetapi karena diakui
eksistensinya sebagai warga negara saja tidak. Padahal suaranya diminta setiap kali pemilihan
umum, pajaknya dipungut dalam kegiatan usaha dan kerjanya. Jangankan diakui, perwakilan
ulama organisasi-organisasi Islam, ulama Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut
dan POLRI yang duduk di MUI bahkan sudah lebih dulu memfatwa mati homoseksual. Hukum
yang lebih jelas mengatur dan mengkriminalisasi homoseksual ada pada pasal 4 Ayat (1) huruf a
dalam UU No. 44/2008 Tentang Pornografi. Ayat tersebut membahas perbuatan menyebarkan
aktivitas pornografi yang memuat persenggamaan, termasuk persenggamaan menyimpang.
Yang dimaksud dengan “persenggamaan menyimpang” disana antara lain persenggamaan atau
aktivitas seksual lainnya dengan mayat, binatang, oral seks, anal seks, Lesbian, dan
homoseksual. Sebelum yang lain-lain, pengertian ini padahal menunjukkan satu hal penting
saja, bahwa semua aktivitas ini, bila tidak disebarluaskan, bukanlah kejahatan pornografi.

Manusia LGBT di negeri ini adalah bagian orang-orang yang tertindas, seperti halnya
kaum buruh, petani, perempuan, orang-orang difabel, umat Syiah, umat Ahmadiyah, orang
Papua, dan seterusnya. Perjuangan LGBT bukanlah Gaya hidup merayakan hedonisme seperti
yang dituduhkan Manager Nasution, melainkan pengakuan identitas dan perlindungan dari
serangan represi, perlakuan diskriminasi dan tindakan kekerasan yang terus terjadi hingga saat
ini

2. Hak dan Status Hukum LGBT di Indonesia

Kaum LGBT di Indonesia tentunya mengalami masalah dan tantangan yang lebih besar
dan berat dari masyarakat yang non -LGBT. Adat istiadat yang masih tradisional dan
kepercayaan yang dianut melarang atau kurang menyetujui akan adanya orientasi seksual yang
menyimpang. Pentingnya di Indonesia untuk menjaga keselarasan dan tatanan sosial,
mengarah kepada penekanan lebih penting atas kewajiban daripada hak pribadi, hal ini berarti
bahwa hak asasi manusia beserta hak homoseksual sangat rapuh. Namun, komunitas LGBT di
Indonesia telah terus menjadi lebih terlihat dan aktif secara politik.
Sejauh ini hukum nasional Indonesia tidak mengkriminalisasikan homoseksualitas.
Hukum pidana nasional tidak melarang hubungan seksual pribadi dan hubungan homoseksual
non-komersial antara orang dewasa yang saling bersetuju. Hal ini berarti, Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) tidak menganggap perbuatan homoseksual sebagai suatu tindakan
kriminal, selama tidak melanggar hukum-hukum lain yang lebih spesifik; antara lain hukum yang
mengatur mengenai perlindungan anak, kesusilaan, pornografi, pelacuran, dan kejahatan
pemerkosaan. Perbuatan homoseksual tidak dianggap sebagai tindakan kriminal, selama hanya
dilakukan oleh orang dewasa (tidak melibatkan anak-anak atau remaja di bawah umur), secara
pribadi (rahasia/tertutup, tidak dilakukan di tempat terbuka/umum, bukan pornografi yang
direkam dan disebarluaskan), non-komersial (bukan pelacuran), dan atas dasar suka sama suka
(bukan pemaksaan atau pemerkosaan).
Pada tahun 2002, pemerintah Indonesia memberi Aceh hak untuk memberlakukan
hukum Syariah pada tingkat daerah/provinsi. Maka berdasarkan hukum syariah,
homoseksualitas dianggap sebagai suatu kejahatan atau tindakan kriminal. Walaupun pada
awalnya hukum syariah hanya berlaku bagi orang Muslim, pada perkembangannya juga berlaku
kepada semua pihak di Aceh. Kota Palembang juga ikut menerapkan hukuman penjara dan
denda terhadap tindakan hubungan seksual homoseksual. Sejak saat itu, sebanyak lima puluh
dua daerah ikut memberlakukan hukum berbasis syariah dari Al-Qur'an, yang
mengkriminalisasikan homoseksualitas. Di Jakarta, Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender
secara hukum diberi label sebagai "Cacat" atau cacat mental dan karenanya tidak dilindungi
oleh hukum. Sementara Indonesia telah memungkinkan hubungan seksual pribadi dan
konsensus antara orang-orang dari jenis kelamin yang sama sejak tahun 1993, memiliki usia
yang lebih tinggi dari persetujuan untuk hubungan sesama jenis dari hubungan heteroseksual
(17 untuk heteroseksual dan 18 untuk homoseksual). Konstitusi tidak secara eksplisit
membahas orientasi seksual atau identitas gender. Itu menjamin semua warga dalam berbagai
hak hukum, termasuk persamaan di depan hukum, kesempatan yang sama, perlakuan yang
manusiawi di tempat kerja, kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, berkumpul secara
damai, dan berserikat. Hak tersebut semua jelas dibatasi oleh undang-undang yang dirancang
untuk melindungi ketertiban umum dan moralitas agama.

3. Tanggapan Kaum LGBT

Menurut Widodo Budi Darmo, juru bicara "Arus Pelangi," organisasi yang
memperjuangkan hak kelompok LGBT di Indonesia, tidak bisa dipungkiri bahwa penolakan
sebagian masyarakat terhadap keberadaan kelompok ini ikut didorong kebijakan diskriminatif
yang diberlakukan pemerintah. Darmo yang juga seorang homoseksual mengatakan perlakuan
diskriminatif sangat terasa di ruang publik dan pendidikan.

"Misalnya edaran Kejaksaan ketika rekrutmen terhadap calon pegawainya, dia


mencantumkan bahwa yang boleh mendaftar syaratnya adalah tidak Transgender, itu
diskriminasi. Yang lainnya ketika waria melapor, Transgender melapor diperlakukan tidak baik
dalam proses KUHAPnya. Begitu juga teman-teman Lesbian ketika mengalami kekerasan juga
tidak mendapatkan perlakuan yang baik dari kepolisian," papar Darmo.

4. Tanggapan Masyarakat Terhadap LGBT

Kaum LGBT merupakan sebuah penyimpangan dari orientasi seksual seseorang dari
kodratnya. Perbedaan yang melawan kodrat alam tersebut memunculkan berbagai spekulasi
dan tanggapan . Ada yang mengatakan bahwa menjadi seorang homoseksual adalah sebuah
kutukan , ada yang mengatakan homoseksual adalah sebuah penyakit , ada yang mengatakan
homoseksual adalah bukti kemajuan zaman . Terlepas dari spekulasi dan tanggapan dari orang
lain , banyak orang yang kebingungan dan tidak paham terhadap keberadaan kaum minoritas
tersebut. Diakibatkan kesalahpahaman dan kurang mengerti terhadap kehadiran kaum
homoseksual , banyak dari masyarakat yang mengecam dan menentang adanya kaum
homoseksual . Bahkan tak jarang ada sekelompok masyarakat yang terang-terangan mengecam
kaum homoseksual dengan cara yang sangat ekstrim , bukan hanya itu terkadang kaum yang
berbeda seperti ini dikucilkan dan dipinggirkan oleh masyarakat. Kesalahpahaman terkadang
membuat suatu permasalahan yang kecil menjadi terlihat sangat besar . Mengapa? Kaum
homoseksual adalah kaum minoritas yang tak terang-terangan menunjukan hubungan mereka .
Berbeda dari negara lain , Indonesia yang masih memegang teguh budaya timur menolak
secara tidak langsung keberadaan kaum homoseksual karena hal tersebut sangat menentang
kodrat alam , sehingga kaum homoseksual sekilas terihat seperti orang biasa . Namun , di lain
pihak semakin banyaknya masyarakat yang sudah berpikir idealis membuat kaum homoseksual
mulai diterima di beberapa kalangan masyarakat . Walaupun mulai diterima di kalangan
masyarakat tertentu tak membuat kaum ini leluasa untuk melakukan kegiatan homoseksual
mereka , mereka tidak dapat megumbar kegiatan mereka di muka umum. Kembali lagi , hal ini
disebabkan lingkungan yang belum sepenuhnya mendukung akan aktivitas mereka walaupun
tak leluasa namun kaum homoseksual mulai dapat dibedakan dari masyarakat . Saat ini , kaum
homoseksual mulai lebih mengekspresikan diri mereka dan mulai mencari perhatian dari
masyarakat . Hal ini menimbulkan berbagai tanggapan dari masyarakat , ada yang terlihat jijik ,
ada yang terlihat biasa saja , merasa terganggu tapi ada juga yang tertawa dan senang. Hal ini
ditujukan untuk masyarakat lebih kritis menanggapi perbedaan yang ada.

1. Tanggapan Agama Islam Terhadap LGBT

Dalam Islam LGBT dikenal dengan dua istilah, yaitu Liwath (gay)
dan Sihaaq (lesbian). Liwath (gay) adalah perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki dengan cara
memasukan dzakar (penis)nya kedalam dubur laki-laki lain. Liwath adalah suatu kata
(penamaan) yang dinisbatkan kepada kaumnya Luth ‘Alaihis salam, Sedangkan Sihaaq (lesbian)
adalah hubungan cinta birahi antara sesama wanita dengan image dua orang wanita saling
menggesek-gesekkan anggota tubuh (farji’)nya antara satu dengan yang lainnya.

Sebagai seorang pemuka agama , responden kami secara tegas menentang perbuatan
maksiat tersebut. Dikarenakan hal ini adalah merupakan perbuatan dosa yang dapat
mendatangkan laknat Allah SWT. Beliau menjelaskan ,bahwasanya Allah telah menceritakan hal
ini dengan jelas di dalam Al-Qur’an, sebagaimana yang terdapat pada Surah di atas, Al A’raaf
(7): 80-84, Al Hijr (15): 59-77, Al Anbiyaa‟ (21): 74-75, Asy Syu‟araa‟ (26): 160-175, An Naml
(27): 54-58, Al Ankabuut (29): 28-35, Ash Shaaffaat (37): 133-138, dan Al Qamar (54): 33-40.

Untuk itu beliau berpesan kepada kaum LGBT untuk dapat bertaubat dan kembali ke
jalan yang diridhai Allah SWT. Dan beliau menyarankan kepada para remaja putra maupun putri
untuk senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan mempelajari norma-norma agama
secara benar sehingga tidak terjerumus ke dalam lingkungan pergaulan tersebut. Karena hanya
dengan upaya inilah kita dapat selalu terjaga dari perbuatan yang dapat mendatangkan dosa.

1. Lesbian
LGBT menurut pandangan agama Islam, sebagian besar ulama menjelaskan tentang
hukuman Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap para wanita kaum Luth bersamaan dengan para
lelaki mereka, yaitu ketika para lelaki merasa cukup dengan kaum lelaki maka hukumannya pun
telah diketahui, tidaklah samar bagi seorang pun. Sesuai dengan firman Allah Ta’ala:

َ‫س َّو َمةَ ِعن َد‬


َ ‫) ُم‬82( َ‫ضود‬ َ ‫علَي َها ِح َج‬
ُ ‫ارةَ ِمنَ ِس ِجيلَ َمن‬ َ ‫سافِلَ َها َوأَم‬
َ ‫طرنَا‬ َ ‫فَلَ َّما َجا ََء أَمَ ُرنَا َجعَلنَا‬
َ ‫عا ِليَ َها‬
َّ
)83( َ‫الظا ِل ِمينََ بِ َب ِعيد‬ ََ‫ي ِمن‬
ََ ‫ك َو َما ِه‬
ََ ِ‫َرب‬

Artinya: “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di
atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar
dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-
orang yang zalim,” (QS. Hud: 82-83).

Bila ditelusuri secara gramatikal, tidak ada perbedaan penggunaan kata antara
homoseksual dan lesbian. Dalam bahasa arab kedua-duanya dinamakan al-liwath. Pelakunya
dinamakan al-luthiy. Namun Imam Al-Mawardi dalam kitabnya al-Hawi al-Kabir menyebut
homoseksual dengan liwath, dan lesbian dengan sihaq atau musaahaqah. Imam Al-Mawardi
berkata, “Penetapan hukum haramnya praktik homoseksual menjadi ijma’, dan itu diperkuat
oleh nash-nash Al-Quran dan Al-Hadits”.
2. Gay

LGBT menurut pandangan agama Islam, diantaranya gay adalah salah satu
penyelewengan seksual, karena menyalahi sunnah Allah, dan menyalahi fitrah makhluk
ciptaanNya. Lebih kurang empat belas abad yang lalu, al-Qur’an telah memperingatkan umat
manusia ini, supaya tidak mengulangi perbuatan kaum Nabi Luth. Allah Swt berfirman:

١٦٥َۙ ََ‫أَتَأتُونََ الذُّك َرانََ ِمنََ العٰ لَ ِمين‬

١٦٦ ََ‫اج ُكمَ بَلَ أَنتُمَ قَومَ ٰعدُون‬


ِ ‫َوت َ َذ ُرونََ َما َخلَقََ َل ُكمَ َربُّ ُكمَ ِمنَ أَز َو‬

Artinya: “Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu
tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang
yang melampaui batas,” (QS. Asy Syu’ara: 165-166).

Setelah Rasulullah menerima wahyu tentang berita kaum Luth yang mendapat kutukan
dari Allah dan merasakan azab yang diturunkanNya, maka beliau merasa khawatir sekiranya
peristiwa itu terulang kembali kepada umat di masa beliau dan sesudahnya. Sebuah
kemaksiatan yang menjijikkan daripada zina atau seks bebas.

Rasulullah bersabda, “Sesuatu yang paling saya takuti terjadi atas kamu adalah
perbuatan kaum Luth dan dilaknat orang yang memperbuat seperti perbuatan mereka itu, Nabi
mengulangnya sampai tiga kali, “Allah melaknat orang yang berbuat seperti perbuatan kaum
Luth; Allah melaknat orang yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth; Allah melaknat orang
yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth,” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi dan Al Hakim).

3. Biseksual

Biseksualitas merupakan ketertarikan romantis, ketertarikan seksual, atau kebiasaan


seksual kepada pria maupun wanita. Istilah ini umumnya digunakan dalam konteks ketertarikan
manusia untuk menunjukkan perasaan romantis atau seksual kepada pria maupun wanita
sekaligus. Istilah ini juga didefinisikan sebagai meliputi ketertarikan romantis atau seksual pada
semua jenis identitas gender atau pada seseorang tanpa mempedulikan jenis kelamin atau
gender biologis orang tersebut, yang terkadang disebut panseksualitas.

Semua perbuatan LGBT adalah maksiat dan haram, tak ada satu pun yang dihalalkan
dalam agama Islam. Biseksual adalah perbuatan zina jika dilakukan dengan lawan jenis dan
sesama jenis. Jika dilakukan dengan sesama jenis, tergolong homoseksual jika dilakukan di
antara sesama laki-laki, dan tergolong lesbianisme jika dilakukan di antara sesama wanita.

LGBT dalam Islam, hukumannya disesuaikan dengan perbuatannya. Jika tergolong zina,
hukumnya rajam (dilempar batu sampai mati) jika pelakunya muhshan (sudah menikah) dan
dicambuk seratus kali jika pelakunya bukan muhshan. Jika tergolong homoseksual, hukumannya
hukuman mati. Jika tergolong lesbian, hukumannya ta’zir.

4. Transgender

Pada dasarnya Allah menciptakan manusia ini dalam dua jenis saja, yaitu laki-laki dan
perempuan, sebagaimana firman Allah SWT:

ٰ‫اْل ُن أ ث َى‬ َ ‫َو أ َن َّ هُٰ َخ ل َ قَٰ ال َّز أو‬


‫ج ي أ نٰ ال ذ َّ ك َ َرٰ َو أ‬

Artinya: ”Dan Dia (Allah) menciptakan dua pasang dari jenis laki-laki dan perempuan,”
(QS. An Najm: 45).

‫ح وا ب َ ي أ ن َ هُ َم ا ٰۖ ف َ إ أنٰ ب َ غ َ تأٰ إ أح دَا ه ُ َم ا ع َ ل َ ى‬ ‫َو إ أنٰ ط َ ائ ف َ ت َانٰ م َنٰ ا ل أ ُم أؤ م ن ي َنٰ ا ق أ ت َت َل ُ وا ف َ أ َ أ‬


ُ ‫صل‬
‫ح وا‬ ُ ‫صل‬ ‫ّللاٰ ٰۖ ف َ إ أنٰ ف َ ا َء تأٰ ف َ أ َ أ‬
َّ ٰ‫ح ت َّىٰ ت َف ي َءٰ إ ل َ ىٰ أ َ أم ر‬ َ ‫اْل ُ أخ َر ىٰ ف َ ق َ ات ل ُ وا ا ل َّ ت ي ت َب أ غ ي‬
‫أ‬
َّ ٰ‫ب َ ي أ ن َ هُ َم ا ب ا ل أ ع َ أد لٰ َو أ َق أ س ط ُ وا ٰۖ إ َّن‬
ٰ‫ّللاَٰ ي ُ ح بٰ ا ل أ ُم ق أ س ط ي َن‬

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal”. (Al Hujurat: 9)

Kedua ayat di atas, dan ayat-ayat Al Quran lainnya menunjukkan bahwa manusia di
dunia ini hanya terdiri dari dua jenis saja, laki-laki dan perempuan, dan tidak ada jenis lainnya.
Namun kenyataannya, seseorang tidak mempunyai status yang jelas, bukan laki-laki dan bukan
perempuan. Jika penggantian kelamin dilakukan oleh seseorang dengan tujuan tabdil dan
taghyir (mengubah-ubah ciptaan Allah), maka identitasnya sama dengan sebelum operasi dan
tidak berubah dari segi hukum. Dari segi waris seorang wanita yang melakukan operasi
penggantian kelamin menjadi pria tidak akan menerima bagian warisan pria (dua kali bagian
wanita) demikian juga sebaliknya.

Menuirut fiqih jinayah (hukum pidana islam), homoseks (liwatt) termasuk dosa besar
sebab sudah termasuk zina dan haram beradasarkan kesepakatan para ahli fiqih yang
mengharamkan danberdasarkan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Muslim
dan Al-tirmidzi.

‫فى الرجل الى الرجل يغض وال المراة عورة الى والالمراة الرجل عورة الى الينظرالرجل‬
‫الوحد الثوب فى المراة الى المراة تغض وال الوحد الثوب‬

Artinya: “Janganlah pria melihat aurat pria lain, dan janganlah seorang wanita melihat
aurat wanita lain dan janganlah bersentuhan pria dengan pria lain dibawah sehelai
selimut/kain, dan janganlah pula seorang wanita bersentuhan dengan wanita lain dibawah
sehelai selimut/kain”.
Berkaitan dengan usul fiqh, perbuatan ini merupakan suatu larangan yang harus
meninggalkan suatu perbuatan dari yang lebih tinggi pada yang lebih rendah (nahy/larangan).
Berdasarkan usul fiqh (nahyu) itupun berdasar kaidah kedua yaitu larangan mutlak.

‫الدوام على يقتضي المطلق انهي فى االصل‬


Yakni pada dasarnya larangan yang mutlak itu menuntut (ditinggalkannya perbuatan
yang dilarang) untuk selamanya.

Perbuatan homoseksual dan lesbian ini harus ditinggalkan untuk selama-lamanya, sebab
bertentangan dengan norma agama, norma susila dan bertentangan pula dengan sunnatullah
(God’s law/natural law) dan fitrah manusia (human natural). Karena Allah menjadikan manusia
terdiri dari pria dan wanita adalah agar berpasang-pasangan sebagai suami istri untuk
mendapatkan keturunan yang sah dan memmperoleh ketenangan dan kasih sayang
sebagaimana tersebutdalam Al-Qur’an surat An Nahl ayat 72:

ٰ‫ج ع َ لَٰ ل َ ك ُ أمٰ م أنٰ أ َ أز َو اج ك ُ أمٰ ب َ ن ي َنٰ َو َح ف َ دَة‬


َ ‫ّللاُٰ َج ع َ لَٰ ل َ ك ُ أمٰ م أنٰ أ َن أ ف ُ س ك ُ أمٰ أ َ أز َو اج ا َو‬
َّ ‫َو‬
َّ ٰ‫َو َر َز ق َ ك ُ أمٰ م َنٰ ال ط َّ ي ب َ اتٰ ٰۖ أ َف َ ب ا ل أ ب َ اط لٰ ي ُ أؤ م ن ُ و َنٰ َو ب ن ع أ َم ت‬
ٰ‫ّللاٰ ه ُ أمٰ ي َ كأ ف ُ ُر و َن‬

Artinya: “Allah menjadikan bagimu istri dari jenis kamu sendiri (manusia) dan
menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak, cucu-cucu dan memberikan rizki dari
yang baik-baik. Mengapa mereka percaya yang batil dan mengingkari nikmat Allah”.

Untuk itu perbuatan ini adalah suatu perbuatan yang terlaranga dan mutlak yang harus
ditinggalkan untuk selama-lamanya, agar tidak merusak kelangsungan tujuan hidup semua
manusia yang beragama islam, sebagaimana firman Allah SWT:

‫وما نهكم عنه فانتهوا‬


Artinya: Dan apa yang dilarangNya bagimu, maka tinggalkanlah (Al Hasyr: 7)

1. Pendapat Para Ahli Fiqh


Para ahli fiqh telah sepakat untuk mengharamkan homoseksual dan lesbian, akan tetapi
mereka saling berbeda pendapat mengenai hukumnya.

Beberapa pendapat ulama tersebut diantaranya adalah:


a. Imam Syafi’i
Bahwa pasangan homoseks itu harus dihuku mati, berdasarkan hadits Nabi:

‫به والمفعول الفاعل قتلوا فا لوط قوم عمل يعمل تموه وجد من‬
Artinya: Barang siapa menjumpai orang yang berbuat seks seperti praktek kaum Luth,
maka bunuhlah si pelaku dan yang diberlakukan (pasangannya).
Menurut Al Mundairi, khalifah Abu Bakar dan Ali pernah menghukum mati terhadap pasangan
homoseks.

b. Al Auza’I Abi yusuf, dkk


Bahwa hukumnya disamakan dengan hukuman zina yakni hukuman dera dan pengasingan bagi
yang belu menikah dan dirajam (Stoning to dealt) bagi yang sudah menikah, berdasarkan hadits
Nabi:

‫)الحدبث( زانيان فهما الرجل الرجل اتى اذا‬


Artinya: Apabila seorang pria melakukan hubungan seks dengan pria lain, maka kedua-
duanya adalah berbuat zina.
Pendapat ini sebenarnya memakai qiyas didalam menetapkan hukumnya.

c. Abu Hanifah

Bahwa pelaku homosex itu dihukum ta’zir, sejenis hukuman yang bersifat edukatif dan
besar ringannya ta’zir diserahkan kepada pengadilan (hakim). Hukuman ta’zir dijatuhkan
terhadap kejahatan atau pelanggaran yang tidak ditentukan macam kadar hukumannya dalam
Al Qur’an dan Hadits.

Dari ketiga pendapat diatas, Al Syaukhani berpendapat bahwa yang pertama adalah
pendapat yang terkuat, karena menggunakan Nas hadits yang jelas maknanya, pendapat dasar
yang kedua dianggap lemah karena memakai qiyas, dan karena hadits yang dipakai berkualitas
lemah dan yang ketiga juga dipandang lemah, karena bertentangan dengan nash yang telah
menetapka hukuman mati (had), bukan hukuman ta’zir.
Mengenai lesbian (female homosexsual) atau sahaq, para ahli fiqh juga
mengharamkannya, yang didasarka dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad,. Abu
daud Muslimin dan Al-Tirmidzi:

‫فى الرجل الى الرجل يغض وال المراة عورة الى والالمراة الرجل عورة الى الينظرالرجل‬
‫الوحد الثوب فى المراة الى المراة تغض وال الوحد الثوب‬

Artinya: Janganlah pria melihat aurat pria lain, dan janganlah seorang wanita melihat
aurat wanita lain dan janganlah bersentuhan pria dengan pria lain dibawah sehelai
selimut/kain, dan janganlah pula seorang wanita bersentuhan dengan wanita lain dibawah
sehelai selimut/kain.

Menurut Sayid lesbian itu hukumannya adalah di ta’zir sebab bahaya/resikonya lebih
ringan dibanding dengan bahayanya homoseksual, karena lesbian itu bersentuhan langsung
tanpa memasukan alat kelaminnya, seperti halnya seorang bersentuhan langsung. Perbuatan
ini haram hukumnya dan juga bertentangan dengan norma agama, susila bahkan sunnatullah
fitrah manusia. Oleh sebab itu islam melarangnya agar pelakunya mau menghentikan
perbuatan yang tercela itu.

Bagaimana pula dengan Hadits, “Jika kalian menemukan orang yang melakukan
hubungan seksual sejenis seperti kaum Nabi Luth, bunuhlah keduanya” (Hadits riwayat Abu
Dawud, Turmudzi dan Ibnu Majah). Hadits ini, seperti dijelaskan oleh al-Zaila’i, masih banyak
menyimpan perdebatan. Abu Hanifah sendiri menolak menggunakan Hadist ini.

Para ahli fikih juga tak sepakat terhadap sanksi hukum yang patut dijatuhkan kepada
pelaku tindak homoseksual. Sekurang-kurangnya, ada tiga jenis sanksi hukum yang ditawarkan
dalam kitab-kitab fikih. Pertama, pelaku tindakan homoseksual seharusnya dibunuh. Kedua,
dikenakan hukuman pidana (had) sebagaimana had zina, yaitu jika pelakunya belum kawin,
maka ia harus dicambuk. Tetapi, jika pelakunya orang yang pernah atau sudah kawin, maka ia
dikenakan hukuman rajam sampai mati. Ketiga, dipenjara (ta’zir) dalam waktu yang telah
ditentukan oleh hakim.

Imam Malik bin Anas, pendiri madzhab Maliki sudah mengingatkan supaya berhati-hati
dan tidak main hakim sendiri dalam memperlakukan kaum homoseksual. Kata imam Malik:
”Jika ada seseorang berkata kepada seorang laki-laki; “Wahai pelaku perbuatan nabi Luth”,
maka justru dialah yang layak dihukum cambuk” .

2. Upaya Rehabilitasi Sosial Terhadap Kaum LGBT

Mengenai penyembuhan bagi kelompok LGBT,beliau berpendapat bahwa kelompok


LGBT dapat disembuhkan.Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menanamkan
kembali nilai-nilai spiritual ke dalam diri masing-masing individu.Hal ini sejalan dengan langkah
yang telah dilakukan oleh pemerintah dengan melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi
masalah ini,diantaranya dengan melakukan rehabilitasi sosial terhadap kelompok LGBT dengan
cara memberikan fasilitas motivasi dan diagnosis psikososial;perawatan dan pengasuhan;
pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan; bimbingan mental spiritual,bimbingan
sosial dan konseling yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa.

1. Upaya promotif
Di lihat dari ranah keperawatan mengatasi LGBT sama dengan cara merawat dengan
gangguan jiwa karena membantu LGBT menyelesaikan masalahnya dan memang
orang LGBT tersebut yang haru menyelesaikannya.
a. Harus memahami konsep diri
Di mulai sejak lahir misalnya dalam pemberian nama anak,nama anak sesuai
jenis kelaminnya.
b. Di jelaskan mengenai anatomi fisiologi tubuh.
Dengan seperti itu,seorang anak akan tumbuh self-awareness-nya.lalu dia akan
belajar tentang konsep dirinya.bahwa saya adalah laki laki atau saya adalah
perempuan.
Terkait dengan LGBT dinyatakan sebagai ODMK (orang dengan masalah kesehatan
jiwa),upaya bagi ODMK bisa ditekankan pada upaya promotif dan preventif. Upaya
promotif Kesehatan Jiwa ditujukan untuk:
a. Mempertahankan dan meningkatkan derajat Kesehatan Jiwa masyarakat secara
optimal.
b. Menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi ODGJ sebagai
bagian dari masyarakat.
c. Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa.
d. Meningkatkan penerimaan dan peran serta masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa.

2. Upaya Preventif
Adapun beberapa upaya preventif dalam mengatasi bahaya dan ancaman LGBT di
kalangan masyarakat Indonesia , antara lain :
a. Mencegah terjadinya masalah kejiwaan.
b. Mencegah timbulnya atau kambuhnya gangguan jiwa.
c. Mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat secara umum
atau perorangan.
d. Mencegah timbulnya dampak masalah psikososial. Seperti ilustrasi kasus pada
awal tulisan ini, menggambarkan bahwa muncul gangguan jiwa berupa depresi.
e. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta kesadaran akan
bahaya Penyakit Menular Seksual (PMS) yang diakibatkan karena pergaulan
bebas.
f. Menolak adanya legalisasi yang mendukung perilaku menyimpang seksual yang
dapat merusak moral generasi muda Indonesia.
g. Meminta pemerintah dan mengajak organisasi masyarakat untuk mengantisipasi
terjadinya penyebaran paham LGBT.
h. Membuat penyuluhan dan pengobatan bagi mereka yang sudah terlanjur terjangkit
penyakit LGBT agar dapat kembali normal menjadi manusia dengan fitrah yang
sesungguhnya
i. Menanamkan Aqidah yang Benar.
Penyimpangan perilaku terjadi akibat penyimpangan dalam aqidah, biasanya
merupakan buah dari pemikiran, agama dan keyakinan yang dibawa dan dianut
seseorang. Maka aqidah yang benar, atas izin Allah SWT merupakan benteng
yang akan menjaga diri dari berbagai kesalahan dan penyimpangan.
j. Memberikan perhatian terhadap tema homoseksual
Sebagian orang sama sekali tidak mau membicarakan hal ini dengan alasan jiwa
pasti membencinya dan enggan untuk menyinggungnya. Tidak disangkal lagi, ini
adalah pandangan yang keliru. Jika hal ini telah terjadi, tersebar dan menjadi
endemis, maka merupakan suatu kewajiban untuk mencegahnya, menghalangi
penyebarannya dan menjelaskan bahayanya.
k. Menjauhi Hal-Hal Yang Merangsang Secara Umum
Yaitu menjauhi semua hal yang dapat merangsang dan membangkitkan gairah serta
mengajak kepada perbuatan keji dengan cara menghindari berbaur dengan bukan
mahram dan menonton film porno, memutus kontak dengan perbuatan keji yang
dapat mengingatkannya kembali. Caranya, memusnahkan semua yang terkait
dengan itu agar tidak melemahkan jiwanya.

3. Upaya Kuratif
Adapun terapi secara psikologi maka bisa ditempuh beberapa cara berikut:
a. Menjauhi segala macam yang berkaitan dengan gay (homoseksual) misalnya
teman, klub, aksesoris, bacaan dan segalanya. Ini adalah salah satu faktor terbesar
yang bisa membantu.
b. Merenungi bahwa gay masih belum diterima oleh masyarakat (terutama di
indonesia), masih ada juga yang merasa jijik dengan gay. Terus menanamkan
pikiran bahwa gay adalah penyakit yang harus disembuhkan.
c. Terapi sugesti
Misalnya mengucapkan dengan suara agak keras (di saat sendiri) :
 “saya bukan gay”
 “gay menjijikkan”
 “saya suka perempuan”
d. Berusaha melakukan kegiatan dan aktifitas khas laki-laki
Misalnya olahraga karate atau bergabung dengan komunitas kegiatan laki-laki
e. Terapi hormon
Jika diperlukan dengan bimbingan dokter bisa dilakukan terpai hormon secara
berkala untuk lebih bisa menimbulkan sifat laki-laki
f. Menjauhi bergaul dengan laki-laki yang menarik hati
Dan yang paling terpenting adalah dukungan semua pihak, keterbukaan dan
menerima masukan. Jangan sampai ada yang mencela didepanya atau mengejek
perjuangannya dalam emngobati penyakit ini.

Adapun bimbingan agama Islam yang sempurna dalam hal ini, maka beberapa hal ini
perlu direnungi:
1. Tulus berdoa dan bersungguh-sunggu dalam berdoa kepada Allah memohon
kesembuhan, karena setiap penyakit pasti ada obatnya. Berdoa di waktu dan
tempat yang mustajab serta tidak mudah putus asa.
2. Segera bertaubat kepada Allah
Karena segala sesuatu yang terjadi pada kita adalah akibat perbuatan dan
kesalahan kita.
3. Menyadari bahwa gay (homoseksual) adalah dosa besar dan dilaknat pelakunya.
4. Menjauhi segala sesuatu yang berkaitan dengan gay atau membuatnya menjadi
kewanita-wanitaan atau menyerupai wanita.
5. Jangan sering menyendiri, minta dukungan keluarga dan orang terdekat serta
tetap bergaul dengan masyararat.
6. Menjauhi makanan yang haram
Karena makanan bisa berpengaruh terhadap sifat manusia.

4. Upaya Rehabilitatif
a. Rehabilitasi Mental dan Pembentukan karakter.
b. Hipno Terapi, memperbaiki visi dan psikologi melalui alam bawah sadar.
c. Pendekatan spiritual keagamaan serta pemahaman Aqidah dan syariah .yang
benar.
d. Stimulasi dengan olah raga fisik dan kedisiplinan.
e. Pengobatan-Thibbun Nabawi - bekam memperbaiki fungsi organ tubuh.
f. Pembimbingan pengetahuan program wirausaha dan kemandirian.
g. Rehabilitasi psikologi ini harus dilakukan secara intensif dan memakan waktu
antara 2-3 bulan, dan peserta rehabilitasi menjalani rawat inap untuk
mempermudah pengawasan dan penilaian keberhasilan proses rehabilitasi.
h. Di harapkan dukungan penuh dari keluarga dan masyarakat, untuk memberikan
motivasi dan support agar kesembuhan lebih efektif dan optimal.
BAB IV
PENUTUP

LGBT menurut pandangan agama Islam pada umumnya menyamakan perbuatan


homoseksual dengan perbuatan zina. Karena itu, segala implikasi hukum yang berlaku pada zina
juga berlaku pada kasus homoseksual. Bahkan pembuktian hukum pun mengacu pada kasus-
kasus yang terjadi pada zina. Sementara operasi kelamin yang dilakukan pada seorang yang
mengalami kelainan kelamin (misalnya berkelamin ganda) dengan tujuan tashih atau takmil
(perbaikan atau penyempurnaan) dan sesuai dengan hukum akan membuat identitas kelamin
tersebut menjadi jelas.
Ulama yang mengkritisi hukum dari homoseks dan lesbian diantaranya adalah Imam
Syafi’I, Al Auza’I Abi yusuf, dkk dan Abu Hanifah.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, M. Ali, 1995, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum
Islam, RajaGrafindo Persada, Jakarta
http://blognyafitri.wordpress.com/2011/12/27/hukum-homoseksual-dan-lesbians-by-umar-
hamzah/
https://kanal3.wordpress.com/2011/05/02/mengenal-lebih-dekat-kaum-lgbt-lesbiangaybisex-dan-
transgenderkaum-minoritas-yang-termarginalkan/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30785/4/Chapter%20I.pdf
http://sukmaawatti.blogspot.co.id/2014/10/makalah-tentang-penyimpangan-seksual.html
http://sidomi.com/392791/lgbt-adalah-lesbian-gay-biseksual-transgender
http://arif-lpis.blogspot.co.id/2010/05/biseksual.html
https://juwilda.files.wordpress.com/2010/10/transgender_manusia-keragaman-dan-
kesetaraannya__.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/4923/2/1HK09922.pdf
http://www.stikku.ac.id/wp-content/uploads/2011/02/artikel-transgender.pdf
http://www.vemale.com/topik/cinta-dan-seks/58417-fakta-kesehatan-seksual-dan-reproduksi-
transgender.html
https://www.academia.edu/5028772/Transgender
http://perawatnews.com/2016/02/prof-budi-anna-keliat-lgbt-orang-yang-perlu-ditolong.
http://www.rappler.com/indonesia/122514-makna-lgbt-kesehatan-jiwa
http://surakarta.co/ekstra/jurnalis-warga/lgbt-masalah-umat-cegah-dengan-syariat-islam
https://www.islampos.com/inilah-cara-menghindari-agar-tak-jadi-gay-139869/
http://www.voa-islam.com/read/science/2015/07/12/38142/penyakit-gay-bukan-karena-turunan-
genetik-ini-cara mengobatinya/#sthash.xC64F7Cp.dpbs
http://www.abualbanicentre.com/rehabilitasi-kelainan-orientasi-sexual
Juhdi Masjfuk.H.1994. Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam. Jakarta: CV Masagung
Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa
Kini, Kalam Mulia, Jakarta
Mulyanto.1985.KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana). Jakarta: Bina Aksara
Zuhdi Masjfuk.1988.Masail Fiqhiyah. Jakarta:CV Haji Masagung.

Anda mungkin juga menyukai