JUYARDI SUARDIMAN
NIM : 19340132
NPM : 19340135
Kelas : B
Tugas : Undang-undang Farmasi (Pelayanan Farmasi Rumah sakit-PKM-klinik)
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan
pelayanan kefarmasian klinik disebut sebagai....
a. Klasifikasi
b. Pelayanan kefarmasian
c. Pelayanan rawat inap
d. Pelayanan kefarmasian
e. Pelayanan farmasi
2. Medik, kefarmasian, keperawatan, dan kebidanan , pelayanan rawat inap termasuk
kedalam..
a. Pelayanan kesehatan
b. Pelayanan medis
c. Pelayanan
d. Pelayanan rumah sakit
e. Pelayanan penyakit
3. Regitrasi, izin praktek, dan izin tenaga kerja tenaga kefarmasian tercantum dalam..
a. Permenkes
b. BPOM
c. Dinkes
d. Rumah sakit
e. Direktorat jenderal
4. Klasifikasi & perizinan rumah sakit serta standar pelayanan kefarmasian dirumah
sakit diatur dalam..
a. PMK No. 74 tahun 2016 dan PMK No. 72 tahun 2016
b. PMK No. 75 tahun 2014 dan PMk No. 72 tahun 2016
c. PMk No. 889 tahun 2011 dan PMK No. 72 tahun 2016
d. PMK No. 56 tahun 2014 dan PMk No. 72 tahun 2016
e. PMK No. 3 tahun 2015 dan PMK No. 72 tahun 2016
5. Berapa jumlah apoteker dan TTK ( tenaga teknis kefarmasian) di rawa jalan menurut
perizinan dan persyaratan rumah sakit..
a. Apoteker (1,1,1,0) dan TTK (min, 2,2,0,0)
b. Apoteker (5,4,2,1) dan TTK (min 10,8,4,2)
c. Apoteker (1,1,0,1) dan TTK (min 2,2,0,0)
d. Apoteker (1,1,1,1) dan TTK (min 1,0,8,4,2)
e. Apoteker (5,4,2,1) dan TTK ( min 2,2,0,0)
2. Standar pelayanan kefarmasian diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan. Standar pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit tertera pada
a. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2016
b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016
d. Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016
e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2016
Jawaban : b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016
3. Pelayanan Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang tertela pada Peraturan Menteri
Kesehatan No. 58 tahun 2014 meliputi beberapa kegiatan, yang bukan dari kegiatan-kegiatan
tersebut adalah
a. Pelayanan farmasi klinis
b. Penelitian dan pengembangan
c. Pengelolaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
d. Pengendalian mutu
e. Pencatatan keperluan pasien
Jawaban : e. pencatatan keperluan pasien
4. Pengelolaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi serangkaian kegian, yang
bukan kegiatan tersebut adalah
a. Perencanaan
b. Pengadaan
c. Penerimaan
d. Penyimpanan
e. Penghilangan
Jawaban : e. penghilangan
5. Ketetapan pimpinan Rumah Sakit pada tataran strategis yang narasi bersifat garis besar dan
mengikat disebut dengan
a. Peraturan
b. Keputusan
c. Kebijakan
d. Kewajiban
e. Kewenangan
Jawaban : c. kebijakan
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 yaitu tentang ?
a. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
b. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
c. Pekerjaan Kefarmasian
d. Tenaga Kesehatan
e. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Jawaban : C
2. Yang termasuk Rangkaian pada pengelolaan sediaan farmasi, kecuali?
a. Perencanaan Kebutuhan,
b. Pengadaan
c. Penerimaan
d. Penyimpanan
e. Pencampuran
Jawaban : E
Jawaban : A
Jawaban : D
Jawaban : A
Jawaban : D
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 yaitu tentang ?
a. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
b. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
c. Pekerjaan Kefarmasian
d. Tenaga Kesehatan
e. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Jawaban : C
10. Untuk pengobatan swamedikasi Dalam hal pemilihan obat, jenis obat yang dibutuhkan
apakah yang perlu diperhatikan, kecuali ?
a. Gejala atau keluhan penyakit
b. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu
c. Dilihat dari Kondisi pasien khusus untuk wanita hamil, menyusui, bayi, lanjut usia,
diabetes mellitus
d. Dilihat dari kondisi pasien dan faktor ekonomi pasien
e. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada
Apoteker
Jawaban : D
TUGAS : UUF
NPM : 19340198
NPM : 19340199
2. Apa saja hal yang perlu diperhatikan saat menetapkan jenis obat yang dibutuhkan?
Kecuali..
a. Gejala atau keluhan penyakit
b. Administrasi
c. Nama oobat, khasiat atau kegunaan, cara pemakaian
d. Kondisi khusus
7. Untuk seleksi kebutuhan obat di rumah sakit, maka kriteria yang digunakan adalah…
(1) Obat yang dipilih aman dan manjur
(2) Obat yang banyak digunakan masyarakat
(3) Khasiat maksimal, efek samping minimal
(4) Pilih obat kombinasi
Pilih jawaban yang benar!
a. 1,2, dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 1 dan 4
e. Semua benar
Nim : 19340200
1. Pernyataan yang paling tepat peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 72
tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah..
a. Rumah Sakit adalah institusi pendidikan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
b. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
c. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.
d. Rumah Sakit adalah institusi pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan..
e. Semuanya salah.
4. Di bawah ini manakah PERMENKES yang terkait dengan akreditasi rumah sakit ?
A. PMK No. 889 Tahun 2011
B. PMK No. 012 Tahun 2012
C. PMK No. 56 Tahun 2014
D. PMK No. 75 Tahun 2014
E. PMK No. 09 Tahun 2014
5. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. merupakan PP No. 51/2009 tentang :
A. Pekerjaan kedokteran
B. Pekerjaan keperawatan
C. Pekerjaan kefarmasian
D. Semua salah
E. Semua benar
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
SOAL PG
2) Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan. Bagaimanakah cara
pemilihan obat yang baik ?
a. Gejala atau keluhan penyakit
b. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes melitus
dll
c. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu
d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan
interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat
e. Semua jawaban benar
3) Yang termasuk dalam kriteria obat yang bisa diserahkan Apoteker adalah
a. Obat yang sudah ED
b. Kondisi kemasan rusak
c. Obat yang dimaksud memiliki resiko khasiat yang tidak aman
d. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak
usia 2 thn dan orang tua diatas 65 thn
e. Penguunaan tidak diperlukan untuk penyakit
NIM : 19340204
Kelas : B
Pertemuan ke-12
1. Yang tidak termasuk dalam perizinan Rumah Sakit dan persyaratan Rumah Sakit,
yaitu…
a. Izin rumah sakit
b. Institusi
c. Klasifikasi
d. Pelayanan
e. Pengelolaan Obat
2. Yang termasuk dalam perizinan rumah sakit dan persyaratan klinik, yaitu…
a. Klasifikasi
b. Izin rumah sakit
c. pelayanan
d. penelitian dan pengembangan
e. Organisasi
3. Yang tidak mencakup dalam pelayanan IFRS (58/2014), yaitu…
a. Pengelolaan obat, alkes dan BMHP
b. Pelayanan farmasi klinik
c. Organisasi
d. Klasifikasi
e. Pengendalian mutu
4. Tentang Yanfar di Rumah Sakit diatur oleh PMK, yaitu…
a. 70 tahun 2017
b. 71 tahun 2017
c. 72 tahun 2018
d. 73 tahun 2016
e. 72 tahun 2016
5. Pada pencatatan dan pelaporan yang tidak perlu diperhatikan adalah…
a. Kartu stock-catatan mutasi obat
b. Catatan pelayanan pasien
c. Catatan penelitian dan pengembangan
d. Monitoring efek samping
e. Catatan mutu dan laporan manajemen
6. Tentang pekerjaan kefarmasian diatur oleh PP yaitu nomor…
a. 51 tahun 2010
b. 53 tahun 2009
c. 52 tahun 2010
d. 51 tahun 2009
e. 52 tahun 2011
7. Yang tidak termasuk dalam pencatatan dan pelaporan, yaitu ….
a. Kartu stok- catatan mutasi obat
b. Monitoring efek samping obat
c. Pelaporan narkotika dan psikotropika
d. Telah kedaluwarsa
e. Catatan mutu dan laporan manajemen
8. Adapun pencabutan surat izin Apotek pada Apoteker, kecuali…..
a. Sudah tidak lagi memenuhi ketentuan
b. Tidak memenuhi kewajiban sebagai APA
c. APA berhalangan tidak ada pengganti
d. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan
e. Surat izin praktik APA dicabut
9. Yang tidak termasuk dalam kewajiban Apoteker, yaitu….
a. Ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien dalam OWA
b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan
c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya
d. Rasio khasiat keamanan
e. Memberikan obat NAPZA tanpa resep dokter
10. Dampak negatif dari swamedikasi, kecuali …..
a. Jika dilakukan dengan benar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi
pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan secara rasional
b. Masyarakat meyakini pengobatan swamedikasi dapat dilakukan untuk setiap
penyakit
c. Dapat menutupi diagnosis penyakit serius
d. Meningkatnya risiko interaksi dan rekasi yang merugikan
e. Potensi penggunaan obat yang salah atau penyalah gunaan
11. Yanfar di Apotek tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek diatur oleh
Permenkes, yaitu nomor…
a. 72 tahun 2007
b. 73 tahun 2010
c. 72 tahun 20015
d. 73 tahun 2016
e. 74 tahun 2016
NPM : 19340206
KELAS B REGULLER
6. Berikut ini yang termasuk alasan pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai (BMHP) adalah ?
A. Telah kadaluwarsa
B. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
C. Di cabut izin edarnya
D. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan Kesehatan
E. Semua benar
Jawaban : E. Semua Benar
7. APA / PSA mempersiapkan bangunan, perlengkapan, sdm, melakukan permohonan
kepada pemda kab/kota ( dinkes atau unit lain) kemudian pemeriksaan setempat oleh
pejabat yg berwenang dan penerbitan surat izin apotek oleh pemda ( dinkes atau unit
lain) merupakan proses perizinan ?
A. Klinik
B. Rumah Sakit
C. Puskesmas
D. Apotek
E. Toko Obat
Jawaban : D. Apotek
8. Berikut ini yang tidak termasuk ke dalam pelayanan farmasi klinik di apotek adalah?
A. Pengkajian Resep
B. Konseling
C. Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)
D. Dispensing
E. Visite
Jawaban : E. Visite
9. Pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan,
barang dan laporan lainnya Merupakan pelaporan ?
A. Pelaporan Internal
B. Pelaporan Laba Rugi
C. Pelaporan Modal
D. Pelaporan Eksternal
E. Pelaporan Laba Bersih
Jawaban : A. Pelaporan Internal
10. Pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan
lainnya merupakan pelaporan ?
A. Pelaporan Laba Bersih
B. Pelaporan modal
C. Pelaporan Eksternal
D. Pelaporan laba rugi
E. Pelaporan Internal
Jawaban : C. Pelaporan Eksternal
UNDANG-UNDANG DAN ETIKA FARMASI
1. Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di rumah sakit, apoteker harus mengacu pada
peraturan nomor?
a. No 72 th 2016
b. No 51 th 2009
c. No 44 th 2009
d. No 75 th 2014
2. Berikut merupakan manfaat satu pintu rumah sakit, kecuali?
a. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
b. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
c. Pemantauan terapi obat
d. Pemantauan stok obat
3. Berikut merupakan rangkaian pada pengelolaan sediaan farmasi adalah?
a. Pengkajian resep
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
c. Pemilihan dan perencanaan kebutuhan
d. Monitoring efek samping obat
4. Berikut merupakan rangkaian pelayanan farmasi klinik adalah?
a. Pemilihan dan perencanaan kebutuhan
b. Pengkajian dan pelayanan resep
c. Penerimaan dan penyimpanan
d. Pemusnahan dsn penarikan
5. Berikut merupakan alasan pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP,kecuali?
a. Produk tidak memenuhi persyaratan
b. Kadaluwarsa dan izin edar dicabut
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan dan
kepentingan ilmu pengetahuan
d. Produk menumpuk dalam gudang penyimpanan obat
6. Tujuan dalam pelayanan kefarmasian di PKM adalah?
a. Menyediakan dan memberikan sediaan farmasi dan alat kesehatan disertai
informasi agar masyarakat mendapatkan manfaat terbaik.
b. Menyediakan bantuan medis pada masyarakat dan pemberian informasi
c. Menyediakan bantuan pengobatan gratis bagi masyarakat tidak mampu
d. Menyediakan dan menawarkan bantuan sedian farmasi dan alat kesehatan bagi
kelangsungan hidup masyarakat
7. Pada PMK berapa ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek?
a. PMK No. 922/93
b. PMK No. 889/11
c. PMK 73/16
d. PMK 44 thn 2018
8. Berikut yang menyebabkan pencabutan surat izin apotek adalah, kecuali?
a. Apoteker sudah tidak memenuhi ketentuan
b. Pemilik sarana apotek terbukti melakukan pelangaran
c. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan
d. Apotek tidak bisa memenuhi semua kebutuhan obat /kosong
9. apa dampak negatif dari pengobatan swamedikasi,kecuali?
a. Masyarakat menyakini pengobatan swamedikasi dapat untuk semua penyakit
b. Meningkatkan resiko interaksi dan reaksi merugikan
c. Potensi penggunaan obat yang salah
d. Bila dilakukan dengan benar dapat memberikan kontribusi besar bagi keehatan
10. Apa kriteria obat yang dapat diserahkan apoteker?
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,anak dibawah usia
2 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan
penyakit
c. Penggunaan tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga medis
d. Semua benar
NIM : 19340208
Kelas : Reguler B
MatKul : UUF
2. Pencabutan Izin Apotek dapat dicabut apabila terdapat dibawah ini, kecuali ...
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan
b. Apoteker tidah memenuhi kewajiban
c. Pemilik terbukti secara sah melakukan pelanggaran etik kefarmasian
d. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan
e. Modal habis
5. Informasi obat yang apoteker wajib beri tahu kepada pasien pada saat pemberian informasi
terdapat di bawah ini, kecuali ...
a. Informasi pada Kemasan, Etiket dan Brosur
b. Tanda Peringatan
c. Cara Penggunaan Obat
d. Efek Samping
e. Menawarkan prodak lain
6. Prodak untuk dalam pelayanan swamedikasi terdapat dibawah ini, kecuali ...
a. Obat bebas terbatas
b. Obat bebas
c. Obat tradisional
d. Kosmetika
e. Produk MLM
10. Salah satu persyaratan administrasi pelayanan keparmasian seorang apoteker wajib....
a. Memiliki ijazah dan STRA
b. Wajib memiliki pendidikan berkelajutan
c. Identifikasi masalah
d. Melaksanakan dan patuh terhadap undang-undang
e. Meminimalisir DRP
TUGAS INDIVIDU
NIM: 19340209
KELAS: B
Soal Pilihan
2. Jika ada resep obat dengan nama dagang. Namun pasien tidak mampu untuk
membelinya, apa yang dilakukan oleh apoteker melihat dari segi ekonomi dan etika
a. Memberi obat lain yang murah
b. Mengganti sesuai persetujuan dokter
c. Mengganti sesuai persetujuan pasien
d. Menolak resep obat tersebut
e. Mengganti yang tersedia tanpa konfirmasi ke pasien
Jawaban: B dan C
Dasar PMK 9 Tahun 2017: Apotek
Pasal 21: Dalam hal obat yang diresepkan terdapat obat merek dagang, maka
Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
pasien.
Dasar: Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 24 poin b: Dalam melakukan
Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat:
mengganti obat merek dagang dengan obat generic yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien
3. Pada saat akan membuat surat izin apotek, salah satu syarat administratif yang
dibutuhkan ialah surat rekomendasi. Dari mana surat rekomendasi tersebut dapat
diperoleh?
a. Pengurus IAI setempat
b. Pengurus IAI daerah
c. Pengurus IAI pusat
d. Dewan pengawas pengurus IAI daerah
e. Majelis etik dan disiplin
Jawaban: A
4. Seorang apoteker melakukan pemesanan diazepam. Pada saat kurir datang, apoteker
penanggung jawab sedang tidak berada di tempat. Kurir menelfon apoteker
penanggung jawab untuk melakukan konfirmasi. Sebagai apoteker, menurut anda apa
yang harus dilakukan?
a. Kurir kembali datang saat apoteker penanggung jawab ada di apotek
b. Kurir mengantarkan obat ke rumah apoteker penanggung jawab
c. Diterima oleh apoteker pendamping
d. Diterima oleh asisten apoteker
e. Diterima oleh pemilik apotek yang juga merupakan seorang dokter
Jawaban: A
5. Apotek Y berlokasi di dekat Rumah Sakit Jiwa Grogol. Pengadaan narkotika dan
psikotropika cukup banyak setiap bulannya. Pelayanan narkotika di Apotek Y
mengikuti ketentuan perundang-undangan. Manakah pernyataan yang tepat terkait
pelayanan kefarmasian untuk narkotika di apotek Y?
a. Boleh dilayani tanpa resep dokter
b. Tidak disertai dengan pelaporan ke dinas kesehatan dan Badan POM secara
rutin
c. Tidak disertai dengan pencatatan yang lengkap
d. Resep boleh ditebus ulang (iter)
e. Boleh ditebus dengan copy resep pada apotek yang menyimpan resep aslinya
Jawaban: E
Nama : Sri Intan Lestari
Nim : 19340210
Kelas : B
Materi : Pelayanan Farmasi Apotek-Rumah Sakit
Dosen : Drs. Fakhren Kasim, M.Hkes, Apt
SOAL PELAYANAN FARMASI APOTEK-RUMAH SAKIT
SOAL PG
NPM : 19340212
KLS :B
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
APRIL 2020
NIM : 19340213
KELAS : B-REGULER
PROFESI APOTEKER
JAKARTA
2020
1. Dalam mengurus izin apotek apa saja proses perizinan apotek yang tidak
termasuk?
a. APA / PSA mempersiapkan bangunan, perlengkapan.
b. Permohonan kepada pemda kab/kota (dinkes atau unit lain)
c. Pemeriksaan setempat oleh pejabat yang berwenang
d. Penerbitan surat izin apotek oleh pemda (dinkes/unit lain)
e. Obat obat yang akan dijual
4. Faktor apa saja yang melandasi sehingga pencabutan surat izin apotek?
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan, tidak memenuhi
kewajiban sebagai APA,APA berhlangan tidak ada pengganti, terjadi
pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang – undangan, surat
izin APA dicabut
b. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang
undangan dibidang obat
c. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan
d. Semua jawaban bener
5. Apa saja informasi umum tentang obat ? kecuali
a. Penggolongan obat
b. Informasi pada kemasan, Etiket dan Brosur
c. Dosis
d. Interaksi obat
e. Cara penyimpanan obat
Nama : fatmawati
Npm: 19340215
Kelas ‘B’
1. Di bawah ini yang bukan termasuk pelayanan dalam perizinan dan persyaratan rumah
sakit adalah
a. Medik
b. Kefarmasian
c. Penunjang Klinik
d. Penunjang Nonklinik
e. Semua jawaban salah
2. Dalam pelayanan di instalasi farmasi rumah sakit terdapat pencatatan dan pelaporan
kecuali?
a. kartu stok – catatan mutasi obat
b. catatan pelayanan pasien / patient medication record
c. pelaporan narkotika & psikotropika ( sipnap)
d. jawaban a,b dan c salah
e. catatan mutu & laporan manajemen
3. IFRS merupakan satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga
Rumah Sakit akan mendapatkan manfaat satu pintu bagi Rumah Sakit kecusli?
a. Pedoman pengelolaan dan penggunaan obat di rumah sakit dapat dibuat
dalam satu Peraturan Pimpinan Rumah Sakit.
b. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP;
c. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP;
d. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP;
e. Pemantauan terapi Obat;
4. Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian di atur dalam peraturan
Menkes..
a. PMK No. 922/’93
b. PMK 889/’11
c. PMK 73/’16
d. PMK 3/’15
e. PMK 44 thn 2019
5. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kecuali
a. Perencanaan
b. Pengadaan
c. Monitoring efek samping obat
d. Penerimaan
e. Pencatatan dan Pelaporan
Nama : Hardiyanti
NPM : 19340216
1. Yang BUKAN merupakan perizinan dan persyaratan tenaga kefarmasian Rumah sakit
adalah
a. Apoteker (5,4,2,1) di rawat jalan + TTK minimal (10;8;4;2)
b. Apoteker (5;4;4;1) di rawat inap + TTK minimal (10;8;8;2)
c. Apoteker (5;4;4;1) di rawat IGD + TTK minimal (10;8;8;2)
d. Apoteker (1;1;0;0) di rawat ICU + TTK minimal (2;2;0;0)
e. Apoteker (1;1;1;1) kordinator penerimaan dan distribusi (dapat merangkap
farmasi klinik) + TTK sesuai kebutuhan.
Jawabannya : C
2. Dokumen yang harus disiapkan terkait pengorganisasian pelayanan kefarmasian
dirumah sakit dapat berbentuk kebijakan /pedoman /standar prosedur operasional
merupakan pengertian dari….
a. Kebijakan
b. Pedoman
c. Regulasi
d. SPO
e. Sistem satu pintu
Jawaban : C
3. Yang bukan merupakan Kriteria apoteker dalam pelayanan kefarmasian………..
a. Persyaratan administrasi
b. Menggunakan atribut praktik
c. Tidak wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan
d. Apoteker harus mampu mengidentifikasi
e. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh
Jawab : C
4. Pelayanan kefarmasian pada saat ini berubah paradigma menjadi asuhan……………
a. Orientasi obat
b. Phamaceutical care
c. Orientasi apoteker
d. Asuhan kefarmasian
e. Orientasi medis
Jawab : B
5. Yang merupakan Pelayanan farmasi klinik adalah….
a. Perencanaan
b. PIO (pelayanan Informasi Obat)
c. Pengadaan
d. Penerimaan
e. Pencatatan dan pelaporan
Jawaban : B
Tugas uuf
d. PP no 51 tahun 2009
a. administrasi
b. prasarana
c. pembukuan
d. pelayanan
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai antara yaitu
a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus mempunyai
Nomor Izin Edar
d. jawaban a,b dan c benar
4.pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena
Obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien
(quality of life) terjamin disebut
b. pelayanan kefarmasian
1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
Apoteker diatur dalam
a. Permenkes no 72 tahun 2016
b. Permenkes no 73 tahun 2016
c. Permenkes no 74 tahun 2016
d. PP no 51 tahun 2009
2. alasan Pemusnahan Sediaan Farmasi dan BMHP yaitu, kecuali
a. telah kadaluwarsa
a. pelayanan kefarmasian
b. konseling
c. swamedikasi
1. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI, DAN
PELAYANAN FARMASI KLINIK termasuk pelayanan...
a. Pelayanan medik
b. Pelayanan kefarmasiaan
c. Pelayanan keperwatan
d. Pelayanan kebidanan
e. Pelayanan klinik
2. Dokumen ......... yang harus disiapkan terkait pengorganisasian pelayanan kefarmasian di
rumah sakit dapat berbentuk kebijakan/ pedoman/ standar prosedur operasional
a. Regulasi
b. Pedoman
c. Kebijakan
d. Pelaporan
e. Pencatatan
3. pengobatan dan penggunaan obat dapat dilakukan secara preventif /promotif dengan
cara?
a. menghindari konsumsi produk tertentu,
b. tidak merokok
c. diet, latihan fisik
d. konsumsi suplemen & jamu, dll
e. jawaban bener semua
4. Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan, kecuali?
a. Gejala atau keluhan penyakit
b. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus
dan lain-lain
c. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.
d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan
interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat
e. Monitoring efek samping obat
5. Apa saja yang tidak termasuk imformasi umum tentang obat?
a. Penggolongan Obat.
b. Informasi pada Kemasan, Etiket dan Brosur
c. Tanda Peringatan
d. Cara Pemilihan Obat
e. Kontra indikasi obat
NIM : 19340219
Kelas : B Apoteker 39
1. Pekerjaan Kefarmasian harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diperoleh dalam pendidikan termasuk pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman serta
etika profesi, di sebut?
a. Keadilan
b. Nilai ilmiah
c. Keseimbangan
d. Kemanusiaan
5. Swamedikasi apabila dilakukan dengan benar dapat memberikan kontribusi yang besar
bagi pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan secara nasional, merupakan dampak positif
dari?
a. Swamedikasi
b. Pengobatan mandiri
c. Pharmacy care
d. Pelayanan farmasi
6. Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Dalam
penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak
terjadi?
a. Kesalahan pengobatan
b. Pengobatan yang benar
c. Pengobatan yang sesuai
d. Kebenaran dalam pengobatan
7. Apa peran apoteker dalam penggunaan obat bebas dan bebas terbatas?
a. Menyediakan obat yang di butuhkan di apotek
b. Memberikan obat ke pada pasien
c. Menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya
d. Memberikan pelayanan informasi
8. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien terdapat pada?
a. PP No. 51/2009
b. PP No. 50/2009
c. PP No. 44/2009
d. PP No. 72/2016
2. Standar pelayanan kefarmasian yang tertuang dalam Permenkes No.72 Tahun 2006
yaitu tentang ..
a. Pelayanan IFRS satu pintu
b. Manfaat keselamatan pasien
c. Perencanaan kebutuhan
d. Standar prosedur operasional
e. Standar pengelolaan
3. Proses Perizinan Pendirian Apotek pertama kali yang dilakukan yaitu…..
Disusun Oleh :
SYIFA ANISATUL AULIA (1934222)
KELAS : B Reguller
Dosen Pengampu :
Drs. Fakhren Kasim, MHKes, Apt
a. Konseling
b. Pelayanan Informasi Obat
c. Pemantauan Terapi Obat
d. Monitoring evaluasi Obat
e. Visite
4. Diatur dalam Undang-Undang berapa yang mengatur tentang Ketentuan dan Tata cara
pemberian izin apotek ?
5. Apoteker memiliki fungsi dan peran terhadap sediaan farmasi meliputi perncanaan,
hingga penyerahan kepada pasien dan evaluasinya. Peraturan yang mendukung bahwa
yang menyerahkan obat yang apotik adalah apoteker adalah?
a. UU no 36 tahun 2009
b. UU no 36 tahun 2014
c. PP no 51 tahun 2009
d. PP no 34 tahun 2006
Npm : 19340223
Kelas : B Reguler
“TUGAS UUF”
1. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien termasuk dalam undang undang ….
a. PP No. 51/2009
b. PP No. 52/2009
c. PP No. 53/2009
d. PMK 74/’16
e. PMK 72/’16
2. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit berperan penting dalam…
a. Penjaminan mutu,
b. Manfaat, keamanan dan khasiat sediaan farmasi
c. Alat kesehatan.
d. A dan B benar
e. Semua Benar
3. Yang bukan termasuk Kriteria Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian adalah…
a. Persyaratan administrasi
b. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan
c. Apoteker harus mampu mengidentifikasi
d. Menggunakan atribut praktik
e. Tidak harus patuh
4. Pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan disebut....
a. Pelayanan kefarmasian
b. Praktek kefarmasian
c. Distribusi farmasi
d. Pengadaan kefarmasin
e. Manajemen farmasi
5. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety) tujuan pengaturan standar….
a. YANFAR
b. PUSKESEMAS
c. RS
d. KLINIK
e. APOTEK
6. Kriteria Obat apa saja yang dapat diserahkan Apoteker?
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah
usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan
olh tenaga kesehatan
d. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
e. Semua benar
7. Pekerjaan Kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan,
kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien atau
masyarakat yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi yang memenuhi standar dan
persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan termasuk dalam pasal....
a. Pasal 2 PP 51 / 2009
b. Pasal 1 PP 51 / 2009
c. Pasal 3 PP 51 / 2009
d. Pasal 5 PP 51 / 2009
e. Pasal 4 PP 51 / 2009
8. mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya
atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien; dan
menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep
dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk
kewenangan apoteker dalam pasal....
a. Pasal 23 PP 51/2009
b. Pasal 21 PP 51/2009
c. Pasal 25 PP 51/2009
d. Pasal 26 PP 51/2009
e. Pasal 24 PP 51/2009
9. Pekerjaan kefarmasian tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi
harus mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan pasien disebut …
a. Keadilan
b. Nilai ilmiah
c. Kesinambungan
d. Perlindungan dan keselamatan
e. Keseimbangan
10. Berikut ini yang bukan termasuk pelaksanaan pek. Kefarmasian adalah …
a. Pek. Kefarmasian dalam pengadaan sediaan farmasi
b. Pek. Kefarmasiaan dalam jual beli farmasi
c. Pek. Kefarmasiaan dalam produk sediaan farmasi
d. Pek. Kefarmasiaan dalam pelayanan sediaan farmasi
e. Pek. Kefarmasiaan dalam distribusi atau penyaluran sediaan farmasi
3. Apa peran apoteker dalam penggunaan obat bebas dan bebas terbatas?
a. Menyediakan obat yang di butuhkan di apotek
b. Memberikan obat ke pada pasien
c. Menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya
d. Memberikan pelayanan informasi
4. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien terdapat pada?
e. PP No. 51/2009
f. PP No. 50/2009
g. PP No. 44/2009
h. PP No. 72/2016
TUGAS INDIVIDU
Dosen :
Disusun Oleh :
FINO AK PERNANDES
19340226/ REGULER B 39
3. permenkes terkait rs/pkm/klinik yang mengatur tentang registrasi, izin praktik, dan
izin kerja tenaga kefarmasian:
a. PMK 889/’11
b. PMK 012/’12
c. PMK No. 56/’14
d. PMK 75/’14
e. PMK 09/’14
5. Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pelayanan kesehatan tidak lagi terpusat di
rumah sakit atau fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, namun pelayanan kesehatan
harus dilakukan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis pasien, bertujuan
untuk :
a. meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat
b. meningkatkan kesejahtraan bagi masyarakat
c. mempermudah pengobatan bagi masyarakat
d. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien
e. meningkatkan kenyamanan pasien
Nama : Arifa laina
Kelas : B
Npm : 19340227
Tugas UUF Perorangan Buatlah Minimal 5 Soal Pilihan Ganda berserta jawaban
1. Pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep,
peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep)
dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang
sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan (Depkes RI, 2006). Merupakan
defenisi dari
a. Kesehatan masyarakat
b. Pelayanan farmasi
c. Perbekalan famasi
d. Pekerjaan farmasi
e. Perkerjaan tenaga Kesehatan lainnya
2. Meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan adalah
a. Praktik Kefarmasian ps 108 UUK 36/2009
b. Praktik Kefarmasian ps 108 UUK 36/2010
c. Praktik Kefarmasian ps 108 UUK 36/2007
d. Praktik Kefarmasian ps 108 UUK 36/2014
e. Praktik Kefarmasian ps 108 UUK 36/2018
3. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat permenkes RI nomor 72 tahun 2016 adalah ?
a. Tentang standar pelayanan kefarmasian dipuskemas
b. Tentang standar pelayanan kefarmasian dirumah sakit dan puskemas
c. Tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
d. Tentang standar pelayanan kesehatan masyarakat
e. Tentang standar pelayanan kefarmasian di apotik dan klinik
4. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian
oleh Apoteker. peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 73 tahun 2016
adalah ?
a. Tentang standar pelayanan kefarmasian di klinik
b. Tentang standar pelayanan kefarmasian diapotek dan klinik
c. Tentang standar pelayanan kefarmasian diapotek dan puskesmas
d. Tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek dan rumah sakit
e. Tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek
5. Pelayanan farmasi klinik (Pengkajian Resep; dispensing; Pelayanan Informasi Obat
(PIO); konseling; Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) adalah
a. Yanfar di Apotek Permenkes 73-2016 Standar Pelayanan Kefarmasian didinas
Kesehatan kota
b. Yanfar di Apotek Permenkes 73-2016 Standar Pelayanan Kefarmasian diklinik
c. Yanfar di Apotek Permenkes 73-2016 Standar Pelayanan Kefarmasian di
puskemas
d. Yanfar di Apotek Permenkes 73-2016 Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek
e. Yanfar di Apotek Permenkes 73-2016 Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah
sakit
6. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien pelayanan kefarmasian PP No. 51/2009 adalah
a. Tentang Pekerjaan Kefarmasian
b. Tentang Pekerjaan tenaga medis (dokter,perawat dan bidan)
c. Tentang Pekerjaan tenaga kesehatan masyarakat
d. Tentang Pekerjaan tenaga kefarmasian dan kedokteran
e. Tentang Pekerjaan tenaga kefarmasian dan keperawatan
NIM : 19340229
KELAS : B (REGULER)
Nama : Firman
Nim : 19430230
Kelas : Reguler B
Tugas : Buat Minimal 5 Soal Terkait Materi Pelayanan Kefarmasian Di RS
Apotek.
Mata Kuliah : Undang-undang dan Etika Farmasi
Dosen : Drs. Fakhren Kasim, M.Hkes., Apt
3. Berikut ini yang bukan manfaat dari satu pintu di rumah sakit yaitu…
a. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
b. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
c. Pemantauan terapi obat
d. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
e. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
4. Berikut ini yang bukan merupakan penyebab dicabutnya surat izin apotek yang disebabkan
oleh apoteker adalah…
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban sebagai APA
c. APA berhalangan namun tidak ada pengganti
d. Surat izin APA dicabut
e. APA bekerja di instansi lain
5. Dalam mendirikan suatu apotek harus melakukan registrasi, mengajukan surat izin praktik
dan izin kerja tenaga kefarmasian. Hal ini diatur dalam…
a. PMK No. 74 Tahun 2016
b. PMK No. 44 Tahun 2019
c. PMK No. 922 Tahun 1993
d. PMK No. 73 Tahun 2016
e. PMK No. 889 Tahun 2011
6. Salah satu wewenang apoteker yaitu menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika
kepada mayarsakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang diatur dalam…
a. Pasal 21 PP 51 Tahun 2009
b. Pasal 22 PP 51 Tahun 2009
c. Pasal 23 PP 51 Tahun 2009
d. Pasal 24 PP 51 Tahun 2009
e. Pasal 25 PP 51 Tahun 2009
7. Pengelolaan Perbekalan Farmasi terdiri dari 4 unsur. Dibawah ini yang bukan unsur dari
pengelolaan Perbekalan Farmasi yaitu…
a. Seleksi
b. Pengadaan
c. Distribusi
d. Pembangunan
e. Penggunaan
8. Berikut ini yang bukan merupakan alasan pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP yaitu…
a. Telah kadaluwarsa
b. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
c. Telah banyak beredar didalam pelayanan kesehatan
d. Dicabut izin edarnya
e. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan
9. Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua tahap
pengelolaan dan pelayanan kefarmasian yaitu sebagai berikut kecuali…
a. Perencanaan
b. Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/kota
c. Penerimaan
d. Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-LPO
e. Pengembalian
NIM : 19340231
KELAS : REGULER-B
3. Tujuan dari Permenkes RI No. 58 tahun 2014 untuk meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian di rumah sakit yang berorientasi pada keselamatan pasien. Berdasarkan
permenkes tersebut, pelayanan farmasi klinik meliputi :
d. Rumah sakit
e. Puskesmas
f. Apotek
g. Instalasi farmasi
h. Pedagang besar farmasi
f. Perencanaan;
g. Pengadaan;
h. Penerimaan;
i. Penyimpanan;
j. Semua benar
19340232
Nuryanti M. Yunus
UUF
NIM : 19340233
Kelas : B-REGULER
7. Dalam penggunaan obat yang baik dan benar perlu diperhatian dan dilakukan
dengan cara seperti apa ?
k. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.
l. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
m. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,
hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.
n. Semua salah
o. a,b dan c benar
8. Dalam pemelihan obat untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu
diperhatikan hal-hal berikut,kecuali :
f. Gejala atau keluhan penyakit
g. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan
kepada Dokter dan perawat
h. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus
dan lain-lain.
i. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.
j. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan
interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.
NIM : 19340234
1. Alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar
produknya diatur dalam peraturan perundang-undangan disebut juga :
3. Pengawasan selain dilaksanakan oleh Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi dan kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Ayat (1), khusus
terkait dengan pengawasan sediaan farmasi dalam pengelolaan sediaan farmasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a dilakukan juga oleh :
a. Kepala BPOM
d. Investor Apotek
e. Kepala BNN
4. Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan
Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem
satu pintu.Hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, Pasal
dan ayat berapa ?
a. Pasal 10 Ayat 2
b. Pasal 11 Ayat 1
c. Pasal 15 Ayat 3
d. Pasal 14 Ayat 4
e. Pasal 15 Ayat 2
7. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh :
b. Pasal 6
c. Pasal 7
d. Pasal 8
e. Pasal 9
9. Pengawasan yang dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan pengawasan yang dilakukan
oleh Kepala BPOM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dilaporkan secara
berkala kepada :
a. Kepala BPOM
c. Menteri Kesehatan
10. Pelaporan sebagaimana yang dimaksud pada pasal 10 Ayat 1, disampaikan paling sedikit
sebanyak :
TERIMA KASIH
NIM : 19340235
3. Dibawah ini merupakan alasan pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP, kecuali ......
a. Dicabut izin edarnya
b. Telah kadaluwarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan
d. Harga yang terlalu mahal
e. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
Jawaban : D
NPM : 19340236
1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
Apoteker. Pernyataan tersebut merupakan peraturan ?
e. Semua salah
b. Telah kadaluwarsa;
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan;
e. Semua salah
5. Pedoman pengelolaan dan penggunaan obat di rumah sakit dapat dibuat dalam satu
Peraturan Pimpinan Rumah Sakit harus dibuatkan surat keputusan (SK) pemberlakuannya
oleh Direktur Rumah Sakit dan dievaluasi selama ?
d. Semua benar
e. Semua salah
Nim : 19340238
Kelas : B ( Apoteker 39 )
1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai antara lain, kecuali;
a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
b. Bahan berbahaya tidak harus menyertakan Material Safety Data Sheet
(MSDS).
c. Memiliki izin edar
d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin,
reagensia, dan lain-lain),
e. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
2. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara
alfabetis dengan menerapkan prinsip;
a. FEFO dan FIFO
b. FIFA dan FIFO
c. Abjad
d. Pola penyakit
e. Semua benar
3. pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan
outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk
tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin, disebut dengan;
a. Pelayanan Phamaseutical Care
b. Pelayanan Farmasi Klinik
c. Proses Konseling
d. Pelayanan Swamedikasi
e. Pio
4. Tuan HK akan di angkat sebagai kepala instalasi farmasi , dengan syarat Tn, HK harus
memiliki pengalaman kerja di instalasi farmasi selama ;
a. 5 tahun
b. 4 tahun
c. 3 tahun
d. 2 tahun
e. 1 tahun
5. Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pada Pelayanan Kefarmasian
di rawat inap yang meliputi pelayanan farmasi manajerial dan pelayanan farmasi klinik
dengan aktivitas pengkajian resep, penelusuran riwayat penggunaan Obat, rekonsiliasi
Obat, pemantauan terapi Obat, pemberian informasi Obat, konseling, edukasi dan visite,
idealnya dibutuhkan tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker berapa pasien ;
a. 50 pasien
b. 30 pasien
c. 20 pasien
d. 60 pasien
e. 100 pasien
6. Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pada Pelayanan Kefarmasian
di rawat jalan yang meliputi pelayanan farmasi menajerial dan pelayanan farmasi klinik
dengan aktivitas pengkajian Resep, penyerahan Obat, Pencatatan Penggunaan Obat (PPP)
dan konseling, idealnya dibutuhkan tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker berapa
pasien ;
a. 25 pasien
b. 30 pasien
c. 35 pasien
d. 40 pasien
e. 50 pasien
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di sebuah Sarana Pelayanan Kefarmasian Tempat Dilakukan
Praktik Kefarmasian Oleh Apoteker. Yang di maksud sarana pada PerMenkes tersebut
adalah ;
NPM : 19340239
Soal UUF
3. Yang bukan termasuk Manfaat system satu pintu di rumah sakit adalah
A. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP;
B. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP;
C. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP;
D. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
E. Rangkaian pengelolaan sediaan farmasi
4. Ranggaian dalam pengelolaan farmasi ialah
A. Penyimpanan,
B. Pendistribusian,
C. Pemusnahan dan Penarikan,
D. Pengendalian dan Administrasi
E. Semua Benar
6. Dibawah ini yang merupakan syarat perizinan untuk mengurus apotik adalah
a. Apa / psa mempersiapkan bangunan, perlengkapan, sdm, dll kecuali obat
b. Permohonan kepada pemda kab/kota ( dinkes atau unit lain)
c. Pemeriksaan setempat oleh pejabat yg berwenang
d. Penerbitan surat izin apotek oleh pemda ( dinkes atau unit lain)
e. Semua benar
7. Obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotik tanpa
resep dokter disebut obat
a. Obat esensial
b. Daftar obat wajib apotek
c. Narkotika
d. Obat non esensial
e. Jamu
2. Berikut ini merupakan alasan pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai,
kecuali?
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b. Produk kadaluarsa
c. Produk dengan stabilitas yang sangat baik dan memenuhi persyaratan
d. Produk tidak memenuhu syarat untuk dipergunakan dalam yankes
e. Produk yang dicabut izin edar
3. Membarikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien dan
keluarga agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional merupakan salah satu peran
tenaga medis yaitu?
a. Dokter
b. Apoteker
c. Bidan
d. Ahli gizi
e. Perawat
1. Berikut ini yang termasuk manfaat sistem satu pintu pada rumah sakit yaitu. . . .
a. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP
b. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
c. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
d. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
e. Semua benar
Jawaban : E
2. Berikut alasan Pemusnahan Sediaan Farmasi dan BMHP:
1. Produk tidak memenuhi syarat
2. Produk telah kadaluarsa
3. Produk narkotika
4. Produk memenuhi syarat
5. Produk di cabut izin edarnya
a. 1 dan 2 benar
b. 1 dan 3 benar
c. 2 dan 3 benar
d. 3 dan 4 benar
e. Semua benar
Jawaban : A
3. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 72 tahun 2016 mengatur
tentang. . . .
a. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
b. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
c. Standar pelayanan kefarmasian di klinik
d. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
e. Standar pelayanan kefarmasian di instalansi farmasi
Jawaban : A
4. Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah
a. Upaya seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi
dengan dokter terlebih dahulu dan penggunaan obat-obatan atau menenangkan diri
bentuk perilaku untuk mengobati penyakit yang dirasakan atau nyata
b. Perilaku untuk mengatasi sakit ringan sebelum mencari pertolongan ke petugas
atau fasilitas kesehatan
c. Perilaku untuk mengatasi sakit berat sebelum mencari pertolongan ke petugas atau
fasilitas kesehatan yang sembarangan
d. Penggunaan obat-obatan keras dan narkotik atau menenangkan diri bentuk
perilaku untuk mengobati penyakit yang dirasakan atau nyata
e. A dan B benar
Jawaban : E
5. Peraturan Menteri Kesehatan RepubliK Indonesia Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek terdapat pada
a. Permenkes No 70 tahun 2016
b. Permenkes No 71 tahun 2016
c. Permenkes No 72 tahun 2016
d. Permenkes No 73 tahun 2016
e. Permenkes No 74 tahun 2016
Jawaban : D
6. Pelayanan kefarmasian tentang pekerjaan kefarmasian dimuat dalam. . . . .
a. PP NO. 50/2009
b. PP NO. 51/2009
c. PP NO. 52/2009
d. PP NO. 53/2009
e. PP NO. 54/2009
Jawaban : B
7. Menurut pasal 19 PP 51/2009, tempat pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian meliputi. . . . . .
a. Apotek
b. Puskesmas
c. Klinik
d. Instalansi farmasi rumah sakit
e. Semua benar
Jawaban : E
8. Kegiatan pelayanan kefarmasian baik pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP, termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dilaksanakan melalui IFRS, disebut dengan. . . .
a. Sistem pelayanan kefarmasian
b. Sistem satu pintu pelayanan kefarmasian
c. Sistem pengendalian kefarmasian
d. Sistem pengelolaan kefarmasian
e. Sistem pengadaan kefarmasian
Jawaban : B
NPM : 19340243
NPM : 19340244
Kelas :B
Jawab : B. Swamedikasi
3. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud untuk mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien disebut pelayanan ?
a. Administratif
b. Kefarmasian
c. Regulatif
d. Semua benar
Jawab : B. Kefarmasian
Npm : 19340041
Kelas :B
2. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi
obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat. Termasuk dalam kategori ?
a. Pemilihan obat
b. Obat rasional
c. Pemantauan terapi obat
d. Medication eror
e. Pelayanan resep
3. Peran apoteker dalam penggunaan obat bebas dan bebas terbatas adalah
a. Memberikan informasi yang dibutuhkan
b. Menyediakan produk obat
c. Konseling
d. Swamedikasi
e. Monitoring efek samping obat
NPM : 19340135
1. Peraturan adalah tataan (petunjuk, kaidah, ketentuan) yang dibuat untuk mengatur.
Peraturan yang mengatur tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian adalah
a. Permenkes No. 71 tahun 2013
b. Permenkes No. 21 tahun 2016
c. Permenkes No. 31 tahun 2016
d. Permenkes No. 10 tahun 2018
e. Permenkes No. 47 tahun 2018
Jawaban : c. Permenkes No. 31 tahun 2016
5. Menurut PP Nomor 6 Tahun 1974, Hukuman disiplin dibagi menjadi tiga yakni hukuman
disiplin ringan, hukuman disiplin sedang dan hukuman disiplin berat. Yang termasuk
hukuman disiplin berat adalah
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama satu tahun
b. penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama satu tahun
d. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan
e. pemberian surat peringatan
Jawaban : d. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan
Nama : Siti Wenny Mutia
Nim : 19340197
Kelas : B
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.31 tahun 2016 mengatur tentang?
a. Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja tenaga kebidanan
b. Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja tenaga keperawatan
c. Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja tenaga kefarmasian
d. Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja kedokteran
e. Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja radiologi
Jawaban : C
2. Pada kasus berikut “Apoteker Pegawai Negeri Sipil Sebagai Penanggung Jawab Terkait
Kefarmasian di Dinas Kesehatan Kab/Kota juga berperan sebagai Apoteker Pengelola
Apotek Swasta” hal tersebut merupakan ?
a. pelanggaran kode etik profesi kefarmasian
b. pelanggaran kode etik profesi nurse
c. pelanggaran kode etik profesi kebidanan
d. pelanggaran kode etik tempat bekerja
e. semua benar
Jawaban : A
3. Dibawah ini Sanksi yang dapat dikenalkan oleh MEDAI berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku adalah ?
a. Memberikan peringatan tertulis
b. Rekomendasi pembekuan / pencabutan surat tanda registrasi apoteker atau surat izin
praktek apoteker atau surat izin kerja apoteker
c. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan diinstitusi pendidikan apoteker
d. A, b, dan c benar
e. A, b dan c salah
Jawaban : D
Npm : 19340198
Kasus 15
Apoteker Pegawai Negeri Sipil Sebagai Penanggung Jawab Terkait Kefarmasian di Dinas
Kesehatan Kab/Kota juga berperan sebagai Apoteker Pengelolah Apotek Swasta
Soal kasus 15
1. Bagaiman peran IAI dalam kasus tersebut ?
IAI memiliki kewenangan dalam membina dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan
kefarmasian yang dilakukan apoteker. Kewenangan ini tentunya dapat diterapkan dengan
koordinasi yang baik dengan pemerintah. Jangan sampai ada tumpang tindih kewenangan.
IAI memegang kendali terhadap keluarnya rekomendasi yang akan diberikan kepada seorang
apoteker untuk berpraktek.
Apoteker harus memahami peraturan yang mengatur tentang kode etik apoteker serta
memahami peraturan tentang penggunaan SIPA dan juga peraturan tentang PNS
sebagaimana yang tercantum dalam PP Nomor 6 Tahun 1974
Jawaban C
2. Salah satu kompetensi inti yang diperlukan apoteker yang dituntut oleh pemerintahan
adalah apoteker memiliki kemampuan melakukan praktik kefarmasian secara legal
sesuai regulasi. Hal ini diatur dalam Standar Kompetensi Apoteker Indonesia :
a. Praktik kefarmasian secara professional dan etik
b. Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
c. Formulasi dan produksi sediaan farmasi
d. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
Jawaban A
Jawaban D
Jawaban A
5. Perundang-undangan yang mengatur tentang registrasi, izin praktik, dan izin kerja
tenaga kefarmasian adalah
a. UU Nomor 29 Tahun 2016
b. UU Nomor 30 Tahun 2016
c. UU Nomor 31 Tahun 2016
d. UU Nomor 32 Tahun 2016
Jawaban C
Npm : 19340199
1. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan merupakan UU
perlindungan konsumen No. 08 Tahun 1999 pasal berapa?
a. Pasal 1
b. Pasal 2
c. Pasal 3
d. Pasal 4
3. Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman berkhasiat bermanfaat bermutu dan
terjangkau. Merupakan UU nomer berapa?
a. UU/34/2009
b. UU/36/2009
c. UU/30/2004
d. UU/08/1999
5. Sanksi apa yang diberikan bagi apoteker yang melanggar jika mengganti obat merk
dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya tanpa persetujuan dokter
atau pasien?
a. Denda
b. Penahanan 5 tahun
c. Peringatan tertulis
d. Pencabutan izin praktek
Nim : 19340200
1. Jika apoteker mengganti obat merk dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya tanpa persetujuan dokter atau pasien, sanksi apa yang dapat diberikan pada
apoteker?
a. peringatan tertulis
b. peringatan tersirat
c. ancaman kurungan penjara
d. peringatan somasi
e. semua salah
2. Sebelum mengganti obat merk dagang dengan obat generik dengan komponen zat aktif
yang sama, sebaiknya apoteker berkonsultasi dengan…
a. Bidan
b. Dokter
c. Perawat
d. TTK
e. Fisioterapi
3. Hukum yang dilanggar jika apoteker mengganti obat merk dagang dengan obat generik
yang sama komponen aktifnya tanpa persetujuan dokter atau pasien adalah..
a. UU/36/2009/Kesehatan/Pasal 98
b. UU kesehatan tahun 2009
c. UU/08/1999/Perlindungan Konsumen/Pasal 4
d. A dan B benar
e. A , B dan C benar
5. Kode Etik Seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan…
a. Keadilan masyarakat
b. Kepentingan bersama
c. Kepentingan rekan sejawat
d. Kesehatan pasien
e. Kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi pasien
KASUS 16
Apoteker mengganti obat paten/nama dagang yang tertulis dalam resep dokter dan
menyerahkan obat generik dengan kandungan yang sama pada pasien.
3. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan c.hak atas
informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau
jasa.
Merupakan isi dari....
A. UU/08/1999/Perlindungan Konsumen/Pasal 4
B. UU/36/2009/Kesehatan/Pasal 98
C. PP/51/2009/Pekerjaan Kefarmasian/Pasal 24
D. PMK/68/2010
E. Semua salah
4. Pada kode etik apoteker pasal berapakah yang termasuk pada pelanggaran pada kasus
diatas ?
A. Pasal 5
B. Pasal 6
C. Pasal 7
D. Pasal 8
E. Pasal 9
Disusun Oleh :
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
SOAL PG
7) Petugas Apotek bukan Apoteker, mengganti Allopurinol 100 mg yang tertulis dallam
resep dokter dengan zyloric 300 mg dan menyerahkannya kepada pasien kasus
tersebut merupakan pelanggaran hukum. Apa yang harus dilakukan petugas Apotek ?
f. Langsung menyerahkan obat tersebut kepada pasien
g. Petugas Apotek seharusnya berdiskusi dengan Apoteker dan pasien serta
dokter untuk mengganti dosis allupurinol dengan zyloric karna dosis
yang berbeda dapat membahayakan pasien.
h. Petugas Apotek mengganti dosis obat tanpa berkonsultasi dengan Apoteker
pengelola Apotek dan dokter.
i. Petugas Apotek tidak menyerahkan obat dan mengembalikan resep kepada
pasien tersebut
j. Menyarankan pasien untuk membeli obat ke Apotek lain
9) Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahlu Madya, Analisis
Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker termasuk dalam pasal ?
f. Pasal 6
g. Pasal 2 dan 4
h. Pasal 2 dan 6
i. Pasal 6 dan 8
j. Pasal 2
10) Jika suatu petugas Apotek terbukti melakukan pelanggaran, sanksi apakah yang
diterima petugs Apotek ?
f. Memberikan toleransi terhadap petugas Apotek
g. Tidak memberikan hukuman/sanksi
h. Memberi surat peringatan terhadap petugas Apotek
i. Petugas Apotek dilaporkan ke pihak yang berwajib
j. Pencabutan STRTTK karena melakukan pelanggaran disiplin tenaga
kefarmasian
NIM : 19340204
KELAS :B
NIM : 19340205
KELAS : B_REGULER
1. Sebagai profesi yang menyangkup seni dan ilmu penyediaan bahan obat dari sumber
alam atau sintetik yang sesuai untuk disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan
pencegahan penyakit adalah pengertian dari ..
a. Farmasi
b. Apoteker
c. Peran apoteker tradisonal
d. Peran farmasi
e. Peran apoteker
2. Beberapa aspek yang mendukung sikap dan keterampilan apoteker sebagai pemberi
keputusan (Decision maker), antara lain yaitu..
a. Pengalaman, pengetahuan, percaya diri, pasien
b. Pendidikan, pengalaman, rasa percaya diri, ketegasan, PP No 51
Tahun 2009, faktor ekonomi pasien, tenaga kesehatan lainnya
c. Pengetahuan, percaya diri, pengalaman, pasien
d. Rasa percaya diri, pengetahuan, pengalaman, pasien
e. Pendidikan, pengetahuan pengalaman, percaya diri, pasien
3. Aspek-aspek yang dapat menghambat sikap dan keterampilan apoteker sebagai
pemberi keputusan (decision maker) yaitu..
a. Pengetahuan, percaya diri, pengalaman, pasien
b. Rasa percaya diri, pengetahuan, pengalaman, pasien
c. Pengalaman, pengetahuan, percaya diri, pasien
d. Pendidikan, pengetahuan pengalaman, percaya diri, pasien
e. Pendidikan, pengalaman, rasa percaya diri, ketegasan, PP No 51 Tahun
2009, faktor ekonomi pasien, tenaga kesehatan lainnya.
4. Peran apoteker melalui konsep yang disusun oleh WHO dan FIP (International
Pharmaceutical Federation) yang disebut “Seven Stars of Pharmacist”. Seven Stars
Of Pharmacist adalah..
a. Penyaluran dan memproduksi obat-obatan
b. Penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman
c. Untuk memproduksi dan memasok obat-obatan
d. Untuk menggambarkan peran seorang farmasis dalam pelayanan Kesehatan
e. Untuk memasok penggunaan obat yang aman
5. Jumlah kebutuhan Farmasis di rumah sakit di masa depan akan semakin meningkat
karena 3 hal yaitu..
a. Meningkatkan fungsi peranan farmasi, tingkat supervisor dalam pemasaran
produk, direktur pemasaran produk dalam organisasi industri farmas, bertugas dan
langsung berhubungan dengan Dokter dan Apoteker
b. Fungsi dan peranan farmasi di puskesmas lebih meningkat dalam berbagai aspek
menegnai penggunaan dan pemantauan obat, fungsi dan peran Farmasi dan
Apoteker, direktur pemasaran obat
c. Penggunaan dan pemantauan obat yang tepat, meningkatkan peran Farmasi dan
Apotker, penggunaan obat dengan baik
d. Direktur pemasaran produk, fungsi dan peran Farmasi dan Apoteker, bertugas dan
langsung berhubungan dengan Dokter dan Apoteker, penggunaan dan pemantauan
obat.
e. Meningkatnya kebutuhan untuk perawatan yang lebih baik di rumah sakit,
Fungsi dan peranan Farmasis Rumah Sakit akan lebih meningkat dalam
berbagai aspek mengenai penggunaan dan pemantauan obat, Faktor
pertambahan penduduk
6. Apa yang dimaksud dengan pengertian dari Nine Stars of Pharmacist..
a. Nine Stars Of Pharmacist adalah istilah yang diungkapkan World Health
Organization (WHO), untuk menggambarkan peran seorang farmasis dalam
pelayanan kesehatan
b. Nine Stars Of Pharmacist adalah peran dalam pemantauan penggunaan obat
c. Nine Stars Of Pharmacist adalah peran dalam penggunaan obat dengan baik
d. Nine Stars Of Pharmacist dalah peran dalam mengembangakan produk obat yang
berkualitas
e. Nine Stars Of Pharmacist adalah peran dalam meningkatkan kesejahteraan pasien
7. Sebutkan apa saja yang peran Nine stars Of Pharmacy yaitu..
a. Care-Giver, Decision-Maker, Communicator, Manager, Leader, Life-Long
Leaner, Teacher, Research, Enterpreneur
b. Rektor, Dekan, Direktur Rumah Sakit, Direktur Utama di industri farmasi,
Direktur marketing, Direktur bagian produksi
c. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Direktur rUmah Sakit
d. Direktur Rumah Sakit, Kepala Instalasi Rumah Sakit, direktur bagian produksi
e. Kepala Rumah Sakit, Kepala Instalasi Rumah Sakit, Direktur Utama Rumah Sakit
NPM : 19340206
Kelas : B Reguller
1. Apoteker mengajukan izin dan membuka apotek baru persis disebelah apotek
yang sudah ada, tanpa berkonsultasi dengan atau sepengetahuan apoteker
pengelola apoteker yang sudah ada tersebut, merupakan pelanggaran kode
etik ?
A. Kode Etik Apoteker Indonesia (KEAI) Pasal 14,15,16 dan 17
B. Kode Etik Apoteker Indonesia (KEAI) Pasal 1,2,3 dan 4
C. Kode Etik Apoteker Indonesia (KEAI) Pasal 5,10,11 dan 12
D. Kode Etik Apoteker Indonesia (KEAI) Pasal 6,8,11 dan 19
E. Kode Etik Apoteker Indonesia (KEAI) Pasal 7,9,11 dan 18
Jawaban : C. Kode Etik Apoteker Indonesia (KEAI) Pasal 5,10,11 dan 12
2. Apoteker mengajukan izin dan membuka apotek baru persis disebelah apotek
yang sudah ada, tanpa berkonsultasi dengan atau sepengetahuan apoteker
pengelola apoteker yang sudah ada, apa upaya pencegahan dalam kasus tersebut
?
A. Sebaiknya apoteker mencari lokasi lain untuk menghindari konflik sesama
apoteker
B. Sebaiknya apoteker mencari lokasi yang bersebelahan dengan apotek lainnya
C. Sebaiknya apoteker berkonsultasi terlebih dahulu kepada IAI
D. A dan C Benar
E. B dan C Benar
Jawaban : D. A dan C Benar
3. Apoteker mengajukan izin dan membuka apotek baru persis disebelah apotek
yang sudah ada, tanpa berkonsultasi dengan atau sepengetahuan apoteker
pengelola apoteker yang sudah ada, sanksi apa yang diberikan kepada apoteker
tersebut ?
A. Teguran Secara Lisan
B. Sanksi Pidana Berupa Denda
C. Sanksi Pidana Berupa Hukuman Penjara
D. Pencabutan izin apotek
E. Sanksi Administratif
Jawaban : A. Teguran Secara Lisan
4. Apoteker dilarang melakukan perbuatan yang melanggar kode etik apoteker,
termasuk kedalam peraturan ?
F. Permenkes No 3 tahun 2015
G. Permenkes No 184 tahun 1995 pasal 18
H. Permenkes No 72 tahun 2016
I. Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009
J. Undang Undang No 44 tahun 2009
Jawaban : B. Permenkes No. 184 tahun 1995 pasal 18
5. Sesama Apoteker harus saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik, Merupakan Isi Kode etik apoteker
Indonesia (KEAI) pasal ?
A. KEAI Pasal 12
B. KEAI Pasal 11
C. KEAI Pasal 10
D. KEAI Pasal 6
E. KEAI Pasal 5
Jawaban : E. KEAI Pasal 5
NIM : 19340207
Matkul : UUF
TUGAS PERORANGAN
e. Didalam menjalankan tugasnya seorang apoteker harus menjauhkan diri dari usaha
mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian”. Ini merupkan bunyi kode etik Apoteker dalam pasal ...
Pasal 5
f. Sebutkan hirarki peraturan perundang – undangan mulai dari yang paling tinggi
sampai yang paling bawah ...
e. UUD 1945
f. Ketetapan MPR
g. Perpu
h.
i. Keputusan Pemerintah / Presiden
j. Perda
g. Sebutkan tujuan adanya peraturan perundang-undangan kefarmasian ...
e. Kejelasan tujuan.
f. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat.
g. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan.
h. Dapat dilaksanakan.
i. Kedayagunaan dan kehasilgunaan.
j. Kejelasan rumusan, dan
k. Keterbukaan
NIM : 19340208
Matkul : UUF
TUGAS PERORANGAN
1. Didalam menjalankan tugasnya seorang apoteker harus menjauhkan diri dari usaha
mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian”. Ini merupkan bunyi kode etik Apoteker dalam pasal ...
Pasal 5
2. Sebutkan hirarki peraturan perundang – undangan mulai dari yang paling tinggi
sampai yang paling bawah ...
UUD 1945
Ketetapan MPR
Perpu
Keputusan Pemerintah / Presiden
Perda
1. Kejelasan tujuan.
2. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat.
3. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan.
4. Dapat dilaksanakan.
5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan.
6. Kejelasan rumusan, dan
7. Keterbukaan
NIM: 19340209
Kelas: B
Soal
1. Apoteker H, seorang apoteker baru yang belum lama disumpah menjadi apoteker di
salah
satu perguruan tinggi terkenal di Yogyakarta. Ia ditawari beberapa pemilik sarana apo
tek untuk mendirikan apotek di suatu tempat yang strategis namun berdekatan dengan
beberapa apotek yang telah ada. Apoteker H segera menerima tawaran tersebut tanpa
berkonsultasi dengan sejawat lainnya ataupun organisasi profesi (Ikatan Apoteker
Indonesia).
Menurut kasus diatas, apoteker H melanggar Kode Etik Apoteker Indonesia (KEAI)
…
a. Pasal 10,11
b. Pasal 10,11,12
c. Pasal 11,12
d. Pasal 10,11,12
e. Pasal 5, 10, 11, 12
Jawaban: E
2. Dalam membangun kerjasama sesama apoteker terkakit sebagai APA maka apoteker
baru di apotek yang akan di didirikan bersebelahan dengan apotek yang sudah ada
sebaiknya berkonsultasi terlbeih dahulu melalui..
a. IAI setempat
b. IAI daerah
c. IAI pusat
d. Dinkes setempat
e. Dinkes provinsi
Jawaban: A
4. Berikut pasal tentang kewajiban apoteker terhadap rekan sejawat dalam KEAI,
kecuali
a. Pasal 10
b. Pasal 11
c. Pasal 12
d. a dan b benar
e. a dan b salah
Jawaban: E
5. Seorang apoteker menerima tawaran menjadi APA di sebuah apotek baru yang
berdekatan dengan apotek yang sudah ada. Tanpa berkonsultasi dengan IAI, apoteker
baru tersebut menerima tawaran hanya untuk mendapat gaji yang lebih tinggi.
Pernyataan yang paling benar terkait Kode Etik Apoteker Indonesia (KEAI) yang
dilanggar pada pasal..
a. Pasal 1
b. Pasal 3
c. Pasal 5
d. Pasal 7
e. Pasal 10
Jawaban: C
KEAI
Pasal 5: “ Didalam menjalankan tugasnya seorang apoteker harus
menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang
bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian”.
Kasus 19 Apoteker yang bekerja sebagai Medical Representative di industri farmasi diam-diam
menjadi Apoteker Pengelola Apotek Swasta
1. Dalam kasus 19 apa kata kunci pelanggaran yang mungkin terjadi?
a. Apoteker bekerja menjadi Medical Representative sekaligus menjadi APA di Apotek
swasta
b. Apoteker bekerja menjadi APA di 2 Apotek Swasta
c. Apoteker melanggar UU karena perizinan apotek
d. Apoteker menjadi Medical Representative di Perusahaan Swasta
2. Apakah hal tersebut merupakan pelanggaran hukum, disiplin atau kode etik, ketiga-tiganya,
dua atau satu diantara ketiga hal tersebut?
a. Disiplin
b. UU dan Etik
c. Disiplin dan Etik
d. Disiplin
3. Apabila dalam kasus diatas seorang apoteker terbukti melanggar, apa sanksi yang akan
diterima Apoteker ?
a. SIPA tidak dicabut
b. Diberi peringatan secara tertulis
c. Surat Izin Apotik atas nama Apoteker bersangkutan dicabut
d. Pencabutan izin industri
4. Dalam kasus tersebut terjadi pelanggaran menurut Per-UU-an. Dalam hal tersebut PMK
nomor berapa?
a. K
b. PMK RI NO 6 Tahun 2012
c. PMK RI NO 889 TAHUN 2011
d. UU No. 8 Tahun 1999
5. Apa upaya pencegahan dalam menangani kasus tersebut?
a. Tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek (APA) Swasta, tetapi menjadi Apoteker
pendamping saja.
b. Mengutamakan keselamatan konsumen dibandingkan kepentingan pribadi.
c. Tetap menjadi menjadi Medical Representative sekaligus menjadi APA di Apotek swasta
d. Diberikan teguran
Npm : 19340212
Kelas :B
4. Jika apoteker penanggung jawab tidak bisa hadir saat jam kerja, apa yang harus
dilakukan?
a. Membuat surat izin ke IAI
b. menunjuk apoteker pendamping
c. menunjuk asisten apoteker senior
d. membuat surat izin pada atasan
e. Tidak masalah
5. Menurut KMK No. 1332 Tahun 2002 Apabila Apoteker Pengelola Apotik terbukti
berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus sanksi
apa yang diberikan?
a. Surat Izin Apotik atas nama Apoteker bersangkutan dicabut
b. Membayar denda 3 juta rupiah
c. Dipenjara selama 5 tahun
d. Membuat surat pernyataan
e. Tidak masalah
TUGAS
UNDANG – UNDANG FARMASI
NAMA: DIANA SARI
NIM : 19340213
KASUS 20
Apoteker Penanggung Jawab Penilaian Keamanan Kosmetik
(Safety Assessor) diam-diam Menjadai Apoteker Pengelola Apotek
Nama : fatmawati
NPM:19340215
Kelas : B
SOAL KASUS
Nama : Hardiyanti
NPM : 19340216
Kasus seorang apoteker Penanggung Jawab Penilaian Keamanan Kosmetik (Safety Assessor)
diam-diam Menjadai Apoteker Pengelola Apotek,
1. Termaksud pelanggaran pasal nomor berapa pada kasus diatas?
a. PMK RI No. 889 Tahun 2011
b. PMK RI No. 882 tahun 2011
c. PMK RI No. 883 tahun 2011
d. PMK RI No. 884 tahun 2011
e. PMK RI No. 889 tahun 2012
Jawaban : A
2. Selain itu ada pasal pelanggaran yang terkait dari kasus diatas yaitu :
a. UU Nomer. 31 Tahun 2019
b. UU Nomer. 31 Tahun 2016
c. UU Nomer. 32 Tahun 2016
d. UU Nomer. 33 Tahun 2016
e. UU Nomer. 31 Tahun 2015
Jawaban : B
3. Sanksi apa yang didapatkan seorang apoteker dari kasus diatas?
a. Pembinaan
b. Peringatan
c. Pencabutan SIPA
d. Pencabutan keanggotaan sementara
e. Pencabutan keanggotaan tetap
Jawaban : C
4. Apa yang sebaiknya dilakukan agar dapat dicegah / tidak pelanggaran ?
a. Apoteker harus mematuhi dan memahami peraturan yang berlaku.
b. Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik
Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.
c. Mengetahui sanksi yang akan diterima bila melakukan pelanggaran tersebut.
d. Jawabannya benar
e. Jawabannya salah semua
Jawaban : D
5. UU Nomor 31 Tahun 2016 merupakan pasal tentang apa?
a. Tentang Registrasi
b. Tentang izin praktek
c. Tentang Izin kerja tenaga kefarmasian
d. A,B, C salah semua
e. A,B,C benar semua
Jawaban : E
Kasus :
Apoteker pengelola apotek menerima pesanan obat dari Dokter di daerah terpencil, Apoteker
di apotek tersebut menyerahkan obatnya kepada Dokter dan Dokter melakukan
penyerahan/dispensing langsung kepada pasien
1. Pasal Yang mengatur tentang hal didaerah terpencil yang tidak ada apoteker dokter
atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi mempunyai wewenang
meracik dan menyerahkan obat kepada pasien yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan adalah
a. PP 51 2009 Pasal 22
b. undang-undang No.31 Tahun 2016 pasal 18
c. PP RI No 51 tahun 2009 ayat 1
d. PERMENKES RI No.9 Tahun 2017 pasal 26 ayat 4
2. Apoteker pengelola apotek menerima pesanan obat dari Dokter di daerah terpencil,
Apoteker di apotek tersebut menyerahkan obatnya kepada Dokter dan Dokter
melakukan penyerahan/dispensing langsung kepada pasien. Kata kunci dan peluang
pelanggaran dari permasalahan tersebut adalah
a. Dokter melakukan penyerahan/dispensing langsung kepada pasien di daerah
terpencil.
b. Apoteker pengelola apotek menerima pesanan obat dari Dokter di daerah
terpencil,
c. Apoteker di apotek tersebut menyerahkan obatnya kepada Dokter
d. Jawaban b dan c benar
3. Apakah Dokter yang melakukan penyerahan/dispensing langsung kepada pasien di
daerah terpencil mendapatkan sanksi?
a. Iya
b. Tidak
c. Terkena sanksi pidana
d. Semua jawaban salah
4. Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya. Dari pasal diatas dapat disimpulkan
bahwa dalam keadaan tertentu, seperti daerah terpencil, Apoteker boleh menyerahkan
obat kepada dokter sesuai pesanan selama mengikuti segala peraturan yang berlaku
demi mengedepankan prinsip kemanusiaan merupakan
a. Kode Etik Apoteker
b. Pekerjaan kefarmasian
c. Tugas apoteker
d. semua jawaban a,b dan c salah
5. Undang-undang No. 36 tahun 2009 membahas tentang
a. Pelayanan kefarmasian
b. Kode etik apoteker
c. Kesehatan
d. semua jawaban a,b dan c salah
NIM : 19340218
1. Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia
serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan
kewajibannya, pernyataan berikut ini termasuk kedalam pasal?
a. Kode Etik Apoteker Bab 1 Pasal 3
b. Kode Etik Apoteker Bab 2 Pasal 3
c. Kode Etik Apoteker Bab 1 Pasal 2
d. Kode Etik Apoteker Bab 2 Pasal 2
2. Apoteker pengelola apotek menerima pesanan obat dari Dokter didaerah terpencil. Apoteker di Apotek
tersebut menyerahkan obatnya kepada dokter dan dokter melakukan penyerahan/dispensing langsung
kepada pasien. Hal ini merupakan salah satu pencegahan yang dapat dilakukan yang merujuk pada
undang undang?
a. Undang-undang No. 37 tahun 2010 tentang kesehatan Pasal 197
b. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 198
c. Undang-undang No. 39 tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 197
d. Undang-undang No. 40 tahun 2010 tentang kesehatan Pasal 196
3. Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan,
mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat, hal ini disebutkan
pada undang undang?
a. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 98 ayat 2
b. Undang – Undang No. 37 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 98 ayat 2
c. Undang – Undang No. 38 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 98 ayat 2
d. Undang – Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 98 ayat 2
4. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 108 ayat (1) menyebutkan bahwa praktik
kefarmasian dalam pengadaan, distribusi dan pelayanan sediaan farmasi harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan tertentu yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan, yang di maksud dengan tenga kesehatan di sini adalah?
a. Tenaga keperawatan sesuai dengan keahlian dan kewenangannya.
b. Tenaga medis sesuai dengan keahlian dan kewenangannya.
c. Tenaga dokter sesuai dengan keahlian dan kewenangannya.
d. Tenaga kefarmasian sesuai dengan keahlian dan kewenangannya.
5. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Pasal 22 Menjelaskan bahwa,
“ Dalam hal di daerah terpencil yang tidak ada apotek, dokter atau dokter gigi yang telah memiliki
Surat Tanda Registrasi mempunyai wewenang meracik dan menyerahkan obat kepada pasien yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pernyataan di atas menurut
anda adalah?
a. Sangat benar
b. Melanggar kode etik kefarmasian
c. Sangat salah
d. salah
NIM : 19340219
Kelas : B Apoteker 39
Kasus 21
Apoteker pengelola apotek menerima pesanan obat dari Dokter didaerah terpencil. Apoteker
di Apotek tersebut menyerahkan obatnya kepada dokter dan dokter melakukan
penyerahan/dispensing langsung kepada pasien.
Pertanyaan
1. Apakah dalam kasus tersebut terjadi pelanggaran? Peluang pelanggaran apa yang
dilakukan?
Jawab :
Tidak, peluang pelanggaran yang bias terjadi yaitu Dokter melakukan
penyerahan/dispensing langsung kepada pasien di daerah terpencil.
NPM : 19340220
Apoteker pengelola apotek menerima pesanan obat dari Dokter didaerah terpencil.
Apoteker di Apotek tersebut menyerahkan obatnya kepada dokter dan dokter
melakukan penyerahan/dispensing langsung kepada pasien
1. Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan,
menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat
obat. Peraturan undang-undang No?
a. No. 36 Tahun 2009
b. No. 35 Tahun 2009
c. No. 30 Tahun 2007
d. No. 36 Tahun 2006
2. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 108 ayat (1) menyebutkan
bahwa praktik kefarmasian dalam pengadaan, distribusi dan pelayanan sediaan farmasi harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan ?
a. Tenaga teknis kefarmasian
b. Tenaga kefarmasian sesuai dengan keahlian dan kewenangannya
c. Tenaga kesehatan
d. Tenaga teknis
3. Daerah terpencil yang tidak ada apotek, dokter atau dokter gigi yang telah memiliki Surat
Tanda Registrasi mempunyai wewenang meracik dan menyerahkan obat kepada pasien yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan No?
a. No. 50 Tahun 2007
b. No. 36 Tahun 2009
c. No. 51 Tahun 2009
d. No. 51 Tahun 2008
4. Dokter yang melakukan dispensing langsung kepada pasien bukan merupakan
pelanggaran jika di daerah terpencil tersebut tidak ada apotek. Namun menurut Undang-
undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 198?
a. Jika ada pihak yang tanpa kewenangan dan keahlian melakukan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud maka akan dikenakan sanksi pidana dan denda paling banyak
sebesar seratus juta rupiah
b. Jika ada pihak yang mempunyai kewenangan dalam melakukan tugas kefarmasian
tidak akan di kenakan sanksi
c. Jika ada pihak yang tanpa mempunyai kewenangan dalam melakukan tugas
kefarmasian akan di kenakan sanksi berupa denda
d. Jika ada pihak yang tanpa kewenangan dan keahlian praktik maka sebagaimana di
maksud maka di kenakan sanksi
5. Dokter yang melakukan dispensing langsung kepada pasien bukan merupakan pelanggaran
jika di daerah terpencil tersebut tidak adanya fasilitas kesehatan terdekat misalnya, apotek.
Namun perlu diperhatikan persyaratan yang harus dimiliki dokter tersebut, seperti?
a. Telah disumpah dan memiliki surat izin praktik
b. Telah disumpah dan memiliki surat izin praktik di rumah sakit atau puskesmas
tersebut
c. Telah disumpah dan sudah boleh membuka tempat praktik kedokteran
d. Telah disumpah, memiliki Surat Tanda Regstrasi dan memiliki Surat Izin Praktik,
serta melengkapi segala aturan administrasi kedokteran sebelum menjalankan praktik
kedokterannya.
Disusun Oleh :
JAKARTA
2020
1. Pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional disebut…..
a. Pekerjaan Kefarmasian
b. Tenaga Kefarmasian
c. Pelayanan Kefarmasian
d. Fasilitas Kesehatan
KASUS 22
“ APOTEKER MENJUAL OBAT KERAS RANITIDIN 150 MG SEBANYAK 20
TABLET TANPA RESEP DOKTER “
KASUS 22
“ APOTEKER MENJUAL OBAT KERAS RANITIDIN 150 MG SEBANYAK 20
TABLET TANPA RESEP DOKTER “
NIM : 19340225
1. Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 108 ayat (1) menyebutkan
bahwa praktik kefarmasian dan pengadaan, pendistribusian dan pelayanan sediaan
farmasi harus dilakukan oleh tenaga Kesehatan tertentu yang mempunyai keahlian
dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Yang
dimaksud dengan tenaga Kesehatan adalah?
2. Menurut undang-undang no.5 tahun 1997 pasal 14 ayat 2 yang bukan tugas untuk
penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh?
a. Apotek
b. Rumah Sakit
c. Dokter
d. Bidan
a. Butir 5
b. Butir 9
c. Butir 12
d. Butir 20
a. Rp. 30.000.000,00
b. Rp. 40.000.000,00
c. Rp. 60.000.000,00
d. Rp. 90.000.000,00
5. Penyerahan narkotika dan psikotropika oleh apotek kepada dokter hanya dapat
dilakukan dalam hal?
NIM : 19340226
7. Sanksi kode etik bagi apoteker melayani pembelian diazepam injeksi oleh bidan
praktek mandiri?
a. Pencabutan surat tanda registrasi Apoteker
b. Kewajiban mengikuti Pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker
c. Denda Rp. 60.000.000,00
d. Pembinaan dan peringatan tertulis dari organisasi profesi
8. Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 108 ayat (1) menyebutkan
bahwa praktik kefarmasian dan pengadaan, pendistribusian dan pelayanan sediaan
farmasi harus dilakukan oleh tenaga Kesehatan tertentu yang mempunyai keahlian
dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Yang
dimaksud dengan tenaga Kesehatan adalah?
e. Tenaga kefarmasian seduai dengan keahlian dan kewenanganya
f. Tenaga teknis kefarmasian
g. Tenaga Kesehatan
h. Bidan
Kelas : B
NPM : 19340227
2. Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dikenai sanksi administratif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Merupakan PMK no. 3 tahun 2015
Pasal .... ?
a. PMK no. 3 tahun 2015 Pasal 46
b. PMK no. 3 tahun 2015 Pasal 49
c. PMK no. 3 tahun 2015 Pasal 47
d. PMK no. 4 tahun 2015 Pasal 47
4. Penyerahan Narkotika dan Psikotropika oleh Apotek kepada Dokter hanya dapat dilakukan
dalam hal:
a. dokter menjalankan praktik perorangan dengan memberikan Narkotika dan
Psikotropika melalui suntikan; dan/atau
b. dokter menjalankan tugas atau praktik di daerah terpencil yang tidak ada Apotek atau
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Merupakan PMK no. 3 tahun 2015 Pasal ..... Ayat .... ?
a. Pasal 20 Ayat 1
b. Pasal 20 Ayat 2
c. Pasal 19 Ayat 1
d. Pasal 19 Ayat 2
5. Barangsiapa menyerahkan psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (1), Pasal
14 ayat (2), Pasal 14 ayat (3), dan Pasal 14 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 60.000.000,00 merupakan UU no
berapa ?
a. UU no. 5 tahun 1997 Pasal 60 Ayat 2
b. UU no. 5 tahun 1997 Pasal 50 Ayat 4
c. UU no. 5 tahun 1997 Pasal 60 Ayat 3
d. UU no. 5 tahun 1997 Pasal 60 Ayat 4
Nama : Aurelia Da Silva
NIM : 19340228
Tugas : Undang-Undang dan Etika Farmasi
1. Petugas BPOM yang harus melakukan sidak secara rutin terhadap apotek dan
rumah sakit agar tidak ada penjualan bebas obat –obat yang sering disalah
gunakan ialah menurut BPOM ?
i. PerKa BPOM RI 7/2016 Pasal 7 Tenaga Kesehatan
j. PerKa BPOM RI 7/2016 Pasal 1 Tenaga Kesehatan
k. PerKa BPOM RI 7/2016 Pasal 8 Tenaga Kesehatan
l. Tenaga kefarmasian seduai dengan keahlian dan kewenanganya
2. Menurut undang-undang no.5 tahun 1997 pasal 14 ayat 2 yang bukan tugas untuk
penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh?
i. Apotek
j. Rumah Sakit
k. Dokter
l. Bidan
3. Kode etik apoteker merupakan salah satu pedoman untuk membatasi, mengatur,
dan sebagai petunjuk bagi farmasis dalam menjalankan profesinya secara baik dan
benar serta tidak melakukan perbuatan tercela. Berdasarkan UU RI No. 36 tahun
2009 pasal 24 ayat 2, ketentuan mengenai ?
Nama : Firman
Nim : 19430230
Kelas : Reguler B
Tugas : Buat Minimal 5 Soal Terkait Kasus Dari Kelompok Masing-masing.
Mata Kuliah : Undang-undang dan Etika Farmasi
Dosen : Drs. Fakhren Kasim, M.Hkes., Apt
3. Seorang apoteker yang menjual obat narkotik atau psikotopik secara bebas kepada seorang
pasien telah melanggar PerKa BPOM RI No. 7 Tahun 2016 Pasal 1 Ayat 1 yang
berbunyi…
a. Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan atau
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal untuk melakukan kegiatan pembuatan
obat atau bahan obat.
b. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian
oleh Apoteker.
c. Obat-obat Tertentu yang sering disalah gunakan yang selanjutnya disebut dengan Obat-
obat Tertentu adalah obat-obat yang bekerja di SSP selain Narkotika dan Psikotropika
yang pada penggunaan diatas dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan dan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku, terdiri atas obat-obat yang
mengandung Tramadol, Triheksipenidil, Klorpromazin, Amitriptilin dan/atau
Halloperidol.
d. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
e. Surat keterangan impor adalah surat keterangan untuk pemasukan bahan obat, bahan
obat tradisional, bahan suplemen kesehatan dan bahan pangan ke dalam wilayah
Indonesia.
4. Berdasarkan acuan baru dari PerKa BPOM RI No. 7 Tahun 2016, sanksi administrasi bagi
pelanggar yang menjual obat narkotik atau psikotropik secara bebas berupa…
a. Sanksi perdata
b. Sanksi pidana
c. Peringatan keras
d. Denda berupa uang
e. Damai secara kekeluargaan
5. Upaya pencegahan yang harus dilakukan agar tidak terjadi penjualan obat narkotik dan
psikotropik secara bebas oleh apoteker adalah…
a. Menarik seluruh obat narkotik dan psikotropik yang ada di apotek.
b. Masyarakat harus melaporkan pelanggaran tersebut kepada BPOM.
c. BPOM harus melaporkan pelanggaran tersebut kepada yang berwajib.
d. BPOM harus menarik obat narkotik dan psikotropik yang ada di apotek.
e. Petugas BPOM harus melakukan sidak secara rutin terhadap apotek dan rumah sakit
agar tidak ada penjualan bebas obat-obat narkotik dan psikotropik yang sering disalah
gunakan.
NAMA : MUSTIKA BONTONG
NIM : 19340231
KELAS : B-REGULER
19340232
NURYANTI M YUNUS
TUGAS UUF
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medical habis pakai
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 perUU NO. 35 Tahun 2014 meliputi, kecuali.....
a. Perencanaan
b. Pengadaan
c. Penjualan
d. Penyimpanan
2. Yang tidak termasuk dalam pengelolaan sumber daya, adalah....
a. Sumber daya manusia
b. Keuangan
c. Sediaan farmasi
d. Administrasi
3. Yang merupakan wewenang apoteker sesuai dengan PS 24 PP 51/2009 adalah :
a. Mengangkat seorang apoteker pendamping yang memiliki SIPA
b. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya
atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan pasien
c. Menyerahkan obat keras narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep
dari dokter sesuai dengan peratururan perundang-undangan
d. Semua benar
4. Sebutkan alasan dilakukan pemusnasan sediaan farmasi dan BMHP?
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b. Telah kadaluarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan serta telah di cabut izin edarnya
d. Semua benar
5. Peraturan PERMENKES tentang PKM tercantum dalam nomor ?
e. No 73 tahun 2016
f. No 70 tahun 2016
g. No 74 tahun 2016
h. No 72 tahun 2016
NIM : 19340233
Kelas : B-REGULER
NIM : 19340234
1. Isi dari Kode Etik Apoteker Indonesia (KEAI) pada Pasal 17 adalah ?
b. Pasal 14
c. Pasal 13
d. Pasal 18
e. Pasal 19
3. Peringatan secara tertulis kepada APA secara tiga kali berturut-turut dengan
tenggang waktu masing – masing dua bulan. Hal ini merupakan salah satu sanksi
atas pelanggaran?
c. Pelanggaran kedisiplinan
4. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama – lamanya enam bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan SIA
disampaikan langsung oleh :
a. Kepala BPOM
b. Menteri
c. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
d. Dirjen
e. Gubernur
a. Menanyakan keluhan pasien, Riwayat penyakit dann obat apa yang dikonsumsi
TERIMA KASIH
NIM : 19340235
SOAL
6. Apoteker dilarang melakukan perbuatan yang melanggar kode etik apoteker. Hal
tersebut diatur berdasarkan ......
f. Permenkes No.35 tahun 2014
g. Permenkes No.184 tahun 1995 pasal 18
h. Permenkes No. 72 Tahun 2016
i. Permenkes No. 73 Tahun 2016
j. Permenkes No. 74 Tahun 2016
Jawaban : B
7. Tanggung jawab seorang apoteker dalam menjalankan profesinya diantaranya
tanggung jawab sumpah dan kode etik. Setiap Apoteker yang terbukti tidak
menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Apoteker dan kode etik
apoteker, terbukti melanggar kode etik pasal ......
f. Pasal 5 dan 2
g. Pasal 7 dan 8
h. Pasal 1 dan 3
i. Pasal 4
j. Pasal 8
Jawaban : A
8. Apabila apoteker terbukti melanggar kode etik apoteker maka salah satu sanksi yang
diberikan berupa Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama – lamanya .......
sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek
f. 3 bulan
g. 4 bulan
h. 5 bulan
i. 1 bulan
j. 6 bulan
Jawaban : E
9. Panduan sikap dan perilaku tenaga profesi dalam menjalankan profesinya, sebagai
aturan norma yang menjadi ikatan moral profesi disebut dengan.....
f. Peraturan
g. Sumpah profesi
h. Kode etik
i. Kewajiban
j. Undang - undang
Jawaban : C
10. Dalam hal memberikan obat, sebagai pelaku usaha, apoteker salah satunya dilarang
tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Apoteker yang tidak memenuhi standar tersebut,
terbukti melanggar Undang – undang Pasal 8 ayat (1) tentang ......
f. Kode etik profesi
g. Pekerjaan kefarmasian
h. Pelayanan apotik
i. Perlindungan konsumen
j. Narkotika dan psikotropika
Jawaban : D
Nama : Tri Agustina
NPM : 19340236
Kasus: 25
Pertanyaan :
a. Obat batuk
b. Obat flu
d. Obat alergi
e. Salah semua
2. Pada kasus diatas terjadi pelanggaran Kode Etik Apoteker Indonesia (KEAI) Pasal 1, 2, 3,
7, 15. Apa bunyi dari pasal 1 ?
3. 2. Pada kasus diatas terjadi pelanggaran Kode Etik Apoteker Indonesia (KEAI) Pasal 1, 2,
3, 7, 15. Apa bunyi dari pasal 2 ?
4. 2. Pada kasus diatas terjadi pelanggaran Kode Etik Apoteker Indonesia (KEAI) Pasal 1, 2,
3, 7, 15. Apa bunyi dari pasal 7 ?
5. Pada kasus diatas Apoteker melayani obat kepada seorang pasien yang telah dikenalnya
tanpa melalukukan swamedikasi terlebih dahulu. PERMENKES mengenai swamedikasi
terdapat pada nomor ?
NIM : 19340237
B REGULAR
Nim : 19340238
Kelas : B ( Apoteker 39 )
5. Pada kasus ini alasan pelangran kode etik seperti apa yang di lakukan oleh apoteker
tersebut:
a. Hidrokuinon Tidak Melindungi Pasien Melainkan Mengancam
Kesehatan Pasien
b. Hidrokuinon Melindungi Pasien Melainkan Mengancam Kesehatan Pasien
c. Hidrokuinon Melindungi Pasien Dengan Kadar Yang Di Tetapkan.
d. Hidrokuinon Melindungi Pasien
e. Hidrokuinon Tidak Melindungi Pasien Melainkan Mengancam Kesehatan
Pasien Kecuali Melebihi Kadar.
NIM : 19340239
KELAS : B APOTEKER 39
1. Setiap orang dengan sengaja mengedarkan atau memproduksi sediaan farmasi atau alat
Kesehatan yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan dapat di kenakan
sanksi pidana yaitu penjara selama beapa tahun?
a. 3 tahun
b. 5 tahun
c. 10 tahun
d. 8 tahun
e. 1 tahun
2. Hidrokuinon di gunakan dalam kosmetik sebagai ?
a. Antioksidan
b. Pewarna
c. Moisturizer
d. Pengemulsi
e. Pembersih
3. Penggunaan hidrokuinon di bawah 2% untuk kosmetik untuk jangka Panjang dapat
menyebab kan ?
a. Iritasi
b. Eritema
c. Rasa terbakar
d. Gatal-gatal
e. Oknorosis Eksogen
4. penyakit kulit yang dicirikan dengan hilangnya pigmen kulit akibat disfungsi atau matinya
melanosit akibat penggunaan hidrokuinon
a. oknorosis eksogen
b. leukoderma kontak / vitiligo
c. eritema
d. artifisial
e. onikomikosis
5. Untuk terhindari dari bahaya penggunaan kostemik yang salah konsumen harus
memerhatikan beberapa hal dalam memilih kosmetik yang baik, dengan cara
a. konsumen memperhatikan informasi yang tersedia pada label seperti cara penggunaan,
kegunaan, komposisi, tanggal kadaluarsa atau peringatan lain (bila ada).
b. Dianjurkan pula untuk mencari informasi lengkap mengenai produk kosmetika tersebut.
c. Untuk produk kosmetika yang teregistrasi diwajibkan mencantumkan nomor izin edar.
Sedangkan produk yang ternotifikasi pencantuman nomor notifikasi tidak diwajibkan,
namun nama dan alamat produsen harus tercantum dengan jelas pada label.
d. Daftar produk kosmetik yang ternotifikasi/teregistrasi oleh Badan POM dapat dicek
melalui website Badan POM.
e. Semua benar
1. Hidrokuinon merupakan salah satu bahan baku yang sering disalahgunakan dalam
pembuatan krim, untuk ibu hamil hidrokuinon termasuk kategori obat?
a. Kategori A
b. Kategori B
c. Kategori C
d. Kategori X
e. Kategori D
2. Pendistribusian produk sediaan farmasi jenis kosmetika, obat tradisional, obat illegal, dan
mengandung bahan yang dilarang (hidrokuinon) merupakan pelanggaran?
a. UU No 39 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. UU No 36 Tahun 2014
c. UU No 33 Tahun 2014
d. UU No 23 Tahun 1998
e. Semua Benar
3. Hidrokuinon adalah obat yang digunakan untuk menangani hiperpigmentasi yang terjadi
pada kulit, Hiperpigmentasi adalah?
a. Kulit cerah dan sehat
b. Penggelapan bagian kulit
c. Sun protection factor
d. Absorbs pada kulit
e. Semua salah
4. Menurut Kepmenkes Nomor 1027/Menkes/SK/ IX/2004 Kejadian yang merugikan pasien
akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan disebut?
a. Drug relateg problem
b. Monitoring efek samping obat
c. Medication error
d. Drug interaction
e. Absorbsi
5. Penggunaan hidrokuinon tidak dilarang namun harus dipahami dengan benar cara kerja nya
dan efek samping yang mungkin terjadi
a. Benar
b. Salah
KASUS 27
1. Pada kasus no 27 jika seorang apoteker melanggar baik sengaja atau tidak maka
sanksi apa yang harus diberikan sesuai peraturan perundang-undangan.
Jawaban :
1) Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang “Kesehatan”.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 Tentang “Pengaman Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan”.
3) Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang “Perlindungan Konsumen”.
4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 919 Tahun 1993 Tentang
“Kriteria Obat Yang Diserahkan Tanpa Resep”.
2. Kenapa seorang apoteker disebut melanggar pada kasus no 27?
Jawaban :
Seorang apoteker seharusnya tidak memproduksi/mengedarkan sediaan
farmasi yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan mutu, tidak
memproduksi dan mengedarkan sediaan farmasi berupa kosmetik yang
tidak memenuhi persyaratan
3. Apa yang dimaksud dalam UU NO 36 Thn 2009?
Jawaban :
Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 196 / 98 ayat (2) dan
(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (Satu Milyar Rupiah)
Pasal 197 / 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama
15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00
(Satu Milyar Lima Ratus Juta Rupiah)
NPM : 19340243
Kelas :B
3. Pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian
diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku Terhadap sanksi pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62, dapat dijatuhkan hukuman tambahan, berupa..
a. Pencabutan izin usaha.
b. Perintah menghentikan kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian
konsumen
c. Kewajiban penarikan barang dari peredaran
d. Semua benar
Jawab : D. Semua benar
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 919 Tahun 1993 tentang..
a. Fasilitas pelayanan kefarmasian
b. Ketentuan mengenai kode etik diatur oleh organisasi profesi
c. Kriteria obat yang diserahkan tanpa resep
d. Standar pelayanan kefarmasian
Jawab : C. Kriteria obat yang diserahkan tanpa resep
NPM : 19340132
Kelas : B
NPM: 19340132
NPM : 19340135
Kelas : B reguler
1. Pekerjaan Kefarmasian yang menyangkut proses produksi, proses penyaluran dan proses
pelayanan dari Sediaan Farmasi yang tidak boleh diketahui oleh umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan. Hal ini merupakan pengertian dari…..
a. Pelayanan Kefarmasian
b. Pekerjaan Kefarmasian
c. Rahasia Kefarmasian
d. Wewenang Kefarmasian
e. Fasilitas Kefarmasian
Jawaban : c. rahasia kefarmasian
3. Suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien,
merupakan pengertian dari
a. Pelayanan Kefarmasian
b. Pekerjaan Kefarmasian
c. Rahasia Kefarmasian
d. Wewenang Kefarmasian
e. Fasilitas Kefarmasian
Jawaban : a. Pelayanan Kefarmasian
NIM : 19340197
KELAS :B
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 yaitu tentang ?
f. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
g. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
h. Pekerjaan Kefarmasian
i. Tenaga Kesehatan
j. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Jawaban : C
13. Pekerjaan Kefarmasian tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus
mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan pasien, merupakan maksud dari ?
a. Nilai Ilmiah
b. Keadilan
c. Kemanusiaan
d. Perlindungan dan keselamatan
e. Keseimbangan
Jawaban : D
14. Suatu Pelayanan Langsung Dan Bertanggung Jawab Kepada Pasien Yang Berkaitan
Dengan Sediaan Farmasi Dengan Maksud Mencapai Hasil Yang Pasti Untuk
Meningkatkan Mutu Kehidupan Pasien adalah ?
a. Standar Kefarmasian
b. Praktik Kefarmasian
c. Pelayanan Kefarmasian
d. Standar Rumah Sakit
e. Rahasia Kefarmasian
Jawaban : C
NPM : 19340198
Tugas : UUF
11. Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur tentang pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
adalah
a. PerMENKES No 72 Tahun 2016
b. PerMENKES No 73 Tahun 2016
c. PerMENKES No 74 Tahun 2016
d. Salah semua
Jawaban A
12. Yang dimaksud dalam PerMENKES No 72 Tahun 2016 Institusi adalah pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelyanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat adalah
a. Puskesmas
b. Ponkesdes (Pondok Kesehatan Desa)
c. Apotek
d. Rumah Sakit
Jawaban D
13. PerMENKES No 73 Tahun 2016 mengatur tentang
e. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
f. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
g. Standar pelayanan kefarmasian di klinik
h. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
Jawaban B
14. Apotek adalah sarana pelayanan keframasian tempat dilakukan praktik keframasian oleh
e. Dokter
f. Perawat
g. Bidan
h. Apoteker
Jawaban D
15. Unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja merupakan pengertian
dari
a. Rumah sakit
b. Klinik
c. Puskesmas
d. Apotek
Jawaban C
16. Peraturan Menteri Kesehatan yang mnegatur tentang standar pelayanan kefarmasian di
puskesmas adalah
a. PerMENKES No 72 Tahun 2016
b. PerMENKES No 73 Tahun 2016
c. PerMENKES No 74 Tahun 2016
d. Salah semua
Jawaban C
17. Yang termasuk pekerjaan kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
adalah
a. Pengamanan
b. Pengadaan
c. Pendistribusian
d. Benar semua
Jawaban D
18. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atau resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional diatur dalam
a. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
b. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996
c. PerMENKES No 72 Tahun 2016
d. PerMENKES No 73 Tahun 2016
Jawaban A
19. Yang termasuk dalam tenaga teknis kefarmasian, kecuali
e. Sarjana Farmasi
f. Ahli Madya Farmasi
g. Tenaga Menengah Farmasi
h. Lulusan Sekolah Menengah Atas
Jawaban D
20. Fasilitas pelayanan kefarmasian yang termasuk dalam Peraturan Pemerintah No 51 Tahun
2009 yaitu
a. Apotek
b. Puskesmas
c. Instalasi rumah Sakit
d. Benar semua
Jawaban D
21. Berapa lama STRA berlaku menurut Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
e. 5 Tahun
f. 4 Tahun
g. 3 tahun
h. 2 tahun
Jawaban A
22. Yang termasuk dalam Kriteria apoteker dalam pelayanan kefarmasian adalah
a. Lulus persyaratan administrasi
b. Apoteker harus dan melaksanakan serta patuh terhadap per UU, sumpah apoteker, dan
standar profesi yang berlaku
c. Salah Semua
d. Benar Semua
Jawaban D
23. Jika pada daerah terpencil tidak terdapat apoteker, Menteri dapat menempatkan TTK yang
telah memiliki STRTTK pada sarana pelayanan kesehatan dasar yang diberi wewenang untuk
meracik dan menyerahkan obat kepada pasien. Hal tersebut diatur dalam Peraturan
Pemerintah No 51 Tahun 2009 pada pasal
a. Pasal 21
b. Pasal 23
c. Pasal 25
d. Pasal 27 dan 28
Jawaban A
24. Standar operasional prosedur harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui secraa terus
menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang farmasi dan
ketentuan peraturan perUU. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah No 51 Tahun
2009 pada pasal
a. Pasal 21
b. Pasal 23
c. Pasal 25
d. Pasal 27 dan 28
Jawaban B
25. APoteker dapat mendirikan apotek dengan modal sendiri dan atau modal dari pemilik modal
baik perorangan maupun perusahaan. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah No
51 Tahun 2009 pada pasal
a. Pasal 21
b. Pasal 23
c. Pasal 25
d. Pasal 27 dan 28
Jawaban C
Nim : 19340200
Kelas : Apoteker B
1. Pernyataan yang tepat mengenai Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor
72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah ….
a. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
b. Rumah sakit adalah institusi pelayanan umum yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.
c. Rumah sakit adalah institusi pelayanan khusus yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.
d. Rumah sakit adalah institusi pelayanan rumah sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
e. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perkelompok secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Pernyataan yang tepat mengenai peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor
73 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek adalah….
a. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit tempat dilakukan
praktik kefarmasian.
b. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian
oleh Apoteker.
c. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian di dinas kesehatan tempat dilakukan
praktik kefarmasian oleh Apoteker.
d. Apotek adalah sarana pelayanan khusus tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
Apoteker.
e. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian
oleh Apoteker di provinsi.
TUGAS
UNDANG – UNDANG DAN ETIKA FARMASI
NIM : 19340203
KLS :B
NPM : 19340205
KELAS : B-REGULER
TUGAS : UUD-FARMASI
NPM : 19340206
KELAS B
SOAL
1. Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat disebut dengan?
F. Apotek
G. Rumah Sakit
H. Puskesmas
I. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
J. Klinik
Jawaban : B. Rumah Sakit
2. Pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan, dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, merupakan?
A. Pekerjaan Kefarmasian
B. Pekerjaan Keperawatan
C. Pekerjaan Dokter
D. Pekerjaan Tenaga Kesehatan
E. Pekerjaan Kesehatan Masyarakat
Jawaban : A. Pekerjaan Kefarmasian
3. Pekerjaan kefarmasian tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi
harus mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan pasien disebut dengan?
A. Keseimbangan
B. Kemanusiaan
C. Perlindungan dan Keselamatan
D. Keadilan
E. Nilai ilmiah
Jawaban : C. Perlindungan dan Keselamatan
4. Pekerjaan kefarmasian harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diperoleh dalam pendidikan termasuk pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman
serta etika profesi, merupakan ?
A. Keseimbangan
B. Kemanusiaan
C. Perlindungan dan Keselamatan
D. Keadilan
E. Nilai ilmiah
Jawaban : E. Nilai Ilmiah
5. Suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien, merupakan?
A. Pekerjaan Kefarmasian
B. Fasilitas Kefarmasian
C. Standar Kefarmasian
D. Pelayanan Kefarmasian
E. Tempat Kefarmasian
Jawaban : D. Pelayanan Kefarmasian
Disusun Oleh :
EKO ANJARSARI (19340207)
KELAS : REGULER A
Dosen Pengampu :
Drs. Fakhren Kasim, MHKes, Apt
2. Praktek kefarmasian yang sesuai dengan undang-undang kesehatan no. 36 tahun 2009,
adalah dibawah ini, kecuali....
a. Pengendalian mutu sediaan farmasi
b. Pengadaan dan pendistrian obat
c. Pelayanan resep dokter
d. PIO
e. Deposit
NPM : 19340209
Prodi : Apoteker
Pilihan Ganda
1. Sebuah pabrik obat tradisional rumahan memproduksi Obat Tradisional mengandung Bahan Kimia Obat
(BKO) secara ilegal. Saat pemeriksaan ternyata diruang produksi Obat Tradisional terdapat BKO
tersebut, dan ruangan didesain terpisah dari ruangan lainnya.dan dari hasil identifikasi
Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) ternyata industri pabrik obat
tersebut tidak memiliki tenaga apoteker dalam menjalankan produksi obat, dan
pencampuran BKO dengan obat tradisional itu sendiri dilakukan oleh pemilik pabrik itu
sendiri.
Berdasarkan kasus diatas pemilik pabrik obat tradisional telah melanggar peraturan
pemerintah tentang pekerjaan kefarmasian dan industri obat tradisional yang
mengharuskan memiliki apoteker sebagai penanggung jawab seperti tertera pada Peraturan
Pemerintah .......
a. PP 51 tahun 2009 pasal 7 ayat (1) dan pasal 9 ayat (2)
b. PP 51 tahun 2009 pasal 7 ayat (2) dan pasal 9 ayat (1)
c. PP 51 tahun 2010 pasal 7 ayat (1) dan pasal 9 ayat (2)
d. PP 51 tahun 2010 pasal 7 ayat (2) dan pasal 9 ayat (1)
e. Semua salah
Jawaban: A
Jawaban: C
Sesuai PP 51 Tahun 2009 pasal 30 ayat 1:
“ Setiap Tenaga Kefarmasian dalam menjalankan Pekerjaan Kefarmasian wajib
menyimpan Rahasia Kedokteran dan Rahasia Kefarmasian”
3. Apoteker S berpraktek di apotek miliknya. Suatu saat ada pasien anak kecil kejang yang
diantar oleh orang tuanya ke rumah sakit, namun belum sampai rumah sakit anak
tersebut kejang yang tiada tara sehingga orang tuanya (dalam perjalanan ke rumah sakit)
memutuskan berhenti di apotek untuk minta tolong pengobatan darurat di apotek
tersebut. Dokter praktek sudah tidak ada dan apoteker S harus mengambil keputusan
menolong pasien atau menolaknya. Dengan pertimbangan keilmuannya, apoteker S
memberikan valisanbe rectal ke dubur anak kecil itu sehingga kejangnya mereda. Pasien
dapat diselamatkan dan segera dikirim ke rumah sakit terdekat. Apa yang dilakukan oleh
apoteker tersebut telah sesuai dengan kode etik apoteker indonesia yang berbunyi
“Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan
dalam melaksanakan kewajibannya.”
Isi kode etik tersebut tertera pada pasal.....
a. 1
b. 3
c. 7
d. 10
e. 13
Jawaban: B (3)
“Pasal 3 Kode Etik Profesi Apoteker: Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan
profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan
berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
4. Apotek merupakan satu diantara sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur
dalam Peraturan peru-Undang-Undang yaitu:
a. PMK 72 tahun 2016
b. PMK 73 tahun 2016
c. PMK 74 tahun 2016
d. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2018
e. Undang-undang No.5 Tahun 2009
Jawaban: B
Jawaban: B
NIM : 19340210
KELAS : B
NIM : 19340211
KELAS : B-REGULER
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
PROFESI APOTEKER
JAKARTA
2020
NPM : 19340212
KLS :B
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
APRIL 2020
NIM : 19340213
1. Pekerjaan Kefarmasian harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diperoleh dalam pendidikan termasuk pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman serta
etika profesi disebut.
a. Nilai Ilmiah
b. Keadilan
c. Kemanusiaan
d. Perlindungan dan kemanusiaan
2. Pedoman untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi, distribusi atau
penyaluran, dan pelayanan kefarmasian adalah.
a. Sosial Kefarmasian
b. Standar Kefarmasian
c. Fsilitas Produksi
d. Pedoman Kefarmasian
3. Fungsi Yanfar dalam perlindungan terhadap pasien adalah.
a. Menyediakan informasi tentang obat-obatan kepada tenaga kesehatan lainnya
b. Mendapatkan rekam medis untuk digunakan pemilihan obat yang tepat
c. Memantau penggunaan obat apakah efektif, tidak efektif
d. Jawaban a, b dan c benar
4. Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker
dapat dibantu oleh
a. Apoteker pendamping dan/ atau Tenaga Teknis Kefarmasian
b. Mentri Kesehatan
c. Dokter
d. Perawat
5. Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker
harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian.
Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker.
Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri dapat menempatkan TTK
yang telah memiliki STRTTK pada sarana pelayanan kesehatan dasar yang diberi wewenang
untuk meracik dan menyerahkan obat kepada pasien termasuk dalam.
a. Ps 21 PP 51 / 2009
b. Pasal 23 PP 51-2009
c. Ps 24 PP 51 / 2009
d. Pasal 25 PP 51 - 2009
Nama: fatmawati
Npm: 19340215
Kelas : “B”
j. Di bawah ini yang termasuk Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
73 tahun 2016 tentang standar kefarmasian?
k. Apotek
l. Rumah sakit
m. Klinik
n. Puskesmas
o. Semua jawaban salah
k. Unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.pernyataan
tersebut definisi dari?
e. Apotek
f. Rumah sakit
g. Puskesmas
h. Klinik
i. Dinas kesehatan
l. Di bawah ini yang bukan termasuk berbasis pharmaceutical care adalah?
e. Pelayanan informasi
f. Konseling
g. Swamedikasi
h. personalia
i. pengadaan
m. pekerjaan kefarmasian harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diperoleh dalam pendidikan termasuk pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman
serta etika profesi pernyataan di atas pengertian dari?
l. Keadilan
m. Kemanusian
n. Keseimbangan
o. Perlindungan dan keseelamatan
p. Nilai ilmiah
n. Yang bukan termasuk kriteria apoteker dalam dalam pelayanan kefarmasian adalah?
a. Nilai ilmiah
b. Keadilan
d. Keseimbangan
a. Rahasia kefarmasian
b. Pelayanan farmasi
c. Pekerjaan kefarmasian
d. Tenaga farmasi
4. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian
oleh Apoteker. Diatur dalam…..
d. PP no 51 tahun 2009
a. Nilai ilmiah
b. Keadilan
d. Keseimbangan
NIM : 19340219
1. Pekerjaan kefarmasian harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diperoleh dalam pendidikan termasuk pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman serta
etika profesi merupakan
a. Keadilan
b. Nilai ilmiah
c. Nilai luhur
d. Keseimbangan
e. Kemanusiaan
2. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat, yang dimaksud diatur dalam
a. PMK NO 72 TAHUN 2016
b. PMK NO 73 TAHUN 2016
c. PMK NO 74 TAHUN 2016
d. PP NO 51 TAHUN 2009
e. UUK NO 36 TAHUN 2009
3. Berikut tempat pekerjaan kefarmasian pada PP 51/2009 pasal 19, kecuali
a. Industri farmasi
b. Apotek dan toko obat
c. Puskesmas dan klinik
d. Praktek bersama
e. IFRS
4. Apoteker dapat mendirikan apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemilik
modal baik perorangan maupun perusahaan, hal ini dimuat dalam PP no 51 tahun 2009
pasal
a. 26
b. 33
c. 25
d. 35
e. 17
5. Salah satu kriteria apoteker dalam pelayanan kefarmasian adalah persyaratan administrasi,
apa saja yg termasuk kedalam syarat tsb
a. Memiliki baju praktik dan tanda pengenal
b. Memiliki standard profesi dan standard kompetensi
c. Memiliki ijazah, STRA, serkom dan SIPA
d. Memiliki sertifikat pelatihan, seminar dan workshop
e. Memiliki pendidikan yang tinggi
6. Pedoman untuk melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi, distribusi atau
penyaluran, dan pelayanan kefarmasian merupakan
a. Standar kefarmasian
b. Pekerjaan kefarmasian
c. Tugas kafarmasian
d. Tanggung jawab kefarmasian
e. Pelayanan kefarmasian
7. PMK RI NO 74 TAHUN 2016 merupakan tentang standar pelayanan kefarmasian di
a. Apotek
b. Rumah sakit
c. Puskesmas
d. Industri
e. Klinik
NAMA : ANIK NUR UTAMI
NIM :19340220
KELAS : B APOTEKER REGULLER
TUGAS : UUF (INDIVIDU)
1. Pekerjaan Kefarmasian tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus
mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan pasien, pengertian dari?
a. Perlindungan dan keselamatan
b. Keseimbangan
c. Kemanusiaan
d. Keadilan
e. Nilai ilmiah
Jawaban : A. Perlindungan dan keselamatan
5. Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian harus tetap menjaga keserasian serta keselarasan
antara kepentingan individu dan masyarakat, pengertian dari?
a. Perlindungan dan keselamatan
b. Keseimbangan
c. Kemanusiaan
d. Keadilan
e. Nilai ilmiah
Jawab : B. Keseimbangan
3. Di bawah ini adalah persyaratan administrasi yang benar dimiliki oleh seorang apoteker
adalah.....
a. Ijasah farmasi S1
b. STRA
c. STRTTK
d. Serkom yang masih berlaku
e. SIPA
4. Apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, took obat dan praktek bersama di
atur oleh pasal berapa
a. Pasal 19 PP 51/2009
b. Pasal 20 PP 51/2009
c. Pasal 3 PP 51/2009
d. Pasal 21 PP 51/2009
Npm : 19340223
Kelas : B Reguler
PEKERJAAN KEFARMASIAN
28. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 72 tahun 2016 tentang…
m. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
n. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
o. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
p. Pekerjaan kefarmasian
29. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 73 tahun 2016 tentang…
m. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
n. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
o. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
p. Pekerjaan kefarmasian
30. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 74 tahun 2016 tentang…
m. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
n. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
o. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
p. Pekerjaan kefarmasian
31. Pekerjaan Kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat yang
berkaitan dengan Sediaan Farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
mutu, dan kemanfaatan menurut pasal…
m. Pasal 2 UU 44-2009
n. Pasal 1 PP 19-2005
o. pasal 108 UUK 36/2009
p. Pasal 3 PP 51-2009
32. Penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian harus mampu memberikan pelayanan yang adil
dan merata kepada setiap orang dengan biaya yang terjangkau serta pelayanan yang
bermutu disebut…
n. Nilai ilmiah
o. Keadilan
p. Kemanusiaan
q. Keseimbangan
r. Perlindungan dan Keselamatan
33. Fungsi Yanfar dalam perlindungan terhadap pasien adalah...
f. Menyediakan informasi tentang obat-obatan kepada tenaga kesehatan lainnya
g. Mendapatkan rekam medis untuk digunakan pemilihan obat yang tepat
h. Memantau penggunaan obat apakah efektif, tidak efektif
i. Menyediakan bimbingan dan konseling
j. Semua Benar
34. Yang termasuk persyaratan administrasi apoteker dalam pelayanan kefarmasian adalah…
f. Memiliki Ijazah
g. Memiliki STRA
h. Memiliki Serkom
i. Memiliki SIPA
j. Semua Benar
Nama : Bayu Aji Prastiyo
NIM : 19340225
Kelas : Reguler B
NIM : 19340226
APOTEKER REGULER B
1. Pekerjaan kefarmasian harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh
dalam pendidikan termasuk pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman serta etika profesi
merupakan pengertian dari........
a. Perlindungan dan keselamatan
b. Keseimbangan
c. Keadilan
d. Kemanusiaan
e. Nilai ilmiah
3. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus memberikan perlakuan yang sama dengan
tidak membedakan suku, bangsa, agama, status sosial dan ras. Pengertian dari....
a. Nilai ilmiah
b. Keadilan
c. Kemanusian
d. Keseimbangan
e. Perlindungan dan keselamatan
TUGAS : UUK
Masing – masing memebuat minimal lima soal dan jawabannya serahkan 2 x 24 jam
sesudah jam kuliah berakhir paling lambat 20 : 00
Nama : Aurelia Da Silva
Kelas :B
NPM : 19340228
NIM : 19340229
KELAS : B (Reguler)
Nama : Firman
Nim : 19430230
Kelas : Reguler B
Tugas : Buat 5 Soal Terkait Materi Pekerjaan Kefarmasian
Mata Kuliah : Undang-undang dan Etika Farmasi
Dosen : Drs. Fakhren Kasim, M.Hkes., Apt
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi terdiri dari 4 unsur. Dibawah ini yang bukan unsur dari
pengelolaan Perbekalan Farmasi yaitu…
f. Seleksi
g. Pengadaan
h. Distribusi
i. Pembangunan
j. Penggunaan
2. Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui secara terus
menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang farmasi dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut merupakan bunyi dari…
a. Pasal 20 PP 51 Tahun 2009
b. Pasal 21 PP 51 Tahun 2009
c. Pasal 23 PP 51 Tahun 2009
d. Pasal 23 PP 51 Tahun 2010
e. Pasal 25 PP 51 Tahun 2009
3. Salah satu wewenang apoteker yaitu menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika
kepada mayarsakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang diatur dalam…
f. Pasal 21 PP 51 Tahun 2009
g. Pasal 22 PP 51 Tahun 2009
h. Pasal 23 PP 51 Tahun 2009
i. Pasal 24 PP 51 Tahun 2009
j. Pasal 25 PP 51 Tahun 2009
NIM : 19340231
KELAS : REGULER-B
8. Berikut ini alur-alur dalam pengelolaan perbekalan farmasi yang benar dan sesuai peraturan,
kecuali ?
a. Pengadaan
b. Penerimaan
c. Seleksi
d. Distribusi
e. Penggunaan
9. Kriteria seorang Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian yang benar di bawah ini adalah
sebagai berikut, kecuali ?
f. Persyaratan administrasi : Memiliki ijazah,Memiliki STRA,Memiliki Serkom dan
Memiliki SIPA.
g. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.
h. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan /Continuing Professional Development (CPD)
dan mampu memberikan pelatihan yang berkesinambungan.
i. Apoteker harus bersikap loyalitas di lingkungan kerja
j. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan diri, baik
10. Apakah wewenang seorang Apoteker dalam melaksanakan praktek kefarmasian menurut Ps
24 PP 51/2009 ?
a. Mengangkat Apoteker pendamping tanpa memiliki SIPA
b. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya
atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien
c. Menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat tanpa resep dari
dokter
d. Membuka praktek kefarmasian meskipun tanpa perpanjangan izin usaha
e. Mampu melakukan swamedikasi obat narkotik dan psikotropik tanpa harus ada diagnose
dan resep dokter.
11. Pekerjaan Kefarmasian yang menyangkut proses produksi, proses penyaluran dan proses
pelayanan dari Sediaan Farmasi yang tidak boleh diketahui oleh umum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan. Merupakan pengertian dari ?
a. Tugas kefarmasian
b. Pelayanan kefarmasian
c. Rahasia kefarmasian
d. Wewenang kefarmasian
e. Tugas Apoteker penangggung jawab
12. Di bawah ini Persyaratan Umum pelayanan kefarmasian yang baik menurut (PP 51/09)
adalah sebagai berikut, yaitu ?
a. Tenaga, Standar Yanfar, SPO, Dicatat,
b. Perizinan SDM
c. Cara Praktik Pelayanan yang Baik / Standar Pelayanan Kefarmasian
d. Menjaga Rahasia Kedokteran Kefarmasian
e. Semua benar
TUGAS UUF
Nama : Nuryanti M. Yunus
NIM : 19340232
Kelas : B
NIM: 19340233
KELAS: REGULER.B
NIM : 19340234
KELAS : B_REGULER
1. Jika disuatu wilayah yang terpencil tidak dijumpai Apoteker, Apa yang akan dilakukan oleh
Menteri Kesehatan?
a. Menteri akan meletakkan TTK yang telah memiliki STRTTK pada sarana pelayanan
kesehatan dasar yang diberi wewenang untuk meracik dan menyerahkan obat keoada
pasien.
b. Menteri akan memberi arahan agar pasien pergi ke Rumah sakit Kota
2. Berikut ini adalah yang merupakan Wewenang Apoteker menurut Pasal 24 PP 51/2009, Kecuali ?
b. Menyerahkan obat keras, Narkotika dan Psikotropika kepada masyarakat atas resep dari dokter
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat
merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.
3. Apabila ada seorang Apoteker warga negara Asing yang Lulusan program pendidikan Apoteker
diluar negeri ingin bekerja diwilayah kita Indonesia, Apoteker tersebut harus memiliki 3 ketentuan,
yang salah satunya adalah :
c. Dapat memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan Tenaga kefarmasian.
5. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas pelayanan kefarmasian Menurut Pasal 25
PP 51 Tahun 2009 adalah :
a. Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal baik dari perorangan
maupun perusahaan;
b. Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerja sama dengan pemilik modal maka
pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan;
c. Ketentuan mengenai kepemilikan Apotek sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. A, B, C benar semua
6. Untuk melaksakan praktek Apoteker, Apoteker harus memenuhi syarat yaitu memiliki STRA.
Siapakah yang berwenang mengeluarkan STRA tersebut :
b. Presiden
c. Menteri Kesehatan
d. Gubernur
c. Apoteker bertanggung jawab pada sebuah Apotek, tetapi juga bekerja sebagai Tenaga Pendidik;
8. Setiap sediaan Fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan Farmasi berupa obat harus memiliki
seorang Apoteker sebagai penanggung jawab. Hal tersebut tercantum dalam pekerjaan
Kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran sediaan Farmasi dalam Pasal dan Ayat berapa :
a. Pasal 25 Ayat 1
b. Pasal 31 Ayat 2
c. Pasal 29 Ayat 3
d. Pasal 14 Ayat 1
a. 5 Tahun
b. 3 Tahun
c. 4 Tahun
d. 2 tahun
TERIMA KASIH
NAMA : RISA AMALIA KESUMA
NIM : 19340235
KELAS :B
4. Dibawah ini merupakan fungsi dari Yanfar dalam perlindungan terhadap pasien,
kecuali ......
a. Memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang
b. Partisipasi dlm penilaian penggunaan obat dan audit kesehatan
c. Menyediakan dan memelihara serta memfasilitasi pengujian pengobatan bagi
pasien penyakit kronis.
d. Berpartisipasi dalam pengelolaan obat-obatan untuk pelayanan gawat darurat
e. Mendapatkan rekam medis untuk digunakan pemilihan obat yang tepat
5. Dibawah ini yang merupakan wewenang apoteker dalam Pasal 24 PP 51 Tahun 2009
adalah ......
a. Mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki SIPA
b. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya
atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien
c. Menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep
dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
d. a, b, dan c benar
e. Salah semua
Pertanyaan Undang-Undang dan Etika Farmasi
Nama : Tri Agustina
NPM : 19340236
Profesi Apoteker Kelas B
4. Dalam menjalankan praktek kefarmasian di toko obat, TTK harus menerapkan standar
pelayanan kefarmasian di toko obat.
Soal :
1. Yang bukan termasuk kedalam pelayanan kefarmasian adalah..
A. Peracikan
B. Pengendalian mutu
C. Penerimaan resep
D. Pelayanan farmasi klinik
E. Penyerahan obat
2. Kriteria apoteker dalam pelayanan kefarmasian dibawah ini yaitu, kecuali..
a. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan
b. Persyaratan administrasi
c. Menggunakan atribut praktik
d. Tidak mewajibkan mengikuti pendidikan berkelanjutan
e. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap per UU
3. Salah satu kriteria Apoteker dalam pelayanan kefarmasian adalah persyaratan administrasi.
yang termasuk kedalam persyaratan administrasi yaitu..
A. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan
B. Menggunakan atribut praktik
C. Memiliki STRA
D. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pembangunan diri
E. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap undang-undang
4. Pekerjaan kefarmasian tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus
mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan pasien. Merupakan pengertian dari ..
A. Nilai ilmiah
B. Keadilan
C. Kemanusiaan
D. Keseimbangan
E. Perlindungan dan keselamatan
5. Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan dan perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat yang berkaitan
dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan mutu dan
kemanfaatan. Diatur dalam..
A. PP 5 Tahun 2009
B. UU 36 Tahun 2009
C. UU 36 Tahun 2014
D. UU 44 Tahun 2009
E. Permenkes tentang kefarmasian
Nim : 19340238
Kelas : B ( Apoteker 39 )
6. Pekerjaan kefarmasian yang menyangkut proses produksi, proses penyaluran, dan proses
pelayanan dari sediaan farmasi yang tidak boleh di ketahui oleh umum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undagan, Disebut dengan :
a. Pekerjaan Kefarmasian
b. Rahasia Kefarmasian
c. Pelayanan Kefarmasian
d. Rahasia Pelayanan Kesehatan
e. Rahasia Profesi
7. Tenaga, Standar Yanfar, SPO, Dicatat, Perizinan SDM Cara Praktik Pelayanan yang
Baik / Standar Pelayanan Kefarmasian Menjaga Rahasia Kedokteran Kefarmasian
Mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan serta
teknologi Kendali Mutu dan Kendali Biaya merupakan Persyaratan Umum dari :
a. Menurut PP No 51 Thn 2009
b. Menurut PP No 73 Thn 2009
c. Menurut PP No 51 Thn 2016
d. Menurut PP No 03 Thn 2009
e. Menurut PP No 51 Thn 2010
NPM : 19340239
1. Peraturan mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 72 tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di rumah sakit berbunyi ?
5. Yang termasuk dalam pelayanan farmasi klinik menurut Depkes RI 2006, kecuali
A. Perbekalan Kesehatan
B. Penerimaan resep
C. Peracikan obat
D. Penyerahan obat
E. Penyimpanan resep
NAMA : IMANULLAH TUGAS UNDANG-UNDANG DAN ETIKA FARMASI
NIM : 19340240
KELAS : APOTEKER ISTN 39 B
DOSEN : Drs. Fakhren Kasim, MHkes., Apt
1. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 suatu
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker disebut?
a. Rumah Sakit
b. Apotek
c. Puskesmas
d. Toko Obat
e. Obat
3. Berikut ini merupakan tempat pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan farmasi
berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009 Pasal 19, kecuali?
a. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
b. Puskesmas
c. Klinik
d. Laundry
e. Toko Obat
5. Kriteria Apoteker dalam pelayanan kefarmasian salah satunya harus memiliki persyaratan
administrasi, dibawah ini persyaratan administrasi kecuali?
a. Memiliki Ijazah
b. Memiliki STRA
c. Memiliki Sertifikat Kompetensi (SERKOM)
d. Memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)
e. Kode Etik
1. Pekerjaan kefarmasian harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diperoleh dalam pendidikan termasuk pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman serta
etika profesi, pernyataan di atas termasuk dalam?
a. Nilai Ilmiah
b. Keadilan
c. Kemanusiaan
d. Keseimbangan
e. Perlindungan dan keselamatan
2. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus tetap menjaga keserasian serta keselarasan
antara kepentingan individu dan masyarakat, pernyataan diatas termasuk dalam?
a. Nilai Ilmiah
b. Keadilan
c. Kemanusiaan
d. Keseimbangan
e. Perlindungan dan keselamatan
3. Kriteria apoteker dalam pelayanan kefarmasian?
a. Persyaratan administrasi
b. Menggunakan atribut praktik
c. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan
d. Apoteker mampu mengidentifikasi
e. Semua benar
4. Wewenang apoteker yang dimaksud pada pasal 24 pp 51-2009 adalah?
a. Mengangkat seorang apoteker pendamping yang memiliki SIPA
b. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponennya atas
persetujuan dokter
c. Menyerahkan obat keras narkotik dan psikotropik pada masyarakat atas resep
dokter
d. B dan C benar
e. Semua benar
5. fungsi pelayanan farmasi dalam perlindungan terhadap pasien adalah?
a. Menyediakan informasi tentang obat – obatan kepada tenaga kesehatan lainya
b. Memantau penggunaan obat apakah efektif atau tidak efektif
c. Mendapatkan rekam medis untuk digunakan pemilihan obat yang tepat
d. A dan B benar
e. Semua benar
19340242
PROFESI APOTEKER
JAKARTA
2020
NPM : 19340243
Kelas B
NPM : 19340244
Kelas : B
Jawaban : A. Cara praktik pelayanan yang baik atau standar pelayanan kefarmasian
4. Praktik kefarmasian pada pasal 108 UUK No.36 Tahun 2009 meliputi ?
a. Pengendalian mutu sediaan farmasi
b. Penyimpanan dan pendistribusian obat
c. Pelayanan informasi obat serta pengembangan obat
d. Benar semua
Jawaban : D. Benar semua
NPM : 19340041
Kelas : B
NPM : 19340135
Kelas : B
16. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan
pelayanan kefarmasian klinik disebut sebagai....
f. Klasifikasi
g. Pelayanan kefarmasian
h. Pelayanan rawat inap
i. Pelayanan kefarmasian
j. Pelayanan farmasi
17. Medik, kefarmasian, keperawatan, dan kebidanan , pelayanan rawat inap termasuk
kedalam..
f. Pelayanan kesehatan
g. Pelayanan medis
h. Pelayanan
i. Pelayanan rumah sakit
j. Pelayanan penyakit
18. Regitrasi, izin praktek, dan izin tenaga kerja tenaga kefarmasian tercantum dalam..
f. Permenkes
g. BPOM
h. Dinkes
i. Rumah sakit
j. Direktorat jenderal
19. Klasifikasi & perizinan rumah sakit serta standar pelayanan kefarmasian dirumah
sakit diatur dalam..
f. PMK No. 74 tahun 2016 dan PMK No. 72 tahun 2016
g. PMK No. 75 tahun 2014 dan PMk No. 72 tahun 2016
h. PMk No. 889 tahun 2011 dan PMK No. 72 tahun 2016
i. PMK No. 56 tahun 2014 dan PMk No. 72 tahun 2016
j. PMK No. 3 tahun 2015 dan PMK No. 72 tahun 2016
20. Berapa jumlah apoteker dan TTK ( tenaga teknis kefarmasian) di rawa jalan menurut
perizinan dan persyaratan rumah sakit..
f. Apoteker (1,1,1,0) dan TTK (min, 2,2,0,0)
g. Apoteker (5,4,2,1) dan TTK (min 10,8,4,2)
h. Apoteker (1,1,0,1) dan TTK (min 2,2,0,0)
i. Apoteker (1,1,1,1) dan TTK (min 1,0,8,4,2)
j. Apoteker (5,4,2,1) dan TTK ( min 2,2,0,0)
2. Pencatatan dan pelaporan antara lain kartu stok, catatan pelayanan pasien/ patient medication
record, monitoring efek samping obat, pelaporan narkotika dan psikotropika, catatan mutu dan
laporan manajemen serta lainnya. Pencatatan dan pelaporan mengenai catatan mutasi obat adalah
a. kartu stok
b. catatan pelayanan pasien/ patient medication record
c. monitoring efek samping obat
d. pelaporan narkotika dan psikotropika
e. catatan mutu dan laporan manajemen
jawaban : a. kartu stok
3. Pencatatan dan pelaporan antara lain kartu stok, catatan pelayanan pasien/ patient medication
record, monitoring efek samping obat, pelaporan narkotika dan psikotropika, catatan mutu dan
laporan manajemen serta lainnya. Pencatatan dan pelaporan SIPNAP adalah
a. kartu stok
b. catatan pelayanan pasien/ patient medication record
c. monitoring efek samping obat
d. pelaporan narkotika dan psikotropika
e. catatan mutu dan laporan manajemen
jawaban : d. pelaporan narkotika dan psikotropika
4. Peningkatan mutu pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit diselenggarakan dengan mengacu pada
salah satu PMK tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit serta Pelayanan
Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO) Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS).
PMK yang dimaksud adalah
a. Peraturan Menteri Kesehatan No. 51 tahun 2009
b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 tahun 2014
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 tahun 2014
d. Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016
e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016
Jawaban : d. Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016 merupakan salah satu PMK tentang standar
pelayanan kefarmasian. PMK tersebut standar pelayanan kefarmasian di……
a. Apotek
b. Puskesmas
c. Kebidanan
d. Klinik
e. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Jawaban : b. puskesmas
Nim : 19340197
Kelas : B
1. Berikut ini yang tidak termasuk tujuan standar pelayanan kefarmasian adalah ?
a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
c. Melaksanakan tugas tidak sesuai etika kefarmasian
d. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
Jawaban : C
2. Peraturan Menteri Kesehatan republik Indonesia nomor 72 tahun 2016 yaitu tetang ?
a. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
b. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
c. Klasifikasi dan perizinan rumah sakit
d. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
Jawaban : A
3. Peraturan Menteri Kesehatan republik Indonesia nomor 74 tahun 2016 yaitu tetang ?
a. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
b. Standar pelayanan kefarmasian di klinik
c. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
d. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Jawaban : D
6. Peraturan Menteri Kesehatan republik Indonesia nomor 3 tahun 2015 yaitu tetang ?
a. Standar pelayanan kefarmasian di Klinik
b. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
c. P4 narkotika, psikotropika, dan precursor faramasi
d. Tentang akreditasi rumah sakit
Jawaban : C
7 sistem satu pintu untuk rumah sakit merupakan Penyelenggara pelayanan kefarmasian
sehingga apa manfaat yang di peroleh, kecuali?
a. pengendalian harga sediaan farmasi, alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai
b tidak menjamin mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan
c. standarisasi sediaan farmasi, alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai
d. meningkatkan pendapatan rumah sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai
Jawaban : B
TUGAS : UUF
NPM : 19340198
Jawaban D
14. Fungsi pengadministasian termasuk juga untuk
a. MESO
b. Medication error
c. Pelayanan resep
d. Benar semua
Jawaban D
15. IFRS merupakan satu-satunya penyelenggara pelayanan kefarmasian, sehingga rumah
sakit akan mendapatkan manfaat diantaranya adalah
e. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan
f. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
g. Salah semua
h. Benar semua
Jawaban D
Npm : 19340199
5. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 72 tahun 2016 adalah tentang?
a. Pelayanan kefarmasian di Apotek
b. Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
c. Pelayanan keframasian di klinik
d. Pelayanan gudang obat
e. Pelayanan informasi obat
Nim : 19340200
6. Pernyataan yang tepat mengenai Pelayanan Kefarmasian (PP No. 51/2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian) adalah …
f. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien
g. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada rumah sakit yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti .
h. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pemerintah yang berkaitan
dengan sediaan farmasi.
i. Semuanya benar
j. Semuanya salah
7. Pernyataan yang paling tepat peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 72
tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah..
f. Rumah Sakit adalah institusi pendidikan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
g. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
h. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.
i. Rumah Sakit adalah institusi pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan..
j. Semuanya salah.
9. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit telah memuat berbagai macam aktifitas
baik pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan pelayanan
farmasi klinik yang harus dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab siapa?
a. Dokter
b. Perawat
c. Fisioterapi
d. Apoteker
e. Tenaga Teknis Kefarmasian
10. Selain itu pelayanan kefarmasian bertujuan untuk melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan…
a. Masyarakat
b. Warga negara Indonesia
c. Warga negara asing
d. Individu
e. Pasien (patient safety)
1. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor berapa yang mengatur tentang
standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit?
a. 72 tahun 2015
b. 72 tahun 2016
c. 73 tahun 2015
d. 73 tahun 2016
e. 74 tahun 2016
2. Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas, apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian harus mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor…
a. 73 tahun 2015
b. 73 tahun 2016
c. 74 tahun 2015
d. 74 tahun 2016
e. 75 tahun 2016
3. Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di
garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan,
yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri
dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Merupakan pengertian dari…
a. Rumah sakit
b. Apotek
c. Puskesmas
d. Klinik
e. Posyandu
4. Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untukj jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan adalah definisi…
a. Obat
b. Obat tradisional
c. Kesehatan
d. Tenaga kesehatan
e. Sediaan farmasi
5. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 028/menkes/per/i/2011 tentang
klinik pada Pasal 23 yang berbunyi ‘Klinik yang menyelenggarakan pelayanan
rehabilitasi medis pecandu narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya wajib memiliki
instalasi farmasi yang diselenggarakan oleh……
a. Dokter
b. Apoteker
c. Bidan
d. Asisten apoteker
e. Perawat
6. Di bawah ini yang bukan merupakan alasan pemusnahan sediaan farmasi yaitu…
a. Kemasan kurang bagus
b. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
c. Telah kadaluwarsa
d. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan
e. Dicabut izin edarnya
7. Pendistribusian dan pelaporan di puskesmas menggunakan form LPLPO. Apa
kepanjangan dari LPLPO?
a. Laporan Pemakaian dan Lembar Pemeriksaan Obat
b. Laporan Penjualan dan Lembar Permintaan Obat
c. Laporan Pemakaian dan Lembar Penjualan Obat
d. Laporan Pemakaian dan Lembar Pemusnahan Obat
e. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
6. Di bawah ini manakah PERMENKES yang terkait dengan registrasi, izin praktik, dan izin
kerja tenaga kefarmasian ?
A. PMK 889/’11
B. PMK 012/’12
C. PMK No. 56/’14
D. PMK 75/’14
E. PMK 09/’14
7. Di bawah ini manakah PERMENKES yang terkait dengan akreditasi rumah sakit ?
F. PMK 889/’11
G. PMK 012/’12
H. PMK No. 56/’14
I. PMK 75/’14
J. PMK 09/’14
8. Di bawah ini manakah PERMENKES yang terkait dengan klasifikasi & perizinan rumah
sakit ?
A. PMK 889/’11
B. PMK 012/’12
C. PMK No. 56/’14
D. PMK 75/’14
E. PMK 09/’14
9. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. merupakan PP No. 51/2009 tentang :
F. Pekerjaan kedokteran
G. Pekerjaan keperawatan
H. Pekerjaan kefarmasian
I. Semua salah
J. Semua benar
10. Berbagai macam aktifitas baik pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) dan pelayanan farmasi klinik yang harus dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab
seorang apoteker di rumah sakit merupakan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor :
A. NOMOR 72 TAHUN 2016
B. NOMOR 74 TAHUN 2016
C. NOMOR 75 TAHUN 2014
D. A dan C benar
E. Semua salah
11. PMK Nomor 74 Tahun 2016 berisi tentang standar pelayanan kefarmasian di :
A. Rumah Sakit
B. Puskesmas
C. Apotek
D. Toko Obat
E. Gudang Obat Farmasi
12. PMK Nomor 72 Tahun 2016 berisi tentang standar pelayanan kefarmasian di :
F. Rumah Sakit
G. Puskesmas
H. Apotek
I. Toko Obat
J. Gudang Obat Farmasi
NIM : 19340203
KELAS : B-REGULER
PROFESI APOTEKER
JAKARTA
2020
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan
pelayanan farmasi klinik termasuk dalam?
a. Pelayanan Kefarmasian
b. Rumah Sakit
c. Pelayan Medik
d. Puskesmas
2. Yang termasuk dalam pencatatan dan pelaporan adalah
a. Kartu stok – catatan mutasi obat
b. Catatan pelayanan pasien / patient medication record
c. Monitoring efek samping obat
d. Semua jawaban benar
3. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien diatur dalam.
a. PP No. 51/2009
b. UU NAKES 36/20-14
c. Permenkes No.72 Tahun 2016
d. Permenkes No. 74 tahun 2016
4. Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
a. Klinik
b. Apotek
c. Rumah sakit
d. Puskesmas
5. Pelayanan Kefarmasian yang diselenggarakan di Rumah Sakit haruslah mampu
menjamin ketersediaan obat yang aman, bermutu dan berkhasiat dan sesuai dengan
amanat diselenggarakan sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian. Diatur
adalam UU nmor ?
a. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
b. Permenkes RI No. 72 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
c. Permenkes No. 74 tahun 2016
d. PP No. 51/2009
6. Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada
di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan
kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah
ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak
mencakup aspek pembiayaan adalah
a. Rumah Sakit
b. Puskesmas
c. Klinik
d. Apotek
12. Yang tidak termasuk dalam perizinan Rumah Sakit dan persyaratan Rumah Sakit,
yaitu…
f. Izin rumah sakit
g. Institusi
h. Klasifikasi
i. Pelayanan
j. Pengelolaan Obat
13. Yang termasuk dalam perizinan rumah sakit dan persyaratan klinik, yaitu…
f. Klasifikasi
g. Izin rumah sakit
h. pelayanan
i. penelitian dan pengembangan
j. Organisasi
14. Yang tidak mencakup dalam pelayanan IFRS (58/2014), yaitu…
f. Pengelolaan obat, alkes dan BMHP
g. Pelayanan farmasi klinik
h. Organisasi
i. Klasifikasi
j. Pengendalian mutu
15. Pada pencatatan dan pelaporan yang tidak perlu diperhatikan adalah…
f. Kartu stock-catatan mutasi obat
g. Catatan pelayanan pasien
h. Catatan penelitian dan pengembangan
i. Monitoring efek samping
j. Catatan mutu dan laporan manajemen
16. Tentang pekerjaan kefarmasian diatur oleh PP yaitu nomor…
f. 51 tahun 2010
g. 53 tahun 2009
h. 52 tahun 2010
i. 51 tahun 2009
j. 52 tahun 2011
17. Suatu perangkat instruksi / langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan
proses kerja rutin tertentu merupakan istilah dari…
a. SPO
b. CPOB
c. CPOTB
d. SBAR
e. TBAK
18. Tentang Yanfar di Rumah Sakit diatur oleh PMK, yaitu…
f. 70 tahun 2017
g. 71 tahun 2017
h. 72 tahun 2018
i. 73 tahun 2016
j. 72 tahun 2016
19. Yang tidak termasuk dalam administrasi PKM adalah…
a. Perencanaan
b. Permintaan
c. Pelayanan
d. Penerimaan
e. Pendistribusian
20. Alasan dalam pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP, kecuali…
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b. Sudah kedaluwarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan
d. Dicabut izin edarnya
e. Tidak digunakan lagi oleh dokter
21. Tentang Yanfar di Klinik diatur oleh Menkes, yaitu pada nomor…
a. 027/MENKES/ PER/I/2011
b. 025/MENKES/PER/I/2011
c. 026/MENKES/PER/I/2011
d. 028/MENKES/PER/I/2011
e. 027/MENKES/PER/I/2010
NPM : 19340205
TUGAS : UUF
3. Yanfar RS , PMK 72-2016 dan Petunjuk Tekhnik Yanfar RS tebagi menjadi 2 yaitu..
a. Rangkaian Pengelolaan ediaan Farmasi, Rangakaian Pelayanan Farmasi
Klinik
b. Rangkaian Pengelola Rumah Sakit, Rangkaian Pegelola Puskesmas
c. Rangkaian Pengelola Klinik, Rangkaian pengelola apoteke
d. Rangkaian Pengelola Puskesmas, Rangkaian Pengelola Klinik
5. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 74 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas, pelayanan kefarmasian terbagi dalam dua kegiatan yaitu..
a. Pengelolaan Sediaan Klinik dan Bahan Medis Habis pakai (BMHP) serta
Pelayanan Klinik
b. Pengelolaan Sediaan Puskesmas dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta
pelayanan Farmasi Rmah Sakit
c. Pengelolaan Sediaan Rumah Sakit dab Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta
Pelayanan farmasi klinik
d. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta
Pelayanan Farmasi Klinik
Nama : Astri Shafarilla
NPM : 19340206
KELAS B
1. Ketetapan Pimpinan RS pada tataran strategis, Narasi bersifat garis besar dan
mengikat disebut ?
F. Regulasi
G. Kebijakan
H. Pedoman
I. Pengelolaan
J. Asas
Jawaban : B. Kebijakan
2. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien, merupakan ?
A. Pekerjaan Kefarmasian
B. Pekerjaan Keperawatan
C. Pelayanan Kefarmasian
D. Pelayanan Keperawatan
E. Pekerjaan Kebidanan
3. Berikut ini yang termasuk pelayanan di Instalasi farmasi Rumah Sakit, kecuali ?
A. Pengelolaan obat. Alkes dan BMHP
B. Pelayanan Kefarmasian
C. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
D. Penelitian dan pengembangan
E. Pengendalian mutu
NPM : 19340228
Klas :B
NIM : 19340208
2. Tentang standar pelayanan kefarmasian di Rumah sakit di atur dalam permenkes nomor …
a. No 74 tahun 2016
b. No 72 tahun 2016
c. No 74 tahun 2017
d. No 72 tahun 2017
e. No 74 tahun 2015
3. Salah satu alas an pemusnahan sediaan faarmasi dan BMHP adalah dibawah ini, kecuali …
a. Jumlah / stok berlebih
b. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
c. Telah kadaluarsa
d. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan dan ilmu pengetahuan
e. Dicabut izin edarnya
4. Registrasi , izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian di atur dalam permenkes nomor …
a. PMK no 889 tahun 2011
b. PMK no 888 tahun 2011
c. PMK no 889 tahun 2012
d. PMK no 882 tahun 2012
e. PMK no 899 tahun 2011
5. Dasar untuk mengurus perizinan dan persyaratan sebagai bahan mengklasifikasi Rumah
Sakit adalah dibawah ini. kecuali …
a. Tarif
b. Jenis pelayanan
c. Peralatan
d. Bangunan
e. Sarana dan prasarana
6. Pelayana langsung dan bertanggung jawab depada pasien yang berkaitan denngan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor …
a. No 51 tahun 2009
b. No 52 tahun 2009
c. No 51 tahun 2010
d. No 52 tahun 2010
e. No 53 tahun 2011
7. Pengaudit resmi dalam hal peningkatan mutu pelayanan kefarmasian di rumah sakit
diselenggarakan oleh lembaga yang bernama …
a. SNARS
b. IDI
c. IAI
d. IBI
e. KADIN
8. Dibawah ini termasuk rangkaian pelayanan farmasi klinik, yang bukan adalah ...
a. Kasir
b. Pengkajian dan pelayanan resep
c. Penelusuran riwayat penggunaan obat
d. Konseling obat
e. Visite
Soal
1. Rumah sakit sebagai unit pelayanan kesehatan menyelenggarakan pelayanan yang
bersifat..
a. Promotif
b. Preventif
c. Persuasif
d. Resosiatif
e. Kuratif
Jawaban: E
2. Suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit dipimpin oleh seorang
apoteker yang memiliki tugas melaksanakan kegiatan kefarmasian disebut…
a. Rumah Sakit Kefarmasian
b. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
c. Instalasi Farmasi Klinik
d. Apotek Rumah Sakit
e. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Klinik
Jawaban: B
5. Permenkes No. 58 tahun 2014 memuat tentang standar pelayanan kefarmasian di...
a. Rumah sakit
b. Apotek
c. Gudang farmasi
d. Klinik
e. Puskesmas
Jawaban: A
11. Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang digunakan sebagai pedomana
tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Salah satu
tujuan pengaturan standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit adalah...
f. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
g. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
h. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat rasional
i. Melindungi tenaga kefarmasian dari penggunaan obat rasional
j. Melindungi pasien dari penggunaan obat palsu
12. Kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan dan
pendistribusia sediaan farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Media Habis Pakai yang
bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui instalasi farmasi
merupakan...
f. Kebijakan pemillik Rumah Sakit
g. Kebijakan Sistem Satu Pintu
h. Kebijakan pemimpin Rumah Sakit
i. Kebijakan stakeholder farmasi
j. Kebijakan pemimpin Institus Farmasi Rumah Sakit
13. Kegiatan pengelolahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai berupa kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan adalah kegiatan...
a. Perencanaan kebutuhan
b. Pengadaan
c. Pemilihan
d. Pendistribusian
e. Penerimaan
14. Fasillitas Pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tinngkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setingginya diwilayah kerjanya, disebut dengan
a. Apotek
b. Rumah Sakit
c. Poliklinik
d. Puskesmas
e. Klinik
15. Puskesmas adalah fasillitas Pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tinngkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setingginya diwilayah kerjanya., adalah definisi tentang puskesmas
yang tercantum dalam...
a. Permenkes Nomor 75 Tahun 2014
b. Permenkes Nomor 76 Tahun 2016
c. PP No 51 Tahun 2009
d. Permenkes Nomor 74 Tahun 2016
e. Permenkes Nomor 56 Tahun 2014
16. Pelayanan Kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan faramsi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien, pernyataan tersebut tercantum
berdasarkan...
a. Permenkes Nomor 75 Tahun 2014
b. Permenkes Nomor 76 Tahun 2016
c. PP No 51 Tahun 2009
d. Permenkes Nomor 74 Tahun 2016
e. Permenkes Nomor 56 Tahun 2014
17. Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 sangat penting diterapkan di setiap pelayanan
farmasi, sehingga tercapainya peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, PMK74
Tahun 2016 memuat tentang...
f. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
g. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
h. Standar Pelayanan Kefarmasian di IFRS
i. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rawat Inap
j. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rawat Jalan
18. Institusi Pelayanan kesehatan yang menyelenggrakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat, definisi dari...
f. Puskesmas
g. Klinik
h. Poliklinik
i. Rumah Sakit
j. Apotek
19. Standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi Standar Pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Farmasi
Klinik. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di Rumah Sakit adalah...
a. Perencanaan
b. Pengadaan
c. Penerimaan
d. Pendistribusian
e. Pengkajian Resep
20. Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat preventif,promotif,
kuratif dan rehabilitatif, pernyataan tersebut tercantum berdasarkan...
a. Permenkes No 28 Tahun 2011 pasal 21
b. Permenkes No 28 Tahun 2011 pasal 22
c. Permenkes No 28 Tahun 2011 pasal 23
d. Permenkes No 28 Tahun 2011 pasal 24
e. Permenkes No 28 Tahun 2011 pasal 4
NAMA : FARIDA
NIM : 19340211
NPM : 19340212
KLS :B
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
APRIL 2020
1. Penyimpanan bendel resep harian secara teratur selama …........ dan pemusnahan
resep yang dilengkapi dengan berita acara
A. 1 tahun
B. 2 tahun
C. 4 tahun
D. 3 tahun
E. 5 tahun
2. Fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian
?
A. prasarana
B. sarana
C. budaya
D. etika
E. hukum
3. Alasan Pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai?kecuali
A. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
B. telah kadaluwarsa;
C. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan;
D. dicabut izin edarnya
E. Produk tinggal sedikit
4. Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada
di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan
kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah
ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak
mencakup aspek pembiayaan
A. Klinik
B. Puskesmas
C. Posyandu
D. apotek
E. rumah sakit
5. Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas, apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian harus mengacu pada?
A. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.
B. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
C. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 76 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
D. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 77 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
E. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
6. Salah satu fungsi pokok Puskesmas adalah sebagai ?
A. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
B. pusat pelayanan kesehatan tingkat kedua
C. pusat pelayanan kesehatan tingkat ketiga
D. pusat pelayanan kesehatan tingkat kelima
E. pusat pelayanan kesehatan tingkat keempat
7. kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah pelaksanaan kegiatan adalah?
A. Rencana
B. Pedoman
C. Kerangka
D. Konsep
E. Tujuan
8. ketetapan pimpinan RS pada tataran strategis adalah?
A. Kebijakan
B. Aturan
C. Instruksi
D. Perintah
E. Tujuan
9. Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, apoteker harus
mengacu pada ?
A. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
B. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
C. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
D. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
E. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
10. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat
A. Rumah sakit
B. Klinik
C. Apotek
D. Posnyandu
E. Puskesmas
NIM : 19340213
KELAS : B-REGULER
PROFESI APOTEKER
JAKARTA
2020
6. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI, DAN
PELAYANAN FARMASI KLINIK termasuk pelayanan...
f. Pelayanan medik
g. Pelayanan kefarmasiaan
h. Pelayanan keperwatan
i. Pelayanan kebidanan
j. Pelayanan klinik
7. Dokumen ......... yang harus disiapkan terkait pengorganisasian pelayanan kefarmasian di
rumah sakit dapat berbentuk kebijakan/ pedoman/ standar prosedur operasional
f. Regulasi
g. Pedoman
h. Kebijakan
i. Pelaporan
j. Pencatatan
8. Yang bukan termasuk Rangkaian pelayanan klinik adalah
a. Konseling
b. Visite
c. Pengadaan
d. Rekonsiliasi obat
e. Evaluasi penggunaan obat
9. Unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja adalah pengertian dari
a. Rumah sakit
b. Apotek
c. Klinik
d. Puskesmas
e. Toko obat
10. Dibawah ini yang termasuk alasan pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP adalah
a. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b. telah kadaluwarsa;
c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan;
d. dan/atau dicabut izin edarnya
e. Semua Benar
2. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap
orang berhak atas kesehatan,sesuai dengan undang-undang nomor.....
a. Undang-Undang No 39 tahun 2009
b. Undang-Undang No 38 tahun 2009
c. Undang-Undang No 37 tahun 2009
d. Undang-Undang No 36 tahun 2009
e. Undang-Undang No 35 tahun 2009
4. Permenkes 72 tahun 2016 sangat penting di terapkan di setiap Instalasi Farmasi di rumah
sakit, sehingga tercapainya peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, PMK 72 Tahun
2016 memuat tentang ........
a. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
b. Standar Pelayanan Kefarmasian di IFRS
c. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rawat inap
d. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah sakit
e. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rawat Jalan
5. Registrasi, izin praktik dan izin kerja tenaga kefarmasian di atur dalam.....
a. PERMENKES NO 885 Tahun 2011
b. PERMENKES NO 886 Tahun 2011
c. PERMENKES NO 887 Tahun 2011
d. PERMENKES NO 888 Tahun 2011
e. PERMENKES NO 889 Tahun 2011
9. Pusat kesehtan masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja, standar pelayanan kefarmasian di
puskesmas diatur dalam
a. PERMENKES NO 75 Tahun 2016
b. PERMENKES NO 74 Tahun 2016
c. PERMENKES NO 73 Tahun 2016
d. PERMENKES NO 72 Tahun 2016
e. PERMENKES NO 71 Tahun 2016
Nama : Fatmawati
NPM: 19340215
Kelas :”B”
n. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan 012 tahun 2012 meliputi perturan tentang?
u. Registrasi ,izin praktik
v. Standar pelayanan kefarmasian
w. Puskesmas
x. Akreditasi rumah sakit
y. Klasifikasi dan perizinan rumah sakit
o. Perizinan dan persyaratan rumah sakit di bawah ini yang bukan termasuk adalah?
t. Izin operasional
u. Izin rumah sakit
v. Izin praktek mandiri
w. Pelayanan kefarmasian
x. Tenaga kefarmasian
p. Yang bukan termasuk dalam klasifikasi perizinan dan persyaratan rumah sakit
adalah?
t. konseling
u. pengadaan
v. pemilihan
w. perencanaan kebutuhan
x. pemusnahan dan penarikan
r. kompetensi apoteker di puskesmas kecuali?
n. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu
o. Mampu mengambil keputusan secara professional
p. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal
q. Asisten apoteker hendaknya membantu pekerjaan apoteker dalam
melaksanakan pelayanan kefarmasian
r. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
s. Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di puskesmas, apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian harus mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor?
j. PMK No 028 Tahun 2011
k. PMK No 74 Tahun 2016
l. PMK No 72 Tahun 2016
m. PMK No 44 Tahun 2009
n. PMK No 58 Tahun 2014
t. Yang bukan termasuk alasan pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP
y. Telah kadaluwarsa
6. Yang BUKAN merupakan perizinan dan persyaratan tenaga kefarmasinRumah sakit adalah
f. Apoteker (5,4,2,1) di rawat jalan + TTK minimal (10;8;4;2)
g. Apoteker (5;4;4;1) di rawat inap + TTK minimal (10;8;8;2)
h. Apoteker (5;4;4;1) di rawat IGD + TTK minimal (10;8;8;2)
i. Apoteker (1;1;0;0) di rawat ICU + TTK minimal (2;2;0;0)
j. Apoteker (1;1;1;1) kordinator penerimaan dan distribusi (dapat merangkap farmasi
klinik) + TTK sesuai kebutuhan.
7. Pelayanan IFRS diatur di dalam pmk nomor berapa….
a. 58 tahun 2014
b. 75 tahun 2014
c. 36 tahun 2009
d. 889 tahun 2011
e. HK 02.02.068 tahun 2010
8. Kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas kesehatan pemerintah diatur dalam….
a. 58 tahun 2014
b. 75 tahun 2014
c. 36 tahun 2009
d. 889 tahun 2011
e. HK 02.02.068 tahun 2010
9. Dokumen yang harus disiapkan terkait pengorganisasian pelayanan kefarmasian dirumah
sakit dapat berbentuk kebijakan /pedoman /standar prosedur operasional merupakan
pengertian dari….
f. Kebijakan
g. Pedoman
h. Regulasi
i. SPO
j. Sistem satu pintu
10. Yang merupakan manfaat satu pintu bagi RS adalah…..
a. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
b. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
c. Pemantauan terapi obat
d. A,B,C jawabannya Salah
e. A,B,C jawabannya Benar
d. PP no 51 tahun 2009
d. PP no 51 tahun 2009
a. administrasi
b. prasarana
c. pembukuan
d. pelayanan
TUGAS UNDANG-UNDANG ETIKA FARMASI
1. Pada pelayanan kefarmasian yang diselenggrakan dalam rumah sakit harus la menjamin
ketersediaan obat yang aman, bermutu dan berkahsiat
a. Pernyataan di atas di sebutkan dalam undang undang?
b. UU nomor 44 tahun 2009
c. UU nomor 46 tahun 2009
d. UU nomor 47 tahun 2009
e. UU nomor 48 tahun 2009
3. Yanfar di Rumah sakit terdiri dari rangkaian pengolahan sediaan farmasi yang termasuk
kedalamny adalah?
a. Pemilihan, , Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan, Pendistribusian, Pemusnahan dan
Penarikan, dan Pengendalian dan Administrasi.
b. Pemilihan, Perencanaan Kebutuhan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan,
Pendistribusian, Pemusnahan dan Penarikan, dan Pengendalian dan Administrasi.
c. Pemilihan, Perencanaan Kebutuhan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan,
Pendistribusian, Pemusnahan dan Penarikan.
d. Pemilihan, Perencanaan Kebutuhan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan,
Pendistribusian, dan Pengendalian dan Administrasi.
4. Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di
garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan,
yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri
dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan si sebut
sebagai?
a. Rumah sakit
b. Rumah sakit swasta
c. Puskesmas
d. Klinik
NIM : 19340219
1. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien terdapat pada?
i. PP No. 51/2009
j. PP No. 50/2009
k. PP No. 44/2009
l. PP No.72/2016
2. Apa yang di maksud dengan Standar prosedur operasional (SPO) adalah
e. Agar pelayanan konsisten dan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
f. Memenuhi standar mutu
g. Suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk
menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.
h. Suatu prosedur yang harus memenuhi standar operasional
3. IFRS merupakan satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah
Sakit akan mendapatkan manfaat dalam hal:
a. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP;
b. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP;
c. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP;
d. Semua benar
4. Instalasi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat,
adalah pengertian dari?
i. Rumah sakit
j. Apotek
k. Klinik
l. Puskesmas
5. Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua tahap
pengelolaan dan pelayanan kefarmasian,yaitu:
a. Perencanaan, Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/ kota,
Penerimaan, Penyimpanan mengunakan kartu stok atau computer,
Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-LPO.
b. Perencanaan, permintaan obat ke rumah sakit, penerimaan, pendistribusian dan
pelaporan
c. Perencanaa, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian
d. Pengadaan, perencanaan, penerimaan, pendistribusian, pemusnahan
UNDANG – UNDANG DAN ETIKA FARMASI
TUGAS SOAL
Disusun oleh :
1. Standar pelayanan kefarmasian yang tertuang dalam Permenkes No.72 Tahun 2006
yaitu tentang ..
f. Pelayanan IFRS satu pintu
g. Manfaat keselamatan pasien
h. Perencanaan kebutuhan
i. Standar prosedur operasional
j. Standar pengelolaan
2. Rangkaian dalam pengelolaan sediaan farmasi
1) Perencanaan
2) Pengadaan
3) Perencaan kebutuhan
4) Penerimaan
5) Pendistribusian
6) Penyimpanan
7) Pemusnahan dan penarikan
8) Pengendalian dan administrasi
Urutan yang benar yaitu ..
a. 1,3,4,6,2,5,7 dan 8
b. 1,3,2,4,6,5,7 dan 8
c. 2,1,3,4,5,6,8 dan 7
d. 1,2,3,4,5,6,7, dan 8
e. 3,2,1,4,6,5,8 dan 7
3. Permenkes RI No. 74 Tahun 2006 yaitu membahas tentang ..
a. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
b. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
c. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
d. Standar pelayanan kefarmasian di Klinik
e. Standar perencanaan barang
4. Tujuan pelayanan kefarmasian di puskesmas yaitu
a. Menyediakan dan memberikan sediaan farmasi dan alkes disertai info
b. Menyediakan Informasi terhadap pasien
c. Memberikan informasi obat yang benar
d. Menyediakan sarana prasarana
e. Meningkatkan mutu pelayanan
5. Permenkes RI Nomer 028/MENKES/PER/I/2011 yaitu membahas tentang ..
a. Rumah sakit
b. Puskesmas
c. Klinik
d. Apotek
e. Home care
Disusun Oleh :
Nama : SYIFA ANISATUL AULIA (19340222)
Kelas : B Apoteker reguller
Dosen Pengampu :
Drs. Fakhren Kasim, MHKes, Apt
2. Dibawah ini merupakan Manfaat Pelayan Satu Pintu bagi RS, kecuali …..
a. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP
b. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
c. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
d. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
e. Penurunan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit
Jawaban e. Penurunan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit
NPM : 19340223
Kelas : B regular
35. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien menurut…
q. PMK No.72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
r. PP No. 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
s. PMK No. 56/’14 : Klasifikasi & Perizinan Rumah Sakit
t. PMK 74/’16 : Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
36. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 72 tahun 2016 tentang…
a. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
b. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
c. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
d. Pekerjaan kefarmasian
37. Pelayanan Kefarmasian yang diselenggarakan di Rumah Sakit haruslah mampu menjamin
ketersediaan obat yang aman, bermutu dan berkhasiat dan sesuai dengan amanat Undang
Undang Nomor…
q. UU No. 44 tahun 2009
r. UU No. 5 tahun 1997
s. UU No. 35 tahun 2009
t. UU No. 36 tahun 2009
38. Suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses
kerja rutin tertentu, pengertian dari…
q. Kebijakan
r. Pedoman
s. Standar prosedur operasional
t. Regulasi
39. Yang termasuk rangkaian pada pengelolaan sediaan farmasi adalah…
q. Pemilihan
r. Perencanaan Kebutuhan
s. Pengadaan
t. Penerimaan
u. Semua Benar
40. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 74 tahun 2016 tentang…
a. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
b. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
c. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
d. Pekerjaan kefarmasian
41. Untuk melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety), tujuan dari.…
s. Pekerjaan kefarmasian
t. Pelayanan kefarmasian
u. Perencanaan Kebutuhan
v. Standar prosedur operasional
42. Yang termasuk tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, yaitu:...
k. Perencanaan dan Penerimaan
l. Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/ kota
m. Penyimpanan mengunakan kartu stok atau komputer
n. Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-LPO
o. Semua Benar
43. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 028/menkes/per/i/2011 tentang …
k. Klinik
l. Apotek
m. Puskesmas
n. Rumah Sakit
NPM : 19340225
TUGAS : INDIVIDU
1. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien, termuat dalam peraturan pemerintah nomor?
a. PP No. 51/2009
b. PP No. 52/2009
c. PP No. 53/2009
d. PP No. 54/2009
3. Berikut yang bukan rangakaian pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit adalah?
a. Pengkajian dan pelayanan resep
b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
c. Rekonsiliasi Obat
d. Pelayanan Konseling
NIM : 19340226
APOTEKER REGULER B
1. permenkes terkait rs/pkm/klinik yang mengatur tentang registrasi, izin praktik, dan
izin kerja tenaga kefarmasian:
f. PMK 889/’11
g. PMK 012/’12
h. PMK No. 56/’14
i. PMK 75/’14
j. PMK 09/’14
2. Apa saja pelayanan yang dilakukan di IFRS ( 58/2014), kecuali:
f. pengelolaan obat, alkes & bmhp
g. pelayanan farmasi klinis
h. pengelolaan sumber daya kefarmasian lainsdm; sarana – peralatan; pendidikan &
pelatihan nakes
i. penelitian & pengembangan
j. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat
3. Pada pasal berapa dalam permenkes yang menyatakan bahwa, klinik rawat jalan yang
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian wajib memiliki apoteker yang memiliki
Surat izin Praktik Apoteker (SIPA) sebagai penanggung jawab atau pendamping?
a. Pasal 22 .
b. Pasal 21.
c. Pasal 23.
d. Pasal 21
e. Pasal 24
4. Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pelayanan kesehatan tidak lagi terpusat di
rumah sakit atau fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, namun pelayanan kesehatan
harus dilakukan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis pasien, bertujuan
untuk :
a. meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat
b. meningkatkan kesejahtraan bagi masyarakat
c. mempermudah pengobatan bagi masyarakat
d. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien
e. meningkatkan kenyamanan pasien
5. apa saja Kompetensi apoteker di Puskesmas? Kecuali
a. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu
b. Mampu mengambil keputusan secara professional
c. pengorganisasian dan pelayanan kefarmasian dalam hal pengelolaan dan
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan (Alkes) dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) dan pelayanan farmasi klinik
d. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan
lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa lokal
e. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal, sehingga
ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date).
Tugas UUF
NPM 19340228
Klas B
Jakarta 15 – April – 2020
1. Tentang registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian menurut
a. PMK 012/’12
b. PMK 889/’11
c. PMK No. 56/’14
d. PMK 75/’14
e. PMK 75/’14
2. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
a. Puskesmas
b. BNN
c. BPOM
d. Rumah Sakit
e. Klinik
3. Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, apoteker harus mengacu
pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor ?
a. No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
b. No. 57 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
c. No. 74 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
d. No. 55 tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
e. No. 77 tahun 2012 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
4. Yang berperan penting dalam penjaminan mutu, manfaat, keamanan serta khasiat
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai pengertian dari ?
a. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
b. Pelayanan Kefarmasian di dinas kesehatan
c. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
d. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dan Rumah Sakit
e. Semua jawaban salah
5. Wajib Melaporkan Hasil Pembinaan Dan Pengawasan Kepada Direktur Jenderal
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan-KEMENKES RI merupakan tugas ?
a. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten
b. Badan Narkotika Nasional
c. Badan Pengawasan Obat makanan dan minuman
d. Isntalasi Farmasi
e. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten
6. Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan pasien (umum,
miskin, asuransi), penyimpanan bendel resep harian secara teratur selama
a. 3 Tahun
b. 5 Tahun
c. 2 Tahun
d. 4 Tahun
e. Semua jawaban benar
NAMA : NOLA WULANDARI
NIM : 19340229
KELAS : B (REGULER)
Nama : Firman
Nim : 19430230
Kelas : Reguler B
Tugas : Buat Minimal 5 Soal Terkait Materi Pelayanan Farmasi RS-PKM-
Klinik.
Mata Kuliah : Undang-undang dan Etika Farmasi
Dosen : Drs. Fakhren Kasim, M.Hkes., Apt
5. Registrasi, izin praktek dan izin kerja tenaga kefarmasian di atur dalam…
a. PMK No. 74 Tahun 2016
b. PMK No. 75 Tahun 2014
c. PMK No. 56 Tahun 2014
d. PMK No. 889 Tahun 2011
e. PMK No. 3 Tahun 2015
6. Berikut ini yang bukan merupakan alasan pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP yaitu…
f. Telah kadaluwarsa
g. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
h. Telah banyak beredar didalam pelayanan kesehatan
i. Dicabut izin edarnya
j. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan
7. Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua tahap
pengelolaan dan pelayanan kefarmasian yaitu sebagai berikut kecuali…
f. Perencanaan
g. Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/kota
h. Penerimaan
i. Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-LPO
j. Pengembalian
12. Ada beberapa rangkaian dalam pelayanan farmasi klinik. Berikut ini yang tidak
termasuk rangkaian pelayanan farmasi klinik adalah…
a. Pengkajian dan pelayanan resep
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
c. Rekonsiliasi obat
d. Rawat inap
e. Pelayanan informasi obat
NIM : 19340231
KELAS : REGULER-B
13. Berikut ini adalah bentuk-bentuk pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit menurut
UU 58/2014 ?
16. Pukesmas adalah Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan
kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat
pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja
tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan
namun tidak mencakup aspek pembiayaan. Sebutkan tujuan pelayanan dari puskesmas
?
f. Menjalankan tugas dari kepala desa
g. hanya melakukan sesuai kewajiban
h. menyediakan dan memberikan sediaan farmasi dan alat kesehatan disertai
informasi agar masyarakat mendapat manfaat yang terbaik
i. melakukan pelayanan kesehatan komunitas atau milik sendiri
j. hanya melakukan pelayanan bagi pasien gawat darurat
17. Di bawah ini kompetensi dari seorang apoteker di puskesmas adalah sebagai berikut,
kecuali ?
f. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu
g. Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian tanpa bantuan dari tenaga
teknis kefarmasian
h. Mampu mengambil keputusan secara profesional
i. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi
kesehatan lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa
lokal
j. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal, sehingga
ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date).
19340232
NURYANTI M. YUNUS
TUGAS UUF
TERIMA KASIH
NAMA : IGA KUSUMA DEWI JABIR
NIM : 19340233
KELAS : REGULER-B
NIM : 19340234
KELAS : B_REGULER
1. Unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten / kota, yang bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan suatu pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja adalah :
a. Rumah sakit
b. Puskesmas
c. Klinik
d. Apotek
e. Posyandu
2. Adanya suatu pengaturan standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit mempunyai tujuan, yaitu
untuk ?
c. Melindungi Pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien.
d. A dan C benar
3. Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Hal tersebut merupakan Peraturan
menteri kesehatan tentang standar pelayanan kefarmasian diRumah Sakit dalam pasal dan ayat
berapa?
a. Pasal 1 Ayat 2
b. Pasal 2 Ayat 2
c. Pasal 3 Ayat 3
d. Pasal 4 Ayat 4
4. Peraturan menteri kesehatan tentang standar pelayanan kefarmasian diRumah Sakit dalam pasal 12
menjelaskan bahwa :
a. Pengawasan yang dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
dilakukan oleh kepala BPOM.
b. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Menteri dilakukan oleh menteri, kepala
dinas kesehatan provinsi dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
c. Pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan menteri ini dapat dikenai sanksi
administratif sesuai dengan ketentuan peraturan penundang-undangan.
d. Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian dirumah sakit harus dilakukan dengan
pengendalian mutu pelayanan.
5. Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas, harus dilakukan pengendalian mutu
pelayanan kefarmasian, diantaranya yaitu :
8. Salah satu tujuan dari pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
yang dilakukan secara periodik adalah :
d. Untuk mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan obat dan
BMHP sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan.
9. Apa saja yang termasuk kedalam persyaratan administrasi dalam pelayanan farmasi klinik :
c. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, tanggal resep, Ruang asal resep, nama
dan paraf dokter.
10. Apabila klinik di daerah yang tidak terdapat Apoteker, pelayanan kefarmasian, berdasarkan
Undang-undang dapat dilaksanakan oleh :
b. Petugas laboratorium
c. Petugas Radiologi
d. Petugas kebersihan
TERIMA KASIH
NAMA : RISA AMALIA KESUMA
NIM : 19340235
4. Yang termasuk manfaat sistem satu pintu bagi Rumah Sakit yaitu .......
a. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan BMHP (keselamatan pasien);
b. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai.
c. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP
d. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
e. Semua benar
Jawaban : E
5. Sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama, merupakan salah satu fungsi
pokok dari ..........
a. Klinik
b. Apotek
c. Toko obat
d. Puskesmas
e. Rumah sakit
Jawaban : D
NPM : 19340236
a. 72 tahun 2016
b. 72 tahun 2017
c. 73 tahun 2016
d. 73 tahun 2017
e. 74 tahun 2016
5. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan lainnya
dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa local
Dari pernyataan diatas manakah yang paling tepat sebagai kompetensi apoteker di puskesmas
?
a. 1, 2, 3
b. 1, 2, 4
c. 2, 4, 5
d. 1, 2, 4
e. 1, 2, 5
Nama : Nadia Dwi Sarah Zahara
1. Permenkes terkait klasifikasi dan perizinan rumah sakit di atur oleh ...
a. PMK No 56 2014
b. PMK No 54 2015
c. PMK No 55 2014
d. PMK No 52 2014
e. PMK No 56 2015
2. Pelayanan kefarmasian PP No. 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah..
a. Pelayanan tidak langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
b. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien.
c. Pelayanan langsung dan tidak bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
d. Pelayanan kepada pasien untu mencapai hasil untuk mengurangi mutu kehidupan
pasien.
e. Pelayanan tidak langsung dan tidak bertanggung jawab tidak ada peningkatan
mutu.
3. Dibawah ini yang bukan dari pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit berperan
penting dalam penjaminan adalah ..
a. Mutu
b. Manfaat
c. Keamanan
d. khasiat sediaan farmasi
e. Sediaan dosis
4. Apa tujuan dari pelayanan kefarmasian adalah..
a. untuk melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
b. Pelayanan konsisten dan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan
c. Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang
berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan
pelayanan kesehatan
d. Melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan
secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup
aspek pembiayaan
e. agar masyarakat mendapatkan manfaat yang terbaik.
5. Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua tahap
pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, kecuali...
a. Perencanaan dan permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/ kota.
b. Penerimaan dan penyimpanan mengunakan kartu stok atau komputer
c. Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-LPO.
d. Perencanaan dan pembuataan obat disalurkan ke toko-toko
e. a, b, c benar
Nim : 19340238
Kelas : B ( Apoteker 39 )
10. Yang bukan termasuk Manfaat system satu pintu di rumah sakit adalah
F. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP;
G. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP;
H. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP;
I. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
J. Rangkaian pengelolaan sediaan farmasi
11. Ranggaian dalam pengelolaan farmasi ialah
F. Penyimpanan,
G. Pendistribusian,
H. Pemusnahan dan Penarikan,
I. Pengendalian dan Administrasi
J. Semua Benar
12. Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua
tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian,yaitu kecuali
F. Memberikan informasi obat kepada pasien
G. Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/ kota.
H. Penerimaan.
I. Penyimpanan mengunakan kartu stok atau komputer
J. Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-LPO.
9. Dibawah ini yang bukan merupakan kompetensi seorang Apoteker di Puskesmas Adalah?
a. Mampu mediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu
b. Mampu mengambil keputusan secara professional
c. Mempu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan lainnya
dengan menggunkan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa local
d. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal, sehingga ilmu
dan keterampilan yang dimiliki selalu up to date
e. TTK adalah penanggung jawab dalam melaksakan pelayanan kefarmasian dipuskesmas
10. Berdasarkan Permenkes RI No 028 Tahun 2011 Tentang Pelayanan Kefarmasian di Klinik,
Klinik rawat jalan yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian wajib memiliki Apoteker
sebagai penanggung jawab atau pendamping, Apoteker di Klinik Rawat Jalan harus memiliki:
f. Ijazah
g. Sertifikat Kompetensi
h. SIPA (Surat Izin Praktik Apoteker)
i. STRA
j. Transkrip nilai
a. UU 72 tahun 2016
b. UU 51 tahun 2009
c. UU 44 tahun 2009
d. UU 36 tahun 2014
e. UU 14 tahun 2010
2. Dibawah ini Yang termasuk dari rangkaian pelayanan farmasi klinik adalah
kecuali...
a. Rekonsiliasi Obat
b. Pelayanan Informasi Obat
c. Visite
d. Perencanaan Kebutuhan
e. Pemantauan Terapi Obat
3. Pernyataan ini Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang
tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien merupakan bagian dari...
a. Tujuan Kompetensi Apoteker
b. Tujuan Pengaturan standar YANFAR
c. Tujuan Administrasi Puskesmas
d. Tujuan Administrasi Rumah sakit
e. Tujuan Pengelolaan Obat
NPM : 19340243
6. diberikan batasan yaitu suatu bahagian menyeluruh, ( Integrasi ) dari organisasi dan
medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik
kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan
keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga
kesehatan serta untuk penelitian biososial adalah pengertian rumah sakit oleh ?
a. WHO
b. KEMENKES
c. BPOM
d. DPR
8. Pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien , tentang Pekerjaan Kefarmasian diatur dalam ?
a. PP No. 51/2010
b. PP No. 51/2008
c. PP No. 51/2009
d. PP No. 51/2007
11. ketetapan pimpinan RS pada tataran strategis. Narasi bersifat garis besar dan
mengikat, disebut?
e. Kebijakan
f. Pedoman
g. Pengelolaan
h. Prosedur
13. - Kegiatan Yanfar baik pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP,
termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dilaksanakan melalui IFRS.
- Apabila, sesuai dengan peraturan yang berlaku, terdapat proses pengelolaan
(misal: pengadaan) yang dilaksanakan oleh unit kerja lain, penetapan kebijakan
tetap dilakukan berkoordinasi dengan IFRS.
Pernyataan diatas merupakan ?
a. Sistem satu pintu pada pelayanan kefarmasian
b. Sistem dua pintu pada pelayanan kefarmasian
c. Sistem tiga pintu pada pelayanan kefarmasian
d. Sistem empat pintu pada pelayanan kefarmasian
NPM : 19340244
Kelas : B
4. Strategi untuk mencapai kualitas hasil yang diinginkan secara efektif dan efisien
dalam pelayanan kesehatan disebut kolaborasi ?
a. Team work
b. Tertier
c. Sekunder
d. Interprofesional
Jawab : D. Interprofesional
Jawab : B. SBAR
9. Apa yang kita lakukan bila menerima instruksi untuk memberikan obat kepada pasien
dari dokter melalui telepon ?
a. Mengulang instruksi dokter,membaca kembali
b. Mengulang instruksi dokter,menulis dalam RM
c. Mengulang isi instruksi,membaca kembali isi instruksi dokter,menuliskan
tanggal,jam dan nama dokter yang menginstruksikan
d. Semua boleh dilakukan,disesuaikan dengan kemampuan
NIM : 19340132
SOAL ESSEY
SOAL KASUS
Dari hasil pemeriksaan Apotek Kasih Jaya Jl. Agung 2 Surabaya ditemukan faktur dan obat
sebagai berikut
Faktur penjualan
Ijin Pedagang Besar Alat Kesehatan : 235/PBAK/Jatim/2004
SIUP: 567/UP/2004
NPWP: 888877056
Tanggal: 2 Januari 2009
No. faktur: 13/AAC-Sby05/09
------------------------------------------------------------------------------------------
No. Nama Barang Kode Jumlah Harga
------------------------------------------------------------------------------------------
1. Viagra 02425 4 box 800.000
2. Fluocinonide Ointment 01557 2 box 120.000
------------------------------------------------------------------------------------------
Jumlah Rp. 920.000
Potongan Rp. 50.000
-------------------------
Rp. 870.000
Diterima
AA Penanggung Jawab
Dari temuan tersebut
1. Pelanggaran apa saja yang telah dilakukan dari apotek tersebut
2. Sanksi apa saja yang dapat diberikan terhadap apotek ?
3. Dapatkah apoteker menjadi tersangka? (jelaskan)
PEMBAHASAN
1. Apotek Kasih Jaya tidak membeli obat pada PBF melainkan melalui PBAK
(Pedagang Besar Alat Kesehatan). Menurut PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian pasal 1 ayat 10 :” Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
adalah sarana yang digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan
Farmasi, yaitu Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi” ayat 12 :
“Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki
izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah
besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan”. Apotek memesan dan
menerima obat yang tidak teregistrasi (Fluocinonide Cream) tidak memiliki ijin edar
di Indonesia. Menurut PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan pasal 9 ayat 1 :” Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat
diedarkan setelah memperoleh izin edar dari Menteri”. 48 Apotek tidak memeriksa
obat yang diterima apakah mempunyai no batch, exp. date, dan no registrasi Menurut
PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan pasal 28,
penandaan dan informasi sediaan farmasi harus dicantumkan, salah satunya yaitu
kadaluarsa obat.
2. Sanksi yang diberikan terhadap Apotek adalah: UU RI No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan Pasal 196: Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi mengedarkan
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standard
dan/persyaratan keamanan, khasiat dan kemanfaatan dan mutu sebagaimana dimaksud
dalam pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 197: Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi/mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki ijin edar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta
rupiah). UU RI No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 62 ayat (1)
pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Pasal 81 ayat (2) Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
3. Apoteker dapat menjadi tersangka, apabila pengadaan dan penerimaan serta
pengedaran dilakukan dengan sepengetahua APA maka yang mendapat sanksi adalah
Apoteker tersebut.
Dari kasus diatas bahwa seharusnya pembelian obat dilakukan di PBB bukan di
PBAK apa bila itu dilakukan maka melanggar undang – undang yang telah ditetapkan
Npm : 19340135
Kelas :B
2. Soal Esay
1. Pengertian apotek menurut MENKES No. 73 tahun 2016 adalah ?
Jawab : apotek adalah sarana kefarmasian, tempat dilakukan praktik kefarmasian
oleh apoteker.
2. Bagaimana proses perizinan apotek ?
Jawab :
APA/PSA mmepersiapkan bangunan , perlengkapan, SDM, dll
Permohonan kepada PEMDA KAB/KOTA (DINKES atau unit lain)
Pemeriksaan setempat oleh pejabat yang berwenang
Penerbitan surat izin apotek oleh PEMDA (DINKES atau unit lain)
3. Sebutkan apa saja persyaratan apotek yang termasuk kedalam persyaratan
sarana/prasarana ?
Jawab :
Bangunan ( termasuk kepemilikan) dan kelengkapan gedung, papan nama
Perlengkapan pelayanan, wadah, ADM apotek
Buku
4. Apa yang menjadi alasan pemusnahan sediaan farmasi ?
Jawab:
Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
Telah kadaluawarsa
Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan
Dan/atau dicabut izin edarny.
Soal kasus
Seorang pasien datang ke apotek dengan membawa resep obat. Resepnya tertulis obat paracetamol
generik, namun karena obat paracetamol merek A jumlahnya masih banyak di gudang dan mendekati
exp date, maka obat paracetamol generik di dalam resep diganti dengan obat A dimana kandungannya
sama, tetapi harga obat A lebih mahal dibandingkan dengan obat generik dan dengan memberikan
informasi ke pasien bahwa efek obat A lebih cepat, maka pasien menerima obat tersebut diganti
menjadi obat A.
Masalah yang timbul : mengganti resep dengan melakukan kebohongan kepada pasien dan hanya
mempertimbangkan keadaan stok obat dibanding kondisi pasien, serta adanya kemungkinan kerja
sama dengan produsen obat A sehingga membeli obat A berlebihan.
Menurut Perundang-undangan no. 51 tahun 2009 pasal 24 berbunyi “Dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, Apoteker dapat mengganti obat merek dagang
dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas
persetujuan dokter dan/atau pasien”
Pelanggaran yang dilakukan merupakan kode etik, karena berdasarkan perundang-undangan tersebut
apoteker tidak melanggar, namun menjadi salah karena alasan mengganti obat karena obat di gudang
berlebih yang juga mendekati exp date dan bukan karena stok kosong serta adanya kemungkinan
kerjasama dengan produsen obat tersebut.
Penanganan : apoteker tidak seharusnya berbohong kepada pasien seperti hal tersebut dan harus
dilakukan investigasi mengenai penyebab stok obat yang masih banyak dan dilakukan evaluasi untuk
pengadaan obat.
Soal esay
1. Jelaskan apa yang menjadi kewajiban apoteker saat pelayanan swamedikasi!
Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam Obat Wajib
Apotik yang bersangkutan
Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan
Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan
lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
Rasio khasiat keamanan : perbandingan relatif dari keuntungan penggunaannya dengan
mempertimbangkan risiko bahaya penggunaannya
2. Sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai akan mengalami pemusnahan jika
a. Produk tidak dicabut izin edarnya
b. Produk tidak kadaluwarsa
c. Produk tidak memenuhi persyaratan
d. Produk tidak berefek
e. Produk tidak terpilih
Jawaban : c. produk tidak memenuhi persyaratan
3. Produk untuk pelayanan swamedikasi terdiri dari beberapa golongan obat, yang bukan diantaranya
adalah
a. Obat Tradisional
b. Obat Bebas
c. Obat Bebas Terbatas
d. Obat Keras Dengan Resep
e. Kosmetika
Jawaban : d. obat keras dengan resep
4. Ketika pelayanan swamedikasi, ada beberapa kewajiban dan peran apoteker. Kewajiban dan peran
apoteker tersebut adalah kecuali
a. Memberitahukan mengenai dosis pemakaian obat
b. Memberitahukan efek samping dari obat
c. Memberikan konseling kepada pasien dan atau keluarganya
d. Menyediakan obat yang relatif aman dan untung
e. Mengganti obat yang tidak tersedia dengan obat paten yang ada
Jawaban : e. mengganti obat yang tidak tersedia dengan obat paten yang ada
5. Untuk menjadi seorang apoteker perlu adanya registrasi, izin praktik dan izin kerja tenaga
kefarmasian yang telah diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan. PMK yang dimaksud adalah
a. PMK 347 tahun 1990
b. PMK 889 tahun 2011
c. PMK 922 tahun 1993
d. PMK 924 tahun 1993
e. PMK 1332 tahun 2002
Jawaban : b. PMK 889 tahun 2011
3. apa saja yang harus diketahui pada swamedikasi tentang informasi umum tentang obat ?
a. Cara Penggunaan Obat
b. Efek samping obat
c. Dosis
d. A, b, c benar
e. A, b, c salah
Jawaban : D
4. Apabila dilakukan dengan benar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi
pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan secara nasional merupakan
a. Dampak positif swamedikasi
b. Dampak negatif swamedikasi
c. Dampak positif apotek
d. Dampak positif toko obat berizin
e. Dampak positif klinik
Jawaban : A
5. Bagaimana Peran apoteker dalam penggunaan obat bebas dan bebas terbatas kecuali?
a. Menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan
b. Menyediakan produk obat yang sudah terbukti kualitas
c. Menyediakan produk obat yang sudah terbukti khasiat
d. Memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien
e. Memberikan klaim penyakit yang dapat disembuhkan tanpa ada pembuktian yang
dapat dipertanggung jawabkan
Jawaban : E
SOAL ESSAY
SOAL KASUS
Pasal 19: Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya pada
jam buka Apotik, Apoteker Pengelola Apotik harus menunjuk Apoteker
pendamping
Pasal 5: Di dalam menjalankan tugasnya seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Apoteker sudah menjadi Medrep di Industri Farmasi tapi diam-diam menjadi APA di
Apotek swasta. Hal tersebut bisa dijadikan peluang untuk mencari keuntungan dengan
menjual obat- obat merk dagang (industri farmasi tempat dia bekerja) dan dijual di
Apotek tempat ia menjadi APA.
Tempat kerja Apoteker sebagai Metrep dan APA berada di tempat yang berbeda
memungkinkan Apoteker tersebut untuk tidak menjalankan tugasnya sebagai APA
dengan baik seperti kehadiran di Apotek.
Sanksi Jika Melanggar:
Sanksi menurut KMK No. 1332 Tahun 2002 tentang Perubahan atas PMK No.
922 Tahun 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek
Pasal 19: Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2
(dua) tahun secara terus menerus, Surat Izin Apotik atas nama Apoteker
bersangkutan dicabut.
Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tidak disengaja melanggar atau tidak
mematuhi kode etik Apoteker Indonsesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi
dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan
mempertanggunjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa (Pedoman Kode Etik Apoteker
Indonesia).
Upaya Pencegahan: Yang seharusnya dilakukan adalah Apoteker tersebut sebaiknya tidak
menjadi Apoteker Pengelola Apotek (APA) Swasta, tetapi menjadi
Apoteker pendamping saja. Selain itu, dari pihak pemerintah
seharusnya rutin melakukan penyidikan mendadak terkait kelengkapan
surat izin dari apoteker ke setiap apotek, serta memastikan tidak terjadi
perangkapan jabatan oleh apoteker.
ESSAY
PILIHAN GANDA
Jawaban C
Jawaban D
Jawaban B
Jawaban D
5. Berikut yang tidak tercantum dalam dalam brpsur pada kemasan obat
adalah
a. Nama obat
b. Komposisi
c. Indikasi
d. Kandungan gizi
Jawaban D
Nama : SHOKHIFAH MAYESI
NIM : 19340199 (B-APT REG)
1. Buat masing masing satu kasus pelanggaran peraturan per undang undangan di apotek.. Lihat
bentuk pelanggarannya (etik, disiplin atau hukum)… jelaskan ringkas cara penanganannya
Jawaban :
Dari hasil pemeriksaan Apotek Kasih Jaya Jl. Agung 2 Surabaya ditemukan faktur dan obat
sebagai berikut:
AA Penanggung Jawab
Pembahasan:
1. Apotek Kasih Jaya tidak membeli obat pada PBF melainkan melalui PBAK (Pedagang
Besar Alat Kesehatan). Menurut PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pasal 1
ayat 10 : “Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi adalah sarana yang
digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan Farmasi, yaitu Pedagang
Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi”. ayat 12 : “Pedagang Besar Farmasi adalah
perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan”.
2. Apotek memesan dan menerima obat yang tidak teregistrasi (Fluocinonide Cream) tidak
memiliki ijin edar di Indonesia. Menurut PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan pasal 9 ayat 1 :” Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya
dapat diedarkan setelah memperoleh izin edar dari Menteri”
3. Apotek tidak memeriksa obat yang diterima apakah mempunyai no batch, exp. date, dan
no registrasi Menurut PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan pasal 28, penandaan dan informasi sediaan farmasi harus dicantumkan, salah
satunya yaitu kadaluarsa obat.
14. Apa saja hal yang perlu diperhatikan saat menetapkan jenis obat yang dibutuhkan?
Kecuali..
a. Gejala atau keluhan penyakit
b. Administrasi
c. Nama oobat, khasiat atau kegunaan, cara pemakaian
d. Kondisi khusus
Nim : 19340200
Pilihan Ganda
Essay
Kasus
Apoteker M bekerja sebagai salah satu staf pengajar di salah satu PT Farmasi di propinsi Y.
Saat ini Apoteker M juga tercatat masih sebagai APA di salah satu apotek di propinsi yang
berbeda. Alasan yang diungkapkan oleh Apoteker M belum melepas apotek tersebut karena
ingin membantu PSA yang belum sanggup membayar penuh 2 Apoteker jika stand by semua
karena kondisi apotek yang omzetnya masih rendah. Selama ini pekerjaan kefarmasian di
apotek tersebut dilakukan oleh Apoteker pendamping dan AA.
Analisis kasus di atas berdasar pelanggaran kode etik tentang profesi kefarmasian :
1. Permasalahan
a. Apoteker Y bekerja sebagai tenaga kerja di suatu perusahaan farmasi di Jakarta
b. Apoteker tersebut sebagai pemilik apotek di daerah Bantul yang sekaligus sebagai
APA apotek tersebut.
c. Apotek tersebut tidak memilik apoteker, yang terlihat di apotek tersebut hanya ada
1 tenaga yang memberikan pelayanan sekaligus sebagai kasir di apotek tersebut.
d. Apotek melayani secara bebas obat-obat keras yang dibeli tanpa menggunakan
resep dari dokter.
2. Analisis pasal terkait pelanggaran tersebut :
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 5
(1) “Setiap orang memiliki hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman,bermutu, dan terjangkau”.
Pasal 8
“Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah dan akan diterimanya
dari tenaga kesehatan”.
Pasal 108
(1)“ Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang m e m p u n y a i keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan
p e r a t u r a n perundang-undangan”
2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 4
(1) “Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa”.
3. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Pasal 1
(13)“ A p o t e k adalah sarana pelayanan kefarmasian
t e m p a t d i l a k u k a n p r a k t e k kefarmasian oleh Apoteker”.
Pasal 20
“Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker
pendamping dan/ atau Tenaga Teknis Kefarmasian”
Pasal 21
(1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan
kefarmasian”.
(2) “Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep
d o k t e r d i l a k s a n a k a n o l e h Apoteker”.
Pasal 51
(1) “ Pelayanan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi
rumah sakit hanya dapat dilakukan oleh Apoteker”
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/MENKES/PER/SK/X/2002Tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemebrian Izin Apotek
Pasal 19.
( 1 ) “ Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya
pada jam buka Apotik, Apoteker Pengelola Apotik harus menunjuk Apoteker
pendamping.”
(2) “Apabila Apoteker Pengelola Apotik dan Apoteker
Pendamping karena h a l - h a l tertentu berhalangan melakukan
tugasnya, Apoteker Pengelola Apotik menunjuk .Apoteker Pengganti”
5. Keputusan Menteri Kesehatan No, 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang
Standar Pelayanan di Apotek
1.Bab III tentang pelayanan, standar pelayanan kesehatan di
apotek
6. Kode etik apoteker
Pasal 3
“ Setiap apoteker/Farmasis harus sennatiasa menjalankan profesinya sesuai
kompetensi Apoteker/Farmasis Indonesia serta selalu mengutamakan dan
berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan
kewajibannya “
Pasal 5
“ Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan
diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan
dengan martabat dan tradisiluhur jabatan kefarmasian “
7. Lafal sumpah atau Janji Apoteker
“ Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian”.
Dari kasus di atas “Pasien atau konsumen ketika membeli obat di apotek hanya dilakukan
oleh asisten apoteker yang merangkap sebagai petugas kassa”.Hal ini melanggar pasal-pasal
di atas. Pelayanan kefarmasian diapotek harus dilakukan oleh Apoteker, jika
Apoteker Pengelola Apotek berhalangan hadir seharusnya digantikan oleh Apoteker
Pendamping dan jika Apoteker Pendamping berhalangan hadir seharusnya digantikan oleh
Apoteker Pengganti bukan digantikan oleh Asisten Apoteker ataupun Tenaga Kefarmasian
lainnya. Tenaga Kefarmasian dalam hal ini adalah Asisten Apoteker yang hanya membantu
pelayanan kefarmasian bukan menggantikan tugas Apoteker.
SOAL ESSAY
1. Apa yang dimaksud dengan OWA? Dan ada berapa peraturan tentang OWA?
Sebutkan
Jawab
OWA (Obat Wajib Apotek) adalah Obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker
kepada pasien di apotik tanpa resep dokter.
Kepmenkes no 347 tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat
Wajib Apotek No. 1.
Kepmenkes no 924 tahun 1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2.
Kepmenkes no 925 tahun 1993 tentang perubahan golongan OWA No.1,
memuat perubahan golongan obat terhadap daftar OWA No. 1, beberapa obat
yang semula OWA berubah menjadi obat bebas terbatas atau obat bebas.
Kepmenkes no 1176 tahun 1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3
3. Sebutkan kriteria Obat yang dapat diserahkan Apoteker pada saat swamedikasi
Jawab:
Dampak positif : Swamedikasi apabila dilakukan dengan benar dapat
memberikan kontribusi yang besar bagi pemerintah dalam pemeliharaan
kesehatan secara nasional
Dampak negative :
- Masyarakat meyakini pengobatan swamedikasi dapat dilakukan untuk
setiap penyakit.
- Dapat menutupi diagnosis penyakit serius
- Meningkatnya risiko interaksi dan reaksi yang merugikan
- Potensi penggunaan obat yang salah (misused) atau penyalah gunaan
(abused)
Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek termasuk dalam ....
A. PMK No. 922/’93
B. PMK 889/’11
C. PMK 73/’16
D. PMK 3/’15
E. PMK 44 thn 2019
Contoh kasus lain dengan permasalahan yang hampir mirip dengan contoh
kasus pelanggaran apoteker seperti di atas :
Apoteker M bekerja sebagai salah satu staf pengajar di salah satu PT Farmasi
di propinsi Y. Saat ini Apoteker M juga tercatat masih sebagai APA di salah satu
apotek di propinsi yang berbeda. Alasan yang diungkapkan oleh Apoteker M belum
melepas apotek tersebut karena ingin membantu PSA yang belum sanggup membayar
penuh 2 Apoteker jika stand by semua karena kondisi apotek yang omzetnya masih
rendah. Selama ini pekerjaan kefarmasian di apotek tersebut dilakukan oleh Aping
dan AA.
Analisis kasus di atas berdasar pelanggaran kode etik tentang profesi kefarmasian :
1. Permasalahan
Apoteker Y bekerja sebagai tenaga kerja di suatu perusahaan farmasi di Jakarta
Apoteker tersebut sebagai pemilik apotek di daerah Bantul yang sekaligus sebagai
APA apotek tersebut.
Apotek tersebut tidak memilik apoteker, yang terlihat di apotek tersebut hanya ada
1 tenaga yang memberikan pelayanan sekaligus sebagai kasir di apotek tersebut.
Apotek melayani secara bebas obat-obat keras yang dibeli tanpa menggunakan
resep dari dokter.
Dari kasus di atas “Pasien atau konsumen ketika membeli obat di apotek
hanya dilakukan oleh asisten apoteker yang merangkap sebagai petugas kassa”.Hal ini
melanggar pasal-pasal di atas. Pelayanan kefarmasian diapotek harus dilakukan oleh
Apoteker, jika Apoteker Pengelola Apotek berhalangan hadir seharusnya digantikan
oleh Apoteker Pendamping dan jika Apoteker Pendamping berhalangan hadir
seharusnya digantikan oleh Apoteker Pengganti bukan digantikan oleh Asisten
Apoteker ataupun Tenaga Kefarmasian lainnya. Tenaga Kefarmasian dalam hal ini
adalah Asisten Apoteker yang hanya membantu pelayanan kefarmasian bukan
menggantikan tugas Apoteker.
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
1. SOAL KASUS
Apoteker M bekerja sebagai salah satu staf pengajar di salah satu PT Farmasi di
propinsi Y. Saat ini Apoteker M juga tercatat masih sebagai APA di salah satu
apotek di propinsi yang berbeda. Alasan yang diungkapkan oleh Apoteker M belum
melepas apotek tersebut karena ingin membantu PSA yang belum sanggup
membayar penuh 2 Apoteker jika stand by semua karena kondisi apotek yang
omzetnya masih rendah. Selama ini pekerjaan kefarmasian di apotek tersebut
dilakukan oleh Aping dan AA.
Analisis kasus di atas berdasar pelanggaran kode etik tentang profesi kefarmasian :
3. Permasalahan
e. Apoteker Y bekerja sebagai tenaga kerja di suatu perusahaan farmasi di Jakarta
f. Apoteker tersebut sebagai pemilik apotek di daerah Bantul yang sekaligus sebagai
APA apotek tersebut.
g. Apotek tersebut tidak memilik apoteker, yang terlihat di apotek tersebut hanya ada
1 tenaga yang memberikan pelayanan sekaligus sebagai kasir di apotek tersebut.
h. Apotek melayani secara bebas obat-obat keras yang dibeli tanpa menggunakan
resep dari dokter.
3. Penanganan Kasus
Dari kasus di atas “Pasien atau konsumen ketika membeli obat di apotek hanya
dilakukan oleh asisten apoteker yang merangkap sebagai petugas kassa”.Hal ini
melanggar pasal-pasal di atas. Pelayanan kefarmasian diapotek harus dilakukan
oleh Apoteker, jika Apoteker Pengelola Apotek berhalangan hadir
seharusnya digantikan oleh Apoteker Pendamping dan jika Apoteker
Pendamping berhalangan hadir seharusnya digantikan oleh Apoteker Pengganti bukan
digantikan oleh Asisten Apoteker ataupun Tenaga Kefarmasian lainnya. Tenaga
Kefarmasian dalam hal ini adalah Asisten Apoteker yang hanya membantu pelayanan
kefarmasian bukan menggantikan tugas Apoteker.
2. SOAL ESSAY
1. Dalam proses perizinan suatu Apotek apa saja kah yang harus dipersiapkan ?
Jawaban :
3. Yang menjadi alasan pemusnahan sedian farmasi dan BMHP disuatu apotek adalah
Jawaban :
II. SOAL PG
11) Sebelum penggunaan obat hal apa sajakah yang harus diperhatikan ?
k. Melihat sifat dan cara pemakaiannya pada etiket, brosur atau kemasan
obat
l. Melihat harga obat
m. Memilih obat yang paling mahal
n. Langsung menggunakan tanpa melihat prosedur pemakaiannya
o. Tidak memperhatikan brosur
12) Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan. Bagaimanakah cara
pemilihan obat yang baik ?
k. Gejala atau keluhan penyakit
l. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes melitus
dll
m. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu
n. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan
interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat
o. Semua jawaban benar
13) Yang termasuk dalam kriteria obat yang bisa diserahkan Apoteker adalah
k. Obat yang sudah ED
l. Kondisi kemasan rusak
m. Obat yang dimaksud memiliki resiko khasiat yang tidak aman
n. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak
usia 2 thn dan orang tua diatas 65 thn
o. Penguunaan tidak diperlukan untuk penyakit
NIM : 19340204
Kelas :B
Tugas 1
Kasus :
1. Apotek memesan dan menerima obat yang tidak teregistrasi (Fluocinonide Cream)
tidak memiliki ijin edar di Indonesia.
2. Apotek tidak memeriksa obat yang diterima apakah mempunyai no batch, exp. date,
dan no registrasi
Penyelesaian :
1. Menurut PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
pasal 9 ayat 1 :” Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah
memperoleh izin edar dari Menteri”.
2. Menurut PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
pasal 28, penandaan dan informasi sediaan farmasi harus dicantumkan, salah satunya
yaitu kadaluarsa obat.
Tugas 2
Soal Essay
Nim : 19340205
1. Pelanggaran Undang-undang dan Peraturan apa saja yang telah dilakukan oleh
apotek tersebut? (Jelaskan secara singkat).
2. Sanksi apa saja (administratif dan pidana) yang dapat diberikan terhadap apotek,
dapatkah apoteker pengelola apotek menjadi tersangka?
B. Pembahasan:
C. Landasan Hukum:
a. Pasal 9 ayat 1
Psikotropika yang berupa obat hanya dapat diedarkan setelah terdaftar pada
departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
b. Pasal 14 ayat 4
Bagian Kelima Belas “Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan”
a. Pasal 102
Ayat (1) : Penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika dan
psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter atau dokter
gigi dan dilarang untuk disalahgunakan.
Ayat (2) : Ketentuan mengenai narkotika dan psikotropika diatur dengan
undang-undang.
b. Pasal 103
Ayat (1) : Setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mengedarkan, dan
menggunakan narkotika dan psikotropika wajib memenuhi standart dan
atau persyaratan tertentu.
Ayat (2) : Ketentuan mengenai produksi, penyimpanan, peredaran, serta
penggunaan narkotika dan psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan undang-undang.
3. Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 8 ayat 1c
Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk
penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 8 ayat 4
Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang
rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan info secara
lengkap dan benar.
D. Sanksi Hukum:
a. Pasal 196
b. Pasal 197
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama
15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar
lima ratus juta rupiah).
Pasal 62 ayat 1
4. Psikotropika
5. Narkotika
F. Kesimpulan:
Dari kasus ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa Apoteker Pengelola Apotek
dapat dijadikan tersangka karena telah melangar undang-undang yang belaku. Selain
itu sebagai Apoteker Pengelola Apotek juga tidak mengawasi penjualan obat keras,
karena obat-obat keras tersebut diperjualbelikan secara bebas. Sebagai penangung
jawab apotek juga menerima atau mengedarkan obat-obat impor yang tidak memiliki
ijin edar dan mengandung golongan obat psikotropika dan narkotika.
11. Sebutkan kewajiban dari seorang Apoteker dalam melakukan praktek kefarmasian
di pelayanan Kesehatan ?
p. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan
dalam Obat Wajib Apotik yang bersangkutan
q. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan
r. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,
efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
s. Rasio khasiat keamanan : perbandingan relatif dari keuntungan
penggunaannya dengan mempertimbangkan risiko bahaya penggunaannya
t. Semua benar
12. Dalam penggunaan obat yang baik dan benar perlu diperhatian dan dilakukan
dengan cara seperti apa ?
p. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.
q. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
r. a,b dan c benar
s. Semua salah
t. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,
hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter
13. Bagaimana proses dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai ?
p. Perencanaan;
q. Pengadaan;
r. Penerimaan;
s. Penyimpanan;
t. Semua benar
14. Dalam pemelihan obat untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu
diperhatikan hal-hal berikut,kecuali :
k. Gejala atau keluhan penyakit
l. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan
kepada Dokter dan perawat
m. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus
dan lain-lain.
n. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.
o. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan
interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.
15. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 73 tahun 2016,
menyebutkan bahwa sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker, merupakan defenisi dari ?
n. Rumah sakit
o. Puskesmas
p. Apotek
q. Instalasi farmasi
r. Pedagang besar farmasi
SOAL ESSAY
1. Apa saja syarat dalam apotek sebutkan ?
Jawab:
a. Persyaratan tenaga
Apoteker (apa & aping)
Stra, surat sumpah, surat izin praktek, surat keterangan sehat; khusus
apa : tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi
apoteker pengelola apotik di apotik iain.
Tenaga teknis kefarmasian: sikttk
b. Persyaratan sarana / prasarana
Bangunan(termasuk kepemilikan) & kelengkapan gedung, papan
nama
Perlengkapan pelayanan, wadah, adm apotek
Buku
c. Perjanjian kerja sama (notaris), jika kerjasama apa & psa & persyaratan lain
masing-2 pemda
2. Apa saja dalam perizinan apotek sebutkan ?
Jawab:
b. Apa / psa mempersiapkan bangunan, perlengkapan, sdm, dll kecuali obat
c. Permohonan kepada pemda kab/kota ( dinkes atau unit lain)
d. Pemeriksaan setempat oleh pejabat yg berwenang
e. Penerbitan surat izin apotek oleh pemda ( dinkes atau unit lain)
3. Sebutkan pon-poin alasan pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP ?
Jawab:
NPM : 19340206
Kelas : B Reguller
1. Sebutkan alasan pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai ?
Jawaban :
1) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
2) Telah kadaluwarsa
3) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan Kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan
4) Dan atau dicabut izin edarnya
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan swamedikasi ?
Jawaban :
Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Dalam
penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu agar
tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication error)
3. Apa yang perlu diperhatikan dalam menentukan pemilihan obat yang
diperlukan ?
1) Gejala atau keluhan penyakit
2) Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus
dan lain-lain..
3) Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.
4) Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan
interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.
5) Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat
dengan obat yang sedang diminum.
6) Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada
Apoteker.
6. Obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotik tanpa
resep dokter, adalah ?
F. Obat Keras
G. Obat bebas
H. Obat bebas terbatas
I. Obat-obat Tertentu
J. Obat wajib apotek
Jawaban : E. Obat Wajib Apotek
7. Berikut ini yang bukan termasuk informasi umum tentang obat adalah ?
F. Tanda Peringatan
G. Efek samping
H. Tanggal pembelian obat
I. Cara penggunaan obat
J. Dosis
Jawaban : C. Tanggal pembelian obat
8. Gejala atau keluhan penyakit, kondisi khusus, Pengalaman alergi atau reaksi
yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu merupakan hal yang harus
diperhatikan dalam ?
F. Cara pemilihan obat
G. Cara pembelian obat
H. Cara Penggunaan obat
I. Cara Penyimpanan obat
J. Cara minum obat
Jawaban : A. Cara pemilihan obat
9. Berikut ini yang termasuk ke dalam pelayanan farmasi klinik adalah ?
A. Pelayanan informasi obat
B. Perencanaan dan pengadaan
C. Konseling
D. Pencatatan dan pelaporan
E. A dan C Benar
Jawaban : E. A dan C benar
10. Berikut ini yang tidak termasuk produk untuk pelayanan swamedikasi adalah ?
F. Obat bebas
G. Obat keras
H. Obat bebas terbatas
I. Obat wajib apotek
J. Obat tradisional
Jawaban : B. Obat keras
TUGAS KASUS PELANGGARAN PERATURAN PER UNDANG-UNDANGAN DI
APOTEK
SANKSI
Permenkes 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelanggaran terhadap ini termasuk dalam standar pelayanan kefarmasian di Apotek,
maka dapat di kenakan sanksi :
- Sanksi Administratif berupa :
a. Peringatan tertulis
b. Penghentian sementara kegiatan , dan/atau
c. Pencabutan Izin
Yang di cegah agar tidak terjadi pelanggaran :
Apoteker sebagai penanggung Jawab standar pelayanan di apotek harus benar – benar
mentaati regulasi tentang pelayanan obat, mana obat yang boleh di serahkan tanpa
resep dokter (Daftar Obat Wajib Apotek, Obat bebas, Obat Bebas Terbatas) atau obat
yang harus menggunakan resep dokter (Narkotika, psikotropika, prekusor, obat
keras), karena WHO menyatakan pemberian obat terutama obat keras tanpa resep
dapat memberikan resiko seperti: salah diagnosis, pilihan terapi salah, efek sampin
yang jarang tapi parah, interaksi obat, pengobatan ganda yang berbahaya, risiko
ketergantungan, dan penyalah gunaan obat. Karena pelayanan obat keras tanpa resep
dokter merupakan malpraktek dalam pekerjaan kefarmasian.
KASUS
Masalah penanggung jawab, dimana Apoteker A menjadi APA ( Apoteker Pengelola Apotik ) di
Apotek B dan juga sekaligus menjadi PJ ( Penanggung Jawab ) di Pedagang Besar Farmasi C.
PEMBAHASAN
Dalam kasus ini Apoteker A tidak hanya praktek di Apotek tetapi juga di
PBF, sehingga memiliki tidak hanya SIPA APA Apotek tetapi juga memiliki SIKA PJ
PBF. Perbuatan ini disebut pelanggaran karena bertentangan dengan peraturan
perundangan yang berlaku, yang dalam hal ini diatur dalam Pasal 18 Permenkes
889/2011. Diatur dalam peraturan tersebut bahwa SIPA atau SIKA hanya boleh untuk
satu fasilitas kefarmasian, artinya satu apoteker hanya boleh memiliki SIPA atau
SIKA untuk satu tempat saja. Bukan boleh memiliki SIPA dan SIKA untuk
satu tempat kerja. Berbeda maknanya kalau begitu.
ESSAY
1. Sebutkan apa saja Hirarki hukum di Indonesia mulai dari yang terkuat terus sampai
ke tingkat bawah secara Nasional ...
- UUD 1945
- Ketetapan MPR
- Undang – Undang
- Peraturan Pemerintah / Presiden
- Peraturan Daerah
PILIHAN GANDA
10. Salah satu persyaratan administrasi pelayanan keparmasian seorang apoteker wajib....
k. Memiliki ijazah dan STRA
l. Wajib memiliki pendidikan berkelajutan
m. Identifikasi masalah
n. Melaksanakan dan patuh terhadap undang-undang
o. Meminimalisir DRP
Soal Kasus
Kasus:
Akhir-akhir ini banyak sekali seorang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) melakukan
unggahan resep di media social seperti di grup facebook. Salah satu contohnya adalah
seorang TTK yang bekerja di apotek mendapat resep dari dokter penyakit dalam. Karena
ketidakjelasan penulisan resep oleh dokter tersebut, TTK menanyakan perihal resep melalui
foto yang diunggah ke grup facebook tanpa disensor nama pasien, nama dokter, dan nama
rumah sakit dimana pasien berobat. Akhirnya salah satu rekan sejawat TTK lain menjadi tahu
bahwa pasien menderita penyakit tertentu.
Penyelesaian
2. Perbuatan TTK tersebut telah melanggar Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009
Pasal 30 ayat 1 yang isinya “Setiap Tenaga Kefarmasian dalam menjalankan
Pekerjaan Kefarmasian wajib menyimpan Rahasia Kedokteran dan Rahasia
Kefarmasian.”
Meskipun hal tersebut ditanyakan kepada rekan sejawat TTK lain
3. Tindakan yang harus dilakukan oleh TTK di apotek tersebut sebaiknya menghubungi
dokter penulis resep secara langsung melalui telepon tentang obat yang tidak bisa
terbaca. Seandainya dokter tidak dapat dihubungi, mengkonfirmasi kepasien secara
langsung bahwa resep tidak terbaca dan meminta kepada pasien untuk menebus resep
ke rumah sakit dimana pasien tersebut berobat.
4. Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang apoteker
yang memenuhi hal-hal berikut, Kecuali :
a. Profesionalisme
b. Memiliki kompetensi dan keahlian dibidangnya
c. Memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik
d. Memiliki attitude yang baik
e. Memiliki kemampuan diagnosis yang baik
Jawaban: E
5. Pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) dikarenakan
a. Sediaan farmasi di apotek tidak laku terjual meskipun belum kadaluarsa
b. Obat dicabut izin edarnya
c. Sediaan farmasi masih layak digunakan dalam pelayanan kesehatan namun
keadaannya kotor
d. Obat tersebut belum jatuh expired date
e. Sediaan farmasi tidak bersih meskipun kondisi box bagus dan belum kadaluarsa
Jawaban: B
Soal ESSAY
1. Sebutkan kriteria obat yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek
Jawab:
• Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak
dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun
• Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit
• Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan olh tenaga kesehatan
• Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia
• Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
2. Apa yang dimaksud dengan rahasia kefarmasian dan pelayanan kefarmasian?
Jawab:
Rahasia kefarmasian adalah Pekerjaan Kefarmasian yang menyangkut proses
produksi, proses penyaluran dan proses pelayanan dari Sediaan Farmasi yang
tidak boleh diketahui oleh umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
3. Sebutkan pelayanan kefarmasian di apotek!
Jawab:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(perencanaan; pengadaan; penerimaan; penyimpanan; pemusnahan;
pengendalian; dan pencatatan dan pelaporan)
2. Pelayanan farmasi klinik (Pengkajian Resep; dispensing; Pelayanan Informasi
Obat (PIO); konseling; Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy
care); Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan Monitoring Efek Samping Obat
(MESO);
3. Menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
4. Mengirimkan laporan Pelayanan Kefarmasian secara berjenjang seperti
pelaporan psikotropika dan narkotika, pelaporan MESO
5. Pembinaan dan pengawasan;
6. Evaluasi mutu ( Mutu Manajerial,Mutu Pelayanan Farmasi Klinik)
ESSAY
1. Apabila seorang apoteker ingin mendirikan suatu apotek di daerahnya. Apa saja
persyaratan untuk mendrikan apotek tersebut?
Persyaratan mendirikan apotek yaitu :
a. Persyaratan Tenaga
1. Dimana dalam suatu apotek wajib ada APA (Apoteker Penanggungjawab
Apotek) dan APING (Apoteker Pendamping). Apoteker tersebut harus
memiliki STRA, Surat Sumpah Apoteker, Surat Izin Praktek,Surat Keterangan
Sehat. Khusus untuk APA tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan
tidak menjadi apoteker pengelolan apotik di apotik lain.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian harus memiliki SIKTTK
b. Persyaratan Sarana dan Prasarana
1. Bangunan (termasuk kepemilikan, artinya harus jelas bangunan tersebut milik
siapa) dan kelengkapan gedung, papan nama (berisi Nama
APA,SIPA,STRA,dll)
2. Perlengkapan pelayanan, wadah, administrasi apotek
3. Buku catatan
4. Ruangan konseling
c. Perjanjian kerjasama (Notaris). Jika kerjasama APA ,PSA, dan persyaratan lain
masing-masing PEMDA (Pemerintah Daerah).
2. Bagaimana proses perizinan dalam mendirikan apotek menurut PMK No. 922/93?
Proses perizinan apotek :
a. APA/PSA mempersiapkan bangunan, perlengkapan, SDM,dll (kecuali obat)
b. Permohanan kepada PemDa Kab/ Kota (Dinkes atau unit lain)
c. Pemeriksaan setempat oleh pejabat yang berwenang
d. Penerbitan surat izin apotek oleh PemDa (Dinkes atau unit lain)
3. Bagaimana peran apoteker dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas?
a. Menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya
b. Memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien
dan keluarganya agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional.
NIM : 19340211
SOAL ESSAY
SOAL PG
16. Peraturan menteri republik indonesia nomor 73 tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di apotek . Apotek adalah .......... dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker
p. Sarana pelayanan kefarmasian
q. Sarana pelayanan pasien
r. Interaksi apoteker dan pasien
s. Tempat pembelian obat dan
t. Tempat penebusan resep
17. Pencabutan surat izin apotek apabila apoteker?
a. sudah tidak lagi memenuhi ketentuan
b. tidak memenuhi kewajiban sbg apa
c. apa berhalangan tidak ada pengganti
d. terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
surat izin praktik apa dicabut
e. semua jawaban bener
18. di dalam riset kesehatan dasar kemkes 2014 persentasi 42,2% rerata sediaan obat
yang disimpen3 macam menyatakan bahwa?
a. Menyimpan obat untuk persediaan
b. Menyimpan obat yang sedang digunakan
c. Menyimpan obat sisa
d. Menyimpan obat keras
e. Menyimpan obat kdaluarsa
19. Macam macam produk untuk pelayanan swamediksi adalah
p. Obat keras tanpa resep dokter : OWA
q. Obat bebas terbatas
r. Obat bebas
s. Obat tradisional da kosmetik
t. Semua jawaban benar
20. PMK No. 922/’93 berisi?
p. Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek
q. Obat wajib apotek
r. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
s. Registrasi izin praktek
t. Semua jawaban benar
SOAL KASUS
Praktek Monopoli dibidang Farmasi.
Sebagai seorang yang berkecimpung didunia kesehatan terutama seorang ahli
farmasi, maka banyak sekali pilihan dunia kerja yang bisa kita pilih dan tekuni. Alam
kasus ini , Indra yang bekerja di apotek “AA” sebagai APA (apoteker Pengelola
Apotek” dan hanya datang ke apotek AA satu kali seminggu untuk memeriksa dan
mengkontrol apotek tersebut. Namun di sisi lain , Indra juga menjadi Penanggung
Jawab (PJ) pada Pedagang Besar Farmasi C. Sedangkan ,diatur dalam peraturan
tersebut bahwa SIPA atau SIKA hanya boleh untuk satu fasilitas kefarmasian, artinya
satu apoteker hanya boleh memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) dan Surat Izin
Kerja Apoteker (SIKA) untuk bekerja di dua tempat yang berbeda , hanya untuk satu
tempat dan satu profesi saja.
2. Yang kedua adalah pada masalah kesepakatan yang dilakukan oleh pihak
Apotek dan PBF (Pedagang Besar Farmasi ), dimana keduanya mengadakan
perjanjian kerjasama agar mendapatkan keuntungan lebih dibanding melalui prosedur
normal.
STRK dan STRKTT berlaku untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat
diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Persyaratan untuk memiliki STRK
meliputi:
memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat
izin praktik; dan
memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat
izin praktik;
Apoteker warga negara asing lulusan luar negeri yang akan menjalankan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia dalam rangka alih teknologi atau bakti sosial
harus memiliki STRA Khusus yang dikeluarkan KFN dan berlaku selama 1 Tahun.
b. Pasal 14 UU 5/99
Pasal 14 UU nomor 5 tahun 1999 mengenai integrasi vertikal berisi :
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha yang lain yang bertujuan
untuk menguasai sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang atau jasa
tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau proses
lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung, yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat”.
c. Pasal 15 ayat 3
Ketentuan Pasal 15 Ayat 3 mengatur suatu perjanjian mengenai persyaratan
tertentu, yang mengikat pembeli supaya dia bisa memasok barang atau jasa dari
produsen dengan pemberian harga atau potongan harga yaitu melalui suatu perjanjian
eksklusif.
Dalam kasus ini Apoteker A tidak hanya praktek di Apotek tetapi juga di
PBF, sehingga memiliki tidak hanya SIPA APA Apotek tetapi juga memiliki SIKA PJ
PBF. Perbuatan ini disebut pelanggaran karena bertentangan dengan peraturan
perundangan yang berlaku, yang dalam hal ini diatur dalam Pasal 18 Permenkes
889/2011. Diatur dalam peraturan tersebut bahwa SIPA atau SIKA hanya boleh untuk
satu fasilitas kefarmasian, artinya satu apoteker hanya boleh memiliki SIPA atau
SIKA untuk satu tempat saja. Bukan boleh memiliki SIPA dan SIKA untuk
satu tempat kerja. Berbeda maknanya kalau begitu.
NPM : 19340212
KLS :B
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
APRIL 2020
1. Buat masing masing satu kasus pelanggaran peraturan per undang undangan di
apotek.. Lihat bentuk pelanggarannya (etik, disiplin atau hukum)… jelaskan ringkas
cara penanganannya?
Seorang apoteker hanya datang 1 minggu sekali atau 1 bulan sekali disuatu
apotek.
Pelanggaran etika farmasi
Pasal 24 ayat 1
(1) Tenaga kesehatan dimaksud pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik,
hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar
prosedur pelayanan.
Cara penanganya memberikan sanksi tegas untuk ditutup apoteknya sementara
atau selamanya agar tidak melakukan kesalahan yang sama karna apoteker
wajib dalam jam operasional apotek.
Soal esay
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia ._ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ tentang
standar pelayanan kefarmasian di apotek
(NOMOR 73 TAHUN 2016)
2. Persyaratan tenaga di apotek adalah APOTEKER (APA & APING) dan _ _ _ _ _
______
(Tenaga Teknis Kefarmasian)
3. _ _ _ _ _ _ _ _ merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri.
Dalam penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang
terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan .
(swamedikasi )
Soal pilihan ganda
1. Standar pelayanan kefarmasian di Apotek adalah ?
A. Permenkes RI No. 73 tahun 2016
B. Permenkes RI No. 73 tahun 2017
C. Permenkes RI No. 73 tahun 2018
D. Permenkes RI No. 74 tahun 2016
E. Permenkes RI No. 774 tahun 2017
2. Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diberikan tanpa resep dokter, siapa
yang berhak memberikanya?
A. Apoteker
B. Pemilik apotek
C. Asisten apoteker
D. Dokter
E. Kasir
3. Pelayanan farmasi klinik yang megaasi efek samping obat adalah?
A. PIO
B. konseling
C. PTO
D. MESO
E. home pharmacy care
4. Surat izin apotek dicabut karna apoteker melakukan kesalahan sebagai berikut, kecuali?
A. Sudah tidak lagi memenuhi ketentuan
B. Tidak memenuhi kewajiban sebagai APA
C. APA berhalangan dan ada pengganti
D. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Per UNDANG-UNDANGAN
E. Surat izin praktikAPA dicabut
5. Pemakaian obat luar memakai kertas berwarna?
A. Biru
B. Putih
C. Hijau
D. Hitam
E. Abu abu
NIM : 19340213
KELAS : B-REGULER
PROFESI APOTEKER
JAKARTA
2020
SOAL KASUS
Pasal 24
(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan
kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional.
(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur oleh organisasi profesi.
(3) Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
2. UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Bahwa Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di sisi lain
dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau
digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan saksama;
Pasal 1
Pasal 14
(1) Narkotika yang berada dalam penguasaan industri farmasi,pedagang besar farmasi,
sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat
kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib
disimpan secara khusus.
(2) Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai
pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan,
dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran
Narkotika yang berada dalam penguasaannya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyimpanan secara khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan jangka waktu, bentuk, isi, dan tata cara
pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
(4) Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan/atau ketentuan mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dikenai sanksi administratif oleh Menteri atas rekomendasi dari Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan berupa:
a. teguran;
b. peringatan;
c. denda administratif;
d. penghentian sementara kegiatan; atau
e. pencabutan izin.
Pasal 38
Setiap kegiatan peredaran Narkotika wajib dilengkapi dengan dokumen yang sah.
Pasal 43
(3) Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat, dan balai pengobatan hanya dapat
menyerahkan Narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.
(4) Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan untuk:
a. menjalankan praktik dokter dengan memberikan Narkotika melalui suntikan;
b. menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan memberikan Narkotika melalui
suntikan; atau
c. menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
(5) Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu yang diserahkan oleh dokter
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya dapat diperoleh di apotek.
Bentuk pekerjaan kefarmasian yang wajib dilaksanakan oleh seorang Tenaga Teknis
Kefarmasian (menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/X/2002
adalah sebagai berikut:
Pembahasan Kasus
Obat-obat narkotika dan psikotropika tidak boleh diserahkan atau diberikan
tanpa adanya resep dari dokter, apapun keadaannya. Sesuai dengan standar pelayanan
kefarmasian di apotek yang slah satunya adalah penyerahan obat, yaitu penyerahan
obat bisa dilakukan oleh apoteker dan asisten apoteker disertai pemberian informasi
obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan. beserta sumpah dan kode
etik yang mencakup bahwa kita tidak boleh merugikan, memperburuk keadaan serta
hal yang dapat menganggu kesehatan pasien dan masyarakat.
Sebagai TTK, tentu saja kita pasti sudah tau bahwa obat psikotropik dan
narkotika tidak bisa kita serahkan tanpa adanya resep dari dokter, dan jika terjadi
kesalahan dalam apotik tersebut yaitu memberikan obat psikotropik dengan cara
bebas, otomatis kita sebagai TTK sudah tahu kesalahan kita sendiri, maka yang perlu
kita lakukan adalah bertanggung jawab dengan cara melaporkan kepada Apoteker
penanggung jawab apotik atas kejadian tsb. Kemudian apotekerlah yang
menindaklanjuti permasalahan itu dan melaporkan ke dinas kesehatan.
Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenakan
sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yang
diberikan menurut keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/ MENKES/ SK/ X/
2002 dan Permenkes No. 922/ MENKES/ PER/ X/ 1993 adalah:
a. Peringatan secara tertulis kepada APA secara tiga kali berturut-turut dengan tenggang
waktu masing – masing dua bulan.
b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama – lamanya enam bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan SIA
disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Menteri Kesehatan RI di
Jakarta.
c. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat
membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam keputusan Menteri
Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah dipenuhi.
Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila terdapat pelanggaran
terhadap :
a. Undang- Undang Obat Keras (St. 1937 No. 541).
b. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
c. Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
d. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
Dalam pertanyaan yang kedua, ada dua kemungkinan yang terjadi, yang
pertama adalah jika sebagai PSA maka yang harus dilakukan adalah mengambil
tindakan sesuai dengan keputusan bersama apoteker, karna sebagian besar PSA hanya
sebagai pemilik usaha dengan modal yang besar, maka PSA mungkin saja tidak
mengetahui tentang prosedur farmasi yang ada di apotik tersebut. Yang kedua jika
PSA sekaligus sebagai TTK, jika PSA sekaligus menjadi TTK di apotik tersebut,
maka dia harus tahu hal yang bersangkutan dengan penyerahan obat, misalnya
penyerahan psikotropika yang tidak bisa diserahkan tanpa resep dokter, dan kesalahan
yang terjadi yaitu penyerahan obat psikotropik secara bebas, jika TTK sudah tahu
akan undang undang tentang penyerahan psikotropik ? maka hal itu tidak akan terjadi,
sekarang yang menjadi pertanyaan juga adalah apa alasan TTK memberikan obat
psikotropik secara bebas? Sedangkan dia tahu bahwa itu tidak boleh diberikan, apakah
dengan sekaligus menjadi PSA alasannya adalah meningkatkan penjualan apotik atau
karna kesalahan yg disengaja. Dan jika kesalahan itu sudah terjadi maka hal yang
harus dilakukan adalah menunda penjualan atau mengstopkan menjual obat tersebut
dan melaporkannya kepada apoteker agar ditindaklanjuti oleh apoteker.
SOAL ESSEY
6. Dalam mengurus izin apotek apa saja proses perizinan apotek yang tidak
termasuk?
f. APA / PSA mempersiapkan bangunan, perlengkapan.
g. Permohonan kepada pemda kab/kota (dinkes atau unit lain)
h. Pemeriksaan setempat oleh pejabat yang berwenang
i. Penerbitan surat izin apotek oleh pemda (dinkes/unit lain)
j. Obat obat yang akan dijual
7. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 73 tahun 2016 tentang
standar pelayanan kefarmasian di apotek adalah?
a. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker
b. Apotek adalah tempat pengambilan obat yang telah diresepkan dokter
c. Apotek adalah salah satu sarana tempat pembelian obat
d. Apotek adalah tempat berkonsultasi pasien mengenai obat
8. Persyaratan penctatan daan pelaporan apotek meliputi?
f. Kartu stok- catatan mutasi obat
g. Catatan pelayanan paasien /patient medication record
h. monitoring efek samping obat.
i. Pelaporan narkotika dan pisikotropika (SIPNAP) dn catatan mutu laporan
manajmen
j. Semua jawaban benar
9. Faktor apa saja yang melandasi sehingga pencabutan surat izin apotek?
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan, tidak memenuhi
kewajiban sebagai APA,APA berhlangan tidak ada pengganti, terjadi
pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang – undangan, surat
izin APA dicabut
b. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang
undangan dibidang obat
c. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan
d. Semua jawaban bener
10. Apa saja informasi umum tentang obat ? kecuali
f. Penggolongan obat
g. Informasi pada kemasan, Etiket dan Brosur
h. Dosis
i. Interaksi obat
j. Cara penyimpanan obat
NIM : 19340214
Kelas : B
Kasus:
Dari hasil pemeriksaan Apotek Medika Farma Jln. kemerdekaan 2 Jakarta ditemukan faktur
dan obat sebagai berikut:
Faktur penjualan
Ijin Pedagang Besar Alat Kesehatan : 235/PBAK/Jakartaselatan/2004
SIUP: 567/UP/2004
NPWP: 888877056
Tanggal: 23 April 2020
Rp. 870.000
Diterima:
AA Penanggung Jawab Dari
temuan tersebut
1. Pelanggaran apa saja yang telah dilakukan dari apotek tersebut (jelaskan
secara singkat)
2. Sanksi apa saja yang dapat diberikan terhadap apotek ?
3. Dapatkah apoteker menjadi tersangka? (jelaskan)
Pembahasan:
1. Pelanggaran yang dilakukan termasuk pelanggaran hukum karena apotek
medika farma tidak membeli obat pada PBF melainkan melalui PBAK
(Pedagang Besar Alat Kesehatan).
Menurut PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pasal 1 ayat 10
”Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi adalah sarana yang
digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan Farmasi, yaitu
Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi”.
ayat 12 : “Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan
farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Apotek memesan dan menerima obat yang tidak teregistrasi (Fluocinonide
Cream) tidak memiliki ijin edar di Indonesia. Menurut PP 72 tahun 1998
tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan pasal 9 ayat 1 ”
Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah memperoleh
izin edar dari Menteri”.
Apotek tidak memeriksa obat yang diterima apakah mempunyai no batch,
exp. date, dan no registrasi
Menurut PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan pasal 28, penandaan dan informasi sediaan farmasi harus
dicantumkan, salah satunya yaitu kadaluarsa obat.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan
diantaranya,kecuali
a. Gejala atau keluhan penyakit
b. Obat yang mahal
c. Riwayat alergi
d. Kondisi khusus (misalnya kehamilan)
e. Tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum
SOAL ESSAY
1. jelaskan bagaimana proses perizinan apotek
Jawab :
1. APA/PSA mempersiapkan bangunan, perlengkapan, SDM dan lain lain kecuali
obat.
2. Mengajukan permohonan Izin Apotek kepada Dinas Kesehatan tingkat Kota atau
Kabupaten dan diajukan langsung oleh Apoteker. Apabila apoteker berhalangan,
wajib membuat surat kuasa. Pengajuan ini menggunakan Form APT-1 yang telah
disediakan.
3. Setelah itu, permohonan akan diproses oleh Bagian Dinas Kesehatan setempat dan
bekerja sama dengan BPOM untuk melihat kesiapan teknis dalam mendirikan
Apotek.
4. Biasanya dalam proses kedua, pihak dinas kesehatan dan BPOM akan melakukan
survey ke tempat usaha serta mengecek berbagai alat yang dibutuhkan apakah
sudah memenuhi standar atau belum.
5. Selanjutnya apabila dinas kesehatan telah mendapat rekomendasi dari BPOM,
selanjutnya dapat mengajukan surat permohonan kesiapan pendirian apotek.
6. Setelah permohonan kembali usai diajukan, pihak Dinas kesehatan akan
mengeluarkan Surat Izin Apotek.
7. Selanjutnya akan diminta untuk melakukan pembayaran di kasir. Untuk biaya
perizinan yang dikeluarkan
8. Lamanya proses perizinan tergantung dari banyaknya antrian permohonan surat izin
usaha. Namun rata rata, permohonan membutuhkan waktu selama 14 hari.
3.apa yang dimaksud swamedikasi dan jelaskan dampak positif dan dampak negatif dari
swamedikasi
Jawab:
Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Dalam
penatalaksaan swamedikasi masyarakat memerlukan pedoman terpadu agar tidak terjadi
medication error. Pengobatan dan penggunaan obat untuk diri sendiri guna mengurangi rasa
sakit, mengobati gejala penyakit. Atau sebagai upaya preventif dan promotif
Dampak positif swamedikasi
Swamedikasi apabila dilakukan dengan benar dapat memberikan kontribusi yang besar
bagi pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan nasional
Dampak negatif swamedikasi
Masyarakat meyakini pengobatan swamedikasi dapat dilakukan untuk setiap
penyakit
Dapat menutupi diagnosis penyakit serius
Meningkatkan resiko interaksi dan reaksi yang merugikan
Potensi penggunaan obat yang salah (misused) atau penyalahgunaan (abused)
-
6. Apoteker dapat menjadi tersangka, apabila pengadaan dan penerimaan serta
pengedaran dilakukan dengan sepengetahuan APA maka yang mendapat
sanksi adalah Apoteker tersebut.
Nama : Fatmawati
NPM: 19340215
Kelas:”B”
Makul: Undang-Undang Farmasi
KASUS
Buat masiang-masing satu kasus pelanggaran peraturan per undang-undang diapotek
berdasarkan pelanggaran meliputi (Etika,disiplin atau hokum).
1. Sebagai seorang yang bakal berinteraksi didunia kesehatan terutama seorang ahli
farmasi, maka banyak sekali pilihan dunia kerja yang bisa kita pilih dan tekuni. Paa
studi kasus ini , seorang apoteker yang bekerja di apotek “AA” sebagai APA (apoteker
Pengelola Apotek” dan hanya datang ke apotek AA satu kali seminggu untuk
memeriksa dan mengkontrol apotek tersebut. Namun di sisi lain , apoteker tersebut juga
menjadi Penanggung Jawab (PJ) pada Pedagang Besar Farmasi C. Sedangkan ,diatur
dalam peraturan tersebut bahwa SIPA atau SIKA hanya boleh untuk satu fasilitas
kefarmasian, artinya satu apoteker hanya boleh memiliki Surat Izin Praktik Apoteker
(SIPA) dan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) untuk bekerja di dua tempat yang
berbeda , hanya untuk satu tempat dan satu profesi saja. Kasus Yang kedua adalah
kesepakatan yang dilakukan oleh pihak Apotek dan PBF (Pedagang Besar Farmasi),
dimana keduanya mengadakan perjanjian kerjasama yang diwakili oleh apoteker agar
mendapatkan keuntungan lebih dibanding melalui prosedur normal?
Penyelesaian kasus
Dalam kasus ini Apoteker A tidak hanya praktek di Apotek tetapi juga di PBF,
sehingga memiliki tidak hanya SIPA, APA Apotek tetapi juga memiliki SIKA PJ PBF.
Perbuatan ini disebut pelanggaran karena bertentangan dengan peraturan perundangan
yang berlaku, yang dalam hal ini diatur dalam Pasal 18 Permenkes 889/2011. Diatur
dalam peraturan tersebut bahwa SIPA atau SIKA hanya boleh untuk satu fasilitas
kefarmasian, artinya satu apoteker hanya boleh memiliki SIPA atau SIKA untuk satu
tempat saja. Bukan boleh memiliki SIPA dan SIKA untuk satu tempat kerja.
Jadi untuk masalah yang kedua adalah perjanjian kerjasama antara Apotek dan PBF.
Dasar dari pelanggaran tindakan ini adalah Pasal 14 UU No. 5 tahun 1999. Pasal
tersebut melarang yang namanya integrasi vertikal, yaitu perbuatan pelaku usaha yang
membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain dengan tujuan menguasai produksi
sejumlah produk dalam suatu rangkaian produksi baik berupa barang ataupun jasa yang
mana rangkaian produksi tersebut adalah hasil dari pengolahan atau proses
berkelanjutan, baik langsung atau tidak langsung, sehingga membuat terjadinya
persaingan usaha tidak sehat ataupun juga merugikan masyarakat.
Sebenarnya untuk sebuah kasus yang melibatkan sebuah perjanjian, kita harus
menyimak benar-benar isi dari perjanjian tersebut. Tapi disini kita bisa berpatokan pada
suatu kenyataan yang kita ketahui, yaitu ada perjanjian antara Apotek dan PBF berupa
fee bagi apoteker, dimana Apotek dan PBF merupakan bagian dari proses penyaluran /
distribusi kefarmasian yang berkelanjutan hingga ke klinik atau rumah sakit sebagai
tujuan akhir maksud perjanjian tersebut. Secara jelas hal tersebut dapat menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat, tergantung bagaimana fee tersebut digunakan untuk
menimbulkan kerugian terhadap masyarakat.
Jadi disimpulkan bahwa pelanggaran yang terjadi adalah tindak pidana berupa integrasi
vertikal. Namun tentunya akan lebih jelas bila keseluruhan dokumen diketahui,
sehingga kemungkinan pelanggaran bisa dianalisis dengan lebih tepat. Misalnya saja
mungkin bisa dikaitkan dengan perjanjian tertutup yang diatur dalam pasal 15 ayat (3).
Soal essay
1. Jelskan definisi dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek?
Jawaban:
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian
oleh Apoteker.
1. Yang merupakan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai…..
a. Perencanaan
b. Pengadaan
c. Penerimaan
d. Semua jawaban salah
e. Semua jawaban benar
2. Yang merupakan Pelayanan farmasi klinik adalah….
f. Perencanaan
g. PIO (pelayanan Informasi Obat)
h. Pengadaan
i. Penerimaan
j. Pencatatan dan pelaporan
3. Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Dalam
penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu
agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication error). Pengertian menurut…
a. Pedoman penggunaan obat bebas dan bebas terbatas
b. Pharm World Sci, 2006
c. WHO, 1998
d. PP 73 tahun 2009
e. PP 72 tahun 2009
4. Yang merupakan produk pelayanan swamedikasi
a. OWA
b. Kosmetik
c. Obat Tradisional
d. Semua jawaban benar
e. Semua jawaban salah
5. Dampak negative swamedikasi adalah….
a. Potensi penggunaan obat yang salah (misused) atau penyalah gunaan (abused)
b. Meningkatnya risiko interaksi dan reaksi yang merugikan
c. Masyarakat meyakini pengobatan swamedikasi dapat dilakukan untuk setiap
penyakit.
d. Semua jawaban salah
e. Semua jawaban benar
Soal Essay
KESIMPULAN
Pada kasus yang terjadi di apotek tersebut, dimana seorang pasien diberikan obat yang sudah
kadaluarsa oleh pihak apotek, dapat dikategorikan ke dalam kasus pelanggaran kode etik
apoteker. Kode etik apoteker Indonesia itu sendiri merupakan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak dan nilai-nilai yang dianut dan menjadi pegangan dalam praktik kefarmasian.
Di dalam Kode Etik Apoteker Indonesia Bab II tentang Kewajiban Apoteker Terhadap
Pasien, dimana pasal 9 berbunyi : Pasal 9 Seorang apoteker dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi
penderita dan melindungi makhluk hidup insani.
Apoteker memiliki kewajiban dimana salah satu kewajibannnya yaitu seorang Apoteker harus
memastikan bahwa obat yang diserahkan kepada pasien adalah obat yang terjamin mutu,
keamanan, khasiat, dan cara pakai obat yang tepat. Berdasarkan pasal di atas, apoteker
sebagai mitra pasien dalam menjalani pengobatan seharusnya lebih teliti, bertanggung jawab,
dan lebih mementingkan kepentingan dan keselamatan pasien.
Nama : Tiara Cahya
Nim : 19340217
Kelas :B
Kasus
1. Tidak ada apoteker pengelola apotik pada saat jam buka apotik
Jawab :
Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenakan sanksi,
baik sanksiadministratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yang diberikan menurut
keputusan MenteriKesehatan RI No. 1332/ MENKES/ SK/ X/ 2002 dan Permenkes No. 922/
MENKES/ PER/ X/ 1993 adalah :
1. Peringatan secara tertulis kepada APA secara tiga kali berturut-turut dengan tenggang
waktu masing-masing dua bulan.
2. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan SIA
disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupatenatau Kota dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Menteri Kesehatan RI di
Jakarta.
3. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat
membuktikan bahwaseluruh persyaratan yang ditentukan dalam keputusan Menteri
Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah dipenuhi.
Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila terdapat pelanggaran
terhadap :
1. Undang- Undang Obat Keras (St. 1937 No. 541).
2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
4. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
5. Peringatan secara tertulis kepada APA secara tiga kali berturut-turut dengan tenggang
waktu masing - masing dua bulan.
SOAL ESSAY
1. Jelaskan pengertian apotek menurut permenkes no 73 tahun 2016 dan jelaskan sarat-sarat
mendirikan apotek?
Jawaban :
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
apoteker.
Sarat-sarat mendirikan apotek sebagai berikut:
1. Persyaratan tenaga
A. Apoteker (apa & aping)
Stra, surat sumpah, surat izin praktek, surat keterangan sehat; khusus
apa : tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi
apoteker pengelola apotik di apotik iain.
B. Tenaga teknis kefarmasian: sikttk
2. Persyaratan sarana / prasarana
A. Bangunan(termasuk kepemilikan) & kelengkapan gedung, papan nama
B. Perlengkapan pelayanan, wadah, adm apotek
C. Buku
3. Perjanjian kerja sama (notaris), jika kerjasama apa & psa & persyaratan lain masing-2
pemda
A. Apa / psa mempersiapkan bangunan, perlengkapan, sdm, dll kecuali
obat
B. Permohonan kepada pemda kab/kota ( dinkes atau unit lain)
C. Pemeriksaan setempat oleh pejabat yg berwenang
D. Penerbitan surat izin apotek oleh pemda ( dinkes atau unit lain)
2. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam Obat
Wajib apotik yang bersangkutan disebut?
A. Apoteker
B. Apotik
C. Kewajiban Apotik
D. Pekerjaan Kefarmasian
E.Tenaga teknis Kefarmsian
4. Manakah yang termasuk obat yang dapat diserahkan dengan tanpa resep dokter?
A. obat keras
B. narkotika
C. Antibiotik
D. Psikotropika
E. Obat bebas dan bebas terbatas
SOAL KASUS
Dari hasil pemeriksaan Apotek Kasih Jaya Jl. Agung 2 Surabaya ditemukan faktur dan obat
sebagai berikut
Faktur penjualan
Ijin Pedagang Besar Alat Kesehatan : 235/PBAK/Jatim/2004
SIUP: 567/UP/2004
NPWP: 888877056
Tanggal: 2 Januari 2009
No. faktur: 13/AAC-Sby05/09
------------------------------------------------------------------------------------------
No. Nama Barang Kode Jumlah Harga
------------------------------------------------------------------------------------------
1. Viagra 02425 4 box 800.000
2. Fluocinonide Ointment 01557 2 box 120.000
------------------------------------------------------------------------------------------
Jumlah Rp. 920.000
Potongan Rp. 50.000
-------------------------
Rp. 870.000
Diterima
AA Penanggung Jawab
Dari temuan tersebut
4. Pelanggaran apa saja yang telah dilakukan dari apotek tersebut
5. Sanksi apa saja yang dapat diberikan terhadap apotek ?
6. Dapatkah apoteker menjadi tersangka? (jelaskan)
PEMBAHASAN
4. Apotek Kasih Jaya tidak membeli obat pada PBF melainkan melalui PBAK
(Pedagang Besar Alat Kesehatan). Menurut PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian pasal 1 ayat 10 :” Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
adalah sarana yang digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan
Farmasi, yaitu Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi” ayat 12 :
“Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki
izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah
besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan”. Apotek memesan dan
menerima obat yang tidak teregistrasi (Fluocinonide Cream) tidak memiliki ijin edar
di Indonesia. Menurut PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan pasal 9 ayat 1 :” Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat
diedarkan setelah memperoleh izin edar dari Menteri”. 48 Apotek tidak memeriksa
obat yang diterima apakah mempunyai no batch, exp. date, dan no registrasi Menurut
PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan pasal 28,
penandaan dan informasi sediaan farmasi harus dicantumkan, salah satunya yaitu
kadaluarsa obat.
5. Sanksi yang diberikan terhadap Apotek adalah: UU RI No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan Pasal 196: Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi mengedarkan
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standard
dan/persyaratan keamanan, khasiat dan kemanfaatan dan mutu sebagaimana dimaksud
dalam pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 197: Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi/mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki ijin edar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta
rupiah). UU RI No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 62 ayat (1)
pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Pasal 81 ayat (2) Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
6. Apoteker dapat menjadi tersangka, apabila pengadaan dan penerimaan serta
pengedaran dilakukan dengan sepengetahua APA maka yang mendapat sanksi adalah
Apoteker tersebut.
Dari kasus diatas bahwa seharusnya pembelian obat dilakukan di PBB bukan di
PBAK apa bila itu dilakukan maka melanggar undang – undang yang telah ditetapkan
SOAL ESSEY
1. Dalam melakukan proses perizinan apotek apa saja proses perzinan yg dilakukana?
Jawab :
- apa / psa mempersiapkan bangunan, perlengkapan, sdm, dll kecuali obat
- permohonan kepada pemda kab/kota ( dinkes atau unit lain)
- pemeriksaan setempat oleh pejabat yg berwenang
- penerbitan surat izin apotek oleh pemda ( dinkes atau unit lain
2. sebutkan Alasan Pemusnahan Sediaan Farmasi dan BMHP terdiri dari apa saja?
Jawab :
- produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
- telah kadaluwarsa;
- tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan;
- dan/atau dicabut izin edarnya
3. dalam mendirikan apotek tentu harus mendapatakan izin , jika tidak sesuai dengan
peraturan yang berlaku pencabutan izin dapat dilakukan , apa yang mempengaruhi
pencabutan surat izin apotek dapat dilakuakan ?
jawab :
- apoteker
a. sudah tidak lagi memenuhi ketentuan
b. tidak memenuhi kewajiban sbg apa
c. apa berhalangan tidak ada pengganti
d. terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
e. surat izin praktik apa dicabut
- pemilik sarana apotik terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan
dibidang obat
- apotik tidak lagi memenuhi persyaratan
SOAL PILGAN
Penanganan :
Pelayanan kefarmasian diapotek harus dilakukan oleh Apoteker, jika Apoteker
Pengelola Apotek berhalangan hadir seharusnya digantikan oleh Apoteker
Pendamping dan jika Apoteker Pendamping berhalangan hadir seharusnya
digantikan oleh Apoteker Pengganti bukan digantikan oleh Asisten Apoteker
ataupun Tenaga Kefarmasian lainnya. Tenaga Kefarmasian dalam hal ini
adalah Asisten Apoteker yang hanya membantu pelayanan kefarmasian
bukan menggantikan tugas Apoteker. Disamping itu, Apoteker juga harus
mengacu pada kode etik Apoteker Indonesia dan apabila Apoteker lalai dalam
melaksanakan kewajiban dan tugasnya maka Apoteker dapat dikenakan
sanksi oleh IAI.
Soal ESSAY
1. Sebutkan peran Apoteker dalam penggunaan obat bebas dan bebas
terbatas?
Jawab :
a. Menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan
kualitasnya.
b. Memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada
pasien (dan keluarganya) agar obat digunakan secara aman, tepat dan
rasional.
2. Apa saja kriteria obat yang dapat diserahkan Apoteker?
Jawab :
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak
dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
3. Jelaskan dampak negative swamedikasi!
Jawab :
a. Masyarakat meyakini pengobatan swamedikasi dapat dilakukan untuk
semua penyakit.
b. Dapat menutupi diagnosis penyakit serius.
c. Menigkatnya risiko interaksi dan reaksi yang merugikan.
d. Potensi penggunaan obat yang salah (misused) atau penyalahgunaan
(abused)
4. Jelaskan Proses perizinan apotek?
Jawab:
a. APA/PSA mempersiapkan bangunan, perlengkapan, SDM, DLL kecuali
obat.
b. Permohonan kepada PEMDA KAB/KOTA (Dinkes atau unit lain)
c. Pemeriksaan setempat oleh pejabat yang berwenang.
d. Penerbitan surat izin Apotek oleh PEMDA KAB/KOTA (Dinkes atau unit
lain)
NPM : 19340220
1.Soal Pilgan
4. Apa peran apoteker dalam penggunaan obat bebas dan bebas terbatas?
a. Menyediakan obat yang di butuhkan di apotek
b. Memberikan obat ke pada pasien
c. Menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya
d. Memberikan pelayanan informasi
2.Soal Essay
1. Sebutkan proses prizinan di Apotek...
- Apa / psa mempersiapkan bangunan, perlengkapan, sdm, dll kecuali obat
- Permohonan kepada pemda kab/kota ( dinkes atau unit lain)
- Pemeriksaan setempat oleh pejabat yg berwenang
- Penerbitan surat izin apotek oleh pemda ( dinkes atau unit lain)
3.Kasus (Hukum)
Landasan Hukum:
1.Undang-undang No. 5 tahun 1997
-Pasal 9 ayat 1
Psikotropika yang berupa obat hanya dapat diedarkan setelah terdaftar pada departemen yang
bertanggung jawab di bidang kesehatan.
-Pasal 14 ayat 4
Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas dan balai pengobatan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan berdasarkan resep dokter.
-Pasal 102
- Ayat (1) : Penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika dan psikotropika hanya
dapat dilakukan berdasarkan resep dokter atau dokter gigi dan dilarang untuk
disalahgunakan.
- Ayat (2) : Ketentuan mengenai narkotika dan psikotropika diatur dengan undang-
undang.
-Pasal 103
- Ayat (1) : Setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mengedarkan, dan
menggunakan narkotika dan psikotropika wajib memenuhi standart dan atau
persyaratan tertentu.
- Ayat (2) : Ketentuan mengenai produksi, penyimpanan, peredaran, serta penggunaan
narkotika dan psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
undang-undang.
-Pasal 8 ayat 1c
Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang
tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa
Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
-Pasal 8 ayat 4
Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau
bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan info secara lengkap dan benar.
Sanksi Hukum:
1.Undang-undang No. 5 tahun 1997
-Pasal 60 ayat 1c
Barangsiapa memproduksi atau mengedarkan psikotropika yang berupa obat yang tidak
terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
-Pasal 196
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau
alat kesehatan yang tidak memenuhi standart dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
-Pasal 197
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau
alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
4.Psikotropika
- UU RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika Pasal 14 ayat 4“Penyerahan psikotropika oleh
apotek, rumah sakit, puskesmas dan balai pengobatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakanberdasarkan resep dokter“
- Peraturan Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997 pasal 10 ayat 7 tentang
Peredaran Psikotropika
“Penyerahan psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari apotek kepada pasien
diberikan berdasarkan resep dokter“
5.Nark/otika
- Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 8 ayat 1 :
“Narkotika golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan“
-Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 39 ayat 1:
“Narkotika hanya dapat disalurkan oleh industri farmasi, pedagang besar farmasi, dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini”
-Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika pasa
l 36 ayat 1 :
“Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar dari
menteri“
-Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 43 ayat 3 :
“Rumah sakit, apotek, puskesmas dan balai pengobatan hanyadapat menyerahkan narkotika
kepada pasien berdasarkan resep dokter.“
-Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 45 ayat 1
dan 3 :
(1) Industri farmasi wajib mencantumkan label pada kemasan narkotika baik dalam bentuk
obat jadi maupun bahan baku narkotika
(3) Setiap keterangan yang dicantumkan dalam label narkotika harus lengkap dan tidak
menyesatkan.
Sanksi Administratif:
1. Diberikan teguran/peringatan secara lisan.
2. Diberikan Surat Peringatan secara tertulis, maksimal 3 kali.
3. Penutupan apotek sementara
4. Pencabutan ijin apotek
TUGAS MANDIRI UU & ETIKA FARMASI
“Pelayanan Farmasi di Apotek-Swamedikasi”
Disusun Oleh :
YANUAR PRASETYO (19340221)
KELAS : REGULER B
Dosen Pengampu :
Drs. Fakhren Kasim, MHKes, Apt
4. Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu memperhatikan hal hal berikut,
kecuali…..
e. Gejala atau keluhan penyakit
f. Harga Obat
g. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus dan
lain-lain
h. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu
i. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat
dengan obat yang sedang diminum
5. Produk yang digunakan pada Pelayanan Swamedikasi dibawah ini boleh diserahkan
oleh Apoteker kepada Pasien, Kecuali…..
f. Obat keras tanpa resep dokter : OWA
g. Obat bebas terbatas
h. Obat Psikotropika
i. Obat Bebas
j. Obat Tradisional
SOAL ESSAY
1. Apa yang dimaksud Swamedikasi? Dan siapa yang memberikan pelayanan
Swamedikasi di Apotek?
Jawab :
Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri;
Dalam penatalaksanaan swamedikasi, Obat diserahkan langsung oleh Apoteker
Penanggung Jawab Apotik (APA) ataupun Apoteker Pendamping (Aping).
Study Kasus
Pasien X mengalami batuk pilek dan demam selama tiga hari dan tidak kunjung
sembuh. Pasien X lalu pergi ke Apotek Mudah Sehat untuk membeli obat atas
penyakit tersebut. APA Apotek Mudah Sehat memberikan obat-obat sebagai berikut :
a. Paratusi tab (3 kali sehari 1 tablet)
b. Cefixime 200 mg (1 kali sehari 1 kapsul)
c. Imboost tab (1 kali sehari 1 tablet)
Setelah memberikan obat, APA Apotek Mudah Sehat hanya menjelaskan aturan
minumnya saja, kemudian setelah membayar obat-obatan tersebut, Pasien X langsung
meninggalkan Apotek.
Cara Penanganan.
1. Tidak Boleh memberikan Obat-obat Antibiotik, Dalam pelayanan Swamedikasi
Apoteker hanya dapat memberikan Produk Produk;
Obat keras tanpa resep dokter : OWA
Obat bebas terbatas
Obat bebas
Obat tradisional
Kosmetika
2. Pada Pemberian Obat di Apotek, Apoteker wajib memberikan PIO dan Konseling
terkait obat-obat yang diberikan, guna mendapatkan Terapi yang maksimal.
Disusun Oleh :
SYIFA ANISATUL AULIA (1934222)
KELAS : B Reguller
Dosen Pengampu :
Drs. Fakhren Kasim, MHKes, Apt
Study Kasus
Bapak Budi mengalami Batuk Pilek dan Demam selama dua hari dan tidak kunjung
sembuh. Bapak Budi pergi ke Apotek Budi Farma untuk membeli obat atas penyakit
tersebut. APA Apotek Budi Farma memberikan obat-obat sebagai berikut :
d. Cefadroxil 500 mg (2 kali sehari 1 kaps)
e. Paracetamol 500 mg (3 kali sehari 1 tab)
f. OBH syrup 1 fls ( 3 kali sehari 1 sendok makan)
g. Vitamin C (1 kali sehari 1 tab)
Setelah memberikan obat, APA Apotek Budi Farma hanya menjelaskan aturan
minumnya saja, kemudian setelah membayar obat-obatan tersebut, bapak budi
langsung meninggalkan Apotek.
Cara Penanganan.
3. Tidak Boleh memberikan Obat-obat Antibiotik, Dalam pelayanan Swamedikasi
Apoteker hanya dapat memberikan Produk Produk;
Obat keras tanpa resep dokter : OWA
Obat bebas terbatas
Obat bebas
Obat tradisional
Kosmetika
4. Pada Pemberian Obat di Apotek, Apoteker wajib memberikan PIO dan Konseling
terkait obat-obat yang diberikan, guna mendapatkan Terapi yang maksimal.
9. Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu memperhatikan hal hal berikut,
kecuali…..
j. Gejala atau keluhan penyakit
k. Harga Obat
l. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus dan
lain-lain
m. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu
n. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat
dengan obat yang sedang diminum
10. Produk yang digunakan pada Pelayanan Swamedikasi dibawah ini boleh diserahkan
oleh Apoteker kepada Pasien, Kecuali…..
k. Obat keras tanpa resep dokter : OWA
l. Obat bebas terbatas
m. Obat Psikotropika
n. Obat Bebas
o. Obat Tradisional
SOAL ESSAY
Npm : 19340223
Kelas : B Reguler
“TUGAS UUF”
Kasus:
Dari hasil pemeriksaan Apotek Kasih Jaya Jl. Agung 2 Semarang ditemukan faktur dan obat
sebagai berikut:
Faktur penjualan
Ijin Pedagang Besar Alat Kesehatan : 235/PBAK/Jateng/2015
SIUP: 567/UP/2015
NPWP: 888877056
Tanggal: 2 Januari 2017
Analisis kasus di atas berdasar pelanggaran kode etik tentang profesi kefarmasian:
1. Permasalahan
1. Pelanggaran apa saja yang telah dilakukan dari apotek tersebut
2. Sanksi apa saja yang dapat diberikan terhadap apotek ?
3. Dapatkah apoteker menjadi tersangka?
2. Analisis pasal terkait pelanggaran tersebut :
1. - Apotek Kasih Jaya tidak membeli obat pada PBF melainkan melalui PBAK
(Pedagang Besar Alat Kesehatan). Menurut PP 51 tahun 2009 tentang
pekerjaan
kefarmasian pasal 1 ayat 10 :” Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi
adalah sarana yang digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan
Sediaan
Farmasi, yaitu Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi”.
- ayat 12 : “Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan
farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan”.
- Apotek memesan dan menerima obat yang tidak teregistrasi (Fluocinonide
Cream) tidak memiliki ijin edar di Indonesia. Menurut PP 72 tahun 1998
tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan pasal 9 ayat 1 :”
Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah memperoleh
izin edar dari Menteri”.
- Apotek tidak memeriksa obat yang diterima apakah mempunyai no batch, exp.
date, dan no registrasi Menurut PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan pasal 28, penandaan dan informasi sediaan farmasi
harus dicantumkan, salah satunya yaitu kadaluarsa obat.
2. Sanksi yang diberikan terhadap Apotek adalah:
UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
- Pasal 196: Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi/ mengedarkan
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/
persyaratan keamanan, khasiat dan kemanfaatan dan mutu sebagaimana
dimaksud dalam pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
- Pasal 197: Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi/ mengedarkan
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki ijin edar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.
1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
UU RI No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
- Pasal 62 ayat (1) pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah).
- Pasal 81 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
3. Apoteker dapat menjadi tersangka, apabila pengadaan dan penerimaan serta
pengedaran dilakukan dengan sepengetahuan APA maka yang mendapat sanksi
adalah Apoteker tersebut.
Dari kasus diatas Apotek Kasih Jaya tidak membeli obat pada PBF melainkan melalui
PBAK (Pedagang Besar Alat Kesehatan). Hal ini melanggar pasal-pasal di atas.
Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah memperoleh izin edar dari
Menteri. pengadaan dan penerimaan serta pengedaran dilakukan dengan tanpa sepengetahuan
APA
SOAL PILGAN
1. Produk yang digunakan untuk pelayanan swamedikasi kecuali …
a. Obat keras tanpa resep dokter : OWA
b. Obat bebas terbatas
c. Obat bebas
d. Obat tradisional
e. Semua banar
2. Perbandingan relatif dari keuntungan penggunaannya dengan mempertimbangkan
risiko bahaya penggunaannya adalah …
a. Ketentuan dan batasan
b. Membuat catatan
c. Memberikan informasi
d. Rasio khasiat keamanan
e. Membuat laporan
3. Konseling dilakukan terutama dalam mempertimbangkan….
a. Ketepatan penentuan indikasi/penyakit
b. Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis), serta
c. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.
d. A, B, dan C Benar
e. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan
4. Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi kecuali…
a. Warung 55,8%;
b. Apotek 29,8%;
c. Toko obat 8,5%;
d. Supermarket 5,4%
e. Lainnya 1,5 % seperti dari tetangga atau saudara/i responden
5. Upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Dalam penatalaksanaan
swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi
kesalahan pengobatan (medication error) adalah
a. Swamedikasi
b. Konseling
c. PIO
d. MESO
e. Pelayanan farmasi
SOAL ISAY
1. Sebut dan jelaskan persyaratan apoteker?
Jawab :
1. Persyaratan tenaga
- Apoteker (apa & aping)
Stra, surat sumpah, surat izin praktek, surat keterangan sehat;
khusus apa : tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak
menjadi apoteker pengelola apotik di apotik iain.
– Tenaga teknis kefarmasian: sikttk
2. Persyaratan sarana / prasarana
– Bangunan(termasuk kepemilikan) & kelengkapan gedung, papan nama
– Perlengkapan pelayanan, wadah, adm apotek
– Buku
3. Perjanjian kerja sama (notaris), jika kerjasama apa & psa & persyaratan lain
masing – masing pemda
2. Apa saja Alasan Pemusnahan Sediaan Farmasi dan BMHP?
Jawab :
- produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
- telah kadaluwarsa;
- tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan;
- dan/atau dicabut izin edarnya.
Tugas !
1. Buat masing masing satu kasus pelanggaran peraturan per undang undangan di apotek..
Lihat bentuk pelanggarannya (etik, disiplin atau hukum)… jelaskan ringkas cara
penanganannya
Jawaban :
Studi Kasus NAPZA
Kasus :
Berdasarkan informasi Polres A bahwa banyak ditemukan (Tablet Carnophen beredar
di kalangan remaja) telah dilakukan pemeriksaan terhadap apotek-apotek di Kabupaten
tersebut dan pada salah satu apotek ditemukan penjualan bebas rata-rata per bulan
sebanyak 12 box dan Trihexyphenidyl sebanyak 7 box, penjualan tanpa resep Ephedrine
tablet rata-rata 3 kaleng @ 1000 tablet serta penjualan tanpa resep diazepam 5 mg tablet
sebanyak 30 tablet. Dari temuan tersebut:
Jawab :
Pembahasan:
Pelanggaran yang telah dilakukan apotek tersebut adalah :
1. Menjual obat-obat ilegal yang mengandung narkotika (Cannabis sativa) dan
psikotropika (diazepam) secara bebas.
2. Trihexyphenidyl digunakan untuk pengobatan parkinsonisme, gangguan
ekstrapiramidal karena obat. Obat-obat dengan bahan aktif Trihexyphenidyl yang
beredar di Indonesia yaitu Arkine®, Artane®, Hexymer® , Parkinal®.
3. Carnophen mengandung bahan aktif Karisoprodol 200 mg, Asetaminofen 160 mg dan
kafeina 32 mg yang diindikasikan untuk nyeri otot, lumbago, rheumatoid arthiritis,
spondilitis. Obat lain sejenis Carnophen yang beredar di Indonesia yaitu Somadril
Compositum®.
4. Obat-obatan tersebut termasuk golongan obat keras di mana penjualannya harus
berdasarkan resep dokter. Setelah dilakukan pemeriksaan, apotek melakukan
pelanggaran karena menjual Trihexyphenidyl dan Carnophen secara bebas.
5. Dari pemeriksaan terhadap obat-obat Cina yang beredar di apotekapotek Kabupaten A
ditemukan bahwa obat-obat tersebut tidak memiliki ijin edar dan mengandung bahan
aktif Diazepam yang dijual secara bebas. Diazepam termasuk psikotropika golongan
IV yang meskipun dapat digunakan untuk terapi tetapi dapat menyebabkan
ketergantungan (ringan).
Landasan Hukum:
1. Undang-undang No. 5 tahun 1997
Pasal 9 ayat 1
Psikotropika yang berupa obat hanya dapat diedarkan setelah terdaftar pada
departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
Pasal 14 ayat 4
Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas dan balai
pengobatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan berdasarkan resep
dokter.
2. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Bagian Kelima Belas “Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan”
Pasal 102
- Ayat (1) : Penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika dan psikotropika
hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter atau dokter gigi dan dilarang
untuk disalahgunakan.
- Ayat (2) : Ketentuan mengenai narkotika dan psikotropika diatur dengan
undang-undang.
Pasal 103
- Ayat (1) : Setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mengedarkan, dan
menggunakan narkotika dan psikotropika wajib memenuhi standart dan atau
persyaratan tertentu.
- Ayat (2) : Ketentuan mengenai produksi, penyimpanan, peredaran, serta
penggunaan narkotika dan psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan undangundang.
Sanksi Hukum:
1. Undang-undang No. 5 tahun 1997
Pasal 60 ayat 1c
Barangsiapa memproduksi atau mengedarkan psikotropika yang berupa obat yang
tidak terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah).
2. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 196
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standart dan/atau
persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
Pasal 197
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama
15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar
lima ratus juta rupiah).
Sanksi Administratif:
1. Diberikan teguran/peringatan secara lisan.
2. Diberikan Surat Peringatan secara tertulis, maksimal 3 kali.
3. Penutupan apotek sementara.
4. Pencabutan ijin apotek.
Kesimpulan
Dari kasus ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa Apoteker Pengelola Apotek dapat
dijadikan tersangka karena telah melangar undang-undang yang belaku. Selain itu sebagai
Apoteker Pengelola Apotek juga tidak mengawasi penjualan obat keras, karena obat-obat
keras tersebut diperjualbelikan secara bebas. Sebagai penangung jawab apotek juga
menerima atau mengedarkan obat-obat impor yang tidak memiliki ijin edar dan
mengandung golongan obat psikotropika dan narkotika.
Soal Pilgan !
1. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 73 tahun 2016 tentang…
u. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
v. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
w. Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
x. Pekerjaan kefarmasian
2. Konseling dilakukan terutama dalam mempertimbangkan…
e. Ketepatan penentuan indikasi/penyakit
f. Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis)
g. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat
h. Semua Benar
3. Perbandingan relatif dari keuntungan penggunaannya dengan mempertimbangkan
risiko bahaya penggunaannya, pengertian dari…
a. Memenuhi ketentuan dan batasan
b. Membuat catatan
c. Rasio khasiat keamanan
d. Memberikan informasi
4. Pengobatan & penggunaan obat untuk diri sendiri…
a. Menghindari konsumsi produk tertentu, termasuk rokok
b. Mengurangi rasa sakit dan mengobati gejala penyakit
c. Diet, latihan fisik, konsumsi suplemen & jamu, dll
d. Semua benar
5. Satu hal yang sangat penting dalam konseling swamedikasi adalah…
e. Meyakinkan agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan
produk-produk yang sedang digunakan atau dikonsumsi pasien
f. Dapat menutupi diagnosis penyakit serius
g. Meningkatnya risiko interaksi dan reaksi yang merugikan
h. Peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri yang
sekaligus menjamin penggunaan obat secara tepat, aman dan rasion
1. Soal Kasus
Dari hasil pemeriksaan Apotek Kasih Jaya Jl. Agung 2 Surabaya ditemukan faktur
dan obat sebagai berikut:
Faktur penjualan
Ijin Pedagang Besar Alat Kesehatan : 235/PBAK/Jatim/2004
SIUP: 567/UP/2004
NPWP: 888877056
Tanggal: 2 Januari 2009
Diterima:
AA Penanggung Jawab
1. Pelanggaran apa saja yang telah dilakukan dari apotek tersebut (jelaskan secara
singkat)
2. Sanksi apa saja yang dapat diberikan terhadap apotek?
3. Dapatkah apoteker menjadi tersangka? (jelaskan)
Pembahasan:
1. -Apotek Kasih Jaya tidak membeli obat pada PBF melainkan melalui PBAK
(Pedagang Besar Alat Kesehatan).
Menurut PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pasal 1 ayat 10 :”
Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi adalah sarana yang
digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan Farmasi, yaitu
Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi”.
Ayat 12 : “Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan
farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan”.
-Apotek memesan dan menerima obat yang tidak teregistrasi (Fluocinonide
Cream) tidak memiliki ijin edar di Indonesia. Menurut PP 72 tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan pasal 9 ayat 1 :” Sediaan
farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah memperoleh izin edar
dari Menteri”
-Apotek tidak memeriksa obat yang diterima apakah mempunyai no batch, exp.
date, dan no registrasi Menurut PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan pasal 28, penandaan dan informasi sediaan farmasi
harus dicantumkan, salah satunya yaitu kadaluarsa obat.
2. Persyaratan apa saja yang harus diperhatikan ketika kita akan mendirikan sebuah
apotek?
a. Persyaratan Tenaga
b. Persyaratan Sarana/Prasarana
c. Perjanjian Kerja Sama
d. Semua Benar
NIM : 19340226
SOAL ESSAY
7. apa saja alasan Alasan Pemusnahan Sediaan Farmasi dan BMHP, kecuali:
a. Potensi penggunaan obat yang salah
b. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
c. telah kadaluwarsa;
d. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan;
e. dicabut izin edarnya
STUDY KASUS
2. Buat masing masing satu kasus pelanggaran peraturan per undang undangan
di apotek.. Lihat bentuk pelanggarannya (etik, disiplin atau hukum)…
jelaskan ringkas cara penanganannya
Landasan Hukum:
1. Undang-undang No. 5 tahun 1997
Pasal 9 ayat 1
Psikotropika yang berupa obat hanya dapat diedarkan setelah terdaftar
pada departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
Pasal 14 ayat 4
Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas dan
balai pengobatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan
berdasarkan resep dokter.
2. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Bagian Kelima Belas “Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan”
Pasal 102
Ayat (1) : Penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika dan
psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan resep
dokter atau dokter gigi dan dilarang untuk disalahgunakan.
Ayat (2) : Ketentuan mengenai narkotika dan psikotropika diatur
dengan undang-undang.
Pasal 103
Ayat (1) : Setiap orang yang memproduksi, menyimpan,
mengedarkan, dan menggunakan narkotika dan
psikotropika wajib memenuhi standart dan atau persyaratan
tertentu.
Ayat (2) : Ketentuan mengenai produksi, penyimpanan, peredaran,
serta penggunaan narkotika dan psikotropika sebagaimana 55
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan undangundang.
3. Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 8 ayat 1c
Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak mencantumkan
informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa
Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 8 ayat 4
Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan
pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa
memberikan info secara lengkap dan benar.
Sanksi Hukum:
1. Undang-undang No. 5 tahun 1997 Pasal 60 ayat 1c
Barang siapa memproduksi atau mengedarkan psikotropika yang berupa
obat yang tidak terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di
bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan atau pidana
denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
2. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 196
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau
mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak
memenuhi standart dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, 56 dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat
(2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Pasal 197
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau
mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak
memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta
rupiah).
3. Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 62 ayat 1
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8, pasal 9, pasal 10, pasal 13 ayat 2, pasal 15, pasal 17 ayat 1
huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat 2 dan pasal 18 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).
4. Psikotropika
UU RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika Pasal 14 ayat 4
“Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas
dan balai pengobatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan berdasarkan resep dokter“
Peraturan Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997 pasal 10
ayat 7 tentang Peredaran Psikotropika
“Penyerahan psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dari apotek kepada pasien diberikan berdasarkan resep dokter“
5. Narkotika
Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentangn
Narkotika pasal 8 ayat 1 :
“Narkotika golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan“
Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika pasal 39 ayat 1 :
“Narkotika hanya dapat disalurkan oleh industri farmasi, pedagang
besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah
sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini”
Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika pasal 36 ayat 1 :
“Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah
mendapat izin edar dari menteri“
Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika pasal 43 ayat 3 :
“Rumah sakit, apotek, puskesmas dan balai pengobatan hanya dapat
menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.“
Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika pasal 45 ayat 1 dan 3 :
1) Industri farmasi wajib mencantumkan label pada kemasan
narkotika baik dalam bentuk obat jadi maupun bahan baku
narkotika
2) Setiap keterangan yang dicantumkan dalam label narkotika
harus
lengkap dan tidak menyesatkan.
Sanksi Administratif:
1. Diberikan teguran/peringatan secara lisan.
2. Diberikan Surat Peringatan secara tertulis, maksimal 3 kali. 58
3. Penutupan apotek sementara.
4. Pencabutan ijin apotek.
KESIMPULAN
Dari kasus ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa Apoteker Pengelola Apotek
dapat dijadikan tersangka karena telah melangar undang-undang yang
belaku. Selain itu sebagai Apoteker Pengelola Apotek juga tidak mengawasi
penjualan obat keras, karena obat-obat keras tersebut diperjualbelikan secara
bebas. Sebagai penangung jawab apotek juga menerima atau mengedarkan
obat-obat impor yang tidak memiliki ijin edar dan mengandung golongan
obat psikotropika dan narkotika.
Npm : 19340227
Tugas UUF
PILIHAN GANDA
ESSAY
KASUS
Pembahasan :
Kosmetik merupakan sediaan farmasi seperti yang tertuang dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan :
Pasal 105
(2) Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetika serta alat kesehatan harus memenuhi
standar dan/atau persyaratan yang ditentukan.
Pasal 106
(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar.
(2) Penandaan dan informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi persyaratan
objektivitas dan kelengkapan serta tidak menyesatkan.
(3) Pemerintah berwenang mencabut izin edar dan memerintahkan penarikan dari peredaran sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang telah memperoleh izin edar, yang kemudian terbukti tidak memenuhi
persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/ataukemanfaatan, dapat disita dan dimusnahkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 1
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut
terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan
atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia No. HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik :
Pasal 1
Kosmetik yang diproduksi dan atau diedarkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta persyaratan lain
yang ditetapkan;
c. terdaftar pada dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia No. HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik :
Bagian kedua Pasal 11
(1) Permohonan izin edar diajukan secara tertulis kepada Kepala Badan dengan mengisi formulir dan
disket pendaftaran dengan sistem registrasi elektronik yang telah ditetapkan, untuk dilakukan
penilaian.
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia No. HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik
Pasal 23
(1) Pada etiket wadah dan atau pembungkus harus dicantumkan informasi/ keterangan mengenai :
a. nama produk;
d. komposisi dengan nama bahan sesuai dengan kodeks kosmetik indonesia atau nomenklatur
lainnya yang berlaku;
g. kegunaan dan cara penggunaan kecuali untuk produk yang sudah jelas penggunaannya;
h. bulan dan tahun kadaluwarsa bagi produk yang stabilitasnya kurang dari 30 bulan;
(2) Apabila seluruh informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memungkinkan untuk
dicantumkan pada etiket wadah, maka dapat menggunakan etiket gantung atau pita yang dilekatkan
pada wadah atau brosur.
Berdasarkan gambar sediaan pada kasus ini, pada wadah sediaan hanya terdapat nama produk
sediaan. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan- persyaratan diatas, oleh karena itu produk
ini bisa dicurigai sebagai produk ilegal.
Sebagai petugas Balai Besar POM (BBPOM), langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
menindaklanjuti masalah tersebut adalah:
1. Dinkes Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Balai Besar POM (BBPOM) di
Surabaya untuk melakukan penelusuran terhadap distributor/importir kosmetik tersebut.
2. Bilamana distributor/importir tersebut memang terbukti bersalah, maka Dinkes Prov. Jatim
dan BBPOM memberikan pembinaan dan pengarahan distributor/importir kosmetik, serta
menarik produk tersebut dari pasaran
3. Bilamana distributor/importir kosmetik tersebut tetap tidak memenuhi peraturan yang
berlaku maka Dinkes prov dan BBPOM hendaknya memberikan peringatan tertulis kepada
distributor/importir tersebut.
4. Bila peringatan tertulis tidak dihiraukan oleh distributor/importir kosmetik maka BBPOM
dapat melakukan penyegelan sementara hingga distributor/importir tersebut menyelesaikan
administrasi perijinan. Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM RI No. HK.00.05.4.1745
tentang Kosmetik: Bab VIII Pemberian Bimbingan
Pasal 32
Pemberian bimbingan terhadap penyelenggaraan kegiatan produksi, impor, peredaran dan penggunaan
kosmetik dilakukan oleh Kepala Badan.
Pasal 33
Dalam melakukan pemberian bimbingan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, Kepala Badan dapat
mengikutsertakan organisasi profesi dan asosiasi terkait
Pasal 34
b. meningkatkan kemampuan teknik dan penerapan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik;
a) Sanksi pidana Uu no. 36 tahun 2009 bab XX ketentuan pidana pasal 196 Setiap orang yang
dengan segala memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan /atau alat kesehatan yang
tidak memenuhi standart dan/ atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan dan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak RP 1.000.000.000. (satu miliyar
rupiah)
b) Uu no. 36 tahun 2009 bab XX ketentuan pidana pasal 197 Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki
izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar
lima ratus juta rupiah).
TUGAS
1. Buat masing masing satu kasus pelanggaran peraturan per undang undangan di
apotek.. Lihat bentuk pelanggarannya (etik, disiplin atau hukum)… jelaskan ringkas
cara penanganannya
2. Buat masing2 members minimal 3 soal esay dan 5 PG disertai jawabannya.
3. Kirim melalui PJ kelas yang akan meneruskan kepada saya, diterima paling lambat 2
hari sesuah pelajaran (maksimal ketua kelas mengirim pukul 20.00 Wib)
Jakarta : 22 april 2020
Oleh :
Aurelia Da silva
Klas :B
NPM : 19340228
Faktur penjualan
Ijin Pedagang Besar Alat Kesehatan : 345/PBAK/CBR/2005
SIUP: 587/UP/2005
NPWP: 77780569
Tanggal: 11 Februari 2010
No. faktur: 15/AAC-Bdg06/10
------------------------------------------------------------------------------------------
No. Nama Barang Kode Jumlah Harga
------------------------------------------------------------------------------------------
1. Baquinor F 02425 3 box 800.000
2. Genoint Cream 01437 2 box 120.000
------------------------------------------------------------------------------------------
Jumlah Rp. 920.000
Potongan Rp. 50.000
-------------------------
Rp. 870.000
Diterima:
AA Penanggung Jawab
Dari temuan tersebut
1. Pelanggaran apa saja yang telah dilakukan dari apotek tersebut
(jelaskan secara singkat)
2. Sanksi apa saja yang dapat diberikan terhadap apotek ?
3. Dapatkah apoteker menjadi tersangka? (jelaskan)
Pembahasan:
1. -Apotek Mitra Sehat Pelanggi tidak membeli obat pada PBF melainkan
melalui PBAK (Pedagang Besar Alat Kesehatan).
Menurut PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pasal 1 ayat 10 :”
Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
adalah sarana yang digunakan untuk mendistribusikan atau
menyalurkan Sediaan Farmasi, yaitu Pedagang Besar Farmasi dan
Instalasi Sediaan Farmasi”.
ayat 12 : “Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk
badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan”.
-Apotek memesan dan menerima obat yang tidak teregistrasi
(Genoint Cream) tidak memiliki ijin edar di Indonesia.
Menurut PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan pasal 9 ayat 1 :” Sediaan farmasi dan alat
kesehatan hanya dapat diedarkan setelah memperoleh izin edar dari
Menteri”.
-Apotek tidak memeriksa obat yang diterima apakah mempunyai
no batch, exp. date, dan no registrasi
Menurut PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan pasal 28, penandaan dan informasi sediaan
farmasi harus dicantumkan, salah satunya yaitu kadaluarsa obat.
2. Sanksi yang diberikan terhadap Apotek adalah: UU RI No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan
- Pasal 196: Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi/
mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang
tidak memenuhi standard dan/ persyaratan keamanan, khasiat
dan kemanfaatan dan mutu sebagaimana dimaksud dalam
pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
- Pasal 197: Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi/
mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang
tidak memiliki ijin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.
1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). UU RI No. 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen
- Pasal 62 ayat (1) pelaku usaha yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
- Pasal 81 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan
3. Apoteker dapat menjadi tersangka, apabila pengadaan dan
penerimaan serta pengedaran dilakukan dengan sepengetahuan
APA maka yang mendapat sanksi adalah Apoteker tersebut.
1. Kasus pelanggaran perundang-undanagn di apotek lihat bentuk pelanggarannya (etik,
disiplin, hukum) secara ringkas penanganannya?
Jawaba:
KASUS
2. Buat masing-masing minimal tiga soal esay dan lima pilihan ganda di sertai jawaba?
Esay:
1. Apa alasan pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP?
Jawaban:
a. produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b. telah kadaluwarsa
c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan
d. dan/atau dicabut izin edarnya.
2. Apa yang dimaksud dengan swamedikasi. Terangkan?
Jawaban:
3. Sebutkan cara pemilihan obat yang dibutuhkan dan cara penggunaan obat?
Jawaban:
Cara pemilihan obat yang dibutuhkan:
a) Gejala atau keluhan penyakit
b) Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus
dan lain-lain.
c) Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.
d) Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan
interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.
e) Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat
dengan obat yang sedang diminum.
f) Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada
Apoteker.
Cara penggunaan obat
a) Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.
b) Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
c) Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan
penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.
d) Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama.
e) Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap, tanyakan
kepada Apoteker.
Pilihan ganda
1. Apa informasi umum tentang obat……..
a. Penggolongan Obat, Informasi pada Kemasan, Etiket dan Brosur
b. Tanda Peringatan, Cara Pemilihan Obat
c. Cara Penggunaan Obat dan Efek Samping
d. Benar semua
2. Pada setiap brosur atau kemasan obat selalu dicantumkan, kecuali…..
a. Nama obat
b. Warna kotak
c. Komposisi, Indikasi, Informasi
d. cara kerja obat
e. Aturan pakai dan Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas)
3. Evaluasi mutu ( Mutu Manajerial, Mutu Pelayanan Farmasi Klinik) termasuk
PMK tahun….
a. PMK 35/2014
b. PMK 35/2019
c. PMK 35/2012
d. PMK 35/2015
e. PMK 35/2017
Nama : Firman
Nim : 19430230
Kelas : Reguler B
Mata Kuliah : Undang-undang dan Etika Farmasi
Dosen : Drs. Fakhren Kasim, M.Hkes., Apt
Tugas :
1. Buat masing masing satu kasus pelanggaran peraturan perundang-undangan di apotek.. Lihat
bentuk pelanggarannya (etik, disiplin atau hukum)… jelaskan ringkas cara penanganannya.
2. Buat masing2 members minimal 3 soal esay dan 5 PG disertai jawabannya.
SOAL !
A. SOAL KASUS
Apoteker B mengelola Apotek yang cukup ramai. Suatu saat, ia menerima resep racikan berisi
campuran 2 tube salep masing-masing 5 gram. Di Apotek tersebut tersedia salep 10 gram.
Salep racikan tetap dibuat namun dengan pertimbangan bahwa separo dari persediaan nanti
tidak dapat digunakan (kecuali ada resep yang sejenis maka apoteker B menggunakan salep
sesuai resep) tetapi harga menggunakan salep 10 gram.
Apoteker tersebut telah merugikan pasien karena pasien harus membayar obat lebih
mahal dari yang diterimanya.
Pelanggaran Etika :
Pasal 1
- Sumpah/janji : Setiap Apoteker/Farmasis harus menjunjung tinggi, menghayati, dan
mengamalkan Sumpah Apoteker/Farmasis.
Pasal 5
- Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan diri
dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Penanganan Kasus :
- Apoteker harus menjalankan tugasnya sebagai “decission maker” dalam hal ini harus
bisa memberikan alternatif sediaan yang efisien dan efektif, yaitu dengan cara racik
obat sesuai dengan resep, lalu komunikasikan kepada pasien bahwa resep dibuat
sesuai resep tapi harga tetap 1 tube, sisanya bisa pasien bawa pulang, nanti jika
pasien tersebut mendapatkan resep serupa bisa menggunakan sisa tubenya
tersebut, sehingga pasien tidak perlu membeli lagi dengan catatan penyimpanannya
benar dan belum ED.
B. SOAL PG
1. Standar pelayanan kefarmasian diatur dalam…
a. PMK No. 71 Tahun 2016
b. PMK No. 72 Tahun 2016
c. PMK No. 73 Tahun 2016
d. PMK No. 74 Tahun 2016
e. PMK No. 75 Tahun 2016
2. Berikut ini yang bukan merupakan penyebab dicabutnya surat izin apotek yang disebabkan
oleh apoteker adalah…
f. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan
g. Apoteker tidak memenuhi kewajiban sebagai APA
h. APA berhalangan namun tidak ada pengganti
i. Surat izin APA dicabut
j. APA bekerja di instansi lain
3. Dalam swamedikasi, produk yang digunakan untuk pelayanan swamedikasi adalah sebagai
berikut kecuali…
a. Obat keras
b. Obat bebas terbatas
c. Obat bebas
d. Obat tradisional
e. Kosmetika
4. Berikut ini yang merupakan pernyataan yang benar mengenai dampak positif dari
swamedikasi adalah…
a. Masyarakat meyakini pengobatan swamedikasi dapat dilakukan untuk setiap penyakit.
b. Apabila dilakukan dengan benar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi
pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan secara nasional.
c. Dapat menutupi diagnosis penyakit serius.
d. Meningkatnya risiko interaksi dan reaksi yang merugikan.
e. Potensi penggunaan obat yang salah (misused) atau penyalahgunaan (abused) .
6. Dalam mendirikan suatu apotek harus melakukan registrasi, mengajukan surat izin praktik dan
izin kerja tenaga kefarmasian. Hal ini diatur dalam…
f. PMK No. 74 Tahun 2016
g. PMK No. 44 Tahun 2019
h. PMK No. 922 Tahun 1993
i. PMK No. 73 Tahun 2016
j. PMK No. 889 Tahun 2011
C. SOAL ESAY
1. Sebutkan 4 proses perizinan apotek !
Jawab :
1) APA/PSA mempersiapkan bangunan, perlengkapan, SDM, dll kecuali obat.
2) Permohonan kepada Pemda Kab/Kota (Dinkes atau Unit lain).
3) Pemeriksaan setempat oleh pejabat yang berwenang.
4) Penerbitan surat izin apotek oleh Pemda (Dinkes atau Unit lain).
NIM : 19340231
Kelas : B-REGULER
TUGAS UNDANG-UNDANG DAN ETIKA FARMASI
Ada salah satu apotek di daerah Makassar yang di dirikan oleh seorang
apoteker dengan surat ijin praktek yang mengatas namakan namanya, sebut saja apotek
X dengan APA apoteker Y. Selama ini Apoteker Y bekerja di salah satu Rumah sakit di
Pare-pare salah satu kabupaten di kota makassar yang jarak tempuhnya sekitar 5 jam
dari kota makassar. Selain bekerja di Rumah sakit tersebut, nama apoteker Y tersebut
masih tercatat sebagai APA apotek X dan hanya dating sekali sebulan untuk
mengontrol kegiatan di apotek. Di apoteknya tersebut juga hanya terdapat 1 tenaga
kerja yang notabene bukan seorang apoteker yang secara penuh mengerti tentang obat,
bahkan tak jarang ketika penjaga apotek tersebut tidak datang, penyerahan obat kepada
pasien diserahkan langsung oleh keluarga dari apoteker tersebut yang sama sekali tidak
memiliki kewenangan untuk menyerahkan obat kepada pasien. Tak jarang karena
kurang mengerti tentang obat, apotek tersebut menjual secara bebas obat-obat keras
yang diminta pasien tanpa resep dokter, seperti misalnya pembelian antibiotik yang
permintaannya di masyarakat masih sangat tinggi. Belum diketahui secara jelas alasan
apoteker tersebut belum melepas apotek tersebut dan mencarikan 2 apoteker sebagai
penanggungjawab apotek, bukan dijaga oleh Aping atau AA. Permasalahan kasus ini
masih banyak saya temukan untuk apotek-apotek kecil di Makassar. Selama saya
membeli obat di apotek saya bahkan tidak pernah menemukan sosok Apoteker yang
secara langsung melayani pasien, menjelaskan tentang aturan pemakaian obat, cara
penggunaan, cara penyimpanan obat dan segala informasi tentang obat, selama ini
kebanyakan apotek di daerah Makassar sendiri khususnya hanya sebatas mengambilkan
obat, kemudian menyerahkannya kepada pembeli dan menyuruhnya untuk
membayarnya.
Analisis kasus di atas berdasar pelanggaran kode etik tentang profesi kefarmasian :
5. Permasalahan
i. Apoteker Y bekerja sebagai tenaga kerja di suatu Rumah sakit di kabupaten pare-
pare
j. Apoteker tersebut sebagai pemilik apotek di daerah Makassar yang sekaligus
sebagai APA apotek tersebut.
k. Apotek tersebut tidak memilik apoteker, yang terlihat di apotek tersebut hanya ada
1 tenaga yang memberikan pelayanan sekaligus sebagai kasir di apotek tersebut.
l. Apotek melayani secara bebas obat-obat keras yang dibeli tanpa menggunakan
resep dari dokter.
6. Analisis pasal terkait pelanggaran tersebut :
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 5
(1) “Setiap orang memiliki hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman,bermutu, dan terjangkau”.
Pasal 8
“Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah dan akan diterimanya
dari tenaga kesehatan”.
Pasal 108
(1)“ Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang m e m p u n y a i k e a h l i a n d a n
kewenangan sesuai dengan ketentuan
p e r a t u r a n perundang-undangan”
2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 4
(1) “Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa”.
3. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Pasal 1
(13)“ A p o t e k a d a l a h s a r a n a p e l a y a n a n k e f a r m a s i a n
t e m p a t d i l a k u k a n p r a k t e k kefarmasian oleh Apoteker”.
Pasal 20
“Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker
pendamping dan/ atau Tenaga Teknis Kefarmasian”
Pasal 21
(1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan
kefarmasian”.
(2) “Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep
d o k t e r d i l a k s a n a k a n o l e h Apoteker”.
Pasal 51
(1) “ Pelayanan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi
rumah sakit hanya dapat dilakukan oleh Apoteker”
5. Kode etik apoteker
Pasal 3
“ Setiap apoteker/Farmasis harus sennatiasa menjalankan profesinya sesuai
kompetensi Apoteker/Farmasis Indonesia serta selalu mengutamakan dan
berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan
kewajibannya “
Pasal 5
“ Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan
diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan
dengan martabat dan tradisiluhur jabatan kefarmasian “
PENANGANAN KASUS
Dari kasus di atas termasuk dalam kegori pelanggaran kategori kedisiplinan
seorang Apoteker “Pasien atau konsumen ketika membeli obat di apotek hanya
dilakukan oleh asisten apoteker yang merangkap sebagai petugas kassa”.Hal ini
melanggar pasal-pasal di atas. Pelayanan kefarmasian diapotek harus dilakukan
oleh Apoteker, jika Apoteker Pengelola Apotek berhalangan hadir
seharusnya digantikan oleh Apoteker Pendamping dan jika Apoteker
Pendamping berhalangan hadir seharusnya digantikan oleh Apoteker Pengganti bukan
digantikan oleh Asisten Apoteker ataupun Tenaga Kefarmasian lainnya. Tenaga
Kefarmasian dalam hal ini adalah Asisten Apoteker yang hanya membantu pelayanan
kefarmasian bukan menggantikan tugas Apoteker.
1934010232
Nuryanti M. Yunus
Tugas UUF
1. Buatlah masing-masing minimal 5 soal pilihan ganda!
1) Apotek adalah sarana kefarmasian tempat dilakukannya praktik kefarmasian oleh
tenaga Apoteker dan diatur dalam Peraturan Kesehatan Republik Indonesia no dan
Tahun berapa?
a. PMK NO.72 Tahun 2016
b. PMK NO.73 Tahun 2016
c. PMK NO.74 Tahun 2016
d. PMK NO. 75 Tahun 2016
2) Peraturan PERMENKES tentang PKM tercantum dalam nomor ?
i. No 73 tahun 2016
j. No 70 tahun 2016
k. No 74 tahun 2016
l. No 72 tahun 2016
3) Sebutkan alasan dilakukan pemusnasan sediaan farmasi dan BMHP?
e. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
f. Telah kadaluarsa
g. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan serta telah di cabut izin edarnya
h. Semua benar
4) Tujuan pelayanan kefarmasian di PKM yang benar adalah ?
e. Menyediakan dan memberikan sediaan farmasi serta alat kesehatan yang
disertai dengan informasi yang jelas sehingga masyarakat mendapatkan
manfaat yang baik
f. Untuk memberikan pengetahuan tentang penggunaan obat-obat
g. Untuk mengurangi jumlah pasien yang sakit
h. Untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan PERMENKES
5) Yang merupakan wewenang apoteker sesuai dengan PS 24 PP 51/2009 adalah :
e. Mengangkat seorang apoteker pendamping yang memiliki SIPA
f. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya
atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan pasien
g. Menyerahkan obat keras narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep
dari dokter sesuai dengan peratururan perundang-undangan
h. Semua benar
2. Buatlah masing-masing 3 soal esay!
1) Tempat pekerjaan kefarmasian pada fasianfar menurut pasal 19 PP 51/2009 yaitu :
Jawaban : Apotik, puskesmas. Klinik, instalasi farmasi, rumah sakit, toko obat dan
praktek bersama
2) Jelaskan alasan apotek dapat dicabut surat izinnya:
Jawaban :
a. Apoteker ( sudah tidak lagi memenuhi ketentuan serta tidak memenuhi kewajiban
serta surat izin praktik APA telah dicabut
b. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan
dalam bidang obat
c. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan
3) Sebutkan peran apoteker dalam penggunaan obat bebas dan bebas terbatas
Jawaban : peran apoteker yaitu : - menyediakan produk obat yang sudah terbukti
keamanan , kasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan untuk
melakukan konseling kepada pasien ( dan keluarganya ) agar obat digunakan secara
aman, tepat dan rasional.
3. Contoh kasus pelanggaran peraturan perundang-undang di apotek (etik, disiplin
dan hukum). Jelaskan ringkas cara penanganannya.
Seorang apoteker disebuah apotek untuk menolong teman sejawatnya dalam bersaing
dengan apotek lain ia mencari PBF yang menjual harga obat murah walaupun tidak
legal dengan tujuan agar bisa menjual kembali dengan harga murah beserta diskon
sehingga mampu bersaing.
Penyelesaiannya ; pada prinsipnya apoteker tersebut telah melanggar kode etik karena
( pada umumnya harga atau HNA + PPN X index 1,3), namun untuk sejawat tidak
sama dengan harga pada umunya atau bukan juga harga netto, sehingga ini sangat
egois tapi index misalnya 1,1. Tidak menarik biaya tueslag dan embalanse.
NIM : 19340233
Kelas : B-REGULER
Ada salah satu apotek di daerah Makassar yang di dirikan oleh seorang
apoteker dengan surat ijin praktek yang mengatasnamakan namanya, sebut saja apotek
X dengan APA apoteker Y. Selama ini Apoteker Y bekerja di salah satu Rumahsakit di
Pare-pare salah satukabupaten di kotamakassar yang jaraktempuhnyasekitar 5 jam
darikotamakassar. Selain bekerja di Rumah sakit tersebut, nama apoteker Y tersebut
masih tercatat sebagai APA apotek X dan hanya dating
sekalisebulanuntukmengontrolkegiatan di apotek. Di apoteknya tersebut juga hanya
terdapat 1 tenaga kerja yang notabene bukan seorang apoteker yang secara penuh
mengerti tentang obat, bahkan tak jarang ketika penjaga apotek tersebut tidak datang,
penyerahan obat kepada pasien diserahkan langsung oleh keluarga dari apoteker
tersebut yang sama sekali tidak memiliki kewenangan untuk menyerahkan obat kepada
pasien. Tak jarang karena kurang mengerti tentang obat, apotek tersebut menjual secara
bebas obat-obat keras yang diminta pasien tanpa resep dokter, seperti misalnya
pembelian antibiotik yang permintaannya di masyarakat masih sangat tinggi. Belum
diketahui secara jelas alasan apoteker tersebut belum melepas apotek tersebut dan
mencarikan 2 apoteker sebagai penanggungjawab apotek, bukan dijaga oleh Aping atau
AA. Permasalahan kasus ini masih banyak saya temukan untuk apotek-apotek kecil di
Makassar. Selama saya membeli obat di apotek saya bahkan tidak pernah menemukan
sosok Apoteker yang secara langsung melayani pasien, menjelaskan tentang aturan
pemakaian obat, cara penggunaan, cara penyimpanan obat dan segala informasi tentang
obat, selama ini kebanyakan apotek di daerah Makassar sendiri khususnya hanya
sebatas mengambilkan obat, kemudian menyerahkannya kepada pembeli dan
menyuruhnya untuk membayarnya.
Analisis kasus di atas berdasar pelanggaran kode etik tentang profesi kefarmasian :
7. Permasalahan
m. Apoteker Y bekerja sebagai tenaga kerja di suatu Rumahsakit di kabupaten pare-
pare
n. Apoteker tersebut sebagai pemilik apotek di daerah Makassar yang sekaligus
sebagai APA apotek tersebut.
o. Apotek tersebut tidak memilik apoteker, yang terlihat di apotek tersebut hanya ada
1 tenaga yang memberikan pelayanan sekaligus sebagai kasir di apotek tersebut.
p. Apotek melayani secara bebas obat-obat keras yang dibeli tanpa menggunakan
resep dari dokter.
8. Analisis pasal terkait pelanggaran tersebut :
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 5
(1) “Setiap orang memiliki hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman,bermutu, dan terjangkau”.
Pasal 8
“Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah dan akan diterimanya
dari tenaga kesehatan”.
Pasal 108
(1)“ Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang m e m p u n y a i k e a h l i a n d a n
kewenangan sesuai dengan ketentuan
p e r a t u r a n perundang-undangan”
2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 4
(1) “Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa”.
3. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Pasal 1
(13)“ A p o t e k a d a l a h s a r a n a p e l a y a n a n k e f a r m a s i a n
t e m p a t d i l a k u k a n p r a k t e k kefarmasian oleh Apoteker”.
Pasal 20
“Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker
pendamping dan/ atau Tenaga Teknis Kefarmasian”
Pasal 21
(1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan
kefarmasian”.
(2) “Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep
d o k t e r d i l a k s a n a k a n o l e h Apoteker”.
Pasal 51
(1) “ Pelayanan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi
rumah sakit hanya dapat dilakukan oleh Apoteker”
5.Kode etik apoteker
Pasal 3
“ Setiap apoteker/Farmasis harus sennatiasa menjalankan profesinya sesuai
kompetensi Apoteker/Farmasis Indonesia serta selalu mengutamakan dan
berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan
kewajibannya “
Pasal 5
“ Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan
diri dariusaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan
dengan martabat dan tradisiluhur jabatan kefarmasian “
PENANGANAN KASUS
Dari kasus di atas termasuk dalam kategori pelanggaran kategori kedisiplinan
seorang Apoteker “Pasien atau konsumen ketika membeli obat di apotek hanya
dilakukan oleh asisten apoteker yang merangkap sebagai petugas kassa”.Hal ini
melanggar pasal-pasal di atas. Pelayanan kefarmasian diapotek harus dilakukan
oleh Apoteker, jika Apoteker Pengelola Apotek berhalangan hadir
seharusnya digantikan oleh Apoteker Pendamping dan jika Apoteker
Pendamping berhalangan hadir seharusnya digantikan oleh Apoteker Pengganti bukan
digantikan oleh Asisten Apoteker ataupun Tenaga Kefarmasian lainnya. Tenaga
Kefarmasian dalam hal ini adalah Asisten Apoteker yang hanya membantu pelayanan
kefarmasian bukan menggantikan tugas Apoteker.
SOAL PILIHAN GANDA
NIM : 19340234
KELAS : B_REGULER
c. Sarana penjualan obat – obatan yang dipertanggung jawabkan oleh Asisten Apoteker
2. Tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Hal ini merupakan peraturan menteri kesehatan
tentang :
a. Pelayanan kefarmasian
b. Etika kefarmasian
c. Norma kefarmasian
3. Bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelediki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Merupakan pengertian dari :
a. Obat
b. Jamu
c. Herbal
d. Resep
e. sediaan
c. B, D, dan E Benar.
e. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien.
5. Dalam pemusnahan obat – obatan kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat – obatan rusak atau kadaluarsa yang megandung narkotika
dan psikotropika dilakuka oleh apoteker dan disaksikan oleh :
b. Kepala BPOM
d. Menteri
6. Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan yang seharusnya berperan sebagai pemberi
informasi. Khususnya untuk obat – obatan yang termasuk dalam golongan obat bebas dan bebas
terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan sendiri, atau disebut :
a. Konseling
b. Swamedikasi
c. Wawancara
d. Penyuluhan
e. Pelatihan
7. Sebutkan salah satu peran Apoteker dalam penggunaan obat bebas dan bebas terbatas :
a. Menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat, dan kualitasnya
e. Memberikan petunjuk kepada pasien tentang mengkonsumsi obat tidak sesuai standar
8. Masyarakat meyakini pengobatan swamedikasi dapat dilakukan untuk setiap penyakit, dapat
menutupi diagnosis penyakit serius, meningkatkan resiko interaksi dan reaksi yang merugikan dan
potensi penggunaan obat yang salah atau penyalahgunaan. Hal ini merupakan bagian dari :
1. Peraturan menteri kesehatan tentang standar pelayanan kefarmasian diapotek tercantum dalam UU.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, tercantum dalam pasal 3
ayat 1. Sebutkan isinya:
Jawaban :
a. Perencanaan
b. Pengadaan
c. Penerimaan
d. Penyimpanan
e. Pemusnahan
f. Pengendalian
g. Pencatatan dan pelaporan.
2. Sebutkan informasi apa saja yang perlu disampaikan ketika melakukan swamedikasi ? jelaskan ?
Jawaban :
a. Khasiat obat : dimana apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang
bersangkutan. Sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien;
b. Kontraindikasi : pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi dari obat yang
diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi dimaksud;
c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada) : pasien juga perlu diberi informasi tentang efek
samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau
mengatasinya;
d. Cara pemakaian : harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk menghindari salah
pemakaian;
f. Waktu pemakaian : harus di informasikan dengan jelas kepada pasien. Misal sebelum atau
sesudah makan atau saat akan tidur;
h. Hal yang harus diperhatiakn sewaktu minum obat, misal pantangan makanan atau tidak boleh
minum obat tertentu secara bersamaan;
Jawaban :
ALUR PERIZINAN
APOTEK
APOTEK (PSA & APA )
BP2T
BP2T
SURVEI
APOTEK
SOAL KASUS
Berdasarkan informasi Warga desa Sei Gelam, Kabupaten Muaro Jambi. banyak
ditemukan (Tablet Carnophen beredar di kalangan remaja) dan telah dilakukan pemeriksaan
terhadap apotek-apotek di Kabupaten tersebut dan pada salah satu Apotek ditemukan
penjualan bebas rata-rata per bulan sebanyak 12 box dan Trihexyphenidyl sebanyak 7 box,
penjualan tanpa resep Ephedrine tablet rata-rata 3 kaleng @ 1000 tablet serta penjualan tanpa
resep diazepam 5 mg tablet sebanyak 30 tablet.
1. Pelanggaran Undang-undang dan Peraturan apa saja yang telah dilakukan oleh apotek
tersebut? (Jelaskan secara singkat).
2. Sanksi apa saja (administratif dan pidana) yang dapat diberikan terhadap apotek,
dapatkah apoteker pengelola apotek menjadi tersangka?
Pembahasan:
Landasan Hukum:
Pasal 14 ayat 4
Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas dan balai
pengobatan sebagaimana dimaksudpada ayat 1 dilaksanakan berdasarkan
resep dokter.
Pasal 103
Ayat (1) : Setiap orang yang memproduksi, menyimpan,
mengedarkan, dan menggunakan narkotika dan psikotropika wajib
memenuhi standart dan atau persyaratan tertentu.
Ayat (2) : Ketentuan mengenai produksi, penyimpanan, peredaran,
serta penggunaan narkotika dan psikotropika sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan undang-undang.
2. Sanksi Hukum:
4. Psikotropika
UU RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika Pasal 14 ayat 4
“Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas dan balai
pengobatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan resep
dokter“
Peraturan Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997 pasal 10 ayat 7
tentang Peredaran Psikotropika
“Penyerahan psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari apotek
kepada pasien diberikan berdasarkan resep dokter“
5.Narkotika
Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 8
ayat 1 :
“Narkotika golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan“
Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal
39 ayat 1 :
“Narkotika hanya dapat disalurkan oleh industri farmasi, pedagang besar farmasi,
dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sesuai dengan ketentuan
dalam undang-undang ini”
Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal
36 ayat 1 :
“Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin
edar dari menteri“
Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal
43 ayat 3 :
“Rumah sakit, apotek, puskesmas dan balai pengobatan hanya dapat
menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.“
Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal
45 ayat 1 dan 3 :
(1) Industri farmasi wajib mencantumkan label pada kemasan narkotika baik
dalam bentuk obat jadi maupun bahan baku narkotika
(2) Setiap keterangan yang dicantumkan dalam label narkotika harus lengkap dan
tidak menyesatkan.
Sanksi Administratif
Kesimpulan
Dari kasus ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa Apoteker Pengelola Apotek dapat
dijadikan tersangka karena telah melanggar undang-undang yang belaku. Selain itu
sebagai Apoteker Pengelola Apotek juga tidak mengawasi penjualan obat keras,
karena obat-obat keras tersebut diperjual belikan secara bebas. Sebagai penanggung
jawab apotek juga menerima atau mengedarkan obat-obat impor yang tidak memiliki
ijin edar dan mengandung golongan obat psikotropika dan narkotika
TERIMA KASIH
NAMA : RISA AMALIA KESUMA
NIM : 19340235
SOAL KASUS
Penyelesaian :
Pelanggaran yang telah dilakukan apotek tersebut adalah :
1. Menjual obat-obat ilegal yang mengandung narkotika (Cannabis sativa) dan
psikotropika (diazepam) secara bebas.
2. Obat-obatan tersebut termasuk golongan obat keras di mana penjualannya harus
berdasarkan resep dokter.
Sanksi Hukum :
Dari kasus ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa Apoteker Pengelola Apotek dapat
dijadikan tersangka karena telah melangar undang-undang yang belaku. Selain itu sebagai
Apoteker Pengelola Apotek juga tidak mengawasi penjualan obat keras, karena obat-obat
keras tersebut diperjualbelikan secara bebas. Sebagai penangung jawab apotek juga
menerima atau mengedarkan obat-obat impor yang tidak memiliki ijin edar dan mengandung
golongan obat psikotropika dan narkotika.
SOAL PG
1. Upaya seseorang untuk mengobati dirinya sendiri, dilakukan dengan menggunakan
obat atas kemauan sendiri tanpa adanya panduan dari tenaga medis disebut.....
a. Konseling
b. Swamedikasi
c. Pelayanan
d. PIO
e. Pengobatan individu
Jawaban : B
2. Dibawah ini yang termasuk hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan obat
untuk upaya swamedikasi adalah .....
a. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat
dengan obat yang sedang diminum
b. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.
c. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi
obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.
d. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada
Apoteker
e. Semua benar
Jawaban : E
SOAL ESSAY
1. Sebutkan apa saja alasan yang membuat sediaan farmasi dan BMHP harus
dilakukan pemusnahan!
Jawab : Alasan dilakukannya pemusnahan, yaitu :
1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
2. Telah kadaluwarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan
4. dan/atau dicabut izin edarnya
NPM : 19340236
1. KASUS
Saat dilakukan pemeriksaan oleh Dinas Kesehatan ditemui sebuah apotek yang tenaga
kefarmasian menjual obat ilegal (tanpa izin edar), dalam hal ini adalah PCC. Akan tetapi
penanggung jawab apotek tidak mengetahui adanya obat ilegal tersebut di apoteknya.
Bagaimana cara penangganan atau tindak pidana dari kasus tersebut ?
Cara pemusnahan obat : apabila obat tersebut adalah sediaan padat dalam jumlah
besar maka harus dihancurkan dengan cara dibakar di dalam insinerator atau
dilarutkan dengan air apabila obat sediaan padatnya dalam jumlah sedikit digerus saja,
dilarutkan dalam air terus dibuang. Tapi dikeluarkan dulu dari kemasan aslinya. Baru
tabletnya dimasukkan ke dalam air.
Tenaga kefarmasian yang menjual obat ilegal (tanpa izin edar), dalam hal ini adalah
PCC, dapat dijerat dengan Pasal 197 UU Kesehatan sebagai berikut:
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
Selain itu, didalam obat PCC terdapat kandungan yang termasuk narkotika golongan
I, maka tenaga kefarmasian juga dapat dijerat berdasarkan Pasal 114 ayat (1) UU
Narkotika sebagai berikut:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Setiap apoteker dan tenaga teknis kefarmasian harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormati hak
pasien dan mengutamakan kepentingan pasien. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di
apotek harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi yang aman, bermutu, bermanfaat,
dan terjangkau.
a. peringatan tertulis
c. pencabutan SIA.
2. SOAL ESSAY
1. Apa definisi apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
73 Tahun 2016 ?
Jawab : Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker.
b. Telah kadaluwarsa;
d. Semua benar
e. Semua salah
d. Obat tradisional
e. Kosmetika
19340237 B Regular
PG
ESSAY
1. Sebutkan peran apoteker dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas
?
a. Menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya.
b. Memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien
(dan keluarganya) agar obat digunakan secara aman, tepat, dan rasional.
2. Sebutkan untuk menetapkan cara penggunaan obat yang baik dan benar perlu
diperhatikan langkah-langkah diantaranya ?
a. pengginaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus
b. gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket dan brosur
c. bila obat digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan
penggunaan dan tanyakan kepada apoteker dan dokter.
d. hindarkan penggunaan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama
e. untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap, tanyakan
kepada apoteker.
3. apa yang menyebabkan alasan pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP ?
a. produk tidak memenuhi persyaratan dan mutu
b. telah kadaluarsa
c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan.
d. dicabut izin edarnya.
KASUS
Salah satu perusahaan memproduksi sediaan farmasi dan mengedarkan secara online.
Saat dilakukan pemeriksaan mendadak oleh Dinas Kesehatan ditemukan sediaan farmasi
tidak memenuhi standar persyaratan keamanan yaitu belum mendaftarkan produk sediaan
farmasi kepada BPOM. Bagaimana cara penanganana atau tindakan pidana dari kasus
tersebut ?
Tenaga kefarmasian yang mengedarkan produk sediaan farmasi tidak memenuhi persyaratan
keamanan, dalam hal ini dapat dijerat dengan pidana dalam UU No 36 tahun 2009 dengan
pasal 196 sebagai berikut :
“setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standard an/atau persyaratan keamanan,
khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam pasal 98 ayat (2) dan
ayat (3) dipidana dengan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”
Nim : 19340238
Kelas : B
FAKULTAS FARMASI
TAHUN 2020
1. Contoh Kasus
Jawaban :
Pembahasan Pelanggaran
Pelanggarannya yaitu mengenai penanggung jawab. Diketahui bahwa seorang
apoteker harus memiliki izin Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), yang mana
merupakan tanda bukti bahwa yang bersangkutan telah resmi teregistrasi sebagai salah
seorang tenaga kefarmasian yaitu Apoteker. Disamping STRA, apoteker juga harus
memiliki izin lain ketika hendak melakukan pekerjaan kefarmasian di tempat tertentu.
Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), diperlukan apabila bekerja di tempat fasilitas
pelayanan kefarmasian. Sedangkan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA), wajib dimiliki
ketika melakukan praktek di fasilitas produksi ataupun distribusi / penyaluran
kefarmasian.
Dalam kasus ini Apoteker A tidak hanya praktek di Apotek tetapi juga di PBF,
sehingga memiliki tidak hanya SIPA APA Apotek tetapi juga memiliki SIKA PJ PBF.
Perbuatan ini disebut pelanggaran karena bertentangan dengan peraturan perundangan
yang berlaku, yang dalam hal ini diatur dalam Pasal 18 Permenkes 889/2011. Diatur
dalam peraturan tersebut bahwa SIPA atau SIKA hanya boleh untuk satu fasilitas
kefarmasian, artinya satu apoteker hanya boleh memiliki SIPA atau SIKA untuk satu
tempat saja. Bukan boleh memiliki SIPA dan SIKA untuk satu tempat kerja. Berbeda
maknanya kalau begitu.
3) Pada suatu apotek terdapat apoteker yang sudah tidak lagi memenuhi ketentuan,
tidak memenuhi kewajiban sbg apa, apa berhalangan tidak ada pengganti, terjadi
pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, surat izin praktik
apa dicabut kemudian pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran
perundang - undangan dibidang obat dan apotek tidak lagi memenuhi persyaratan
maka apa yang akan terjadi pada apotek tersebut;
a. APA di Beri Surat Perigantan
b. PSA Di Tegur secara Lisan
c. Pencabutan Surat Izin Apotek
d. A,B,C Benar
e. A,B,C Salah
4) Suatu produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah kadaluwarsa,tidak memenuhi
syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu
pengetahuan, dan/atau dicabut izin edarnya, merupakan alasan dari ;
a. Pencabutan izin edar obat
b. Penarikan kembali obat
c. Pengembalian produk sedian farmasi
d. Retur obat
e. Pemusnahan sediaan farmasi
3. Soal Essay
NPM : 19340239
KELAS : B (APOTEKER)
1. Dibawah ini yang merupakan syarat perizinan untuk mengurus apotik adalah
f. Apa / psa mempersiapkan bangunan, perlengkapan, sdm, dll kecuali obat
g. Permohonan kepada pemda kab/kota ( dinkes atau unit lain)
h. Pemeriksaan setempat oleh pejabat yg berwenang
i. Penerbitan surat izin apotek oleh pemda ( dinkes atau unit lain)
j. Semua benar
2. Upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Dalam penatalaksanaan
swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak
terjadi kesalahan pengobatan (medication error), merupakan pengertian dari
a. swamedikasi
b. konseling obat
c. interaksi pelanggan
d. pelayanan informasi obat
e. PKRS
3. Apa saja Produk obat untuk pelayanan swamedikasi
a. OWA
b. Obat bebas terbatas
c. Obat bebas
d. Kosmetik
e. a, b, c, dan d benar
4. Obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotik tanpa
resep dokter disebut obat
f. Obat esensial
g. Daftar obat wajib apotek
h. Narkotika
i. Obat non esensial
j. Jamu
5. Di bawah ini yang merupakan dampak negative dari swamedikasi, kecuali
a. Masyarakat meyakini pengobatan swamedikasi dapat dilakukan untuk setiap
penyakit.
b. Dapat menutupi diagnosis penyakit serius
c. dapat memberikan kontribusi yang besar bagi pemerintah dalam pemeliharaan
kesehatan secara nasional
d. Meningkatnya risiko interaksi dan reaksi yang merugikan
e. Potensi penggunaan obat yang salah (misused) atau penyalah gunaan (abused)
II. SOAL ESAY
1. Mengapa terjadi pencabutan surat izin apotek
Jawaban:
Karena Apoteker tidak lagi memenuhi ketentuan, Tidak memenuhi
kewajiban sbg APA, APA berhalangan tidak ada pengganti, Terjadi
pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, Surat izin
praktik apa dicabut
Pemilik sarana apotik terbukti terlibat dalam pelanggaran
perundangundangan dibidang obat
Apotik tidak lagi memenuhi persyaratan
2. Jelaskan apa yang di maksud dengan swamedikasi dan siapa yang berhak
memberiak pelayanan swamedikasi.
Jawaban:
Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan
sendiri. Dalam penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat
memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan
pengobatan (medication error).
Yang bertanggung jawan memberiakan pelayanan swamedikasi adlah
Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan sudah
seharusnya berperan sebagai pemberi informasi (drug informer)
khususnya untuk obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi.
Obat-obat yang termasuk dalam golongan obat bebas dan bebas
terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan sendiri
(swamedikasi).
3. Bagaimana cara memilih obat yang baik
Jawaban :
Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan :
Gejala atau keluhan penyakit
Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes
mellitus dan lain-lain.
Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat
tertentu.
Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping
dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.
Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada
interaksi obat dengan obat yang sedang diminum.
Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan
kepada Apoteker.
Kasus tentang peredaran Obat PCC (Paracetamol, Caffein, Carisoprodol) dan obat keras lainnya di
suatu apotek yang dilakukan oleh asisten apoteker dan Apoteker.
ULASAN
Apotek itu sendiri adalah sarana dan salah satu Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, yakni
sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian diantara fasilitas-
fasilitas lainnya seperti instalasi farmasi rumahsakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau
praktek bersama (Pasal 1 poin 11 dan poin 13 PP 51/2009)
Jadi, terkait persoalan pemeberian obat dari Apoteker kepada pasien, ada stndar pelayanan
yang wajib dipatuhi oleh Apoteker yang bersangkutan. Standar pelayanan ini tentuang
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Merupakan tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.
Disamping itu, profesi apoteker juga mengacu pada Kode Etik Apoteker Indonesia
dan apabila lalai dalam melaksanakan kewajiban dan tugasnya maka apoteker dapat
dikenakan sanksi oleh Ikatan Apoteker Indonesia. Pasal 9 Kode Etik Apoteker Indonesia:
“Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat, menghormati hak pasien, dan melindungi makhluk hidup insani”
UU Kesehatan No 36 tahun 2009 telah mengatur secara ketat prosedur pembuatan obat,
pengamanan, sampai distribusi obat hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam hal ini
Apoteker.
KESIMPULAN:
Apoteker harus memperhatikan standar pelayanan kefarmasian di Apotek. Apoteker juga harus
mengacu pada Kode Etik Apoteker Indonesia dan apabila Apoteker lalai dalam melaksanakan
kewajiban dan tugasnya maka Apoteker dapat dikenakan sanksi oleh Ikatan Apoteker Indonesia,
Apoteker dapat dijadikan tersangka karena melanggar undang-undang yang berlaku.
2. Pada persayaratan Apotek seorang Apoteker harus mempunya STRA, Surat SUmpah, SIPA,
Surat Keterangan Sehat dan Tidak menjadi Apoteker Pengelola di Apotek lain, persyaratan
yang dimaksud termasuk kategori?
a. Persyaratan Tenaga (SDM)
b. Persyaratan sarana pra sarana
c. Persyaratan kerjasama
d. Persyaratan pelayanan
e. Persyaratan kefarmasian
3. Upaya pengomatan yang dilakukan sendiri, dilakukan dengan menggunakan obat atas
kemauan sendiri tanpa adanya panduan dari tenaga medis disebut?
a. Pelayanan Informasi Obat
b. Swamedikasi
c. Pengobatan Langsung
d. Drug Related Problem
e. Monitoring Efek Samping Obat
4. Berikut ini merupakan alasan pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai,
kecuali?
f. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
g. Produk kadaluarsa
h. Produk dengan stabilitas yang sangat baik dan memenuhi persyaratan
i. Produk tidak memenuhu syarat untuk dipergunakan dalam yankes
j. Produk yang dicabut izin edar
5. Membarikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien dan
keluarga agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional merupakan salah satu peran
tenaga medis yaitu?
f. Dokter
g. Apoteker
h. Bidan
i. Ahli gizi
j. Perawat
SOAL ISIAN:
1. Sebutkan dampak positif dan dampat negative dari swamedikasi?
2. Apa yang dimaksud dengan OWA dan berikan contohnya?
3. Hal apa saja yang harus dipertimbangkan dalam melakukan konseling?
JAWAB:
1. Dampak Positif: Swamedikasi apabila dilakukan dengan benar dapat memberikan kontribusi
yang besar bagi pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan secara nasional
Dampak Negatif:
- Masyarakat meyakini pengobatan swamedikasi dapat dilakukan untuk setiap penyakit
- Dapat menutupi diagnosis penyakit serius
- Meningkatnya resiko interaksi dan reaksi yang merugikan
- Potensi penggunaan obat yang salah (misused) atau penyalahgunaan (abused)
2. Obat Wajib Apotek (OWA) yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker kepada
pasien di Apotek tanpa resep dokter.
Contohnya: Kontrasepsi Oral
Pasal 103
Ayat (1) : Setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mengedarkan,
dan menggunakan narkotika dan psikotropika wajib memenuhi standart
dan atau persyaratan tertentu.
Ayat (2) : Ketentuan mengenai produksi,penyimpanan, peredaran, serta
penggunaan narkotika dan psikotropika sebagaimana 55 dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan undang-undang
2. Undang-undang No. 5 tahun 1997
Pasal 9
ayat 1 Psikotropika yang berupa obat hanya dapat diedarkan setelah
terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
Pasal 14
ayat 4 Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas dan
balai pengobatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan
berdasarkan resep dokter
4. Psikotropika
- UU RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
Pasal 14 ayat 4 “Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit,
puskesmas dan balai pengobatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan berdasarkan resep dokter“ - Peraturan Menteri Kesehatan
No. 688/Menkes/Per/VII/1997
pasal 10 ayat 7 tentang Peredaran Psikotropika “Penyerahan
psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari apotek kepada
pasien diberikan berdasarkan resep dokter
5.Narkotika 57
5.Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
pasal 8 ayat 1 : “Narkotika golongan I dilarang digunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan“ - Undang-undang Republik
Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
pasal 39 ayat 1 : “Narkotika hanya dapat disalurkan oleh industri
farmasi, pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan
farmasi pemerintah sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang
ini”
PENYELESAIAN
B. SOAL ESSAY
1. Menurut Permenkes No.73 thn 2016 tata cara untuk Pemusnahan obat
kadaluawarsa itu bagaimana tata laksana nya ?
Jawab :
Pemusnahan dan penarikan
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
2. Menurut Permenkes NO.3 tahun 2015 tata cara Untuk mendapatkan izin edar
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor bagaimana tatalaksananya?
Pada pasal 5 diatur
Untuk mendapatkan izin edar Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
dalam bentuk obat jadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melalui
pendaftaran pada Badan Pengawas Obat dan Makanan
3. Sebut kan sarana dan prasarana dalam pendirian apotek?
o BANGUNAN(TERMASUK KEPEMILIKAN) & KELENGKAPAN
GEDUNG, PAPAN NAMA
o PERLENGKAPAN PELAYANAN, WADAH, ADM APOTEK
o BUKU
C. SOAL MCQ
1. Pada PMK No berapa yang mengatur Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi dalam bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah mendapatkan izin
edar dari Menteri.
a. PMK No. 3 thn 2015
b. PMK 889 thn 2011
c. PMK No. 73 thn 2016
d. PMK No. 44 thn 2019
4. Dibawah ini yang benar untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan saat
swamedikasi, kecuali :
a. Gejalaataukeluhanpenyakit
b. Kondisikhususmisalnyahamil, menyusui, bayi, lanjutusia, diabetes
mellitus dan lain-lain.
c. Pengalamanalergiataureaksi yang tidak diinginkan terhadap obat
tertentu.
d. Identifikasi resep
5. Saat proses perizinan pendirian apotek, hal pertama kali dilakukan yaitu ...
a. Pemeriksaan setempat oleh pejabat yang berwenang
b. Penerbitan Surat Izin Apotek oleh Dinas Kesehatan Kota/
Kabupaten
c. Melakukan Pemesanan Obat kepada PBF
d. Mempersiapkan bangunan, perlengkapan, SDM, dll kecuali obat
RITA YULIYANTI
19340242
B
DOSEN:
PROFESI APOTEKER
JAKARTA
2020
KASUS
Seorang pasien mendapat resep obat paracetamol generik, tetapi karena obat
paracetamol merek dagang Y jumlahnya digudang masih banyak dan kecenderungan
medekati tahun ED, maka obat paracetamol generik di dalam resep diganti dengan
obat Y yang kandungannya sama. Harga obat Y lebih mahal dibandingkan obat
generik, tetapi dengan informasi ke pasien bahwa efek obat Y lebih cepat maka pasien
menerimanya.
1. Identifikasi Masalah
a. Apoteker RS mengganti resep dengan obat Y yang harganya lebih mahal
b. Apoteker RS melakukan kebohongan kapada pasien
c. Apoteker RS ada kemungkinan melakukan kesalahan pembelian obat Y
sehingga stok berlebih bahkan mendekati ED atau kemungkinan mempunyai
kerja sama dengan produsennya.
d. Apoteker RS hanya mempertimbangkan keseimbangan stok obat tanpa
mempedulikan kondisi pasien.
2. Dasar Hukum yang digunakan Apoteker tersebut (Peraturan Perundangan
51/2009)
1. Pasal 24
Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian, Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat
generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas
persetujuan dokter dan/atau pasien
Diskusi :
Berdasarkan pasal tersebut maka apoteker tersebut tidak salah, tetapi
menjadi salah karena landasan dasar yang digunakan dalam mengganti obat
bukan karena stok kosong tapi karena jumlah obat Y berlebih digudang dan
mendekati waktu ED serta ada kemungkinan kerja sama antara apoteker
dengan produsen obat tersebut.
3. Solusi dari Kasus
Apoteker tidak seharusnya melakukan kebohongan kepada pasien dengan
mengganti obat dalam resep dengan alasan efek obat lebih cepat, padahal hanya
karena stok obat pengganti berlebih dan mendekati ED. Masalah tersebut harusnya
dilakukan investigasi terkait penyebab jumlah obat yang masih banyak digudang dan
melaporkannya dalam rapat Komite Farmasi dan Terapi (KFT).
NAMA : MARETA GITA KENCANA
NIM : 19340243
Ada salah satu apotek di suatu daerah yang di dirikan oleh seorang apoteker dengan surat
ijin praktek yang mengatas namakan namanya, sebut saja apotek X dengan APA apoteker
Y. Selama ini Apoteker Y bekerja di salah satu perusahaan besar farmasi di Jakarta. Selain
bekerja di perusahaan tersebut, nama apoteker Y tersebut masih tercatar sebagai APA
apotek X. Di apoteknya tersebut juga hanya terdapat 1 tenaga kerja yang notabene bukan
seorang apoteker yang secara penuh mengerti tentang obat, bahkan tak jarang ketika
penjaga apotek tersebut tidak datang, penyerahan obat kepada pasien diserahkan langsung
oleh keluarga dari apoteker tersebut yang sama sekali tidak memiliki kewenangan untuk
menyerahkan obat kepada pasien. Tak jarang karena kurang mengerti tentang obat, apotek
tersebut menjual secara bebas obat-obat keras yang diminta pasien tanpa resep dokter,
seperti misalnya pembelian antibiotik yang permintaannya di masyarakat masih sangat
tinggi. Belum diketahui secara jelas alasan apoteker tersebut belum melepas apotek
tersebut dan mencarikan 2 apoteker sebagai penanggungjawab apotek, bukan dijaga oleh
Aping atau AA. Permasalahan kasus ini masih banyak saya temukan untuk apotek-apotek
kecil di daerah. Selama saya membeli obat di apotek saya bahkan tidak pernah
menemukan Apoteker yang secara langsung melayani pasien, menjelaskan tentang aturan
pemakaian obat, cara penggunaan, cara penyimpanan obat dan segala informasi tentang
obat, selama ini kebanyakan apotek di daerah sendiri khususnya hanya sebatas
mengambilkan obat, kemudian menyerahkannya kepada pembeli dan menyuruhnya untuk
membayarnya.
Analisis kasus di atas berdasar pelanggaran kode etik tentang profesi kefarmasian :
9. Permasalahan
q. Apoteker Y bekerja sebagai tenaga kerja di suatu perusahaan farmasi di Jakarta
r. Apoteker tersebut sebagai pemilik apotek di daerah yang sekaligus sebagai APA
apotek tersebut.
s. Apotek tersebut tidak memilik apoteker, yang terlihat di apotek tersebut hanya ada
1 tenaga yang memberikan pelayanan sekaligus sebagai kasir di apotek tersebut.
t. Apotek melayani secara bebas obat-obat keras yang dibeli tanpa menggunakan
resep dari dokter.
10. Analisis pasal terkait pelanggaran tersebut :
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 5
Pasal 8
Pasal 108
Pasal 20
“Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau Tenaga
Teknis Kefarmasian”
Pasal 21
(1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian”.
(2) “Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan
oleh Apoteker”.
Pasal 51
(1) “ Pelayanan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah
sakit hanya dapat dilakukan oleh Apoteker”
(2) “Apabila Apoteker Pengelola Apotik dan Apoteker Pendamping karena hal-
hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotik
menunjuk .Apoteker Pengganti”
Pasal 5
“ Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan diri
dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat
dan tradisiluhur jabatan kefarmasian “
7. Lafal sumpah atau Janji Apoteker
Dari kasus di atas “Pasien atau konsumen ketika membeli obat di apotek hanya dilakukan
oleh asisten apoteker yang merangkap sebagai petugas kassa”.Hal ini melanggar pasal-pasal
di atas. Pelayanan kefarmasian diapotek harus dilakukan oleh Apoteker, jika Apoteker
Pengelola Apotek berhalangan hadir seharusnya digantikan oleh Apoteker Pendamping dan
jika Apoteker Pendamping berhalangan hadir seharusnya digantikan oleh Apoteker Pengganti
bukan digantikan oleh Asisten Apoteker ataupun Tenaga Kefarmasian lainnya. Tenaga
Kefarmasian dalam hal ini adalah Asisten Apoteker yang hanya membantu pelayanan
kefarmasian bukan menggantikan tugas Apoteker.
(SOAL ESSAY)
NPM : 19340244
Kelas :B
Ada salah satu Apotek yang didirikan oleh seorang Apoteker dengan surat izin praktek yang
mengatasnamakan namanya,sebut saja Apotek X denga APA (Apoteker Penanggung jawab
Apotek) apoteker Y.
Selama ini Apoteker Y bekerja disalah satu perusahaan besar farmasi di Jakarta.Selain
bekerja diperusahaan tersebut,nama Apoteker Y tersebut masih tercatat sebagai APA di
Apotek X.Di Apoteknya tersebut juga hanya terdapat 1 tenaga kerja yang notabene bukan
seorang Apoteker yang secara penuh mengerti tentang obat,bahkan tak jarang ketika penjaga
apotek tersebut tidak datang,penyerahan obat kepada pasien diserahkan langsung oleh
keluarga dari apoteker tersebut yang sama sekali tidak memiliki kewenangan untuk
menyerahkan obat kepada pasien.Tak jarang karena kurang mengerti tentang obat,Apotek
tersebut menjual secara bebas obat-obat keras yang diminta pasien tanpa resep dokter,seperti
misalnya pembelian antibiotik yang permintaannya dimasyarakat masih sangat tinggi.Belum
diketahui secara jelas alasan Apoteker tersebut belum melepas Apotek tersebut dan
mecarikan 2 Apoteker sebagai penanggung jawab apotek dan Apoteker Pendamping
(Aping).Permasalahan kasus ini masih banyak ditemukan untuk apotek-apotek kecil.Dan saat
pembelian obat di apotek tersebut tidak pernah menemukan sosok Apoteker yang secara
langsung melayani pasien,menjelaskan tentang aturan pemakaian obat,cara penggunaan,cara
penyimpanan obat dan segala informasi tentang obat.
Analisis kasus diatas berdasarkan pelanggaran kode etik tentang profesi kefarmasian :
1. Permasalahan
Apoteker Y bekerja sebagai tenaga kerja disuatu perusahaan farmasi di Jakarta
Apoteker tersebut sebagai pemilik apotek didaerah Bantul yang sekaligus
sebagai APA apotek tersebut
Apotek tersebut tidak memiliki Apoteker pendamping ,yang terlihat di apotek
tersebut hanya ada 1 tenaga yang memberikan pelayanan sekaligus sebagai
kasir di apotek tersebut.
Apotek melayani secara bebas obat-obat keras yang dibeli tanpa menggunakan
resep dari dokter
2. Analisis pasal terkait pelanggaran tersebut
1. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 5 : (1) Setiap orang memiliki hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman,bermutu,dan terjangkau.
Pasal 8 : Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah dan akan diterimanya dari
tenaga kesehatan.
Pasal 108: (1) Praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi,pengamanan,pengadaan,penyimpanan dan
pendistribusian obat,pelayanan obat atas resep dokter,pelayanan informasi obat
serta pengembangan obat,bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Undang-Undang No.8 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 4 : (1) Hak atas kenyamanan,keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan atau jasa.
3. Peraturan Pemerintan No.51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Pasal 1 : (13) Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Pasal 20 : Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau
Tenaga Teknis Kefarmasian.
Pasal 21 : (1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian.
(2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh
Apoteker.
Pasal 51 : (1) Pelayanan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi
rumah sakit hanya dapat dilakukan oleh Apoteker.
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/MENKES/PER/SK/X/2002Tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek
Pasal 19: (1) Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan
tugasnya pada jam buka Apotik, Apoteker Pengelola Apotik harus menunjuk
Apoteker pendamping.
(2) Apabila Apoteker Pengelola Apotik dan Apoteker Pendamping karena hal-hal
tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotik menunjuk
Apoteker Pengganti.
Dari kasus di atas Pasien atau konsumen ketika membeli obat di apotek hanya dilakukan oleh
asisten apoteker yang merangkap sebagai petugas kassa.Hal ini melanggar pasal-pasal di atas.
Pelayanan kefarmasian diapotek harus dilakukan oleh Apoteker, jika Apoteker Pengelola
Apotek berhalangan hadir seharusnya digantikan oleh Apoteker Pendamping dan jika
Apoteker Pendamping berhalangan hadir seharusnya digantikan oleh Apoteker Pengganti
bukan digantikan oleh Asisten Apoteker ataupun Tenaga Kefarmasian lainnya. Tenaga
Kefarmasian dalam hal ini adalah Asisten Apoteker yang hanya membantu pelayanan
kefarmasian bukan menggantikan tugas Apoteker.
2. SOAL ESSAY
1. Bagaimana peran Apoteker dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas ?
Jawab :
Menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan
kualitasnya.
Memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada
pasien dan keluarganya agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional.
2. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan surat izin apotek dicabut ?
Jawab :
a. Apoteker
Sudah tidak lagi memenuhi ketentuan
Tidak memenuhi kewajiban sebagai Apoteker Penanggung jawab Apotek
Apoteker Penanggung jawab Apotek berhalangan dan tidak ada pengganti
Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
Surat izin praktik Apoteker Penanggung jawab Apotek dicabut.
b. Pemilik sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-
undangan dibidang obat.
c. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan.
Jawab : B. Swamedikasi
7. Produk atau obat apa saja yang boleh digunakan dalam pelayanan swamedikasi ?
a. Obat keras tanpa resep dokter : OWA
b. Obat bebas terbatas dan Obat bebas
c. Obat tradisional
d. Semua benar
Jawab : D. Semua benar
8. Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam ?
e. PMK No. 922/’93
f. PMK 3/’15
g. PMK 44 thn 2019
h. PMK 73/16