Disusun oleh:
Nadia Syifa
Selvi Puspa Sari
Wa’el Jaidi
Preseptor:
Ardi Zulfariansyah, dr., Sp.An, KIC., M.Kes
1.5 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Evaluasi dan Penatalaksanaan Pra Operasi
Komponen utama dalam evaluasi adalah Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Tujuan:
Mengurangi risiko pasien dan morbiditas selama berlangsungnya operasi.
Mengidentifikasi pasien dengan prognosis buruk yang kemungkinan meninggal
sesaat sesudah/ ketika operasi tanpa meningkatkan kualitas hidup
Menentukan Rencana Anestesi
Pendekatan Pra Operasi
Anamnesis
Indikasi operasi
Riwayat anestesi dan operasi
Riwayat penyakit, alergi dan atopik di keluarga
Riwayat penggunaan obat, termasuk obat herbal
2.2 Perencanaan Tindakan Anestesi
Dalam tahap perencanaan dilakukan perancangan hal-hal sebagai berikut:
Berdasarkan teknik operasi yang dipilih, apakah diperlukan anestesi umum, lokal,
ataupun regional?
Apakah puasa diperlukan sebagai persiapan Anestesi?
Metode anestesi yang dilakukan, IV, IM, Inhalasi, atau Kombinasi?
Obat Anestesi yang dipilih? Disesuaikan dengan karakteristik individual pasien.
Perawatan pasca operasi, apakah di ICU, CICU, HICU, PICU, dll? dan perencanaan
follow up lainnya.
2.3 Pendekatan Sistem Organ
Airway : Evakuasi jalan nafas meliputi kemampuan untuk memflesikan leher dan
mengektensikan kepala dan pemeriksaan rongga mulut.
Kesulitan Jalan Napas
Kesulitan jalan napas (difficult airway) didefinisikan sebagai suatu kondisi klinis
dimana dokter atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan terampil mengalami
kesulitan
saat melakukan ventilasi dengan mask, intubasi atau keduanya diakibatkan oleh faktor-faktor
penyulit.
Untuk memperkirakan adanya kesulitan jalan napas dapat dilakukan dengan pemeriksaan
berikut, yang disingkat menjadi LEMON:
(1) Look externally: melihat adanya tanda-tanda yang diketahui dapat menyebabkan
kesulitan dalam intubasi atau ventilasi, seperti spine injury, trauma maksilofasial ata
mandibular, obesitas atau variasi anatomy (leher pendek, dagu mundur)
(2) Evaluate the 3-3-2 rule
a. 3 – jari membuka mulut
b. 3 - Fingers Hypomental Distance (3 jari diantara ujung dagu sampai tulang
hyoid)
c. 2 – jari diantara puncak kartilago tiroid sampai dengan dasar mandibula
(3) Mallampati classification
Saat intubasi, hipofaring harus dapat cukup terlihat. Pasien membuka mulut secara
penuh dan menjulurkan lidah sejauh mungkin, kemudian pemeriksa menilai derajat
terlihatnya hipofaring.
(4) Obstruction: menilai adanya kondisi yang menyebabkan obstruksi jalan napas, seperti
epiglotitis, abses paratonsilar atau trauma
(5) Neck mobility: dengan cara meminta pasien untuk fleksikan kepala sehingga dagu
bertemu dengan dada, lalu ekstensi kepala sampai melihat ke arah langit-langit.
Dengan trauma pada leher atau menggunakan collar neck akan kesulitan untuk fleksi
dan ekstensi leher.
2.3.2 Pulmonary System
Anamnesa
Sejarah merokok
Sesak nafas
Batuk
Gangguan suara nafas (wheezing, stridor, snoring, sleep apnea)
ISPA
Pemeriksaan Fisik
Jumlah nafas, ekrusi dada, bantuan otot pernafasan tambahan, warna kuku,
kemampuan berjalan dan berbicara tanpa gangguan atau terputus-putus, auskultasi
suara nafas.