Anda di halaman 1dari 2

1. Mengapa tes ELISA harus dilakukan untuk menentukan kasus dan kontrol, bukan hanya VDRL?

Karena ELISA adalah tes konfirmasi treponemal dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
dibandingkan dengan tes treponemal lainnya (TPHA, FTA-ABS) dan juga tidak mengalami gangguan
dalam analisis, karena sampel yang terhemolisis atau dengan konsentrasi lipid yang relatif
sampelnya masih daat diperiksa. Tes ELISA dilakukan karena VDRL bukan tes treponemal dan
beberapa faktor dapat mempengaruhi hasilnya (false positive).

2. Apakah semua wanita yang terkait dengan kondisi kebidanan dan kandungan di 7 rumah sakit
pada daerah itu masukkan dalam penelitian ini?

Tidak, Wanita yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU) dan mereka yang kondisi klinis atau
kognitif tidak kooperatif dalam menanggapai wawancara tidak diikut sertakan dalam penelitian.

3. Faktor risiko apa yang paling terkait dengan sifilis kehamilan dalam penelitian ini?

faktor risiko yang paling terkait dengan sifilis pada kehamilan adalah faktor resiko yang memiliki
rasio odds tertinggi, yaitu

• Riwayat infeksi menular seksual sebelumnya (OR = 9,7; 95% CI 5,4-7,2)

• hanya 1-3 kunjungan prenatal (OR = 3,5; 95% CI 1,8-6,6)

• Wanita yang memiliki 3 pasangan seksual pada 1 tahun terakhir (OR = 3,53; 95% CI 1,5-6,5)

4. Apa keterbatasan penelitian ini?

Karena data dikumpulkan dengan wawancara tatap muka, ada kemungkinan kesalahan klasifikasi,
terutama untuk variabel perilaku, seperti penggunaan kondom, penggunaan alkohol, dan jumlah
pasangan seksual. Namun di sisi lain, tidak ada bukti kesalahan klasifikasi diferensial antara kasus
dan kontrol.

5. Mengapa frekuensi kunjungan antenatal/prenatal care yang kurang memiliki kaitan yang tinggi
dengan angka terjadinya sifilis pada kehamilan?

Jumlah kunjungan antenatal yang kurang berkaitan dengan beberapa penyakit selama kehamilan,
pada kasusu ini menunjukkan kunjungan antenatal 1-3 kali saja menunjukkan risiko 3,5 x untuk sifilis.
Sementara untuk kategori tanpa kunjungan antenatal sama sekali menunjukkan risiko yang tidak
jauh berbeda (OR = 3,2). Hal ini berarti terdapat hubungan antara efek buruk pada kehamilan dan
jenis perawatan yang diberikan selama antenatal care sehingga perlu dilakukan perawatan
antenatal rutin yang disertai dengan deteksi dini sifilis.

Meskipun temuan ini tidak terduga, terdapat beberapa aspek yang perlu didiskusikan oleh semua
pihak dalam kunjungan antenatal; kurangnya atau ketidakpatuhan terhadap jumlah minimum
kunjungan yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan, termasuk konseling, pengawasan
epidemiologis, tindakan farmakologis dan laboratorium, dan penyaringan mitra untuk kontrol
penularan sifilis.

6. Mengapa kurangnya akses ke telepon menunjukkan hubungan dengan sifilis?

Akses ke telepon dianalisis sebagai variabel sosiodemografi karena mewakili daya beli individu.
Selain itu, dalam penelitian ini, angka kejadian sifilis yang lebih tinggi pada wanita dari strata sosial
yang paling rendah dan dengan gaya hidup yang lebih rentan.
7. Mengapa dalam penelitian ini hubungan antara kurangnya penggunaan kondom dan
pertumbuhan infeksi menular seksual tidak signifikan?

Frekuensi orang yang setia dalam populasi ini mungkin telah berkontribusi dengan hubungan seks
tanpa kondom, kata penelitian ini “mungkin karena kasih sayang yang lebih besar dan kepercayaan
pada pasangan”. Selain itu, kondom masih dipandang sebagai simbol perselingkuhan atau
ketidakpercayaan dan harus digunakan hanya dalam hubungan dengan mitra "tidak dikenal".

8. Layanan kesehatan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan penggunaan kondom di Brasil
karena kurangnya penggunaan kondom mempengaruhi penularan sifilis?

layanan kesehatan harus mengadopsi pendekatan yang berbeda, juga selama perawatan antenatal ,
yang mendukung penerimaan dan identifikasi, bersama-sama dengan wanita, dari strategi negosiasi
dengan pasangan.

Anda mungkin juga menyukai