Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“BAYI TABUNG”

Dosen Pembimbing:
Diah Ayu Fatmawati S.Kep Ns.,M.Kep

Oleh :

1. Lailatul Hikmah (7316036)


2. Mohammad Ibrahim (7316010)
3. Abdul Kholiq (7316033)
4. Jamaludin Arya Della (7316042)
5. Muhammad Ridho (7316022)
6. Rizka (7316008)
7. Winda Noviya Tari (7316006)
8. Bayyiatul Husniyah (7316024)
9. Farindatul Hasanah (7316035)
10. Sintiya Nur Faridah (7316041)
11. Shofi Nur Faidati (7316018)
12. Livia Arum Dani (7316029)
13. Indah Permata Sari (7316032)
14. Dwi Septi Lutfinah (7316044)
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang maha esa. Karena
dengan limpahan rahmat serta hidayahnya yang di anugerahkan kepada kita sehingga
dengan nikmat tersebut tugas ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Selanjutnya sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kehadiran
junjungan kita yaitu Nabi besar Muhammad SAW. Kami menyadari bahwa tugas ini
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami sangat mengharap saran guna
kesempurnaan dari tugas makalah kami ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
diri kami khususnya teman-teman mahasiswa -mahasiswi pada umumnya.
Akhirnya kepada Allah SWT jugalah tempat kami kembali dan yang dapat
memberikan balasan yang setimpal dan semoga kerja keras kita ini senantiasa di
terima di sisi Allah SWT serta mendapatkan syafaat dari Nabi besar Muhammad
SAW. Amin ya robbal alamin.

Senin, 26 Maret 2018


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap pasangan suami istri tentunya ingin memiliki keturunan sebagai
penerus keluarganya, namun pada kenyataannya tidaklah setiap pasangan
berhasil dalam memperoleh keturunan. Karena kurangnya informasi yang
memadai, maka berkembanglah mitos di masyarakat indonesia bahwa
perempuanlah yang menjadi penyebab pasangan sulit memperoleh keturunan.

Mitos ini haruslah dibenahi karena infertilitas kenyataanya dapat dialami


oleh laki-laki ataupun perempuan1.Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan
untukmencapai kehamilan selama periode rata-rata satutahun melalui hubungan
seksual tanpa proteksi2. Pada laki-laki beberapa keadaan yang dapat menjadi
faktorresiko infertil seperti infeksi pada testis yang menyebabkan kerusakan pada
tubulus seminiferus,kriptokidisme, ketidakseimbangan hormon, panas
lingkungan yang berlebih, paparan radiasi, keracunan logam berat, merokok,
antibodi anti sperma dan paparan pestisida dapat mempengaruhi kualitas
sperma.3,4,5 Abnormalitas anatomi seperti varikokel dan obstruksi duktus juga
dapat sebagai penyebab kasus infertil pada laki-laki.3 Begitupun juga pada
perempuan, terdapat faktor resiko sebagai penyebab infertil seperti penyakit
radang panggul,endometriosis, sindrom ovarium polikistik, kegagalan ovarium
prematur, fibroid rahim, masalah ovulasi,penyumbatan tuba, gangguan ovulasi,
faktor yang berhubungan dengan usia, masalah rahim, ligasi tuba sebelumnya,
ketidakseimbangan hormone, faktor lingkungan dan psikologikal.6,7,8 Oleh
karena itumitos masyarakat indonesia yang mengatakan bahwa masalah kesulitan
pasangan suami istri untuk memiliki keturunan disebabkan oleh perempuan
haruslah dibenahi karena pria juga memiliki kemungkinan untuk mengalami
infertilitas. Analisa sperma adalah salah satu pemeriksaan yang dilakukan pada
laki-laki untuk mengetahui adanya gangguan pada sperma. 9 Beberapa
karakteristik fisik sperma (bau, volume,pencairan, penampilan, viskositas dan
pH) dan parameter mikroskopis (leukosit, konsentrasi,aglutinasi, motilitas dan
morfologi) yang biasanya diperiksa pada analisa sperma. Beberapa contohseperti
keadaan Azoospermia (tidak ada sperma padasemen), teratozoospermia
(persentase bentuk spermanormal di bawah krteria normal), oligozoospermia
(rendahnya jumlah sperma), asthenozoospermia (persentase sperma motil di
bawah krteria normal) adalah contoh klasifikasi yang didapat untuk menyatakan
jenis gangguan sperma pada pria.

Data dari populasi berdasarkan studi menunjukkan bahwa 10-15% pasangan


di dunia mengalami infertilitas. Dimana diperkirakan kontribusi pria sekitar 25-
30% pada semua kasus infertilitas. 3 Di Afrika, prevalensinya sangat tinggi,
disub-Sahara mulai dari 20% sampai 60% dari pasangan. Namun di asia
khususnya di indonesia masih belum diketahui secara pasti gambaran dari
keadaan ifertilitas itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari bayi tabung?
2. Bagaimana proses bayi tabung
3. Apa dampak melakukan bayi tabung?
4. Apa resiko yang terjadi pada bayi tabung?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari bayi tabung
2. Untuk mengetahui Bagaimana proses bayi tabung
3. Untuk mengetahui dampak melakukan bayi tabung
4. Untuk mengetahui resiko yang terjadi pada bayi tabung
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Secara sederhana bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur dan
sperma di luar tubuh ibu, istilahnya in vitro vertilization (in vitro bahasa latin,
artinya ”dalam gelas atau tabung” vertilization artinya pembuahan). Dalam
proses bayi tabung, sel telur matang diambli dari indung telur ibu, dibuahi
dengan sperma di dalam medium cairan. Setelah berhasil, embrio kecil yang
terjadi dimasukkan ke rahim dengan harapan berkembang menjadi bayi. (Hafid
dkk, ). Bayi tabung adalah bayi yang merupakan hasil pembuahan yang
berlangsung di dalam tabung (Devi, 2010).

2.2 Proses Bayi Tabung


a. Langkah 1: Persiapan
Pada tahap ini dokter akan melakukan screening awal, dengan
melakukan pemeriksaan hormon profile/hepatitis B dan C, HIV, TORCH,
dan analisa sperma. Dokter akan menyarankan untuk memeriksa pada
masa subur dengan pemeriksaan USG atau tes darah, dokter akan
memberitahu kapan anda akan mengalami ovulasi. Biasanya setelah
terjadi ovulasi, dokter akan mulai memberi GnRH agonist pada long
protocol. Ini untuk mengendalikan ovulasi begitu terapi siklus dimulai
Kemungkinan lainnya bila anda jarang mengalami siklus anda sendiri
atau siklus tidak teratur akan diberikan terapi progesteron untuk
mendapatkan menstruasi. Tidak semua orang sama, ikuti saja instruksi
dokter di klinik.
b. Langkah 2: terapi supresi ovulasi
Hari-hari pertama terapi siklus adalah hari mendapat menstruasi. Pada
hari kedua sampai tiga menstruasi, dokter akan mengambil sempel darah
untuk memeriksa hormon dan melakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Pemeriksaan darah dimaksudkan untuk mengukur kadar ekstrogen,
terutama E2 atau estradiol untuk memastikan ovarium “tidur” sebagai
dampak pemberian GnRH agonist pada long protocol.
Pada antagonist (short) protocol, terapi penekanan ini diberikan
setelah indung telur distimulasi terlebih dahulu.
Pemeriksaan ultrasonografi untuk melihat ukuran ovarium dan melihat
adanya kista ovarium. Jika terdapat kista dokter akan memutuskan
bagaimana membuangnya. Kadang-kadang dokter akan menunda terapi
selama satu siklus, sampai kista menghilang dengan sendirinya, dalam
kasus lain, dokter mungkin akan menyedot kista dengan jarum. Bila
semua baik, terapi akan berlanjut ke langkah selanjutnya.
c. Langkah 3: merangsang indung telur
Bila darah dan ultrasonografi menunjukkan normal, langkah
selanjutnya adalah merangsang ovarium dengan obat penyubur yang
umumnya adalah obat suntik hormon FSH. Tergantung aturan dan respon
terapi yang dijalani, suntikan penyubur diberikan sebanyak 10-14 hari.
Selama proses merangsang indung telur, dokter akan memantau
pertumbuhan dan perkembangan folikel. Awalnya bisa termasuk cek darah
setiap beberapa hari untuk memantau kadar ekstradiol, dan pemeriksaan
ultrasonografi untuk melihat pertumbuhan Oocyte (sel telur yang belum
matang). Memantau siklus penting karena akan membantu dokter untuk
memutuskan apakah pengobatan perlu ditambah atau dikurangi dosisnya.
Begitu folikel mencapai ukuran 16-18 mm, klien akan dilihat setiap hari.
Umumnya selama penyuntikan klien akan merasa kembung di perut
dan keluar lendir dari kemaluan yang merupakan hal wajar.
d. Langkah 4: pematangan Oocyte
Langkah berikut ini adalah memicu Oocyte mencapai tahap
kematangan akhir sebelum diambil. Pertumbuhan akhir ini dipicu dengan
hormon chorionic gonadotropin (hCG) yang menyerupai hormon fisiologi
LH. Pada tahap ini soal waktu sangat vital. Bila diberikan terlalu dini,
telur tidaka akan sepenuhnya matang. Bila terlambat, telur sudah terlalu
tua dan idak akan bisa dibuahi.
Pemeriksaan ultrasonografi harian. Sementara itu walaupun tidak
sering terjadi, sebuah siklus juga ditunda jika terjadi ovulasi sebelum
dilakukan pengambilan telur.
Kemungkinan terjadi penundaan kecil pada terapi siklus IVF. Peluang
terjadinya penundaan meningkat bila usia pasien lebih dari 35 tahun.
e. Langkah 5: mengambil telur
Sekitar 36 jam setelah mendapat suntikan HCG, telur akan diambil.
Proses ini memang menegangkan dan pasien biasanya merasa cemas
meski tidak terasa sakit. Pasien akan dibius atau sedikit diberi zat sedatif
ringan agar pasien sedikit tertidur dan rileks selama menjalani prosedur
ini. Bius yang digunakan tidak sama dengan bius pada umumnya, yang
digunakan selama operasi sehingga bius ini tidak menimbulkan efek
samping.
Begitu pengobatan menunjukkan hasilnya, dokter akan menggunakan
ultrasonografi transvaginal untuk mengarahkan jarum melalui dinding
belakang vagina, naik ke ovarium, kemudian menggunakan jarum untuk
menyedot folikel dengan hisapan lembut, cairan dan Oocyte dari folikel ke
dalam jarum. Ada satu oocyte pada setiap folikel, oovyte itu akan
dipindah ke laboratorium embriologi untuk dibuahi.
Jumlah oocyte yang diambil sangat bervariasi terapi dapat
diperkirakan sebelum diambil ultrasonografi, yang diambil sekitar 8-15.
Lebih dari 95% pasien memiliki setidaknya 3 oocyte yang diambil.
Setelah prosedur pengambilan ini pasien akan tinggal beberapa jam untuk
memastikan semua baik-baik saja. Ada flek sedikit dan sakit perut, itu
biasa. (Ivan, 2013).
f. Langkah 6: pertumbuhan secara invitro
Tahap pembuahan secara invitro sel telur yang sudah dapat di
pisahkan di letakkanpada cawwan biakan yang sudah di bubuhi medium
biakan. Selanjutnya disimpan dalam lemari (inkubator) yang
temperaturnya di sesuaikan dengan suhu dalam rahim (selama 5-6 jam),
untuk menunggu saat yang tepat untuk di buahi oleh sel sperma dengan sel
telur pada cawan yang mengandung medium biakan dan di biarkan
berproses sampai terjadinya pembuahan kurang lebih 6-18 jam.
g. Langkah 7: pemindahan hasil pembuahan
Selanjutnya setelah terjadi pembuahan, sel dibiarkan mengalami
pembelahan menjadi 2,4,8,16 (kurang lebih 45 jam setelah pembuahan)
kemudian ditanduralihkan (dipindahtanamkan pada rahim). Sisa embrio
hasil pembuahan yang tidak ditanam pada rahim dapat disimpan secara
Krioppreserfasi dalam tabung yang berisi netrogen cair dengan suhu 196
derajat celcius di bawah 0.
h. Langkah 8: pemantauan kehamilan
Tahap pemantauan kehamilan berupa langkah penentuan kepastian
kehamilan dan mematau serta memeriksa setiap tahap-tahap
perkembangan embrio sampia menjadi setus seperti pemantauan
kehamilan yang normal sampai pada proses kelahirannya.
Selain metode IVF di atas sekarang telah berkembang teknik bayi tabung
yang lebih modern antara lain sebagai berikut:
a. Teknik Partialzona Dessection (PZD)
Pada teknik ini sperma disemprotkan ke sel telur setelah dinding sel
telur dibuat celh untuk mempermudah pembuahan inti sel telur.
b. Teknik Subzonal Sperm Intersaction (SUZI)
Pada teknik ini, sperma disuntikkan langsung ke dalam sel telur.
Teknik pembuatan mikromanipulasi in vitro ini hasilnya dianggap kurang
memuaskan.
c. Teknik Injeksi Sperma Intra Sitoplasma (ISIS)
Teknik ini biasa dilakukan pada pasangan suami istri yang
menghasilkan sperma yang mutu dan jumlahnya kurang normal. Pada
teknik ini diperlukan 1 sperma pilihan untuk disuntikkan secara paksa ke
dalam sitoplasma ovum.
Metode-metode pembuatan bayi tabung di atas akan berhasil jika
didukung oleh teknik pengambilan sperma yang baik, teknik pengambilan
sperma ada dua yaitu, MESA dan TESE
a. Microsurgical Sperm Aspiration (MESA), pada teknik ini sperma diambil
dari tempat sperma sedang mengalami proses pematangan dan disimpan
untuk sementara, yaitu di epididimis dan vesica seminalis (kantung
sperma).
b. Testiculer Sperm Extraction, pada teknik ini sperma langsung diambil
dari pabrik sperma yaitu testis. (Gunawan dkk)
Ada bebrapa tehnik insemonasi buatan yang telah dikembangkan didunia
kedokteran antara lain iyalah:
1. Fertililazion in Vitro (VIF). Dengan cara mengambil sperma suami dan
ovum istri kemudian di proses di vitro (tabung). Dan setelah terjadi
pembuahan, lalu ditransfer ke rahim istri.
2. Gamet Intra Filopian Tuba (GIFT), dengan cara mengambil sperma suami
dan ovum istri, dan setelah di campur dan terjadi pembuahan, maka
segera di tanam di saluran telur (tuba valopi).
Teknik kedua lebih alamia dari pada teknik pertama, sebab sperma hanya
bisa membuahi ovum di tuba valopi setelah terjadi ejakulasi (pancaran
sperma melalui hubungan seksual).

2.3 Dampak Melakukan Bayi Tabung


Selama ini memang belum diketahui secara pasti, apakah
meningkatnya jumlah cacat bawaan tersebut memang murni dampak bayi
tabung ataukah factor lainnya. Tetapi yang pasti, kasus cacat bawaan memang
banyak ditemukan pada pembuahan buatan dibandingkan dengan pembuahan
alami. Artinya, dampak bayi tabung memang berisiko menimbulkan cacat
bawaan pada bayi. Cacat bawaan ini mencakup cacat yang terlihat maupun
yang tidak, semisal kelainan pada ginjal, jantung, maupun organ tubuh
lainnya.
Dampak bayi tabung yang lain adalah risiko bayi terlahir kembar.
Pada proses bayi tabung, pembuahan dilakukan terhadap beberapa sel telur
sekaligus dari beberapa sel.

2.4 Resiko Bayi Tabung


1. Dewasa
a. Sakit Jantung
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Circulation ini
relatif kecil sehingga tidak cukup menunjukkan bahwa orang yang
dilahirkan melalui prosedur bayi tabung lebih berisiko menderita
serangan jantung atau stroke.Temuan ini hanya menunjukkan
bahwa orang yang dilahirkan dari bayi tabung lebih mungkin
terserang tekanan darah tinggi, diabetes, serangan jantung atau
stroke menjelang paruh baya.
Yang juga menjadi perhatian prof Celermajer, tekanan yang
dialami oleh sel-sel induk dalam embrio mungkin juga
mempengaruhi pembuluh darah dan organ lain. Jadi ia mendesak
untuk memeriksa ginjal, hati, otak, paru-paru dan organ lain yang
juga bias terpengaruh.
b. Sakit Kanker

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -Untuk pertama kalinya,


sebuah studi besar tentang kondisi kesehatan anak-anak hasil
program bayi tabung dirilis. Hasilnya antara lain menyebutkan,
bayi hasil pembuahan di luar rahim mempunyai risiko tinggi
terkena penyakit kanker. Namun para peneliti mengatakan
kemungkinan tidak ada hubungannya dengan bagaimana bayi itu
dikandung. "Kemungkinan besar, itu terkait dengan genetika dari
orangtua yang beralih ke fertilisasi in vitro (IVF) karena
infertilitas," demikian simpulan penelitian. Penelitian sebelumnya
menunjukkan, bayi hasil program fertilitas in vitro cenderung lahir
prematur dan memiliki masalah pernapasan saat lahir - ciri terkait
dalam penelitian lain dengan risiko kanker meningkat. Namun,
kanker pada anak-anak jarang terjadi meskipun mereka beresiko
tinggi "Ini lebih menenangkan," kata Dr Bengt Kallen, penulis
utama penelitian dan peneliti di University of Lund.Risiko itu,
katanya, sangat kecil sehingga tidak perlu dicemaskan.

Penelitian menguji anak-anak Swedia yang dikandung setelah


melalui prosesIVF, dimana sel telur dibuahi dengan sperma dalam
tabung di laboratorium dan kemudian ditanam dalam rahim.
Penelitian tentang risiko kesehatan yang mungkin terjadi termasuk
kanker dan cacat lahir pada anak-anak IVF memiliki
hasil yang beragam.

Dr Tommaso Falcone, pakar ginekologi dan kebidanan Klinik


Cleveland tidak yakin apakah hasil yang sama akan ditemukan di
Amerika Serikat yang rasnya lebih beragam.Sekitar 57 ribu bayi
yang lahir melalui IVF di AS, atau sekitar 1 persen dari semua
kelahiran.

Peneliti melakukan pendataan terhadap lebih dari 2,4 juta


Kelahiran di Swedia antara tahun 1982 dan 2005, termasuk hampir
27 ribu bayi hasil IVF. Bersamaan dengan itu, dilacak data
kanker pada anak-anak sampai dengan 19
tahun.
Secara keseluruhan, 53 anak-anak dikembangkan IVF
berkecenderungan memiliki kanker, atau 42 persen lebih tinggi
pada anak-anak dengan proses kehamilan biasa. "Leukemia dan
kanker otak adalah yang paling umum," kata Dr Kallen.Ia
mengatakan kemungkinan alasan untuk kecenderungan ini adalah
adanya sifat-sifat tak dikenal dalam keluarga yang mungkin
berhubungan dengan infertilitas dan risiko kanker.
Namun ya itu tadi, berita bagusnya, kasus ini baru dijumpai
ketika anak-anak ini telah tumbuh menjadi dewasa."Risiko untuk
kanker pada anak-anak ini masih sangat rendah, kurang dari 1
persen," kata Dr Falcone.
Telur tersebut kadang-kadang berkembang secara bersamaan di dalam rahim.
Akibatnya, terjadi kehamilan kembar yang bias lebih dari dua. Jika in iterjadi,
peluang janin untuk bias terus berkembang di dalam rahim akan semakin sedikit.
Adapun dampak negative bayi tabung yang sudah diketahui adalah efek samping
bagi ibu dan anak akibat dari penggunaan obat-obatan pemicu ovulasi yang
digunakan selama proses bayi tabung. Selain itu, proses bayita bung juga berisiko
menyebabkan pendarahan saat tahap pengambilan sel telur (Ovum Pick-Up).
Meskipun pada faktanya jarang terjadi, namun penggunaan jarum khusus yang
dimasukkan kedalam rahim saat proses pengambilan sel telur, tetap membuka
peluang terjadinya pendarahan.
Dampak negative bayi tabung lainnya antara lain: kehamilan di luar
kandungan (kehamilan ektopik), kemungkinan terjadinya sebesar 5%;
ibuterseranginfeksi, rhumatoid arthritis (lupus), serta alergi; mengalami risiko
keguguran sebesar 20%; terjadinya Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS).
OHSS merupakan komplikasi dari perkembangan sel telur sehingga dihasilkan
banyak folikel. Akibatnya, terjadilah akumulasi cairan di perut. Cairan ini bias
sampai kedalam rongga dada. Karena keberadaan cairan tersebut bias mengganggu
fungsi tubuh maka harus dikeluarkan. Hanya saja risiko terjadinya OHSS relative
kecil, hanya sekitar 1% saja.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara sederhana bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur dan
sperma di luar tubuh ibu, istilahnya in vitro vertilization (in vitro bahasa
latin, artinya ”dalam gelas atau tabung” vertilization artinya pembuahan).
Dalam proses bayi tabung, sel telur matang diambli dari indung telur ibu,
dibuahi dengan sperma di dalam medium cairan. Setelah berhasil, embrio
kecil yang terjadi dimasukkan ke rahim dengan harapan berkembang
menjadi bayi

3.2 Saran
1. Meningkatkan pengawasan pada pembuatan program bayi tabung
2. Menambah infomasi dan pengetahuan pada ibu yang akan menjalani bayi
tabung.
3. Mengikatkan pelayanan pada bayi tabung.
DAFTAR PUSTAKA

 Damayanti, Devi, 2010, Buku Saku Biologi dan Kimia SMP, Bandung,
Mizan Digital Publishing
 Sini, Ivan R., 2013, Bayi Tabung,Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
 Al-Haetamy, Muhammad Iqbal, 2004, Married By Accident, Jakarta,
Qultum Media
 Susilowarno, Gunawan, ______, Biologi untuk SMA/MA Kelas XII,
______, Grasindo
 Hafid, ______, Edisi V Tahun I – Majalah Kesehatan Muslim Mengenai
Buah Hati, Yogyakarta, Pustaka Muslim
http://health.detik.com/read/2012/04/19/173510/1896673/763/bayi-tabung-lebih-
berisiko-sakit-jantung-saat-dewasa).

a. (http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/kesehatan/10/07/20/125373-bayi-tabung-berisiko-
tinggi-terhadap-kanker-saat-dewasa)
b. (http://www.bayitabung.net/77/menelisik-dampak-bayi-
tabung/) .

c.

Anda mungkin juga menyukai