Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TUTORIAL MATERNITAS 2

“CA CERVIX”

Dosen pembimbing : Diah Ayu Fatmawati S. Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok II
1. Anidia Nur Hidayati (7316002)
2. Binti Rofi’ah (7316007)
3. Rizka (7316008)
4. Ria Intan Sari (7316017)
5. M.Rhido (7316022)
6. Shofi Nur faidati (7316018)
7. Ainun Nisa (7316020)
8. Livia Arum Dani (7316029)
9. Sintya Nur Farida (7316041)
10. Abdullah Ahmad M (7316038)

PRODI PENDIDIKAN S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG

2018
SKENARIO KASUS TUTORIAL

 Seorang perempuan usia 48 tahun, datang ke RS dengan keluahan sudah 5 bulan mengeluh
adanya bercak darah setelah coitus, dan akhir-akhir ini mengeluh adanya cairan vagina
yang berbau.
 Pasien menikah pada usia 16 tahun dan mempunyai 5 orang anak, menggunakan
kontrasepsi oral sampai saat ini.
 Suami bekerja di daerah luar jawa dan pulang setiap 2 bulan sekali.
 Pemeriksaan tekanan darah = 100/80 mmHg, Nadi = 80 x/mnt, suhu = 36,5̊ C,
 Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal
 Pemeriksaan abdomen tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada ascietas
 Pemeriksaan pelvis dalam batas normal
 Pemeriksaan punggung dalam batas normal
 Pemeriksaan spekulum terdapat lesi exophytic 3 cm pada bibir servik depan
 Pemeriksaan laboratorium : ureum 120 mg/dl, kreatinin 2 mg/dl, sediment: RBC : 10-
15/hpf, Hb 9 g/dl, hasil labolatorium yang lain dalam batas normal.
 Dx medis : Ca Cervix
 Kata-kata sulit
1. Coitus
2. Lesi exophytic
3. Pemeriksaan punggung normal
4. Pemeriksaan pelvis normal
5. Sediment RDC

 Penjelasan berdasarkan pengetahuan kelompok


1. Coitus adalah keluarnya bercak darah setelah berhubungan suami istri
2. Lesi exophytic merupakan luka pada mulut rahim
3. Pemeriksaan punggung normal adalah tidak ada luka serta tidak adanya nyeri
4. Pemeriksaan pelvis normal adalah tidak ada nanah tidak ada luka
5. Sediment RDC adalah cairan

 Rumusan masalah/pertanyaan
1. Apa yang dimaksud ca cervix ?
2. Apa penyebab dari ca cervic ?
3. Apakah pernikahan dini bisa menjadi faktor resiko terjadinya ca cervik ?
4. Apakah kontrasepsi oral dapat memicu terjadinya ca cervik ?
5. Bagaimana tanda dan gejala ca cervic ?
6. Bagaimana nilai normal pemeriksaan punggung, pelvis dan spekulum ?
7. Berapa nilai normal pemeriksaan labolatorium ?
8. Apakah banyaknya keturunan bisa menyebabkan ca cervic ?
9. Bagaimana pencegahan dan pengobatan ca cervic ?
10. Apa yang meyebabkan adanya lesi exopthytic ?
11. Pada usia berapa ca cervic bisa terjadi ?
12. Sebutkan ciri-ciri vagina yang menandakan ca cervic !
13. Pada umur berapa pemakaian kontrasepsi ?

 Penjelasan berdasarkan pengetahuan kelompok


1. Ca cervic adalah tumor ganas pada mulut rahim yang menyebabkan kerusakan
jaringan, Biasanya terjadi karena gonta-ganti pasangan, sel-sel abnormal yang
tumbuh secara terus menerus, ukurannya >3 cm.
2. Penyebab ca cervix :
- Virus HPV (human Papiloma Virus)
- Gonta-ganti pasangan
- Kurang menjaga kebersihan
- Merokok
- Efek kontrasepsi oral
- Tidak melakukan scrining ca cervix
3. Bisa karena kurangnya pengetahuan serta dari segi emosionalnya belum matang.
4. Iya, karena salah satu efek samping dari kontrasepsi adalah ca servik, dan minumnya
tidak sesuai jadwal.
5. Tanda dan gejala ca cervic :
- Vagina bau
- Keputihan tidak wajar
- Adanya bercak darah sesudah berhubungan
- Rasa berat pada abdomen bagian bawah
- Gangguan haid
6. A. Pemeriksaan punggung : bentuknya simetris
B. Pemeriksaan pelvis : tidak ada lesi
C. Pemeriksaan spekulum : tidak ada lesi dan tidak ada bercak putih pada servik
7. Tujuan :
- Untuk mengetahui adanya lesi dan bercak
- Untuk membantu menegakkan diagnosa
- Sebagai pemeriksaan penunjang

Nilai normal : ureum = ? kreatinin = ? segment RBC = ? Hb = 12-14

8. Iya, karena usia terlalu tua, jarak kelahiran terlalu sering.


9. A. Pencegahan :
- Menjaga kebersihan
- Melakukan scrining ca cervic
- Mengguanakan alat kontrasepsi (kondom) saat berhubungan
- Tidak gonta-ganti pasangan
- Menjaga pola makan dan aktivitas

B. Pengobatan :

- Terapi sinar
- Pembedahan
- Terapi farmakologi
- Obat herbal
10. Infeksi, aktivitas seks, virus
11. > 35 th atau > 45 th
12. Berbau, kental dan keruh
13. Setelah menikah – menopause

JAWABAN MENURUT TEORI

1. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang
terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.(
Diananda,Rama, 2009 )
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok
penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan
maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35
- 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju kedalam rahim.(Sarjadi, 2001).

2. 1. HPV ( Human Papiloma Virus )


HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada
kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi oleh
beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV ditemukan angka kejadian kanker
serviks yang meningkat.
d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
2. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun).
4. Berganti - ganti pasangan seksual.
5. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18
tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang
menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.
3. Bisa
Aktivitas seksual seperti usia pertama kali berhubungan seksual, usia pertama kali hamil
dan riwayat abortus juga merupakan faktor risiko kanker serviks. Namun wanita yang
memiliki riwayat usia pertama kali berhubungan seksual pada usia < 18 tahun di
Indonesia juga masih banyak. Semakin muda usia melakukan hubungan seksual pertama
kali memengaruhi besarnya risiko terjadinya kanker serviks. Selain usia pertama kali
berhubungan seksual, usia pertama kali hamil juga merupakan faktor risiko kanker
serviks yang dapat meningkatkan insiden kanker serviks. Semakin muda usia pertama
kali hamil atau < 18 tahun maka usia pertama kali berhubungan seksual juga semakin
muda sehingga serviks lebih mudah terpapar HPV. Wanita yang pernah memiliki riwayat
abortus memiliki peningkatan risiko kanker serviks dikarenakan terjadi perlukaan pada
uterus dan serviks. Alasan tersebut yang mendasari peneliti ingin menganalisis hubungan
antara faktor risiko penggunaan kontrasepsi oral dan aktivitas seksual seperti usia
pertama kali berhubungan seksual, usia pertama kali hamil dan riwayat abortus dengan
kejadian kanker serviks.

4. Bisa
Warga Indonesia sekarang ini sebagian besar menggunakan kontrasepsi untuk
membatasi dan menjaga jarak kelahiran anaknya. Semakin meningkatnya jumlah
akseptor KB ini dikarenakan adanya program pemerintah untuk mencegah peledakan
penduduk dimulai pada masa Orde Baru sampai saat ini. Data SDKI menunjukkan
tren prevalensi penggunaan kontrasepsi di Indonesia sejak tahun 1991–2012
cenderung meningkat. Data BKKBN menunjukkan bahwa pada tahun 2013 dari
8.500.247 PUS yang merupakan peserta KB baru sebesar 48,56% atau hampir
separuhnya menggunakan metode kontrasepsi suntikan, dan 26,6% menggunakan pil
sebagai kontrasepsi pilihan kedua setelah suntikan (Pusat Data dan Informasi, 2014).
Hal ini menunjukkan bahwa kontrasepsi oral atau pil masih banyak diminati,
sedangkan kontrasepsi oral sendiri merupakan salah satu faktor risiko dari kanker
serviks, apalagi jika penggunaannya semakin lama atau lebih dari 5 tahun.
Aktivitas seksual seperti usia pertama kali berhubungan seksual, usia pertama
kali hamil dan riwayat abortus juga merupakan faktor risiko kanker serviks. Namun
wanita yang memiliki riwayat usia pertama kali berhubungan seksual pada usia < 18
tahun di Indonesia juga masih banyak. Semakin muda usia melakukan hubungan
seksual pertama kali memengaruhi besarnya risiko terjadinya kanker serviks. Selain
usia pertama kali berhubungan seksual, usia pertama kali hamil juga merupakan
faktor risiko kanker serviks yang dapat meningkatkan insiden kanker serviks.
Semakin muda usia pertama kali hamil atau < 18 tahun maka usia pertama kali
berhubungan seksual juga semakin muda sehingga serviks lebih mudah terpapar HPV.
Wanita yang pernah memiliki riwayat abortus memiliki peningkatan risiko kanker
serviks dikarenakan terjadi perlukaan pada uterus dan serviks. Alasan tersebut yang
mendasari peneliti ingin menganalisis hubungan antara faktor risiko penggunaan
kontrasepsi oral dan aktivitas seksual seperti usia pertama kali berhubungan seksual,
usia pertama kali hamil dan riwayat abortus dengan kejadian kanker serviks.
Provinsi Jawa Tengah 2012 kasus penyakit kanker yang ditemukan sebanyak
8.182 kasus. Terdiri atas ca.mamae 3.593 kasus (43,91%), ca serviks 2.780 kasus
(33,98%), ca hepar1.030 kasus (12.59%), dan ca paru 779 kasus (9,52%). Kasus
terbanyak caserviks adalah di Kota Semarang yaitu sebasar 1.416 kasus (50,93%)
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan kanker serviks di kabupaten/kota lain di
Jawa Tengah. Rata-rata kasus ca serviks di Jawa Tengah adalah 79,42 kasus per
tahun. Penyebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat
kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik diantaranya
yang penting yaitu insidensi lebih tinggi pada mereka yang koitus pertama dialami
pada usia amat muda (<16 tahun), tingginya paritas, apa lagi dengan jarak persalinan
dekat, mereka dari golongan sosial ekonomi rendah, aktivitas seksual yang sering
bergantiganti pasangan (promiskuitas), , sering dijumpai pada wanita yang mengalami
infeksi virus Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 atau 18, kebiasaan merokok,
serta pengguaan kontrasepsipil KB yang terlalu lama ( Baziad, 2008).
Penggunaan kontrasepsi oral pada usia perimenopause (>35 tahun) perlu
berhati-hati karena pada usia tersebut mulai muncul penyakitpenyakit seperti
hipertensi, kegemukan,yang semua ini merupakan faktor risiko untuk pemberian
kontrasepsi oral (Baziad, 2008).

5. Tanda dan Gejala (Purnawan,2004)


1) Keputihan
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina
ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2) Pendarahan
Akan terjadi bila sel-sel rahim telah berubah sifat menjadi kanker dan menyerang
jaringan-jaringan di sekitarnya.
3) Pendarahan hebat diluar siklus menstruasi, dan setelah berhubungan seks
Sifatnya bisa intermenstruil, atau perdarahan kontak. Perdarahan kontak adalah
perdarahan yang dialami setelah berhubungan seksual. Perdarahan yang timbul akibat
terbukanya pembuluh darah makin lama akan lebih sering terjadi, juga di luar
sanggama. Perdarahan ini merupakan gejala karsinoma serviks (75-80%).
4) Rasa nyeri saat berkemih
Ini disebabkan karena terjadinya kerentanan pada vesika urinaria (bladder irritabillty)
dan perangsangan rectum (rectal discomfort). Kemudian bisa timbul fistel vesico
vaginal atau recto vaginal. Ureter bisa tersumbat dan penderita meninggal karena
uremia.
5) Siklus menstruasi tidak teratur.
6) Nyeri selama berhubungan seks.
7) Nyeri sekitar panggul.
8) Pendarahan pada masa pra atau paska menopause.
9) Bila kanker sudah mencapai stadium tinggi, akan terjadi pembengkakan diberbagai
anggota tubuh seperti betis, paha, tangan dsb.

6. - Nilai normal Pemeriksaan punggung


Sakit punggung biasa dirasakan ketika kanker serviks yang anda alami sudah memasuki
stadium lanjut dimana kanker sudah mulai mengalami penyebaran ke organ tubuh
lainnya. Pada kasus tersebut pasien tidak ada keluhan sakit punggung.
- Nilai normal Pemeriksaan pelvis

Inspeksi harus menyertakan organ genitalia eksterna, terutama vulva, dimulai


dengan memperhatikan hygiene, keadaan keseluruhan dan apakah terdapat
abnormalitas. Secara sistematik, lakukan observasi terhadap hal-hal di bawah ini:

 Distribusi rambut kemaluan dan kelainan dari folikelnya


 Kedaan kulit di vulva
 Keadaan klitoris
 Keadaan orificium urethrae externum
 Keadaan labia mayora dan minora
 Keadaan perineum dan komisura posterior (utuh /tidak)
 Keadaan introitus vagina
 Apakah terdapat discharge yang mengalir keluar dari vagina (jumlah, tipe,
warna, bau,dll)
- Pemeriksaan spekulum
assessment terhadap serviks secara hati-hati tentang, antara lain, warna mukosanya
(hiperemia, anemia, livide) serta abnormalitas seperti erosi, ektropion, laserasi, sikatrik,
granulasi, teleangiektasi, polip dan tumor. inspeksi dinding vagina, dengan menandai
warna, petechiae, varises, granulasi, ulserasi, ulkus, fistula, aksentuasi yang disebabkan
oleh kelemahan dinding vagina (sistokel dan rektokel) dan tumor.

7. Nilai normal pemeriksaan laborat ca serviks:


Hb: 12-16 gr/dl
Ureum : ≤30 mg/dl
Kreatinin : ≤1,5 mg/dl
8. Iya..
Faktor risiko terjadinya kanker serviks pada wanita adalah perempuan dengan mitra
seksual multipel, aktivitas seksual dini, perempuan yang merokok, paritas, status sosial
ekonomi (Ralph, 2008). Paritas yang berbahaya adalah memiliki anak lebih dari 2 orang
atau jarak persalinan yang terlalu dekat. Wanita dengan paritas tinggi yaitu >3 kali
berisiko 5,5 kali untuk terkena kanker servik (Diananda, 2007). Wanita dengan paritas
tinggi dapat menyebabkan trauma pada jalan lahir dan dapat menimbulkan sel-sel
abnormal pada mulut rahim jumlah anak yang dilahirkan melalui jalan normal dapat
menyebabkan terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim dan dapat
berkembang menjadi keganasan.
Oleh karena itu, sebagai tenaga kesehatan perlu menumbuhkan kesadaran diri pada
wanita dalam melakukan deteksi dini terhadap kanker servik serta berperilaku hidup
sehat dan bersih. Jika pada pemeriksaan awal ibu tidak terkena kanker servik maka dapat
dilakukan pencegahan dengan vaksinasi. Namun, bagi ibu yang sudah terkena kanker
servik maka harus segera diberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan stadium yang
diderita untuk mencegah terjadinya metase (penyebaran ke organ lain).

9. - Upaya pencegahan kanker leher rahim


Ada beberapa yang bisa diubah dan beberapa hal lagi yang tidak bisa diubah dalam hal
risiko kanker leher rahim. Hal yang tidak bisa diubah seperti jenis kelamin (wanita) dan
usia (31 hingga 60 tahun). Namun hal yang bisa diubah seperti gaya hidup. Beberapa
tips di bawah ini bisa memperkecil risiko terkena kanker leher rahim.
a. Hindari hubngan seksual pada usia muda/ remaja
b. Hanya melakukan hubungan seksual secara sehat (pasangan tetap)
c. Pertimbangkan penggunaan kondom jika hubungan berisiko
d. Segera berhenti kebiasaan menggunakan tembakau/ merokok
e. Diet yang mengandung cukup asam folat, beta karoten dan vitamin C.
f. Untuk deteksi dini kanker serviks bisa dilakukan dengan pemeriksaan papsmear
secara berakala (erik, 2005)
- Pengobatan
a. Operasi
1. Crysurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan ke dalam
vagina dan leher rahim. Cara ini dapat membunuh sel-sel abnormal dengan cara
membekukannya. Crysurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang
hanya ada di dalam leher rahim (stadium 0), bukan invasif yang telah menyebar ke
luar leher rahim
2. Bedah laser
Cara ini menggunakan sebuah sinar laser untuk membakar sel-sel atau menghapus
sebagian kecil jaringan sel rahim untuk mempelajari pengobatan kanker serviks
pra-invasif (stadium 0)
3. Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Pemotongan
dilakukan menggunakan pisau bedah, laser atau kawat tipis yang dipanaskan oleh
listrik. Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker
serviks tahap awal (stadium 0 atau stadim 1)
4. Histerektomi
Cara kerja metode ini adalah mengangkat rahim, tetapi tidak mencakup jaringan
yang berada di dekatnya. Vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak
diangkat. Rahim dapat diangkat dengan cara operasi di bagian depan perut atau
melalui vagina
5. Trachelektomi
Sebuah prosedur yang disebut Trachelektomi radikal memungkinkan wanita muda
dengan kanker stadium awal dapat diobati dan masih dapat mempunyai anak.
Metode ini meliputi pengangkatan serviks dan bagian atas vagina, kemudian
meletakkannya pada jahitan berbentuk kantong yang bertindak sebagai pembukaan
leher rahim di dalam rahim. Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat.
Operasi ini bisa dilakukan melalui vagina atau perut
6. Ekstenterasi panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan vagina dan perut, pada operasi jenis
ini juga dilakukan pengangkatan kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus
besar. Operasi in dilakukan saat kanker serviks kambuh kembali setelah
pengobatan sebelumnya. Diperlukan waktu 6 bulan atau lebih untuk pulih dari
operasi radikal ini. Namu, wanita yang pernah menjalani operasi ini tetap dapat
menjalani kehidupan dengan bahagian dan produktif
b. Radioterapi
Pada pengobatan kanker serviks, radioterapi diterapkan dengan melakukan radiasi
eksternal yang diberikan bersama dengan kemoterapi dosis rendah. Untuk jenis
pengobatan radiasi internal, zat radioaktif dimasukkan ke dalam silinder di dalam
vagina. Kadang-kadang bahan radioaktif ini ditempatkan di dalam jarum tipis yang
dimasukkan langsung ke tumor
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
Biasanya obat-obatan tersebut diberikan melalui infus ke dalam pembuluh darah atau
melalui mulut. Setelah obat masuk ke dalam darah. Maka akan e seluruh tubuh.
Terkadang, ada beberapa obat yang diberikan dalam satu waktu
- Pengobatan kanker serviks berdasarkan stadiumnya
a. Stadium prakanker (stadium I)
Stadium prakanker hingga stadium awal biasanya diobati dengan histerektomi.
Apabila pasien masih ingin memiliki anak biasanya dilakukan metode LEEP atau
cone biopsy
b. Stadium awal (stadium I dan II)
1. Apabla ukuran tumor kurang dari 4 cm biasanya dilakukn radikal histerektomi
atau radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi
2. Apabila ukuran tumor lebih dari 4 cm biasanya dilakukan radioterapi dan
kemoterapi berbasis cisplatin. Histerektomin, atau kemoterapi berbasis ciplatin
yang dilanjutkan dengan histerektomi
c. Stadium lanjut (stadium II akhir-IV awal)
Kanker serviks pada stadium ini dapat dengan radioterapi dan kemoterapi berbasis
cisplatin. Pada stadium sangat lanjut (stadium IV akhir), dokter dapat
mempertimbangkan kemoterapi dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan
cisplatin.

10. Terjadinya lesi exophytic dikarenakan adanya inti ileguler yang tumbuh akibat perbedaan
nyata dalam ukuran sel. Sehingga terbentulah lesi exophytic. Exophytic biasanya dalam
bentuk pholipoid dan papilary. Tumbuh ke arah vagina dan dapat mengisi setengah dari
vagina tanpa infiltrasi kedalaman vagina. Bentuk ini mudah neurosis dan pendarahan

11. Usia yang paling banyak terkena kanker serviks adalah kelompok usia 41-65 tahun
dengan grade paling banyak berada pada grade 3-4 . meningkatnya resiko kanker leher
Rahim ini merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu
pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat
usia (Darayani & sumawati 2013), Sedangkan menurut (puspa swara 2010) kanker
serviks mulai di temukan di usia 25-34 tahun, puncaknya pada usia 45-54 tahun.
12. Ciri2 vagina yang menandakan CA Cerviks!
a. Perdarahan vagina yang abnormal, seperti perdarahan setelah berhubungan seksual,
perdarahan setelah monopouse, perdarahan dan bercak diantara periode, periode
menstruasi yang lama dari biasanya.
b. Keluarnya cairan yang tidak biasa dari vagina, kemungkinan pengeluaran banyak
darah dan mungkin terjadi antara periode saat menstruasi atau setelah monopouse.
c. Munculnya keputihan yang dalam waktu lama dan sering menimbulkan bau yang
tidak enak.
d. Nyeri saat berhubungan seksual (ACS, 2014)
13. Tidak ada batasan usia untuk pemasangan alat kontrasepsi, Apabila wanita sudah
kawin sebelum usia 20 tahun, makai disarankan untuk menunda kehamilan, dengan
memakai alat kontrasepsi.
Daftar pustaka

Tim CancertHelp, 2010, Stop Kanker, Jakarta, AgroMedia Pustaka

Handayani, Lestari, 2012, Menaklukkan Kanker Serviks dan Kanker Payudara dengan 3
Terapi Alami, Jakarta, AgroMedia Pustaka

http://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/PEMERIKSAAN-GINEKOLOGI-
DAN-PAP-SMEAR-2-edit.pdf

Sisca Nida Mayrita & Nanik Handayani, jurnal “Hubungan antara paritas dengan kejadian
kanker serviks di yayasan kanker wisnuwardhana surabaya”. (UNUSA, Jl. SMEA 57
Surabaya) Email : nanik_handayani.ac.id

Hery aryanti 2014, Jurnal “Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi
pada wanita kawin usia dini di Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur”

Junadi, Purnawan, 2004, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius Universitas
Indonesia

https://burangasitamaymo.wordpress.com/2015/06/26/makalah-kanker-serviks/. Diakses pada


tanggal 23 mei 2018

http://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/PEMERIKSAAN-GINEKOLOGI-
DAN-PAP-SMEAR-2-edit.pdf

https://ceksehat.com/tanda-kanker-serviks/

Anda mungkin juga menyukai