Prinsip Dasar Multimedia Pembelajaran
Prinsip Dasar Multimedia Pembelajaran
Teknologi dalam dunia pendidikan mutlak diperlukan karena pembelajaran modern akan
mampu mendongkrak peningkatan dalam kinerja pendidikan. Sudah bukan saatnya lagi sibuk
dengan metode konvensional yang identik dengan ceramah dan pemberian tugas yang
membuat anak semakin bosan untuk belajar. Pembelajaran Multimedia punya kekuatan yang
dahsyat dalam menyajkan pembelajaran yang nyaris tak pernah membosankan.
Pandangan Definisi Contoh Media pengiriman Dua atau lebih alat pengiriman Layar
komputer, amplifier speaker; proyektor dan atau suara penceramah Mode Presentasi
Refresentasi verbal atau pictoral Teks on screen dan animasi, teks cetak dan ilustrasi
Modalitas sensori Indra auditori atau visual Narasi dan animasi; ceramah dan slide
Lebih lanjut Mayer menjelaskan bahwa multimedia menawarkan teknologi pembelajaran
yang berpotensi kuat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran manusia. Desain multimedia
dalam pembelajaran berpusat pada dua pokok yaitu technology centered (berpusat pada
teknologi multimedia) dan learner centered (berpusat pada subjek belajar/mahasiswa), secara
ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.
a. Prinsip Multimedia
Prinsip multimedia berbunyi murid bisa belajar lebih baik dari kata-kata dan gambar-
gambar daripada dari kata-kata saja (Mayer, 2009:93). Yang dimaksudkan dengan kata-kata
adalah teks tercetak di layar yang dibaca pengguna atau teks ternarasikan yang didengar
pengguna melalui speaker atau headset. Yang dimaksudkan dengan gambar adalah ilustrasi
statis seperti gambar, diagram, grafik, peta, foto, atau gambar dinamis seperti animasi dan
video. Clark & Mayer (2011:70) menggunakan istilah penyajian multimedia untuk menyebut
segala penyajian yang berisi kata-kata dan gambar.Mayer (2009:93) beralasan bahwa saat
kata-kata dan gambar-gambar disajikan secara bersamaan, siswa punya kesempatan untuk
mengkonstruksi model-model mental verbal dan piktorial dan membangun hubungan di
antara keduanya. Sedangkan jika hanya kata-kata yang disajikan, maka siswa hanya
mempunyai kesempatan kecil untuk membangun model mental piktorial dan kecil pulalah
kemungkinannya untuk membangun hubungan di antara model mental verbal dan piktorial.
Jadi, Prinsip Multimedia: Murid bisa belajar lebih baik dari kata-kata dan gambar-gambar
daripada dari kta-kata saja.
Alasan teoretis : Saat kata-kata dan gambar disajikan secara bersamaan, murid punya
kesempatan untuk mengontruksi model-model mental verbal dan pictorial dan membangun
hubungan diantara keduanya. Saat kata-kata saja disajikan, murid punya kesempatan untuk
membangun model mental verbal namun lebih kecil kemungkinan membangun model mental
pictorial dan lebih kecil kemungkinan membuat hubungan diantara model-model mental
verbal dan pictorial.
Alasan Empiris: Dari enam dari Sembilan tes, murid yang menerima teks dan ilustrasi atau
narasi dan animasi terbukti berkinerja lebih baik dalam tes retensi daripada murid yang
menerima teks saja atau narasi saja. Dalam Sembilan dari Sembilan tes, murid yang
menerima teks dan ilustri atau narasi dan animasi berkinerja lebih baik dalam tes transfer
daripada murid yang menerima teks saja atau narasi saja.
Agar lebih memahami lagi mengenai prinsp ini maka simaklah deskripsi berikut ini tentang
cara pompa ban sepeda bekerja.
“ Saat tangkai ditarik keatas, udara masuk melalui piston dan mengisi area diantara piston
dan ketup outlet (khusus mengeluarkan udara). Saat tangkai ditekan kebawah, katup
inlet(khusus untuk memasukkan udara), menutup dan pisto mendorong udara melalui katup
outlet.”
Bacaan diatas memberi ringkasan yang sangat singkat dan padat tentang rantai hubunan
sebab-akibat dalam operasi pompa ban sepeda.
Sekarang, uji baik-baik Figur dibawah., yang menunjukkan versi pictorial dri ranai sebab-
akibat ini.
b. Prinsip Keterdekatan
Prinsip keterdekatan terbagi dua, yaitu keterdekatan ruang atau keterdekatan kata tercetak
dengan gambar yang terkait (Mayer, 2009:119; Clark & Mayer, 2011:92) dan keterdekatan
waktu atau keterdekatan kata-kata ternarasi dengan gambar yang terkait (Mayer, 2009:141;
Clark & Mayer, 2011:102). Prinsip keterdekatan ruang menyatakan bahwa siswa bisa belajar
lebih baik saat kata-kata tercetak dan gambar-gambar yang terkait disajikan saling berdekatan
daripada disajikan saling berjauhan (Mayer, 2009:119). Sedangkan prinsip keterdekatan
waktu menyatakan bahwa siswa bisa belajar lebih baik jika kata-kata ternarasikan dan
gambar-gambar yang terkait (animasi atau video) disajikan pada waktu yang sama (simultan)
(Mayer, 2009:141).
Alasan Mayer (2009:119) berkaitan prinsip keterdekatan ruang adalah saat kata-kata dan
gambar terkait saling berdekatan di suatu layar, maka murid tidak harus menggunakan
sumber-sumber kognitif untuk secara visual mencari mereka di layar itu. Siswa akan lebih
bisa menangkap dan menyimpan mereka bersamaan di dalam memori kerja pada waktu yang
sama. Sedangkan untuk keterdekatan waktu, Mayer (2009:141) beralasan bahwa saat bagian
narasi dan bagian animasi terkait disajikan dalam waktu bersamaan, siswa lebih mungkin bisa
membentuk representasi mental atas keduanya dalam memori kerja pada waktu bersamaan.
Hal ini lebih memungkinkan siswa untuk membangun hubungan mental antara representasi
verbal dan representasi visual.
c. Prinsip Modalitas
Prinsip modalitas menyatakan bahwa siswa bisa belajar lebih baik dari animasi dan
narasi (kata yang terucapkan) daripada dari animasi dan kata tercetak di layar (Mayer,
2009:197). Berdasarkan teori kognitif dan bukti riset, Clark & Mayer (2011:117)
menyarankan untuk menarasikan teks daripada menyajikan teks tercetak di layar saat gambar
(statis maupun bergerak) menjadi fokus kata-kata dan saat keduanya disajikan pada waktu
yang bersamaan.
Mayer (2009:197) beralasan bahwa jika gambar-gambar dan kata-kata sama-sama
disajikan secara visual, maka saluran visual akan menderita kelebihan beban tapi saluran
auditori tidak termanfaatkan. Jika kata-kata disajikan secara auditori, mereka bisa diproses
dalam saluran auditor, sehingga saluran visual hanya memproses gambar.
d. Prinsip Koherensi
Prinsip koherensi menyatakan bahwa siswa bisa belajar lebih baik jika hal-hal ekstra
disisihkan dari sajian multimedia (Mayer, 2009:167). Prinsip koherensi terbagi atas tiga versi,
yaitu pembelajaran siswa terganggu jika gambar-gambar menarik namun tidak relevan
ditambahkan (Mayer, 2009:170; Clark & Mayer, 2011:159), pembelajaran siswa terganggu
jika suara dan musik menarik namun tidak relevan ditambahkan (Mayer, 2009:181; Clark &
Mayer, 2011:153), dan pembelajaran siswa akan meningkat jika kata-kata yang tidak
dibutuhkan disisihkan dari presentasi multimedia (Mayer 2009:188; Clark & Mayer,
2011:166).
Mayer (2009:167) mengemukakan alasan teoretis bahwa materi ekstra selalu bersaing
memperebutkan sumber-sumber kognitif dalam memori kerja sehingga bisa mengalihkan
perhatian siswa dari materi yang penting. Hal-hal ekstra juga bisa menganggu proses
penataan materi dan bisa menggiring siswa untuk menata materi di atas landasan tema yang
tidak sesuai.
e. Prinsip Redundansi
Prinsip redundansi menyatakan bahwa siswa belajar lebih baik dari gambar dan narasi
daripada dari gambar, narasi, dan teks tercetak di layar (Mayer, 2009:215). Implikasi dari hal
ini adalah saran dari Clark & Mayer (2011:125) untuk tidak menambahkan teks tercetak di
layar ke gambar yang sedang dinarasikan.
Clark & Mayer (2011:135) mengemukakan alasan bahwa siswa akan lebih memperhatikan
teks tercetak di layar daripada ke gambar yang berkaitan. Saat mata mereka fokus di kata-
kata tercetak, siswa tidak bisa melihat ke gambar yang sedang dinarasikan. Juga, siswa
berusaha membandingkan teks tercetak dengan narasi yang diucapkan sehingga membebani
proses kognitif. Karena itulah, untuk gambar yang sedang dinarasikan, hendaknya tidak
ditambahkan teks tercetak di layar.
f. Prinsip Personalisasi
Prinsip personalisasi menyarankan agar pengembang multimedia menggunakan gaya
percakapan dalam narasi daripada gaya formal (Clark & Mayer, 2011:182). Gaya percakapan
di antaranya dicapai dengan menggunakan bahasa orang pertama dan orang kedua serta
dengan suara manusia yang ramah.
Clark & Mayer (2011:184) menyatakan bahwa riset dalam proses diskursus menunjukkan
bahwa manusia bekerja lebih keras untuk memahami materi saat mereka merasa berada
dalam percakapan dengan seorang teman, daripada sekadar menerima informasi.
Mengekspresikan informasi dalam gaya percakapan dapat merupakan cara untuk
mempersiapkan proses kognitif siswa. Clark & Mayer (2011:184) menambahkan pula bahwa
instruksi yang mengandung petunjuk sosial seperti gaya percakapan mengaktifkan perasaan
kehadiran sosial, yaitu perasaan sedang dalam percakapan dengan pengarang. Perasaan
kehadiran sosial ini mengakibatkan pembelajar terlibat dalam proses kognitif yang lebih
dalam selama belajar dengan berusaha lebih keras memahami apa yang pengarang ucapkan,
yang hasilnya adalah hasil belajar yang lebih baik.