Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ANALISA VEGETASI

DISUSUN OLEH:

NAMA NIM
OKTA MARISA FITRIANI 1607025050

LABORATORIUM EKOLOGI DAN SISTEMATIKA HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersamaan pada suatu komunitas dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik di antara individu
penyusun vegatasi itu sendiri maupun dengan organism lainnya sehingga yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat (Sagala, E.H.P, 1997).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi
vegetasi secara struktur vegetasi tumbuh-tumbuhan. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks
nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi
dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu
komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983).
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan
kedalam 3 kategori yaitu: (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal
dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang
sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis
dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan
factor lingkungan tertentu atau beberapa factor lingkungan (Greig-Smith, 1983).
Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode
Berpetak (Teknik sampling kuadrat: petak tunggal atau ganda, Metode Jalur,
Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak,
Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich)
(Kusuma, 1997).
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut
Mueller Domboisdan E1lenberg, (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan
dengan random, sistematik atau secara subyektif atau factor gradient lingkungan
tertentu. Untuk memperolehin formasi vegetasi secara obyektif digunakan metode
ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien
ketidaksamaan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola
sebaran jenis-jenis dengan perubahan factor lingkungan. Analisis vegetasi adalah
suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk
(struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan
analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan
indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut.
Dengan analisis vegetasi dapat diperolehin formasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan
kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan vegetasi, iklim dan tanah
berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang
spesifik. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-
bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala
yang ada (Anonim. 2009).
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami penentuan luas minimum area
2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam teknik analisis vegetasi
3. Mahasiswa dapat memahami macam-macam teknik sampling tanpa
petak
1.3 RumusanMasalah
1. Bagaimana cara menentukan luas minimum area?
2. Bagaimana cara pengaplikasian macam-macam teknik analisis
vegetasi?
3. Bagaimana cara pengaplikasian macam-macam teknik sampling tanpa
petak?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,
diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun
komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-
Smith, 1983).
Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi,
dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan
individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara
keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila
didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk
komunitas tersebut (Sagala, E.H.P, 1997).
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat
suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari
vegetasi secara keseluruhan.yang disebut luas minimum (Odum, 1998).
2.2 Penentuan Luas Minimum Area
a. Pengertian Luas Minimum
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan
erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak
contoh yang dgunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar,
empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh
minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan
dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat.
Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan luas daerah
contoh vegetasi yang akan diambil dan didalamnya terdapat berbagai jenis
vegetasi tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh haruslah representative bagi
seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat
umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk
oleh beragam jenis populasi. Dengan kata lain peranan individu suatu jenis
tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan-keadaan
individu dalam populasi.
2.3 Teknik Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,
diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun
komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-
Smith, 1983).
Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi,
dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan
individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara
keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila
didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk
komunitas tersebut (Sagala, E.H.P, 1997).
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat
suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari
vegetasi secara keseluruhan.yang disebut luas minimum (Odum, 1998).
a. Metode dengan petak
Metode dengan petak merupakan prosedur yang umum digunakan untuk
pengambilan berbagai tipe organisme termasuk vegetasi. Petak yang digunakan
dapat berbentuk segi empat, persegi, atau lingkaran. Disamping itu untuk
kepentingan analisis vegetasi dapat digunakan petak tunggal atau petak ganda.
1. Petak Tunggal
Di dalam metode petak tunggal, hanya dibuat satu petak contoh dengan
ukuran tertentu mewakili suatu tegakkan hutan atas suatu vegetasi. Ukuran
minimum petak contoh dapat ditentukan menggunakan kurva spesies area. Luas
minimum petak contoh itu ditetapkandengan dasar bahwa penambahan luas petak
tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih dari 5% (Soegianto, 1994).
Pada metode itu tidak perludihitung frekuensi relatif karena hanya ada satu petak
contoh dalam analisis vegetasinya, sehingga INP diperoleh dari penjumlahan
kerapatan relatif dan penutupan relatif.
Misalnya mencoba membuat petak contoh persegi dengan berbagai
ukuran, sehingga diperoleh data seperti yang disajikan pada tabel 6.1 sebagai
berikut

No. Petak Ukuran Petak Jumlah Speaies Penambahan Jumlah Spesies


Contoh Contoh (m2) (Kumulatif
Penambahan Persentase
Spesies)
(%)
1. 1 7
2.
2 14 5 71,4
3.
4. 4 16 4 33,3
5.
8 20 4 25,0
6.
7. 16 24 4 20,0
8.
32 27 3 12,5
9.
10. 64 30 3 11,1
11.
128 32 2 6,7
12.
256 33 1 3,1
512 34 1 3,0
1.024 35 1 2,9
2.048 36 1 2,9
Sumber: Soegianto, 1994; Kusmana, 1997; Indriyanto, 2006; Husamah., dkk.,
2013.
Berdasarkan data pada contoh tabel tersebut di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa luas petak contoh minimum yang yang seharusnya digunakan
untuk mengambil sampel vegetasi adalah 256 m2 karena pada luas petak contoh
itu penambahan banyaknya spesies banyaknya spesies hanya 3,1% (tidak lebih
dari 5%).
Luas petak minimum untuk hutan tropika lebih kurang 3 hektar. Petak
contoh berbentuk persegi panjang lebih efektif untuk sampling daripada petak
contoh bujur sangkar, sehingga petak contoh seluas 3 hektar dapat dibuat dengan
ukuran 20 m x 50 m atau masing-masing seluas 0,1 hektar (Soerianegara dan
Indrawan, 1982).
2. Petak Ganda
Pengambilan contoh vegetasi pada metode petak ganda dilakukan merata
pada area yang dipelajari, dan peletakkan petak contoh sebaiknya secara
sistematik. Ukuran tiap petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan
bentuk tumbuhnya. Ukuran petak contoh untuk pohon dewasa adalah 20 m x 20
m, fase tiang adalah 10 m x 10 m, fase pancang adalah 5 m x 5 m, dan untuk fase
semai serta (tumbuhan bawah) menggunakan petak contoh berukuran 1 m x 1 m,
atau 2 m x 2 m (Kusmana dalam husama., dkk., 2013).

Secara Sistematik Secara Acak


.Gambar 6.1 Desain petak-petak contoh di lapangan dengan metode petak ganda
Pada metode petak ganda semua parameter kuantitatif dapat dihitung
menggunakan rumus-rumus seperti yang telah diuraikan di atas.
b. Metode Jalur
Ada dua macam metode jalur yaitu pertama metode jalur dengan jalur
contoh, kedua metode jalur tanpa jalur contoh atau disebut juga metode garis atau
rintisan.
1. Metode jalur dengan jalur contoh
Metode jalur merupakan metode yang paling efektif untuk mempelajari
perubahan keadaan vegetasimenurut kondisi tanah, topografi, dan elevasi. Jalur-
jalur contoh dibuat memotong garis kontur (garis tinggi atau garis topografi) dan
sejajar satu dengan yang lainnya. Pendekatan, cara itu untuk aplikasi di lapangan
misalnya jalur-jalur contohnya dibuat tegak lurus garis pantai, memotong sungai,
atau naik/turun lereng gunung. Jumlah jalur contoh disesuaikan dengan intensitas
samplingnya. Jalur contoh yang yang berukuran lebar 20 m dapat dibuat dengan
intensitas sampling 2%-10% (Soerianegara dan indrawan, 1988).
2. Metode jalur atau garis tanpa jalur contoh
Metode garis atau rintisan, adalah petak contoh memanjang, diletakkan
sebuah komunitas vegetasi. Untuk areal yang luas, metode ini sering digunakan
karena selain cepat juga cukup teliti, misalnya untuk inventarisasi gulma di suatu
perkebunan muda, yang mempunyai gulma terdiri atas populasi yang rapat,
rendah, dan berkelompok dengan batas kelompok yang jelas. Alat yang digunakan
adalah pita meteran 15-25 m, disebut sebagai garis rintisan. Dapat juga digunakan
tali yang diberi tanda dengan satuan-satuan panjang tertentu (tiap 10 cm atau 20
cm), dan sebuah meteran kayu untuk mengukur secara tepat panjang kelompok
vegetasi.
c. Metode Garis berpetak
Metode ini dianggap sebagai modifikasi dari metode petak ganda atau
metode jalur, yaitu dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dal jalur,
sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang
sama. Semua parameter kuantitatif dapat dihitung dengan menggunakan rumus-
rumus seperti yang telah diuraikan diatas, dan cara perhitungan semua parameter
kuantitatif dan cara perhitungan semua parameter kuantitatif sama dengan cara
pada petak ganda maupun pada cara jalur.

Bentuk dan ukuran petak-petak pengamatan serta peletakannya pada setiap garis
rintis dilihat pada gambar 6.2 sebagai berikut.
Gambar 6.2 Desain Petak-Petak contoh di lapangan dengan metode garis
berpetak (Kusmana, 1997; Indriyanto 2006 ).
d. Metode kombinasi antara metode jalur dengan metode garis berpetak
Dalam metode ini risalah pohon dilakukan dengan metode jalur dan
permudaan dengan metode garis berpetak. Untuk lebih jelasnya desain metodc ini
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 6.3 Desain Petak-Petak contoh dilapangan dengan metode kombinasi.
2.4 Teknik Sampling Tanpa Petak
Teknik sampling tanpa petak merupakan teknik yang diperkenalkan oleh
para ahli manajemen hutan untuk mengetahui kesulitan praktisi dalam pembuatan
kuadran (petak contoh) di lapangan. Pada dasarnya metode tersebut menggunakan
pengukuran jarak antar tumbuhan yang satu dengan tumbuhan yang lain, yang
dipilih secara acak dengan individu-individu tumbuhan yang terdekat dengan
asumsi tumbuhan tersebar secara acak.
Dengan menggunakan metode tersebut akan menghemat waktu, karena
tidak memerlukan pembuatan petak contoh di lapangan, kesalahan sampling
dalam pembuatan petak contoh dan penentuan apakah individu berada di dalam
atau di luar kuadrat dapat dikurangi. Dalam teknik sampling tanpa petak contoh
paling sedikit terdapat empat macam metode yang berdasarkan satuan contoh
berupa titik yang penempatannya di lapangan bila secara acak sistematis.
a. Metode Berpasangan Acak (Random Pair Method)
Pada metode berpasangan acak ada beberapa prosedur pelaksanaan,
prosedur pelaksanaan teknik ini adalah sebagai berikut:
1. Meletakkan titik-titik contoh secara acak atau beraturan (pada jarak
tertentu sepanjang garis lintasan),
2. Pemilihan satu individu (tumbuhan) pohon yang terdekat dengan titik
contoh. Kemudian tarik suatu garis khayalan yang melalui titik contoh
dan individu pohon yang terpilih dan satu garis khayalan lagi yang
tegak lurus terhadap garis khayalan pertama tadi. Tahap selanjutnya
pilih satu individu tumbuhan yang terdekat dengan individu tumbuhan
pertama, tetapi letaknya berada di sektor lain (di luar sektor 180 o
tempat pohon pertama berada yang dibatasi oleh garis khayalan
pertama).
3. Pengukuran jarak antar pohon (individu tumbuhan) pertama dan
kedua. Setelah itu parameter-parameter vegetasi yang diinginkan
dapat diukur pada kedua individu tumbuhan tersebut di atas.
Untuk memudahkan data analisis di lapangan, maka sebaiknya dibuat
tabel tally sheet.
4. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data lapangan dengan
menggunakan rumus-rumus berikut:
kerapatan suatu spesies × kerapatan spesies
 Kerapatan (K) suatu spesies =
100

 Kerapatan relatif suatu spesies (KR) = ∑ individu suatu spesies

∑ individu seluruh spesies


× 100%

luasan area
 Kerapatan seluruh spesies = 0,8 × rata-rata antar pohon

 Dominasi suatu spesies = kerapatan × rata-rata nilai dominasi dari


suatu spesies
dominasi suatu spesies
 Dominasi relative (DR) = × 100%
∑ dominasi seluruh jenis

 Frekuensi suatu jenis (F) = ∑ titik yang ditemukan suatu spesies


×
100% ∑ total dominasi seluruh spesies

nilai frekuensi suatu spesies

 Frekuensi relative (FR) = ∑ total frekuensi seluruh jenis ×


100%
 INP = KR + DR + FR

b. Metode Titik Pusat Kuadran (Point Centered Quarteted Method)


Berdasarkan hasil penelitian Cottam dan Curtis (1956), metode ini
merupakan metode sampling tanpa petak contoh yang paling efisien
karena pelaksanaanya di lapangan memerlukan waktu yang lebih sedikit,
mudah, dan tidak memerlukan faktorkoreksi dalam menduga kerapatan
individu tumbuhan. Namun dalam pelaksanaannya metode ini memiliki
dua macam keterbatasan yaitu:
 Setiap kuadran paling sedikit harus terdapat satu individu
tumbuhan
 Setiap individu (sama seperti Random Pair Method) tidak boleh
terhitung lebih dari satu kali.
Dalam mengaplikasikan metode ini dilapangan ada beberapa prosedur di
antaranya:
 Peletakkan sejumlah titik contoh secara acak dalam komunitas
tumbuhan Cottam dan Curtis (1956) menyarankan paling sedikit 20
titik contoh harus dipilih untuk meningkatkan ketelitian sampling
pada teknik ini.
 Pembagian sekitar areal titik contoh menjadi empat kuadran yang
berukuran sama. Hal ini dapat dilkukan dengan kompas atau bila
suatu seri garis rintis digunakan kuadran-kuadran tersebut dapat
dibentuk dengan menggunakan garis rintis itu sendiri dan suatu
garis yang tegak lurus terhadap garis rintis tersebut melalui titik
contoh.

Gambar 6.4 Desain point centered quarter method di lapangan


Dalam metode ini pada setiap titik pengukuran dibuat garis absisi dan ordinat
khayalan, sehingga di setiap titik pengukuran terdapat empat buah kuadran. Pilih
salah satu pohon di setiap kuadran yang letaknya paling dekat dengan titik
pengukuran dan ukuran jarak dari masing-masing pohon tersebut ke titik
pengukuran. Pengukuran dimensi pohon hanya dilakukan terhadap keempat
pohon yang terpilih (Soerianegara dan Indrawan dalam Husamah., dkk., 2013)
Perhitungan kuantitatif parameter vegetatif adalah sebagai berikut:

- Jarak rata-rata individu pohon ke titik pengukuran = d = d1+d2+...dn


n

Keterangan :
d = jarak individu pohon ke titik pengukuran di semua kuadran
n = banyaknya pohon
d1, d2, ... dn = rata-rata bab area/individu, yaitu rata-rata luasan permukaan
tanah yang diokupsi oleh satu individu tumbuhan.

- Kerapatan total semua jenis unit area (K) =


(d) 2

- Kerapatan relatif suatu jenis (KR) = × 100%


jumlah individu suatu jenis
Jumlah individu semua jenis

- Kerapatan suatu jenis (KA) K × KR =


100

- Dominasi suatu jenis (D) = KA × dominasi rata-rata per jenis

- Dominasi relatif suatu jenis (DR) = × 100%


D
dominasi seluruh jenis

- Frekuensi suatu jenis (F) = × 100%


jumlah titik ditemukannya suatu jenis

jumlah semua titik pengukuran

- Frekuensi relatif (FR) =


F
frekuensi semua jenis
- INP = KR + FR + DR

c. Metode Titik Sentuh (Point Intercept Method)


Untuk komunitas tumbuhan bawah seperti rumput, herba dan semak, metode
yang dapat dipakai adalah metode titik sentuh (point intercept method). Dalam
pelaksanaannya di lapangan dapat digunakan alat bantu sepetri gambar gambar di
bawah ini .
Tumbuhan yang menyentuh pin yang terbuat dari kawat, akan dicatat
jenisnya sehingga dominasi dari jenis tersebut dapat dihitung dengan rumus
 Dominasi suatu jenis (D) = ∑ Sentuhan suatu jenis X 100%
∑ Seluruh sentuhan
 Dominasi relative suatu jenis = D X 100%
Dominasi seluruh jenis
Rumus-rumus lainnya sama dengan metode dengan petak. Hal yang sama
dapat dilakukan dengan alat b dengan cara memindahkan alat tersebut pada plot
contoh tiap 10 cm, sehingga didapatkan dominasi dari jenis-jenis yang tersentuh
(kusmana, 1997).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan
tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan
tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan
tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983).
DAFTAR PUSTAKA
Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology.Volume 9.
Oxford: Blackwell Scientific Publications
Husamah., dkk. 2013. Modul Ekologi Tumbuhan. Malang: UMM Press
Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi.IPB Press. Bogor
Mueller-Dombois, D. and H.Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation
Ecology. New York: John Wiley & Sons
Odum, P. E. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Ir. ThahjonoSamingan,
M.Sc. Cet. 2. Yogyakarta: GadjahMada University Press
Purwaningsih, dan R. Yusuf.2005. KomposisiJenisdanStrukturVegetasiHutan di
KawasanPakuli, Taman Nasional Lore Lindu.Jurnal Biodiversitas 6 (2):
123-128.
Sagala, E.H.P, 1997. Analisa Vegetasi Hutan Sibayak II pada Taman Hutan
Rakyat Bukit Barisan Sumatera Utara. Skripsi Sarjana Biologi (Tidakd
ipublikasi) Medan: FMIPA USU

Anda mungkin juga menyukai