Andi Idrus
Dosen Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma Palopo
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect ovaprim injection of different
doses of the hatching and the survival of larvae carp (cyprinuscarpio). This study took
place in May-June 2015 located at a place of execution (BBI) Salupao Village Maroangin
Telluwanua District of Palopo.
In this study, the results of the P3 highest hatchability of 93.3%, followed by 80.13%
P2 and P1 amounted to 71.12%, .So also obtained the highest graduation rate of life
followed P2 P3 88.51 90.49% P1% and 78.94%, while the fastest time latency is P1 650
minutes, followed by P2 and P3 669 minutes 693 minutes. This study uses a completely
randomized design (CRD) with three treatments and three replications.
mencukupi. Ketersediaan benih
Keywords: Use of different doses ovaprim merupakan suatu hal yang sangat penting
A. PENDAHULUAN bagi kegiatan akuakultur. Namun yang
Latar Belakang menjadi kendala adalah benih ikan itu
Kebutuhan masyarakat akan sendiri tidak dapat memenuhi kebutuhan
protein hewani semakin meningkat, hal atau dengan kata lain tidak tersedia
ini sejalan dengan bertambahnya jumlah sepanjangtahun.
penduduk. Ikan merupakan salah satu Peningkatan produksi hasil
sumber protein hewani yang dapat pembenihan ikan mas (cyprinuscarpio),
dipergunakan untuk memenuhi dalam memenuhi ketersedian benih yang
kebutuhan protein masyarakat.Karena dibutuhkan dari waktu kewaktu adalah
ikan sangat mudah dibudidayakan dan dengan jalan pemijahan buatan, sehinga
dapat hidup dan berkembang pada dapat menghasilkan telur yang terbuahi
perairan umum yang banyak terdapat dan jumlah bibit yang dihasilkan lebih
disebagian besar wilayah Indonesia. banyak dibandingkan pemijahan secara
Semakin berkembangnya usaha alami pada ikan mas dan waktu yang
budidaya, kebutuhan benih dirasa masih digunakan lebih efisien sehingga nantinya
kurang akibatnya, produksi benih tidak dapat memenuhi persediaan benih yang
a. Induk jantan berumur 8 bulan dan berat pertama. Hal ini diperkuat oleh perlakuan
> 0,5 kg/ekor sedangkan induk betina masing-masing dosis
berumur 1,5-2 tahun dengan berat 1,5-
yang telah ditentukan sedangkan
2 kg/ekor.
pengamatan
b. Secara fisik ikan tidak cacat
c. Sisik tersusun rapi,cerah dan tidak terhadap peubah yang diukur
kusam dilakukan 8 - 11 jam setelah
d. Pangkal ekor kuat dan normal dengan penyuntikan kedua. Secara umum,
panjang pangkal ekor harus lebih urutan striping, sebagai berikut :
panjang dibandingkan dengan a. Siapakan mangkokyang bersih untuk
lebar/tebal ekor. telur sampel
2. Penyuntikan dan Pengurutan b. Induk betina yang akan di striping
Sebelum dilakukan c. Perut induk betina diurut berlahanlahan
penyuntikan ikan dipuasakan terlebih d. Telur yang keluar ditampung didalam
dahulu. Hal ini bertujuan agar baskom
e. Perut induk jantan juga diurut secara
hormon yang akan disuntikan
perlahan-lahan dari bagian depan
memberi efek yang lebih baik dan untuk
f. Telur dan seperma selanjutnya diaduk
mengosongkan perut sehingga sedikit
sampai rata menggunakan bulu ayam
membentuk fase yang mungkin
g. Setelah itu, air dibuang dan diganti
menggagu pada saat pengeluaran telur
dengan air yang baru sebagi
(Khairuman ,Susenda, Gunadi, 2007).
pembilasan.
Penyuntikan dilakukan dua kali
h. Pembilasan ini dilakukan 2-3 kali
secar intra-muskuler, yaitu jarum suntik hingga sisa sperma dan sebagian
ditusukkan kedalam otot gelembung minyak pada telur
punggung sedalam ± 2 diatas gurat sisi berkurang
dengan kemiringan 45º dan i. Induk dikembalikan di kolam
pemeliharaan induk.
dibawah sirip punggung bagian
3. Pengamatan
depan dengan selang waktu suntikan
Pengamatan pemijahan dengan
pertama dengan selang waktu suntikan mengindentifikasi ikan mas (cyprinus
kedua adalah 8 - 11 jam (Khairuman dan carpio) pada saat setelah proses pemijahan
Amri 2014). Hormon ovaprin di lakukan. pengamatan ini dilakunan
disuntikan pertama, pada setiap hari pada pukul 07.00 – 09.00 dan
pada pukul 16.00 – 17.00, untuk
penyuntikan kedua tetap diberikan
mengetahui tingkat daya tetas larva, laju
hormon yang sama dengan penyuntikan pertumbuhan larva sampai menjadi benih
dan tingkat kelulusan hidup larva sampai dosis ovaprim 0,5 ml (Khairuman dan
studi akhir selama penelitian. 4. Amri, 2014) dan (Suseno, D. 1994) dosis
Pengamatan kualitas air
1,0 ml dengan dosis yang berbeda
Pengukuran dan pengamatan
terhadap ikan mas satuan percobaan yang
kulitas air dilaksanakan pada pukul 07.00
digunakan adalah induk ikan mas
dan 17.00
a. Oksigen terlarut sebanyak tiga (3) yang masing-masing
b. Suhu beratnya kisaran satu kg dan tiga ekor
c. pH air jantan dengan kisaran berat masingmasing
d. Kecerahan 30 gram untuk induk betina dimasukkan
A. Analisis Data kedalam kolam yang telah ditentukan
Penelitian ini
yang didalamnya terdapat hapa yang
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
berukuran 2 m x 2 m dan kedalaman air
(RAL) dengan 3 perlakuan dan 3
ulangan. Untuk kisaran 50 cm, penempatan percobaan
mengetahui pengarauh perlakuan (cyprinus carpio), maka dilakukan terhadap
penyuntikan ovaprim dengan analisis ragam terhadap data yang dosis yang berbeda pada
ikan mas diperoleh.
Tabel 3. Perlakuan Yang Diberikan
Perlakuan
No Wadah Dosis
Ovaprim
1 P1 100% 0,3 ml Ovaprim
2 P2 100% 0,5 ml Ovaprim
3 P3 100% 1,0 ml Ovaprim
dilkukan secara acak dengan cara di lot.
Persentase masing-masing dosis Letak masing-masing
ditentukan berdasarkan pemakaian perlakuan RAL dalam penelitian ini
ovaprim, menurut (Susanto, 2014) setelah di lot adalah sebagai berikut :
menggunakan dosis 0,3 ml, penggunaan
1 P1 71,12 78,94
2 P2 80,13 88,51
3 P3 93,9 90,49
(ekor) 1. Jumlah Daya Tetas dan Kelulusan
NT = Jumlah larva pada akhir penelitian Hidup Larva
(ekor)
Data tingkat daya tetas dan
2. Asumsi
kelulusan hidup larva ikan mas (cyprinus
100
80
60
40
20 Daya tetas (%)
0 Kelulusan Hidup (%)
P1 P2 P3
1 2 3
setelah penyuntikan dengan penggunaan jelasnya dapat dilihat pada grafik 2. dosis
0,3 ml serta 1,0 ml dan lebih
1 2 3
dari peda perlakuan lainya dan waktu meningkatnya PGF2α di dalam darah
paling tertinggi pada P3 yaitu 693 menit akan meningkatkan kontraksi selaput
dari perlakuan dan pengguanan dosis folikel sehingga folikel dalam waktu
lainya, ini menunjukan adanya perbedaan yang lebih cepat akan berkontraksi dan
nyata lamanya waktu yang diperlukan terjadilah ovulasi.
sampai proses pemijahan selesai, Dari Perlakuan P1 ikan mas (cyprinus
hasil penelitia ini menunjukan, bahwa carpio) yang digunakan sudah maksimum
induk betina ikan mas (Cyprinus carpio) dengan demikian dapat dikatan bahwa
yang disuntikan dapat meningkatkan pemberian hormone ovaprim dapat
kosentrasi hormon gonedotropin didalam mempercepat proses pemijahan dan
darah, sehingga merangsang menghasilkan latensi waktu tercepat
perkembangan telur dan mempercepat 3. Kualitas Air
proses pemijahan ikan uji dengan latensi
waktu 650 menit, sedangkan penyuntikan
ovaprim pada dosis 0,5 ml dan 1,0 ml,
tidak terlalu berpengaruh terhadap
peningkatan gonadtropin.Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Epler
(1981) bahwa PGF2α ini sangat berperan
dalam kontaksi selaput folikel, dengan
Dari Tabel 6 diatas menunjukan perlakuan baik dalam proses penetasan bahwa
pengukuran kulitas air dari tiap dan kelulusan hidup larva dari tiap wada
pada wada aquariumdengan menujuhkan perpedaan yang nyata, untuk
menggunakan selang infus guna daya tingkat daya tetas pada perlakuan P1 yaitu
gerak air tidak berpengaruh pada saat daya 71,12 %, serta P2 yaitu 80,13 % dan P3
tetas dan larva selama proses pemeliaraan yaitu 93,9%. Pada tiap perlakuan daya
dari daya tetas serta awal sampai stadia tetas sangat berpengaruh nyata ini di
akhir larva. Fungsi pergantian air yaitu sebabkan tingkat kematangan gonad induk
untuk menyuplai DO, mejaga suhu, pH ikan mas (cyprinus carpio) dengan
dan keceraha agar stabil di wada pengguanaan dosis yang berbeda, dan
aquarium, guna untuk daya tetas dan kuwalitas telur yang dihasilkan. Pada
kelangsungan hidup larva selama perlakuan P3 Tingkat daya tetas daya
penelitian, lebih jelasnya disajikan tertinggi ini disebabkan kuwalitas telur
padaTabel 6. perlakuan, masih berada yang baik dibandingkan dengan perlakuan
pada batas toleransi yang baik sehingga P1 dan P2. Untuk kelulusan hidup larva
sampai stadi akhir larva pada perlakuan P1 pukul 17.00 – 20.00 frekunsi suntik
yaitu 78,94% serta P2 yaitu 88,51% dan dilakukan sebanyak satu kali dengan
P3 yaitu 90,49%, ini manandakan adanya menggunakan spoit berukuran 1 ml.
perbedaan tingkat kelululusan hidup larva
ikan mas (cyprinus carpio), ini pengaruhi b. Striping
Striping dilakukan 11 jam setelah
oleh kuwalitas larva dan benih yang
penyuntikan , ikan uji dinyatakan ovulasi
hasilkan dari tiap perlakuan yang
saat telur melalui lubang genitalnya.
diberikan dengan penggunaan dosis
Proses pengurutan dilakukan dengan cara
ovaprim, sehingga hasil yang diperoleh
berlahan dari atas menuju ke lubang
berbeda nyata baik dari daya tetas dan
genital pengurutan di hentikan apabila
kelulusan hidup larva.
telur yang dikeluarkan bercampur dengan
1. Penyuntikan dan Pengurutan
dara, agar hasil yang diharapkan bisa
Sebelum dilakukan penyuntikan
ikan dipuasakan terlebih dahulu. Hal ini optimal sesuai yang diharapkan.
bertujuan agar hormon yang akan Selanjutnya jika ikan uji pada
disuntikan memberi efek yang lebih baik pengurutan pertama tidak menunjukan
dan untuk mengosongkan perut sehingga tanda-t anda ovulasi maka pengurutan
sedikit berbentuk fase yang mengganggu berikutnya dilakukan setiap 1 jam sekali
pada saat pengeluaran telur. Dalam proses samapai terjadi ovulasi pada ikan uji.
2. Proses Pemijahan dan Daya Tetas telur yang dibuahi pada ikan yang
Telur
diujikan.
Proses pemijahan dalam penelitian
Kenyataan ini disebabkan karena
dilakukan dengan
telur yang menetas berasal dari telur yang
menggunakan akuarium, pengambilan
dibuahi sebelumnya dengan
sperma ikan jantan dantelur betina
meningkatnya nilai daya tetas telur.
dilakukan dengan cara pengurutan,
Persentase telur yang di tetaskan erat
seperma tersebut diletakan di dalam
hubungannya dengan terlur yang
mangkok kecil kemudian ditambahkan
terbuahi, walaupun telur yang dibuahi
larutan NaCl. Setelah diperolah telur dan
belum tentu dapat menjamin penetasan.
sperma kemudian di lakukan pembuhan
Namun semakin banyak telur yang
yakni dengan cara pencampuran telur dan
terbuahi maka semakin besar peluang
sperma di dalam baskom dan diaduk
telur untuk menetas.Perhitungan jumlah
dengan bantuan bulu ayam agar sperma di
telur yang menetas dilakukan setelah larva
dalam baskom dapat membuahi selulur
berumur 3 hari dengan cara mengambil
telur yang ada. Setelah itu pengambilan
larva tersebut degan menggunakan
sampel ditebar didalam wadah aquarium
mangkok kecil dan dipindahkan kewadah
yang telah diberikan kode perlakuan.
aquarium sambil dihitung jumlah hidup
Perhitungan jumlah telur yang terbuahi
larva ikan mas (cyprinus carpi). Dari hasil
dilakukan dengan cara volumettrik atau
penelitian tarnyata penggunaan dosis
manual yakni menghitung langsung telur
ovaprim 1,0 ml yang menghasilkan
yang berwarna kecoklatan dan transparan
jumlah telur yang terbuahi dan tingkat
yang dilakukan 1 jam setelah pemijahan.
daya tetas lebih tinggi dengan
(Khairuman, Susenda, Gunadi, 2007)
penggunaan dosis ovaprim 0,3 ml dan 0,5
Menetas merupakan saat terakhir
ml. Ini menunjukan perbedaan nyata kerna
pada masa inkubasi, yakni hasil dari
jumlah larva yang hidup menunjukan
beberapa proses sehingga embrio keluar
perbedaan yang jauh ini di akibat
dari cangkang (Wibowo, Bayu,.2011)
pengaruh tingakat kematangan gonad ikan
jumlah telur yang terbuahi pada P1, P.2
mas (cyprinus carpio), perlakuan yang
dan P.3 menunjukan bahwa peggunaan
diberikan dan pengaruh kulitas air selama
dosis ovaprim yang mempunyai potensi
penelitian. (Khairuman ,Susenda, Gunadi,
yang berbeda untuk meningkatkan jumlah
2007).