Anda di halaman 1dari 10

Kanker Payudara Meneror Wanita Indonesia

VIVA – "Saya berpikir, kalau umur saya tak lagi panjang, biarlah." Itulah bentuk
kepasrahan yang pernah diungkapkan mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak, Linda Gumelar, saat tengah berjuang kerjas untuk
sembuh dari kanker payudara.

Ketika divonis menderita kanker payudara, Linda merasa sangat galau, bahkan
khawatir dengan kondisi kesehatannya. Akhirnya dia memutuskan untuk
menjalani pengobatan di Belanda.

Selama menjalani proses pengobatan, di sana ia tinggal di Family House yang


disediakan oleh sukarelawan asal Belanda.

"Di sana saya diberikan tempat menginap di sebuah rumah namanya Family
House, rumah itu sama seperti rumah singgah untuk para pasien penderita
kanker," ujar Linda saat diwawancara beberapa waktu lalu.

Bukan hal yang mudah bagi Linda, berjuang menyembuhkan kanker payudaranya.
Dia ingat betul, lima tahun lamanya proses pengobatan di Belanda dia jalani.

Meski lima tahun jalani pengobatan panjang di Belanda, Linda tak pernah
menyerah. Dukungan anak, suami, keluarga, dan teman-teman menjadi alasan
buatnya untuk selalu berpikir positif dan yakin menemukan jalan keluar.

"Di sana lima tahun. Saya berpikir, kalau umur saya tak lagi panjang, biarlah.
Paling tidak saya sudah melakukan yang terbaik untuk diri saya sendiri,"
kenangnya.

Pengobatan yang dilakukan secara tekun tersebut akhirnya menyelamatkan


nyawanya. Pengalaman itulah yang menginspirasi Linda untuk membangun
rumah singgah untuk penderita kanker payudara di Jakarta yang bernama Rumah
singgah YKPI di jalan Nelly Anggrek Murni No.38, Jakarta Barat.
"Hal itu tentu menginspirasi saya untuk membangun rumah singgah untuk para
pasien penderita kanker yang sedang melakukan rawat jalan di Rumah Sakit
Dharmais," tambahnya.

Merasa beruntung bisa berhasil sembuh dari kanker payudara, ia pun tergerak
hatinya untuk terus memberikan dukungan dan bantuan untuk para penderita
kanker payudara. Linda Gumelar kian gencar melakukan kampanye kepedulian
kanker. Salah satunya dalam kegiatan kampanye kepedulian kanker yang digagas
oleh Perhimpunan Dokter Onkologi Radiasi Indonesia (PORI) bekerja sama
dengan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Komite Penanggulangan
Kanker Nasional (KPKN), dan berbagai organisasi peduli kanker lainnya.

Kanker payudara sendiri memang merupakan salah satu penyakit yang ditakuti
oleh wanita. Dilansir laman Yayasan Kanker Payudara Indonesia, rata-rata pasien
kanker payudara yang datang ke rumah sakit adalah pasien dengan kondisi sudah
lanjut.

Dari pengalaman yang dialami langsung oleh dokter Walta selama bekerja di RS
Dharmais juga dikatakan, sejak tahun 1997 ia menjadi ahli bedah, kasus kanker
payudara ternyata masih berada di atas 65 persen, pasien yang datang ke rumah
sakit tempat ia bekerja dan mereka datang dengan stadium lanjut.

"Bahkan sampai 2017 tidak ada peningkatan dan tingkat penurunan angka yang
datang, menurutnya pasien yang masih datang dengan stadium lanjut masih
berada di sekitaran 65 persen," kata dokter Walta.

Yang lebih mengerikan, data WHO menyebutkan bahwa estimasi jumlah


penderita kanker payudara akan meningkat hingga 300 persen pada tahun 2030.

Persoalan Serius

Kanker payudara adalah tumor ganas yang berawal dari sel payudara. Kumpulan
sel kanker membentuk tumor yang berkembang secara cepat di jaringan payudara,
dan bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain. Kanker payudara terjadi hampir
selalu pada wanita namun dapat terjadi pula pada pria.

Bertepatan dengan Hari Kanker Payudara Sedunia, 26 Oktober 2017, semakin


banyak langkah-langkah positif yang dilakukan berbagai lapisan msayarakat
untuk menurunkan angka penderita kanker payudara.

Bahkan semakin banyak lembaga ikut turun mengkampanyekan peduli dan cegah
kanker payudara. Ini dilakukan karena banyak pihak yakin, jumlah kasus itu bisa
diturunkan. Salah satunya dengan deteksi secara dini. Cara ini yang tengah
diupayakan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI),

Sepanjang Oktober – yang menjadi bulan peduli kanker payudara – YKPI


menyelenggarakan berbagai kegiatan terutama dalam memperluas kampanye
deteksi dini kanker payudara. Hal ini dilakukan dalam rangka mencapai visi YKPI
menuju Indonesia Bebas Kanker Payudara Stadium Lanjut 2030.

“Kanker payudara tidak dapat dihilangkan sama sekali, tetapi setidaknya tidak
dalam stadium lanjut sejalan dengan SDGs (Sustainable Development
Goals/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) yaitu meningkatkan kesehatan
perempuan," jelas Ketua YKPI Linda Agum Gumelar, saat Konferensi Pers
Bebaskan Indonesia dari Kanker Payudara Stadium Lanjut 2030 di Jakarta.

Menurut Linda, deteksi dini sangat penting. Tahun ini, kampanye deteksi dini
kanker akan lebih difokuskan di wilayah Indonesia bagian timur.

Tak hanya tingkat kesadaran yang rendah mengenai pentingnya deteksi dini,
sistem rujukan di era BPJS yang berbelit dan panjang, juga menjadi sorotan
YKPI. Sistem rujukan ini membuat pengobatan terlambat sehingga kanker sudah
terlanjur menyebar. Inilah yang menyebabkan kematian kanker payudara di
stadium lanjut tinggi.
“Era otonomi daerah seharusnya dapat mendorong pimpinan daerah lebih banyak
menyediakan fasilitas deteksi dini dan juga menyekolahkan dokter umum atau
sekolah pendidikan spesialis dan subspesialis onkologi sehingga pasien tidak
perlu dirujuk ke pusat atau rumah sakit di Jawa," tambah Linda.

Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular dari Kementerian Kesehatan


(P2PTM), dr. Lily. S. Sulistyowati MM, menambahkan kanker adalah salah satu
penyakit tidak menular yang saat ini menjadi persoalan serius di Indonesia.
Kanker payudara dan kanker serviks adalah dua jenis kanker dengan prevalensi
tertinggi. Setidaknya setiap 1 jam ada 1 penderita kanker payudara meninggal.

Masalah ini juga berujung pada pembiayaan kesehatan yang sangat tinggi. Tahun
2015 setidaknya menghabiskan 2,9 triliun untuk pengobatan kanker payudara.

"Karena itu kami akan terus menggalakkan upaya preventif dengan memperluas
deteksi dini," jelas Lily.

Program yang sudah dijalankan Kemenkes adalah Sadanis (Periksa Payudara


Klinis) yang mencakup deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks di
Puskesmas.

Sehat Demi Keluarga

Mengidap kanker payudara bagi seorang wanita, memang bisa meruntuhkan


kepercayaan diri. Bukan hanya dialami oleh Linda Gumelar, ibunda dari aktris
Chelsea Islan juga merupakan penderita dan survivor kanker payudara.

Sama halnya dengan Linda, semangatnya untuk sembuh sungguh luar biasa.
Meski harus kehilangan payudaranya, ia terus berjuang melawan sakitnya, dan
menyebarkan semangat untuk para penderita kanker payudara agar terus berusaha
untuk sembuh.
Ya, kanker payudara memang bukan penyakit biasa bagi semua orang, khususnya
kaum wanita. Terlebih, kasus tersebut memiliki angka yang cukup tinggi
dibandingkan penyakit kanker lainnya.

Sejak didiagnosia mengidap kanker payudara pada 2013, Samantha bertekad


untuk sembuh. Bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk suami serta anak-
anaknya.

Serangkaian pengobatan ia jalani, mulai dari pengobatan medis serta kemoterapi


dan radiasi. Tak hanya itu, Samantha juga harus kehilangan payudaranya melalui
mastektomi (operasi angkat payudara) karena sel kanker yang telah menyebar di
payudaranya.

Di sela-sela perawatannya, ibu kandung dari artis cantik Chelsea Islan itu bersama
dua orang temannya, mendirikan komunitas Lovepink dan menjadi ketua sejak
Oktober 2013. Kini, ia baru saja terpilih sebagai Healthy Fearless Survivor, di
salah satu program penghargaan kesehatan.

"Misi kami karena cinta dengan perempuan lainnya yaitu anak perempuan dan
para ibu. Dengan komunitas Lovepink, maka ibu-ibu harus sehat dan peduli pada
kesehatannya terutama payudaranya melalui SADARI agar tetap bisa
mendampingi keluarganya," ujar Samantha di acara BRAND's Health Awards
saat itu.

Survivor yang semangat menjalani hidup sehat tersebut, sangat berpengaruh


menularkan semangat positif kepada para pengidap kanker lainnya. Ia sangat aktif
dalam mengadakan kampanye pencegahan kanker payudara serta
menyebarluaskan kesadaran akan bahaya kanker.

Dengan begitu, Samantha percaya, kesadaran akan rentannya terserang kanker


payudara, dapat meningkatkan kewaspadaan para wanita di Indonesia melalui
komunitas Lovepink yang telah memiliki 500 anggota tersebut.
Deteksi Dini

Meski semakin banyak pihak gencar mengkampanyekan cegah kanker payudara,


namun penyebab kanker payudara secara khusus hingga saat ini masih belum
diketahui secara jelas. Meski begitu, ada beberapa kemungkinan yang bisa
dideteksi sebagai penyebab kanker payudara, yaitu berat badan tidak terkontrol,
konsumsi alkohol, memiliki riwayat kanker payudara sebelumnya,benjolan jinak
pada payudara, pengaruh genetika, faktor usia, paparan karsinogen.

Gejala kanker payudarapun dapat dideteksi dengan melihat dan merasakan


beberapa indikasi awal seperti adanya benjolan keras atau kulit tebal di area
payudara yang mungkin terasa gatal atau bisa jadi hanya terasa sakit ketika
ditekan. Gejala lain yang harus diwaspadai termasuk juga adanya pendarahan atau
keluarnya cairan tidak dikenal dari puting.

Tak hanya itu, perubahan bentuk puting menjadi lebih masuk ke dalam juga
menjadi gejala kanker payudara, termasuk juga saat melihat kulit payudara
menjadi keriput dan cenderung kemerahan.

Ketika kanker sudah menyebar, penderita akan merasakan nyeri pada bagian
tulang, menurunnya berat badan, dan membengkaknya bagian lengan.

Untuk menghindari semua gejala tersebut Menurut, dr. Riana Rikanti Hakim
SpRad (K) Onk, Spesialis Onkologi Radiologi dari Siloam Hospital TB
Simatupang, lagi-lagi menyarankan untuk melakukan SADARI. SADARI atau
periksa payudara sendiri ini bisa dilakukan dengan mudah. Bahkan, Riana
mengatakan bahwa hanya perlu meluangkan waktu selama kurang lebih 5 menit
untuk melakukan SADARI.

Di samping itu, Riana juga mengungkapkan ada waktu-waktu terbaik untuk


melakukan SADARI di rumah. Dia menganjurkan, paling tidak melakukannya
selama satu bulan sekali.
"Kalau misalnya masih menstruasi baiknya 7-10 hari sebelum menstruasi. kalau
menopause baiknya tetapkan awal atau akhir bulan," ungkap Riana saat ditemui
di Siloam Hospital TB Simatupang, Jakarta Selatan, Senin 23 Oktober 2017.

Riana sendiri menjelaskan, saat menstruasi hormon estrogen cenderung tinggi,


akibatnya banyak penumpukan di bagian payudara. Hal ini menyebabkan akan
sedikit terasa nyeri jika dilakukan pada saat menstruasi.

"Selain itu juga akan lebih nyaman tentunya jika pada saat tidak menstruasi," kata
dia.

Riana sendiri menyarankan untuk melakukan SADARI secara rutin setelah


menginjak usia 20 tahun. Karena di usia tersebut mempunyai risiko terpapar
penyebab kanker yang lebih tinggi.

"Bukannya yang di bawah (usia) itu tidak ada, untuk anak yang menstruasi
memang risiko ada, tapi tidak terlalu ganas, jadi memang sampai umur 20
dahulu," ungkap dia.

Tak hanya sekedar melakukan sadari, menjaga pola makan dan pola hidup sehat
juga sangat membantu tubuh melawan kanker. (ren)
PERAN PERAWAT

Menurut Potter & Perry (2005), peran perawat sebagai berikut :

a. Pemberi perawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan. Perawat membantu pasien
mendapat kembali kesehetannya melalui proses penyembuhan termasuk
memfokuskan asuhan pada kebutuhan pasien secara holistik meliputi
upaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial. Pemberian
asuhan membantu pasien dan keluarga dalam menetapkan tujuan dan
mencapai tujuan dalam waktu yang minimal.
b. Membuat kebutusan klinis
dalam memberikan perawatan efektif perawat menggunakan
keahliannya berfikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum
melakukan tindakan, perawat menyusun tindakan dengan menggunakan
pendekatan terbaik bagi tiap pasien. Perawat membuat keputusan sendiri
ataupun dengan pasien dan keluarga dengan bekerjasama serta
berkonsultasi dengan profesi kesehatan lain.
c. Pelindungan dan advokat pasien
Sebagai pelindung perawat membantu perawat mempertahankan
lingkungan yang aman bagi pasien, mencegah terjadinya kecelakaan, dan
melindungi dari efek suatu tindakan diagnostik dan pengobatan. Sebagai
advokat, perawat melindungi hak pasien secara manusia dan secara
hukum.
d. Manajer kasus
Perawat mengkoordinasi akti
e. Rehabilitator
f. Pemberi kenyamanan
g. Komunikator
h. penyuluh
1. Asuhan keperawatan pada klien yang akan dioperasi ditujukan untuk
mempersiapakan klien semaksimal mungkin agar bisa dioperasi dengan
baik pemulihan dengan cepat serta terbebas dari komplikasi pasca bedah.
2. Perawatan persiapan fisik yang harus dilakukan sebelum mengahadapi
operasi terdiri dari pemeriksaan status kesehatan fisik secara umum, status
nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, kebersihan lambung dan
kolon, pencukuran daerah operasi, personal hygine, serta latihan
praoperasi.
3. Peranan perawat dalam persiapan mental pasien dapat dilakukan dengan
memberikan informasi, penjelasan tentang tindakan persiapan operasi dan
memberikan kesempatan bertanya tentang prosedur operasi, menganjurkan
klien untuk berdoa serta kolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat
pre medikasi.
4. seorang perawat harus berperan sebagai motivator dan edukator bagi
pasien yang ditanganinya, seorang perawat juga sebagai mitra bagi pasien,
sebagai penolong untuk memenuhi kebutuhan pasien selama menjalani
pengobatan. sikap yang memenuhi tiga indikator yaitu kognitif, afektif,
dan konatif. sikap optimis yang diberikan oleh perawat kepada pasien
kanker besar pengaruhnya, supaya pasien semangat dalam menjalani
pengobatan dan kesembuhan terhadap penyakitnya.
REFERENSI

Lutfi,D. dkk. 2017. Kanker Payudara Meneror Wanita Indonesia.

http://m.viva.co.id/indepth/fokus/970838-kanker-payudara-meneror-wanita-
indonesia (diakses pada 28 oktober 2017)

Hasrul. Gisrang. 2015. Jurnal Keperawatan Sriwijaya

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&
cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjL5IyV3pTXAhUEU7wKHfuNADAQFg
gpMAA&url=http%3A%2F%2Fejournal.unsri.ac.id%2Findex.php%2Fjk_sr
iwijaya%2Farticle%2Fdownload%2F2333%2F1196&usg=AOvVaw2XxCT
zuZoKh9DD5NMCAJiE (diakses pada 28 oktober 2017)

Amaliah, R. 2013. Sikap Perawat Dalam Memotivasi Pasien Kanker Sebagai


Salah Satu Upaya Penyembuhan Di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai