Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Seiring dengan berjalannya waktu, setiap manusia di dunia ini pasti

akan mengalami proses menua, setiap orang yang menua akan disebut

dengan lansia dan lansia akan mengalami penurunan fungsi fisik sehingga

pemerintah mengadakan suatu program yang berbasis pada kesehatan lansia

yang dibentuk melalui posyandu lansia yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas kesehatan lansia dan masa tua yang bahagia.

Lanjut usia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik yang

dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup.sebagaimana

diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai

kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah,

seorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya,

yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusi yang normal, siapa orangnya,

tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan

mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya (Menurut

Darmojo,2004)

1
Proses menua merupakan proses yang terjadi sepanjang hidup manusia

yang tidak dimulai dari suatu waktu tertentu, akan tetapi dimulai sejak

awal kehidupan (Menurut Nugroho, 2008)

Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya

pelayanan kesehatan pada lanjut usia.posyandu sebagai suatu wadah yang

bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apa

bila proses kepemimpian terjadi proses pengorganisasian, adanya anggota

kelompok dan kader serta tersedianya pendanaan (Azizah, 2011).

Pemanfaatan posyandu melainkan suatu proses pengambilan keputusan

yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti nilai-nilai budaya,sosial

budaya, pengetahuan dan kesadaran akan kesehatan, pola relasi gander

yang ada dimasyarakat yang sangat mempengaruhi pola hidup dimasyarakat

(Kemenkes 2010). Dalam pelaksanaan kegiatan posyandu sering terdapat

kendala yang dihadapi oleh lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu

seperti, pengetahuan lansia yang rendah tentang posyandu, sikap lansia

yang kurang mendukung kegiatan posyandu, dukungan keluarga.

Pengetahuan lansia dan dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap

keaktifan lansia.

2
Pengatahuan adalah proses pemberian bukti oleh seseorang melalui

proses peringatan atau pengenalan informasi, fenomena, gagasan atau ide

yang diperoleh sebalumnya. Pengetahuan merupakan hasil tau suatu objek

(Notoatmodjo, 2007)

Lansia yang telah didasari dengan pengetahuan tentang pemanfaatan

posyandu lansia sangat berpengaruh penting dengan sikap dan perilaku

lansia saat menghadiri posyandu lansia dan dalam melakukan serangkaian

kegiatan yang diadakan di posyandu lansia.

Menurut WHO, di kawasan asia tenggara populasi lansia sebesar 8%

atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia

meningkat 3 kali lipat dari tahun 2013,pada tahun 2000 jumlah lansia

sekitar 5.300.000(7,4%) dari total populasi, dan tahun 2010 jumlah lansia

24.000.000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan

jumlah lansia mencapai 28.800.00 (11,34%), dari total populasi.Data Badan

Statistik menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun

2007 berjumlah 18,7 juta jiwa selanjutnya pada tahun 2010 meningkat

menjadi 23,9 juta jiwa (9,77%). Pada tahun 2020 di prediksikan jumlah

lanjut usia mencapai 28,8 juta jiwa(11,34%)(Kemenkes RI,2013). Dari data

kementrian kesehatan, saat ini ada 528 puskesmas santun lansia di 231

Kabupaten di Indonesia, jumlah kelompok lanjut usia yang memberikan

pelayanan promotif dan preventif ada 69.500 yang terbesar di semua

provinsi namun, implementasi posyandu lansia saat ini belum berjalan

3
maksimal (Kompas, 2013).Sedangkan di Desa Kumpai Batu Atas ada 126

lansia dan yang aktif ke posyandu lansia ada 60 orang.

Keaktifan lansia saat berada di posyandu merupakan bentuk

pengaplikasian dari pengetahuan tentang posyandu lansia yang di milikinya

jika pengetahuan lansia tentang posyandu lansia kurang maka sangat

perpengaruh pada keaktifan lansia saat mereka mengikuti serangkaian

kegiatan yang telah di adakan oleh posyandu lansia,pada saat di posyandu

lansia sangat seing ditemui lansia yang tidak aktif bahkan mereka ada

yang tidak hadir untuk mengikuti posyandu lansia yang telah dijadwalkan

satu bulan sekali,sedangkan bagi lansia yang rutin mengikuti posyandu dan

mereka aktif melakukan kegiatan yang ada di posyandu, rata-rata mereka

semua memiliki penetahuan tentang posyandu lansia dan mereka

mengetahui manfaat mengikuti posyandu lansia.

Untuk mengatasi permasalahan pengetahuan lansia dengan keaktifan

lansia saat mengikuti serangkaian kegiatan yang di adakan di posyandu

lansia maka perlu dilakukan pengkajian secara mendalam mengenai

permasalahan yang dihadapi di dasarkan pada pengetahuan dan keaktifan

lansia saat di posyandu maka di lakukan penelitian dengan judul

“Hubungan pengetahuan lansia dengan keaktifan lansia saat di posyandu

lansia di Desa Kumpai Batu Atas Kecamatan Arut Selatan Kabupaten

Kotawaringin Barat.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas penelitian dapat di

rumuskan masalah “Apakah ada hubngan antara pengetahuan lansia dengan

keaktifan lansia saat di posyandu lansia Desa Kumpai Batu Atas

Kecamatan Arut Selatan 2017?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan lansia dengan keaktifan lansia

saat di posyandu lansia di Desa Kumpai Batu Atas Kecamatan Arut

Selatan.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengidentifikasi pengetahuan lansia tentang keaktifan lansia di

posyandu lansia di Desa Kumpai batu Atas Kecamatan Arut Selatan.

2. Untuk mengidentifikasi keaktifan lansia saat di posyandu lansia di Desa

Kumpai Batu Atas Kecamatan Arut Selatan.

3. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan lansia dengan keaktifan

lansia saat di piosyandu lansia di desa Kumpai Batu Atas.

5
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan dengan keaktifan

lansia saat di posyandu lansia” maka hasilnya menyajikan informasi

tentang pengetahuan lansia dengan keaktifan lansia sehingga

penelitian ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan referensi

tambahan atau informasi tentang pengetahuan lansia dengan

keaktifan saat di posyandu lansia.

1.4.2. Manfaat praktis

1. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bahwa

pengetahuan lansia mempengaruhi keaktifan lansia saat di posyandu

lansia .

2. Bagi institusi

Penelitian ini bermanfaat menjadi acuan awal, referensi dan

pengetahuan yang terkait pengetahuan lansia dengan keaktifan saat

di posyandu lansia, bagi seluruh staf, dosen dan mahasiswa STIKes

ICME Jombang

6
3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini bisa menjadi dasar bagi peneliti selnjutnya yang

ingin meneliti permasalahan yang sama sehingga memiliki landasan

yang jelas.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan di sajikan konsep-konsep yang mendasari penelitian

antara lain:1) konsep pengetahuan 2) konsep keaktifan 3) konsep posyandu

lansia 4) hubungan pengetahuan dengan keaktifan.

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui

pendidikan, pengalaman orang lain, media masa maupu lingkungan

(Notoatmodjo, 2010)

2.1.1 Pengetahuan lansia

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Pengetahuan di perlukan sebgai dukungan dalam

menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan prilaku setiap hari, sehingga

dapat di katakana bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan lansia dapat diartikan

sebagai suatu fakta yang dapat mendukung atau menjadi dasar lansia dalam

melakukan suatu tindakan yang dilakukan oleh lansia.

8
Wawan 2010 mengunkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi

perilaku baru dalam diri orang tersebut menjalani proses berurutan: a) Awarnes,

dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap

stimulus. b) Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus. c) Evaluation

merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya stimulus

tersebut bagi dirinya. d) Trial, dimana orang telah mu;ai mencoba perilaku

baru. e) Adaption, dimana seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan kesadaran dan sikap.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo, 2010 mengemukakan domain kognitif yang mempunyai

enam tingkatan sebagai berikut:

1. Tahu (know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah di pelajari,dari

seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang di terima.cara kerja

untuk mengukur bahwa orang tau tentang apa yang di pelajari antara

lain: menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi dan mengatakan.

2. Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di

ketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

9
3. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada

situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat di artikan

sebagai pengguna hokum-hukam, rumus, metode, prinsip-prinsip dan

sebagainya.

4. Analisis (Analysis)

Kemampuan unruk menjabarkan meteri atau objek dalam suatu

komponen tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja mengelompokkan, menggambarkan dan

memisahkan.

5. Sintesis (synthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk

keseluruhan yang baru, dengan kata lain. Sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evalution)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau

objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang di tentukan sendiri atau

menggunakan kariteria yang sudah ada.

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo,

2010 antara lain:

10
1. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah ia

memahami hal baru dan menyelesaikan aneka persoalanyang berkaitan

dengannya.

2. Informasi

Seseorang yang memiliki keluasan informasi, akan akan semakin

memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

3. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat kepribadian seseorang

karena apa yang sampai pada dirinya, biasanya lebih dulu di saring

berdasarkan kebudayaan yang mengikat.

4. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu

maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedangkan

umur semakin banyak (semakin tua).

5. Sosial ekonomi

Tiingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup seseai dengan

penghasilan yang ada sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki

harus di gunakan semaksimal mungkin.begitupun dalam mencari bantuan

kesarana kesehatan yang ada mereka sesuaikan dengan pendapatan yang

ada.

11
2.1.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala

yang bersifat kualitatif, yaitu: a) baik: hasil persentase 76% - 100% b) cukup:

hasil persentase 56% - 75% c) kurang: hasil persntase > 56% ( Arikunto, 2006)

2.1.5 Pengukuran Pegetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang akan di ukur dari subjek penelitian

atau responden. Pengetahuan yang ingin di ketahuai atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2010)

Menurut Sugiono 2012, haisl pengukuran pengetahuan dengan menggunakan

hasil rata-rata keseluruhan dan diimplementaikan kedalam dua kategori, yaitu:

a) kategori pengetahuan baik, jika skot > mean. b) kategori pengetahuan tidak

baik, jika skor < mean.

2.2 Keaktifan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, aktif berarti giat (bekerja,

berusaha) keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu

berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan

(sardiman, 2001:98). Aktifitas fisik adalah giat aktif dengan mengutamakan,

membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan

12
mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Aktifitas pisikis (kejiwaan) adalah jika

daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya.

Keaktifan berasal dari kata aktif yang memiliki arti giat, gigih, dinamis dan

bertenaga atau sebagai lawan statis atau lamban dan mempunyai kecenderungan

menyebar atau berkembang (Suharso dan Retnoningsih, 2005).

Keaktifan adalah suatu suatu kesibukan yang dilakukan oleh seseorang

untuk memperoleh sesuatu (Soegondo, 2006). Keaktifan merupakan suatu

perilaku yang bisa dilihat dan keteraturan dari keterlibatan seseorang untuk

aktif dalam kegiatan.

2.2.1 Keaktifan Lansia

Keaktifan lansia dapat diasumsikan bahwa lansia yang aktif mengikuti

setiap kegiatan yang diadakan oleh posyandu lansia seperti olahraga senam

lansia, kegiatan pendidikan, jalan santai, menjalani pengobatan, pemeriksaan

kesehatan secara berkala,pemberian makanan tambahan, maka lansia tersebut

termasuk dalam kategori aktif (Ismawati dkk, 2010). Namum apabila lansia

tidak mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu lansia maka

mereka tergolong yang tidak aktif atau pasif. Keaktifan lansia dalam mengikuti

seluruh kegiatan posyandu lansia diharapkan akan membantu keberhasilan

program posyandu lansia dan dapat menurunkan angka keakitan pada lansia

(DepKes RI 2007)

13
Keaktifan lansia datang ke posyandu lansia adalah suatu frekuensi

keterlibatan dan keikutsertaan dalam mengikuti kegiatan posyandu secara rutin

setiap bulan dan merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan lansia dalam

lahpenentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena

perilaku merupakan kumpulan dari berbagai faktir baik nternal maupun

eksternal.

Menurut (Green, 2005) perilaku manusia yang terwujud dalam bentuk

keaktifannya untuk datang ke posyandu lansia ini merupakan refleksi dari

berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,

motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Didalam pengetahuan ada faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang salah satunya tingkat pendidikan.

Saat di posyandu lansia banyak lansia yang tidak aktif dari pada yang

aktif. Dari segi pendidikan lansia, mereka sebagian besar memiliki tingkat

pendidikan yang rendah, bahkan ada yang tidak sekolah sehingga untuk

memerima informasi tentang psyandu lansia merka kesulitan dan akhirnya

malas menghadiri posyandu lansia. lansia yang aktif datang keposyandu lansia

akan dapat meningkatkan derajat kesehatan lansia dan permasalahan-

permasalahan lansia,terutama masalah kesehatan yang muncul sebagai dampak

dari proses penuaan dapat dideteksi secara dini.

14
2.2.2 Lansia

Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas, lanjut usia

adalah suatu kejadian yang pasti akan di alami oleh semua orang yang di

karuniai usia panjang, terjadinya tidak bisa di hindari oleh siapapun (UU RI

No. 13 tahun 1988 tentang kesejahteraan pada BAB 1 pasal 1 ayat 2).Lanjut

usia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik yang dimulai dengan

adanya beberapa peruahan dalam hidup.sebagaimana diketahui, ketika manusia

mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan

anak. Ketika kondisi hidup berubah, seorang akan kehilangan tugas dan fungsi

ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusi

yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam

setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi

lingkungannya (Menurut Darmojo,2004)

Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah,

dimulai sejak lahir dan umumnya dimulai pada semua orang. Menjadi tua

merupakan proses seseorang mulai tiga tahap perubahan dalam kehidupan, yaitu

anak, dewasa dan tua. Tiga tahap perubahan ini yaitu perubahan secara

biologis,maupun psikologis (Nugroho, 2008). Memasui usia tua berate

mengalami kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur,

rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran mulai kurang jelas, mata

kabur, gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proporsional.

15
Nugroho (2008) menjelaskan tahap teori-teori penuaan yaitu:

1. Teori sosiologis

a. Teori interaksi sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada

situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.

Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan

kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuan

bersosialisasinya.

b. Teori aktifitas atau kegiatan

1) Ketentuan semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung.

Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang aktif adalah mereka

yang banyak ikutserta dalam kegiatan sosial. 2) lanjut usia dapat

merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktfitas dan mampu

mempertahankan aktifitas tersebut selama mungkin. 3) ukuran

optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia. 4)

mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar

tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.

c. Teori kepribadian berlanjut ( continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berlanjut pada lanjut usia.

Teori ini merupakan gabungan dari teori yang dissebutkan

sebelumnya. Teori in menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada

seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang

16
demikiannya teori ini mengemukakan adanya keseimbangan dalam

siklus kehidupan lanjut usia dengan demikian,pengalaman hidup

seseorag pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia

menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, prilaku,

dan harapan seseorang ternyata tidak berubah walaupun ternyata ia

telah lanjut usia

d. Teori pembebasan atau penarikan diri (disengagement theory)

Teori ini membahas putusnya pergaulan dan hubungan masyarakat

dan kemunduran individu lainnya.

2.2.3 Klasifikasi Lansia

(prasenilis) yaitu seorang yang berusia 45-59 tahun. b) lansia yaitu

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. c) lansia resiko tinggi yaitu

seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seorang yang berusia 60

lebih yang memliki masalah pada kesehatan. d) lansia potensial yaitu

lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat

menghasilkan barang atau jasa. e) lansia tidak potensial yaitu lansia yang

tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung peda orang

lain (Maryam dkk 2008). Sedangkan klasifikasi lansia menurut WHO

adalah sebagai berikut a) Elderly: 60-74 tahun b) Old: 75-89 tahun c)

Very old yaitu usia lebih dari 90 tahun.

17
Menurut teori yang dikemukakan oleh Azizah, 2011 disebutkan bahwa

lansia mengalami peribahan-perunahan yaitu:

1. Perubahan fisik

a) Perubahan system penglihatan pada lansia erat kaitannya dengan

presbiopi. Lensa kehilangan elastisitas dan kaku, kematian ketajaman

penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang.

b) system pendengaran presbiakusis, (gangguan pada pendengaran) oleh

karena hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam. c)

system integument pada lansia kulit dan kekurangan cairan sehingga

menjadi tipis dan bercak. Kekeringan kulit disebabkan atrofi glandula

sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada

kulit dikenal dengan liver spot.

2. System musculoskeletal

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bngkuk

(kifosis) persendian membesar dan menjadi kaku (atrifi otot), kram,

tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

3. System kardiovaskuler dan respirasi

Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrifi dan

kemmpuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jarigan

ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi SA node dan jaringan

konduksi berubah menjadi jaringan ikat. Otot-otot pernafasan kekuatannya

18
menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasias residu meningkat

sehingga menarik mafas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya

menurun, kemampuan batuk menurun serta terjadi penyempitan pada

bronkus.

4. Pencrnaan dan metabolisme

Perubahan yang terjadi pada system pencernaan, seperti penurunan

reproduksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata. Kesehatan gigi yang

buruk, indera pengecap menurun terutama rasa asin, asam, dan pahit.

Pada lambung rasa lapar menurun, asam lambung menurun. Peristaltic

melemah dan iasanya timbul konstipasi. Fungsi absorbs melemah, liver

mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran

darah.

5. System perkemihan

Pada system perkemihan terjadi perubahan yang signifikan seperti laju

filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.hal ini akan memberikan

efek dalam pemberian obat pada lansia, lansia akan kehilangan

kemampuan untuk mengekskresi obat atau produk metabolism obat. Pola

berkemih tidak normal, seperti banyak berkemih di malam hari, hal ini

menunjukkan bahwa inkontinensia urine meningkat (Ebersole and Hess,

2011)

6. System saraf

Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensori dan respon motorik

pada susunan syaraf pust dan penurunan reseptor proprioseptif, hal ini

19
terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan

morfologis dan biokimia , perubahn tersebut mengakibatkan penurunan

fungsi kognitif. Hal ni dapat dicegah dengan pemberian latihan

koordinasi dan keseimbangan serta latihan untuk menjaga mobilitas dan

postur (Surini dan Utomo, 2003).

2.2.4 Karakteristik Lansia

Lansia memiliki tiga karakteristik sebagai berikut: a)berusia lebih dari 60

tahun b) kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit,dari kebutuhan bio psiko sosio hingga spiritual,serta dari kondisi adaptip

hingga kondisi maladaptif c) lingkungan tempat tinggal yang berfariasi.

2.2.5 Tipe Lansia

Dalam nugroho (2000), banyak di temukan bermacam-macam tipe

lansia, beberapa yang menonjol di antaranya:

1. Tipe arif bijaksana

Lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Lansia ini sering mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang

baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan serta

memenuhi undangan.

20
3. Tipe tidak puas

Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses

penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik

jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang di sayang, pemarah,

tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit di layani, dan

pengkritik.

4. Tipe pasrah

Lansia yang selalu menunggu dn menerima nasib baik,mengikuti

kegiatan beribadat, ringan kaki melakukan berbagai jenis pekerjaan.

5. Tipe bingung

Lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian , mengasingkan diri

merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.

Lansia dapat pula di kelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung

pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan

ekonominya, tipe ini antara lain:

1. Tipe optimis

Lansia santai dan perian, penyesuaian cukup baik, memandang lansia

bebas dari tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti

kebutuhan pasifnya.

21
2. Tipe konstruktif

Mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mempunyai toleransi

tinggi, humoris, fleksibel dan sadar diri, biasanya sikap ini terlihat sejak

muda.

3. Tipe ketergantungan

Lansia ini masih dapat di terima di tengah masyarakat, tetapi selalu

tidak berambisi, masih sadar diri, tidak mempunyai inisiatif dan tidak

praktis dalam bertindak.

4. Tipe defensive

Sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan atau jabatan yang tidak stabil,

selalu menolak bantuan, emosi yang tidak terkontrol, memengang teguh

kebiasaan bersifat kompulsif aktif, takut menjadi tua menyayangi masa

pension.

5. Tipe militant dan serius

Lansia yang tidak mudah menyerah, serius senang berjuang dan bisa

menjadi panutan.

6. Tipe pemarah frustasi

Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu

menyalahkan oranglain,menunjukkan penyesuaian yang buruuk, dan

sering mengespresikan kepahitan hidupnya.

7. Tipe bermusuhan

Lansia yang selalu mengangap orang lain yang menyebabkan kegagalan,

selalu mengeluh, bersifat agresif dan curiga. Umumnya memiliki

22
pekerjaan yang tidak stabil di saat muda, menganggap menjadi tua

sebagai hal yang tidak baik, takut mati, iri hati pada orang yang masih

muda, senang mengadu untung pekerjaan, dan aktif menghindari masa

yang buruk.

8. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri

Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi,

mengalami penurunan sosio, ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri,

lansia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi,

menganggap usia lanjut sebagai masa yang tidak menarik dan berguna.

2.2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Lansia

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti

panyando lansia yaitu:

1. Pengetahuan lansia tentang manfaat posyandu lansia

Pengetahuan yang rendah tentang manfaat posyandu lansia dapat

menjadi kendala bagi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia.

pengetahuan yang salah tentang tujuan dan manfaat posyandu lansia

dapat menimbulkan salah persepsi yang akhirnya kunjungan keposyandu

lansia rendah (Purnama, 2010 dalam Dian Mahara Suseno, 2012).

2. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendukung minat dan

kesediaan lansia dalam mengikuti posyandu lansia. keluarga bisa

menjadi moivator kuat bagi lansia bila selalu menyediakan diri untuk

23
mendampingi atau mengantar lansia keposyandu, dan berusaha

mengatasi segala permasalahan bersama lansia (Erfandi, 2008 dalam

Dian Mahara Suseno, 2012).

3. Motivasi lansia

Motivasi adalah apa yang membuat seseorang bertindak,motivasi


merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang
dihadapinya (Nursalam, 2008 dalam Dian Mahara Suseno, 2012)
4. Kondisi fisik lansia

Mengingat kondisi fisik yang lemah sehingga mereka tidak bisa leluasa

menggunakan sarana dan prasarana, maka pemanfaatan pelayanan

kesehatan adalah menyediakan sarana dan fasilitas khusus bagi lansia.

hal ini dimaksudkan untuk mempermudah lansia melakukan aktivitasnya

dengan melibatkan peranserta masyarakat dan sebagainya (Notoatmodjo,

2007 dalam Dian Mahara Suseno, 2012)

2.3 Posyandu

Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh

dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait (Depkes RI 2006)

2.3.1 Posyandu Lansia

Pos pelayanan terpadu (posyandu) lanjut usia adalah suatu bentuk pelayanan

bagi lanjut usia, dengan proses pembentukannya dilakukan oleh masyarakat

bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM) dengan mengoptimalkan

pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan prventif (Komnas Lansia, 2010)

24
Posyandu lansia merupakan pos pelayanan terpadu yang di gerakkan

masyarakat di suatu wilayah tertentu yang sudah di sepakati, di mana mereka

bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. posyandu lansia merupakan

pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi

lansia yang menyelenggarakannya melalui program puskesmas dengan

melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi

sosial dalam penyelenggaraannya (Fallen dan Budi, 2011).

Pemanfaatan posyandu melainkan suatu proses pengambilan keputusan yang

dapat dipengaruhi oleh beberapa factor seperti nilai-nilai budaya, sosial budaya,

pengetahuan, dan kesadaran akan kesehatan, pola relasi gander yang ada di

masyarakat yang sangat mempengaruhi pola hidup di masyarakat (Kemenkes,

2010).

2.3.2 Tujuan Posyandu Lansia

Secara garis besar, setiap pembentukan posyandu lansia memiliki tujuan

sebagai berikut: a) meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di

masyarakat, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. b)

mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta

dalam pelayanan kesehatan selain itu menngkatkan komunikasi antara

masyarakat usia lanjut.

25
2.3.3 Sasaran Posyandu Lansia

Posyandu lansia memiliki dua sasaran yaitu sasaran langsung dan sasaran

tidak langsung, sasaran langsung yaitu tertuju pada a) kelompok pra usia lanjut

dari usia 45-59 tahun b) kelompok usia lanjut dari usia 60 tahun lebih c)

kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu dari usia 70 tahun ke atas.

Sedangkan tujuan posyandu lansia secara tidak langsung adalah bertujuan pada

a) setiap keluarga yang memiliki usia lanjut b)organissi sosial yang bergerak

dalam pembinaan usia lanjut c)untuk masyarakat luas.

2.3.4 Hambatan Pelaksanaan Posyandu Lansia

Dalam pelaksanaan posyandu lansia terdapat beberapa hal yang menjadi

hambatan pelaksanaan posyandu lansia yaitu:

a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang pemanfaatan posyandu lansia

Pengetahuan lansia tentang manfaat posyandu lansia dapat di peroleh

dari pengalaman kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri posyandu

lansia dan mengikuti kegitan di posyandu maka lansia akan

mendapatkan pengalaman sehingga pengetahuan lansia menjadi

meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong

minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu

lansia.

b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit di jangkau

26
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau

posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena

penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam

menjangkau posyandu lansia sangat berhubungan dengan faktor

keamanan atau seselamatan lansia, jika lansia merasa aman atau mudah

menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau

masalah yang lebih serius maka hal ini dapat mendorong minat lansia

untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia.

c. Kurangnya dukungan keluarga

Dukungan keluarga sangat berperan terhadap minat lansia untuk datang

ke posyandu lansi karena keluarga bisa menjadi motivator bagi lansia

apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar

lansia ke posyandu lansia dan untuk mengingatkan jika untuk ke

posyandu lansia dan membantu menyiapkan keperluan yang harus di

bawa ke posyandu lansia serta membatu mengatasi permasalahan yang

terjadi pada lansia.

d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu

Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas posyandu

merupakan dasar atas kesiapan atau kemauan lansia untuk mengikuti

kegiatan di posyandu lansia. dengan sikap yang baik tersebut lansia

cenderung untuk selalu hadir dan mengiuti semua kegiatan yang di

adakan di posyandu lansia, hal ini dapat di pahami karena sikap

seseorang merupakan sutu cerminan kesiapan seseorang untuk bereaksi

27
dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus

yang menghadapi suatu respon.

2.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Keaktifan Lansia Saat Di Posyandu

Lansia

Pengetahuan lansia sedikit banyaknya akan pempengaruhi keaktifan lansia

saat di posyandu lansia karena lansia yang memiliki pengetahuan yang cukup

akan mengikuti seluruh kegiatan yang sudah diadakan oleh posyandu lansia,

sedangkan lansia yang pengetahuannya kurang mereka akan malas dalam

mengikuti seluruh kegiatan yang diadakan di posyandu lansia.

Keaktifan lansia saat diposyandu lansia bisa terjadi karena ada beberapa

faktor yang dapat mendukung munculnya keaktifan lansia salah satunya adalah

pengetahuan lansia yang cukup tentang posyandu lansia. Pengetahuan merupakan

hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu:

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.sebagian besar

pengetahuan manusia di peroleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain,

media masa maupu lingkungan (Notoatmodjo, 2010). Untuk memliki

pengetahuan yang cukup ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain: a)

tingkat pendidikan b) informasi c) budaya d) pengalaman e) sosil ekonomi.

Pengetahuan yang cukup akan mengakibatkan keaktifan lansia dalam

mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang diadakan di posyandu lansia karena

28
mereka sudah didasari suatu pengetahuan yang akan mendorong atau

memotivasi mereka dalam menjalankan kegiatan di posyandu lansia.

2.5 Jurnal Terkait

1. penelitian dengan judul hubungan antara dukungan sosial dengan

keaktifan lansia, yang diteliti oleh Nabila Khoirunnisa pada tahun 20013

yang menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan

cross sectional dengan tekhnik Chi Square, dan memperoleh hasil

penelitian sebesar p-Value 0,001 dan nilai korelasi sebesar 0,502 bahwa:

a) dukungan sosial pada lansia di posyandu lansia Asiyah Desa Pakisa

Kecamatan Cawes Kabupaten Klaten sebagian besar aalah cukup. b)

tingkat keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia

Asiyah di Desa Paisan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten adalah

sebagian besar aktif mengikuti kegiatan. c) terdapat hubungan yang

signifikan antara dukungan sosial denagn keaktifan lansia dalam

mengikuti kegiatan posyandu lansia Asiyah di Desa Pakisan Cawas

Klaten dengan keeratan hubungan adalah cukup.

2. Penelitian dengan judul hubungan antara pengetahuan antara pengetahuan

dengan keaktifan lansia datang keposyandu lansia, yang diteliti oleh

Manik R dan Endang pada tahun 2013, dengan metode penelitian

Analitik Korelasi dengan pendekatan Cross Sctional dan memperoleh

hasil uji statistik antara pengetahuan dengan keaktfan didapatkan nilai

0,872 yang lebih besar dari 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya

29
tidak ada hubungan antara pengetahun dengan keaktifan lansia datang

keposyandu lansia di Dusun Kudu Desa Kudu Banjar Kecamatan Kudu

Kabupaten Jombang.

3. Penelitian dengan judul hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan

keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan di posyandu

lansia, yang diteliti oleh Dian Puspitasari pada tahun 2014, dengan

menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif

menggunakan pendekatan Cross Sectional dan memperoleh hasil

penelitian diketahui 61,5% mempunyai pengetahuan yang baik,46,2%

menapatkan dukungan keluarga kategori cukup 60,3% tidak aktif dalam

mengikuti kegiatan posyandu lansia.

30
2.6 Kerangka teori

pengetahuan keaktifan

Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang mempengaruhi


mempengaruhi keaktifan:
pengetahuan:(Notoat
modjo,2010) 1. Pengetahuan lansia tentang manfaat
posyandu lansia(Purnama,2010dalam
1. Tingkat Dian Mahara Suseno,2010)
pendidikan 2. Dukungan
2. Informasi keluarga(Erfandi,2008,dalam Dian
3. Budaya Mahara,2012)
4. Pengalaman 3. Motivasi lansia(Nursalam,2008
5. Sosial ekonomi. dalam Dian Mahara Suseno2012)
4. Kondisi fisik
lansia(Notoatmodjo,2007 dalam Dian
Mahara Suseno 2012)

Kriteria tingkat Kriteria keaktifan:


pengetahuan (Dimodifikasi dari
(Arikunto,
pedoman penilaian LPPL)
2006)
1. Baik 1. Aktif
2. Cukup
2. Kurang aktif
3. kurang
3. Tidak aktif

31
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan konsep-konsep yang diamati


atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1

Pengetahuan lansia Keaktifan lansia

Kriteria tingkat Kriteria keaktifan:


pegetahuan:
1. Aktif
1.Baik 2. Kurang aktif
2.Cukup 3. Tidak aktif

3.kurang

3.1 Gambar kerangka konsep hubunga pengetahuan dengan keaktifan lansia saat

di posyandu lansia di Desa Kumpai Batu Atas.

1. Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan

terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu: indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. sebagian besar pengetahuan

32
manusia di peroleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media

masa maupu lingkungan (Notoatmodjo, 2010)

2. Keaktifan lansia dapat diasumsikan bahwa lansia yang aktif mengikuti

setiap kegiatan yang diadakan oleh posyandu lansia seperti olahraga

senam lansia, kegiatan pendidikan, jalan santai, menjalani pengobatan,

pemeriksaan kesehatan secara berkala,pemberian makanan tambahan,

maka lansia tersebut termasuk dalam kategori aktif (Ismawati dkk,

2010). Namum apabila lansia tidak mengikuti setiap kegiatan yang

dilaksanakan oleh posyandu lansia maka mereka tergolong yang tidak

aktif atau pasif. Keaktifan lansia dalam mengikuti seluruh kegiatan

posyandu lansia diharapkan akan membantu keberhasilan program

posyandu lansia dan dapat menurunkan angka keakitan pada lansia

(DepKes RI 2007)

3.2 Hipotesis

Menurut notoatmodjo (2010), hipotesis adalah jawaban sementara penelitian,


patokan duga atau andil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut. Adapun:

H1 : Ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan lansia saat di posyandu


lansia di Desa Kumpai Batu Atas.

Ho :tidak ada hubungan pengetahuan lansia dengan keaktifan lansia saat di


posyandu lansia di Desa Kmpai Batu Atas.

33
BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salahsatu tahapan yang diperhatikan dengan

sebaik-baiknya agar peneliti dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan

penelitian (Salamah, 2008). Pada bab ini akan disajikan :1) Desain penelitian.

2) Populasi, sampling, sampel. 3) Identifikasi variabel penelitian dan definisi

operasional . 4) Prosedur penelitian. 5) Pengumpulan data. 6) Etika penelitian.

7) Batasan penelitian.

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

4.1,1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan maret sampai dengan juni 2017.

4.1.2 Tempat Penelitian

yang berlokasi di Posyandu lansia Desa Kumpai Batu Atas Kabupaten

Kotawaringin Barat Kecamatan Arut Selatan.

4.2 Desain Penelitian

4.2.1 Desain penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang penting dalam penelitian,

memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi akurasi suatu hasil.Desain penelitian sebagai bentuk petunjuk

34
peneliti dalam perencnaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu

tujuan atau menjawab (Nursalam, 2003).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analitik

Korelational dengan pendekatan Cross Sectional.pendekatan Cross Sectional

ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor

resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian

hanya diobservasi sekali saja dalam pengukuran dilakukan terhadap status

karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan ( Notoatmodjo, 20010).

4.2.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalm penelitian ini adalah desktiptif

kuantitatif yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data

numerik (angka) menggunakan metode statistik melalui pengujian hipotesa (

Notoatmodjo, 2012). Pendekatan yang digunakan adlah Cross Sectional dimana

variabel independen dan dependen dinilai hanya satukali saja dan diukur pada

waktu yang sama (Sugiyono, 2012)

4.3 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur penelitian, mulai desain

hingga analisis data ( Hidayat, 2008).

35
Perumusan Masalah

Hubungan pengetahuan lansia dengan keaktifan lansia saat di


posyandu lansia di posyandu lansia Desa Kumpai Batu Atas
Kabupaten Kotaaringin Barat Kecamatan Arut Selatan

Populasi

Seluruh peserta posyandu lansia di posyandu lansia Desa Kumpai


Batu Atas sebanyak 126 orang.

Sampel

Sebagian peserta posyandu lansia Desa Kumpai Batu Atas sebanyak


orang

Pengumpulan data

1. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner pengetahuan


lansia sebanyak 17 soal.
2. pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner keaktifan lansia
sebanyak 10 soal

Analisa data

Setelah data terkumpul data lalu diproses melalui proses editing,


coding, skoring, dan tabulating.

Penyajian data

Data yang sudah dianalisa disajikan dalam bentuk tabel distribusi

Desiminasi hasil penelitian

Hubungan pengetahuan lansia dengan keaktifan lansia saat diposyandu


lansia Desa Kumpai Batu Atas

36
Gambar 4.3 kerangka kerja hubungan pengetahuan lansia dengan keaktifan

lansia saat di posyandu lansia Desa Kumpai Btu Atas Kecamatan

Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat

4.4 Populasi, Sampel dan Sampling

4.4.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu

yang akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja (

Sugiono, 2009). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta posyandu

lansia di Desa Kumpai Batu Atas Kecamatan Arut Selatan Kabupaten

Kotawaringin Barat.

4.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian kecil yang dimbil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).

Sampel pada peneltian ini adalah diambil dari seluruh peserta posyandu

lansia di Desa Kumpai Batu Atas Kecamatan Arut Selatan Kabupaten

Kotawaringin Barat.

Penentuan sampel pada penelitian menggunakan rumus Slovin (Sugiyono, 2011)

sebagai berikut :

n= N

1 + 𝑁. 𝑒 2

37
Ket : N= Jumlah populasi

𝑒 2 = Tingkat signifikan / tingkat kesalahan yang dipilih (e=0,1).

n = Jumlah sampel

Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut :

Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar

Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil

n = 126

1 + 126.0,22

= 126
1+5.04

= 126
6,04
= 20,86=21
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah peserta posyandu lansia

Desa Kumpai Batu Atas Kabupaten Kotawaringin Barat sebanyak 21

responden.

4.4.3 Sampling

Metode sampling adalah membicarakan bagai mana menata berbagai tekhnik

dalam penarikan atau pengambilan sampel penelitian, bagaimana kita merancang

tatacara pengambilan sampel agar menjadi sampel yang representatif. Metode

38
sampling yang digunakan tidk boleh meninggalkan faktor-faktor yang harus

dipertimbangkan dalam memperoleh sampel yang representatif itu (Arikunto,

Suharsimi, 2006)

Tekhnik sampling yang digunakan adalah “simpel random sampling” (

sampel yang diambil secara acak sederhana ) merupakan tekhnik pengambilan

sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada semua populasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta posyandu lansia di Desa

Kumpai Batu Atas Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat yang

bersedia untuk dijadikan responden berjumlah 21 orang. Sampel disini adalah

semua peserta posyandu lansia di Desa Kumpai Batu Atas Kecamatan Arut

Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat responden dilihat dari pengetahuan lansia

tentang posyandu lansia, kehadiran keposyandu lansia dan keaktifan lansia saat

diposyandu lansia di Desa Kumpai Batu Atas Kecamatan Arut Selatan

Kabupaten Kotawaringin Barat.

1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum objek penelitian dan suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti ( Nursalam. 2003 ).

Kriteria inklusinya adalah:

1. Lansia yang bersedia dijadikan responden

2. Lansia yang menghadiri posyandu lansia

3. Lansia yang aktif saat diposyandu lansia

39
1. Kriteria eksklusi

1. Lansia yang tidak menghadiri posyandu lansia

2. Lansia yang sedang sakit.

4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Vriabel

4.5.1 Identivikasi Variabel

Variabel merupakan suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu ( Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam penelitian ini ada dua

macam yaitu :

1. Variabel independen adalah variabel bebas yang bila ia berubah akan

mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel ndependen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan lansia.

2. Variabel dependen adalah variabel yang berubah akibat perubahan

variabel bebas. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini

adalah keaktifan lansia.

4.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Definsi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan

40
ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana

variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2008).

4.5.3 Tabel Definisi Operasional

N Variabel Definsi Indikator Alat skala Skor/kateg


o Operasional
ukur ori

1 Pengetahu Pengeahuan 1. Tingkat kuesion ordinal Baik :


an lansia lansia er
merupakan pendidika 76%-
pengetahuan
yang dimiliki n 100%
oleh setiap
lansia yang 2. Informasi Cukup :
meliputi
pengetahuan 3. Budaya 56%-75%
tentang
posyandu lansia, 4. Pengalam Kurang :
pengetahuan
mengenai an ≥ 56%
manfaat
posyandu lansia 5. Sosial
dan
pengetahuan ekonomi
mengenai
seluruh kegiatan
yang
dilaksanakan di
posyandu lansia
serta dapat
mengaplikasiaka
nnya
2 Keaktifan Keaktifan 1. Pengetahu kuesion ordinal Aktif :70-
lansia merupakan an lansia er
suatu perilaku tentang 84%
yang bisa manfaat
dilihat dan posyandu
keteraturan dari lansia
keterlibatan 2. Dukungan
lansia untuk keluarga

41
aktif dalam 3. Motivasi Kurang
kegiatan di lansia
posyandu 4. Kondisi aktif :40-
fisik
lansia 45%

Tidak

aktif :0-

39%

4.6 Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data

4.6.1 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun dengan

maksud untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif maupun data

kuantitatif (Nursalam, 2013). Dalam pengumpulan data pada penelitian

digunakan alat berupa kuesioner yang diberikan pada responden yang

memenuhi kriteria. Kuesioner dalam penelitian diartikan sebagai daftar

pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik dan responden memberikan

jawaban dengan tanda-tanda tertentu (Arikunto, 2010). Alat ukur atau instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Variabel pengetahuan

jumlah pertanyaannya ada 17 pernyataan dan variabel keaktifan ada 10

pertanyaan. Sebelum diberikan kepada responden maka kuesioner harus valid

42
dan reliable, untuk peneliti melakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap

kuesioner yang telah dibuat.

4.6.2 Uji validitas.

4.7.3 Uji Validitas

1. Uji Validitas

Pengujian yang pertama dilakukan adalah pengujian validitas kuesioner. Uji

validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.

Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti dilakukan uji validitas dengan rumus

rProduct moment, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen

dengan rumus (Arikunto, 2010):

N  x. y   x  y 
rxy 
N  x 2

  x  N  y 2   y 
2 2

Keterangan:

rxy : Korelasi

N : Jumlah sampel

Validr xy > rxy tabel

Tidak valid rxy < rxy table

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu

hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali

43
atau lebih. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu

alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Untuk mengetahui

reliabilitas kuesioner, penelitian ini menggunakan pendekatan pengukuran

reliabilitas konsistensi internal dengan menghitung koefisien alpha

Koefisien alpha ini berkisar antara 0 sampai 1. Suatu konstruk atau

variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6.

Mengetahui reliabilitas digunakan rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto,

2010):

 k 
rxy    1
  b2 

 k  1   2t 

Keterangan:

rxy : Realibilitas

k : Jumlah butir soal

2b : Varian skor setiap butir

2t : Varian total

4.6.3 Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam

penelitian (Hidayat, 2008). Penelitian ini metode pengumpulan data

menggunakan kuesioner.

4.6.3 Bahan dan Alat

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

Kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

44
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang

dia ketahui (Arikunto,2012).

1. Kuesioner untuk pengetahuan lansia.

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari pertanyaan yang

menggunakan skala ordinal

2. Kuesioner untuk keaktifan lansia

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari pertanyaan yang

menggunakan skala ordinal.

4.7 Pengolahan dan Analisa Data

4.7.1 Pengolahan data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, kemudian

dilanjutkan dengan pengolahan data, Menurut Notoatmodjo (2012), pengolahan

data meliputi sebagai berikut :

1. Editing

Memeriksa data yang terkumpul untuk meneliti kelengkapan jawaban

responden yang diberikan yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada

kesesuaian antara semua pertanyaan yang diberikan dengan jawaban.

2. Coding

Memberi tanda pada alat peneliti untuk memudahkan dalam analisa data.

Misalnya skala penilaian satu untuk jawaban benar dan nol untuk

jawaban salah.

45
3. Entry data

Merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam

master tabel atau database kompurer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.

4. Tabulating

Memasukkan data jawaban responden dalam tabel sesuai dengan skor

jawaban kemudian dimasukkan dalam

4.7.2 Analisa data

1. Univariat

Analisis univariate dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkandistribusi dan

persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010) yaitu variabel pengetahuan

lansia dan variabel keaktifan lansia.

Untuk mengukur keaktifan lansia digunakan skala guttman. Pada

skala guttman disediakan dua alternative jawaban. Dalam skala guttman

didapat jawaban yang tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, positif

atau negatif dan lain lain.

Kemudian dari jawaban responden masing-masing item pertanyaan

dihitung tabulasi. Untuk variabel pengetahuan dikategorikan menjadi :

a. Baik : 76 – 100%

b. Cukup : 56 – 75%

c. Kurang : 0.56% (Arikunto, 2006).

46
Sedang untuk variabel keaktifan dikategorikan menjadi :

a. Aktif :70-84%

b. Kurang aktif :40-45%

c. Tidak aktif :0-39%

2. Bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010), yaitu kriteria variabel

pengatahuan lansia dengan keaktifan lansia.

Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

hubungan pengetahuan lansia dengan keaktifan lansia saat di posyandu

lansia desa kumpai batu atas. Analisis bivariat di;lakukan dengan

menggunakan uji chi square dengan bantuan SPSS 23 :

Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis dengan

tingkat kepercayaan 95%, yaitu sebagai berikut (Ghozali, 2011) :

1. Jika nilai sig p ≤ α (0,05), maka Ho ditolak, yang artinya variabel

tersebut memiliki hubungan yang bermakna.

2. Jika nilai sig p > α (0,05), maka Ho gaga tolak, yang artinya variabel

tersebut tidak memiliki hubungan yang bermakna.

47
4.8 Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2010) masalah etika keperawatan merupakan masalah

yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan

hubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:

1. Informed concent

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

reponden peneliti memberikan lembar persetujuan (Hidayat, 2010).

Lembar persetujuan diberikan pada pasien yang akan diteliti untuk

bersedia menjadi responden. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan

peneliti yang dilakukan. Jika pasien bersdia diteliti dan menjadi

responden, maka mereka harus menandatanggani lembar persetujuan

tersebut.

2. Anonimity

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek peneliti dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode, alamat, umur dan jenis kelamin pada

lembar pengumpulan data atau hasil peneliti yang akan disajikan

(Hidayat, 2010).

3. Confidentially

48
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil peneliti, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2010)

Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti.

Hanya data tertentu saja (yang dibutuhkan) yang akan dicantumkan

sebagai hasil peneliti.

4.9 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini merupakan penelitian kuantatif, yaitiu mengunakan

kuesioner yang tersebar, sehingga tidak dapat mengkaji lebih dalam

materi penelitian, dibandingkan dengan wawancara.

2. Penelitian ini mengunakan kuesioner dimana responden yang

mengisi/menuliskan jawabannya dibimbing oleh peneliti yang kadang-

kadng diikuti dengan persepsi jelek responden pada kuesioner dan

peneliti menghargai hal tersebut.

3. Penelitian ini hanya mengenai kinerja perawat dimana masih banyak hal

yang mempengaruhi kepuasan pasienyang belum diikut sertakan sebagai

variabel penelitian.

49
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Pt Rhineka Cipta:

Jakarta.

Arikunto, S. 2012.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Pt Rhineka Cipta:

Jakarta.

Alimul Hidayat A.A., 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradikma Kuantitatif,

jakarta : Heath Books

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).

Jakarta : Rhineka Cipta

Darmojo. 2004 Buku Ajar Geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut).

Fallen dan Budi. 2011 Keperawatan Komunitas. Yogyakarta Nuha Media

Https://yessydiah.wordpress.com/2012/08/18/keaktifan-lansia-mengikuti-posyandu-
lansia/

Hidayat, A.A.A. 2008. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Komisi Nasional Lanjut Usia. Profil lanjut usia. 2009 Komnas Nasional Lanjut

Usia 2010

Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

50
Notoatmodjo,S.(2010). Metodologi penelitian kesehatan. Edisi revisi. Jakarta rineka

cipta.

Notoatmodjo, S. 2007 Promosi kesehatan dan ilmu prilaku . Jakarta:Rineka

Cipta

Notoatmodjo, S. 2010 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta

Nursalam, 2008 Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu

Keperawatan Jakarta:Selemba Medika

Sudirman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raj

Grafindo Persada

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

AFABETA, cv.

Sugiono, S. 2012.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Pt Rhineka Cipta:

Jakarta.

51
Kuesioner Pengetahuan lansia saat di posyandu lansia Desa Kumpai
Batu Atas Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat.

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan terakhir :

No Pernyataan pengetahuan lansia Ya Tidak

52
53

Anda mungkin juga menyukai