DI SUSUN OLEH :
YULI YANTI
176410095
JOMBANG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
4. TANDA GEJALA
4. PATOFISIOLOGI
Bakteri/virus
Peradangan alveolus
Nyeri Suhu tubuh meningkat
(parenkim paru)
MK : Risiko tinggi
Ekstrapasasi cairan kekurangan cairan
sirosa ke dalam alveoli
Produksi sputum
Terbentuknya eksudat meningkat
dalam alveoli
Sputum bau dan kental
Kerusakan
jaringan paru O2 ke vena alveolar
Anoreksia
kapiler terhambat
MK : Gangguan MK : Gangguan
Hipoksemia
pola nafas pemenuhan
nutrisi
MK : Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
5. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem Pernafasan
Semua sel hidup membutuhkan suplai oksigen yang konstan supaya dapat
mempertahankan metabolismenya. Oksigen yang terdapat di udara dan sistem
pernapasan dibentuk melalui suatu cara sehingga udara dapat masuk ke dalam paru-
paru. Disini sejumlah oksigen diekstraksi dan digunakan oleh tubuh dan pada saat
yang sama karbondioksida dan uap air dikeluarkan.
1. Hidung
Hidung bagian luar (eksternal) merupakan bagian hidup yang terlihat, dibentuk
oleh dua tulang nasal dan tulang rawan. Keduanya dibungkus dan dilapisi oleh
kulit dan disebelah dalamnya terdapat bulu-bulu halus (rambut) yang membantu
mencegah benda-benda asing masuk kedalam hidung. Kavum nasalis adalah
suatu lubang besar yang dipisahkan oleh septum. Beberapa tulang di sekitar
rongga nasal berlubang. Lubang di dalam tulang tersebut disebut sinus
paranasalis, yang memperlunak tulang dan berfungsi sebagai ruang bunyi suara,
menjadikan suara beresonasi. Semua sinus paranasalis dilapisi oleh membrane
mukosa dan semua terbuka ke dalam rongga nasal, dimana mereka dapat
terinfeksi.
2. Faring
Bagian sebelah atas faring dibentuk oleh badan tulang sfenoidalis dan sebelah
dalamnnya berhubungan langsung dengan esophagus. Pada bagian belakang,
faring dipisahkan dari vertebra servikalis oleh jaringan penghubung, sementara
dinding depannya tidak sempurna dan berhubungan dengan hidung, mulut, dan
laring.
3. Laring
Laring merupakan lanjutan bagian bawah orofaring dan bagian atas trakea.
Disebelah atas laring, terletak tulang hyoid dan akar lidah. Otot leher terletak di
depan laring dan di belakang laring terletak laringofaring dan vertebra servikalis.
Pada sisi lain terdapat lubang kelenjar tiroid. Laring disusun oleh beberapa tulang
rawan tidak beraturan yang dipersatukan oleh ligament dan membrane-membran.
4. Trakea
Trakea dimulai dari bagian bawah laring dan melewati bagian depan hidung
menuju dada. Trakea dibagi atas bagin kiri dan bagian kanan bronkus utama yang
sejajar dengan vertebrae thoracicae yang kelima. Panjangnya sekitar 12cm.
istmus kelenjar tiroid memotong bagian depan trakea dan lengkung aorta di
sebelah bawahnya, dengan ‘manubrium sernum’ didepannya. Esophagus terletak
dibelakan trakea, memisahkannya dari badan vertebra torasik. Pada sisi-sisi lain
trakea terdapat paru-paru, dengan lobus kelenjar tiroid di sebelah atasnya.
Dinding trakea tersusun atas otot involunter dan jaringan fibros yang diperkuat
oleh cincin tulang rawan hyaline yang tidak semourna. Defisiensi dalam tulang
rawan terletak pada bagian belakang, dimana trakea bersentuhan dengan
esophagus. Ketika suatu lobus makanan ditelan, esophagus mampu mengembang
tanpa gangguan, tetapi tulang rawan mempertahankan kepatenan jalan napas.
Trakea dihubungkan dengan epithelium yang mengandung sel-sel goblet yang
menyekresi mucus. Silia membersihkan mucus dan partikel-partikel asing yang
dihisap kearah laring.
5. Paru-paru
Paru-paru adalah dua organ yang terbentuk seperti bunga karang besar yang
terletak di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru-
paru memanjang dari akar leher menuju diafragma dan secara kasar berbentuk
kerucut dengan puncak disebelah atas dan alas disebelah bawah. tulang rusuk,
tulang rawan kosta, dan tulang rawan interkosta terletak di depan paru-paru dan
dibelakang mereka adalah tulang rusuk, otot interkosta, dan prosesus transversal
vertebra torasik. Di antara paru-paru terdapat mediastinum, yang dengan
sempurna memisahkan satu sisi rongga torasik dari sisi lainnya, yang merentang
dari vertebra di belakang sampai sternum di sebelah depan. Di dalam
mediastinum terdapat jantung dan pembuluh darah besar, trakea dan esophagus,
duktus torasik an kelenjar timus. Paru-paru di bagi menjadi lobus-lobus. Paru-
paru sebelah kiri nenpunyai dua lobus, yang dipisahkan oleh ‘’belahan yang
miring’’. Lobus superior terletak di atas dan di depan lobus inferior yang
berbentuk kerucut. Paru-paru sebelah kanan mempunyai tiga lobus. Lobus bagian
bawah dipisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang sama terhadap lobus
inferior kiri. Sisa paru lainnya dipisahkan oleh suatu fisura horizontal menjadi
lobus atas dan lobus tengah. Setiap lobus selanjutnya dibagi menjadi segmen-
segmen yang disebut bronco-pulmoner, mereka dipisahkan satu sama lain oleh
sebuah dinding jaringan konektif, masing-masing satu arteri dan satu vena.
Masing-masing segmen juga dibagi menjadi unit-unit yang disebut lobules.
6. Bronkus
Dua bronkus utama dimulai pada trakea yang bercabang dua. Setiap cabang
tersebut masuk ke dalam setiap paru. Bronkus utama sebelah kiri lebih sempit,
lebih panjang, dan lebih horizontal. Daripada bronkus utama sebelah kanan
karena jantung terletak agak ke kiri dari garis tengah. Setiap bronkus dibagi ke
dalam cabang-cabang, satu cabang untuk setiap lobus. Setiap cabang kemudian
dibagi menjadi cabang-cabang, satu cabang untuk setiap segmen bronco-
pulmoner dan kemudian dibagi lagi menjadi bronkus yang lebih kecil dalam
paru-paru. Struktur bronkus mirip trakea, tetapi tulang rawannya kurang teratur.
7. Bronkiolus
Bronkus yang paling halus isebut bronkiolus. Mereka tidak memiliki tulang
rawan, tetapi disusun oleh muskulus, fibrosa, dan jaringan elastic yang
dihubungkan dengan kuboid epithelium. Apabila bronkiolus mengecil, jaringan
fibrosa, dan muskulus menjadi tidak tampak dan saluran yang paling kecil,
bronkiolus ialah suatu lapisan tunggal sel-sel epitel yang diratakan.
9. Hilum paru
Hilum adalah cekukan berbentuk segitiga pada permukaan medial cekung paru-
paru. Struktur yang membentuk akar paru memasuki dan meninggalkan hilum,
yang terletak sejajar vertebra torasik kelima sampai ketujuh. Struktur ini
mencakup bronkus utama, arteri pulmoner, vena bronkiolus, dan pembuluh darah
limfatik, yang meninggalkan akar paru-paru.
10. Pleura
Mekanisme Pernapasan
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
7. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Klien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi, seperti
pneumonia membutuhkan bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan
sekresi. Fisioterapi dada mencakup tiga tehnik; drainase postural, perkusi
dada dan vibrasi. Waktu yang optimal untuk melakukan tehnik ini adalah
sebelum klien makan dan menjelang klien tidur malam.
Pada tehnik drainase postural, klien dibaringkan dalam berbagai posisi
spesifik untuk memudahkan drainase mukus dan sekresi dari bidang paru.
Gaya gravitasi digunakan untuk meningkatkan drainase sekresi. Perkusi
dilakukan dengan kedua telapak tangan anda yang membentuk “setengah
bulan” dengan jari-jari tangan anda rapat satu sama lain. Secara bergantian
tepukkan telapak tangan anda tersebut di atas dada klien. Instruksikan klien
untuk membatukan dan mengeluarkan sekresi. Tehnik vibrasi dilakukan
dengan meletakkan telapak tangan anda dalam posisi rata di atas dada klien
dan men ggetarkannya (Niluh Gede Yasmin, 2004: 74).
b. Penatalaksanaan Medis
Klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45°. Kematian sering
kali berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia kordis,
dan penekanan susunan saraf pusat, maka penting untuk dilakukan
pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan asam-basa dengan baik,
pemberian O2 di alveoli-arteri, dan mencegah hipoksia seluler. Pemberian
O2 sebaiknya dalam konsentrasi yang tidak beracun (PO240) untuk
mempertahankan PO2arteri sekitar 60-70 mmHg dan juga penting
mengawasi pemeriksaan analisa gas darah.
Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi
tubuh untuk mencegah penurunan volume cairan tubuh secara umum.
Bronkodilator seperti Aminofilin dapat diberikan untuk memperbaiki
drainase sekret dan distribusi ventilasi. Kadang-kadang mungkin timbul
dilatasi lambung mendadak, terutama jika pneumonia mengenai lobus
bawah yang dapat menyebabkan hipotensi. Jika hipotensi terjadi, segera
atasi hipoksemia arteri dengan cara memperbaiki volume intravaskular dan
melakukan dekompresi lambung. Kalau hipotensi tidak dapat diatasi, dapat
dipasang kateter Swan-Ganz dan infus Dopamin (2-5µg/kg/menit). Bila
perlu dapat diberikan analgesik untuk mengatasi nyeri pleura.
Pemberian antibiotik terpilih, diberikan selama sekurang-kurangnya
seminggu sampai klien tidak mengalami sesak napas lagi selama tiga hari
dan tidak ada komplikasi lain. Klien dengan abses paru dan empiema
memerlukan antibiotik yang lama. Untuk klien yang alergi terdapat
Penisilin dapat diberikan Eritromisin. Tetrasiklin jarang digunakan untuk
pneumonia karena banyak resisten.
Pemberian sefalosporin harus hati-hati untuk klien yang alergi
terhadap Penisilin karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif silang
terutama dari tipe anafilaksis. Dalam 12-36 jam, setelah pemberian
penisilin, suhu, denyut nadi, frekuensi pernafasan menurun serta nyeri
pleura menghilang. Pada ±20% klien, demam berlanjut sampai lebih dari
48 jam setelah obat dikonsumsi (Arif Muttaqin, 2008: 105).
8. KOMPLIKASI
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas.
1) Identitas pasien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor register dan dx.medis.
2 Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, hubungan dengan
pasien, pekerjaan dan alamat.
b. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, warna kulit, tingkat
kesadaran kualitatif atau GCS, pola nafas, posisi klien dan respon verbal
klien.
c. Keluhan utama :Sesak napas
d. Riwayat penyakit sekarang : Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas
selama beberapa hari, kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit
kepala / dada ( anak besar ) kadang-kadang pada anak kecil dan bayi dapat
timbul kejang, distensiaddomen dan kaku kuduk. Timbul batuk, sesak,
nafsu makan menurun.
e. Riwayat Kesehatan
1. Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya : batuk, pilek,
demam.
2. Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
3. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
4. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernafasan
5. Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan
dangkal
6. gelisah, sianosis
f. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
1. Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan kondisi patologis.
2. Pulse rate meningkat/menurun tergantung dari mekanisme kompensasi,
sistem konduksi jantung & pengaruh sistem saraf otonom.
3. Respiratory rate
4. Suhu
g. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi : wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak, Adanya
PCH, Adanya tachipne, dyspnea, Sianosis sirkumoral, Distensi
abdomen, Batuk : Non produktif – produktif.
2. Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun, Fremitus raba
meningkat disisi yang sakit, Hati mungkin membesar
3. Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, takikardia.
4. Perkusi : pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
Airway Management
11. Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust
bila perlu
12. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
13. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
14. asang mayo bila perlu
15. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
16. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
17. Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
18. Lakukan suction pada
mayo
19. Berikan bronkodilator
bila perlu
20. Berikan
pelembab udara
Kassa basah NaCI
Lembab
21. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
22. Monitor respirasi dan
status O2
b) Nutrition Monitoring
1.BB pasien dalam batas
normal
2.Monitor adanya
penurunan berat badan
3.Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4.Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
5.Monitor lingkungan
selama makan
6.Jadwalkan pengobatan
dan perubahan
pigmentasi
7.Monitor turgor kulit
8.Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
9.Monitor mual dan
muntah
10. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
11. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
12. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
13. Monitor kalori dan
intake nutrisi
14. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.