Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA PASIEN DENGAN MASALAH PNEUMONIA DI RUANG 23i

RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

DI SUSUN OLEH :

YULI YANTI

176410095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDIKIA MEDIKA

JOMBANG

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN MASALAH PNEUMONIA

1. DEFINISI

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat


konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi dan darah dialirkan kesekitar alveoli yang tidak berfungsi.
Hipoksia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit
(Irman Somantri, 2008:67).
Pneumonia adalah proses peradangan pada parenkim paru-paru, yang
biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli (Santa
Manurung, 2009: 93).
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur dan benda – benda asing (Arif Muttaqin, 2008: 98).

2. ETIOLOGI

Adapun etiologi dari pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma,


jamur dan protozoa:
a. Bakteri: Streptococus Pneumoniae, Staphylococus aureus.
b. Virus: influenza, parainfluenza, dan adenovirus.
c. Jamur: kandidiasis, histoplasmosis dan kriptokokkis.
d. Protozoa: pneumokistis karinii pneumonia.
Adapun yang dapat menjadi faktor resiko adalah merokok, polusi
udara, infeksi saluran pernafasan atas, gangguan kesadaran (alkohol,
overdosis obat, anestesi umum), intubasi trakhea, imobilisasi lama, terapi
imunosupresif (kortikosteroid, kemoterapi), tidak berfungsinya system imun
(AIDS) dan sakit gigi (Santa Manurung, 2009: 94).
3. KLASIFIKASI

Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan


penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
a. Pneumonia komuniti
b. Pneumonia nasokomial
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised
2. Berdasarkan penyebab
a. Pneumonia bakteri/tipikal
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia sering diistilahkan
dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang
siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia, para peminum
alkohol, pasien yang terbelakang mental, pasien pasca operasi, orang
yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang
mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan
terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya
karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan
dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau
pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga
di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling
umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.
Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran
nafas ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus
(flu), infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan
pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung
pneumokokus dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru. Beberapa bakteri
mempunyai tedensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella
pada penderita alkoholik, staphylococcus pada penderita pasca infeksi
influenza, pneumonia atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan
chalamydia.
b. Pneumonia akibat virus
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala
awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu
demam, batuk kering, sakit kepala, nyero otot, dan kelemahan. Dalam 12
hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir
sedikit, terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir.
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia
karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah
satu tanda terjadi superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang
kental dan berwarna hijau atau merah tua.
c. Pneumonia Jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah.
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan
besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi
pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus
atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita
pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang
lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih
(oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh
menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya
menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya.
Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka ragam dan bisa
terjadi infeksi di seluruh tubuh

4. TANDA GEJALA

Tanda dan gejala berupa :


1. Batuk nonproduktif
2. Ingus (nasal discharge)
3. Suara napas lemah
4. Retraksi intercosta
5. Penggunaan otot bantu napas
6. Demam
7. Ronchii
8. Cyanosis
9. Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar
10. Batuk
11. Sakit kepala
12. Sesak nafas
13. Menggigil
14. Berkeringat
15. Lelah.

4. PATOFISIOLOGI

Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau


kuman di tenggorokan terhisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga
melalui darah dari luka tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran
napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem
pertahanan tubuh manusia.
PATHWAY

Inhalasi Aspirasi Tirah baring lama

Bakteri/virus

Peradangan alveolus
Nyeri Suhu tubuh meningkat
(parenkim paru)
MK : Risiko tinggi
Ekstrapasasi cairan kekurangan cairan
sirosa ke dalam alveoli

Produksi sputum
Terbentuknya eksudat meningkat
dalam alveoli
Sputum bau dan kental
Kerusakan
jaringan paru O2 ke vena alveolar
Anoreksia
kapiler terhambat

MK : Gangguan MK : Gangguan
Hipoksemia
pola nafas pemenuhan
nutrisi
MK : Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
5. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem Pernafasan

Semua sel hidup membutuhkan suplai oksigen yang konstan supaya dapat
mempertahankan metabolismenya. Oksigen yang terdapat di udara dan sistem
pernapasan dibentuk melalui suatu cara sehingga udara dapat masuk ke dalam paru-
paru. Disini sejumlah oksigen diekstraksi dan digunakan oleh tubuh dan pada saat
yang sama karbondioksida dan uap air dikeluarkan.

Organ saluran pernapasan terdiri dari:

1. Hidung

Hidung bagian luar (eksternal) merupakan bagian hidup yang terlihat, dibentuk
oleh dua tulang nasal dan tulang rawan. Keduanya dibungkus dan dilapisi oleh
kulit dan disebelah dalamnya terdapat bulu-bulu halus (rambut) yang membantu
mencegah benda-benda asing masuk kedalam hidung. Kavum nasalis adalah
suatu lubang besar yang dipisahkan oleh septum. Beberapa tulang di sekitar
rongga nasal berlubang. Lubang di dalam tulang tersebut disebut sinus
paranasalis, yang memperlunak tulang dan berfungsi sebagai ruang bunyi suara,
menjadikan suara beresonasi. Semua sinus paranasalis dilapisi oleh membrane
mukosa dan semua terbuka ke dalam rongga nasal, dimana mereka dapat
terinfeksi.

2. Faring

Bagian sebelah atas faring dibentuk oleh badan tulang sfenoidalis dan sebelah
dalamnnya berhubungan langsung dengan esophagus. Pada bagian belakang,
faring dipisahkan dari vertebra servikalis oleh jaringan penghubung, sementara
dinding depannya tidak sempurna dan berhubungan dengan hidung, mulut, dan
laring.

Faring dibagi ke dalam tiga bagian:

a) Nasofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang hidung di atas


palatum yang lembut. Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan
limfoid yang disebut tonsil faringeal, yang biasanya disebut sebagai adenoid.
Jaringan ini kadang-kadang membesar dan menutupi faring serta
menyebabkan pernapasan mulut pada anak-anak. Tubulus auditorium
terbuka dari dinding lateral nasofaring dan melalui tabung tersebut udara
dibawa ke bagian tengah telinga. Nasofaring dilapisi membrane mukosa
bersilia yang merupakan lanjutab dari membrane yang melapisis bagian
hidung.
b) Orofaring terletak dibelakang mulut di bawah palatum lunak, dimana
dinding lateralnya saling berhubungan. Diantara lipatan dinding ini, ada
yang disebut arkus palato-glosum yang merupakan kumpulan jaringan
limfoid yang disebut tonsil palatum. Orofaring merupakan bagian dari sistem
pernapasan dan sistem pencernaan, tetapi tidak dapat digunakan untuk
menelan dan bernapas secara bersamaan. Saat menelan, pernapasan berhenti
sebentar dan orofaring terpisah sempurna dari nasofaring dengan
terangkatnya palatum. Orofaring dilapisi oleh jaringan epitel berjenjang.
c) Laringofaring terletak dibelakang laring.

3. Laring

Laring merupakan lanjutan bagian bawah orofaring dan bagian atas trakea.
Disebelah atas laring, terletak tulang hyoid dan akar lidah. Otot leher terletak di
depan laring dan di belakang laring terletak laringofaring dan vertebra servikalis.
Pada sisi lain terdapat lubang kelenjar tiroid. Laring disusun oleh beberapa tulang
rawan tidak beraturan yang dipersatukan oleh ligament dan membrane-membran.

4. Trakea

Trakea dimulai dari bagian bawah laring dan melewati bagian depan hidung
menuju dada. Trakea dibagi atas bagin kiri dan bagian kanan bronkus utama yang
sejajar dengan vertebrae thoracicae yang kelima. Panjangnya sekitar 12cm.
istmus kelenjar tiroid memotong bagian depan trakea dan lengkung aorta di
sebelah bawahnya, dengan ‘manubrium sernum’ didepannya. Esophagus terletak
dibelakan trakea, memisahkannya dari badan vertebra torasik. Pada sisi-sisi lain
trakea terdapat paru-paru, dengan lobus kelenjar tiroid di sebelah atasnya.
Dinding trakea tersusun atas otot involunter dan jaringan fibros yang diperkuat
oleh cincin tulang rawan hyaline yang tidak semourna. Defisiensi dalam tulang
rawan terletak pada bagian belakang, dimana trakea bersentuhan dengan
esophagus. Ketika suatu lobus makanan ditelan, esophagus mampu mengembang
tanpa gangguan, tetapi tulang rawan mempertahankan kepatenan jalan napas.
Trakea dihubungkan dengan epithelium yang mengandung sel-sel goblet yang
menyekresi mucus. Silia membersihkan mucus dan partikel-partikel asing yang
dihisap kearah laring.
5. Paru-paru

Paru-paru adalah dua organ yang terbentuk seperti bunga karang besar yang
terletak di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru-
paru memanjang dari akar leher menuju diafragma dan secara kasar berbentuk
kerucut dengan puncak disebelah atas dan alas disebelah bawah. tulang rusuk,
tulang rawan kosta, dan tulang rawan interkosta terletak di depan paru-paru dan
dibelakang mereka adalah tulang rusuk, otot interkosta, dan prosesus transversal
vertebra torasik. Di antara paru-paru terdapat mediastinum, yang dengan
sempurna memisahkan satu sisi rongga torasik dari sisi lainnya, yang merentang
dari vertebra di belakang sampai sternum di sebelah depan. Di dalam
mediastinum terdapat jantung dan pembuluh darah besar, trakea dan esophagus,
duktus torasik an kelenjar timus. Paru-paru di bagi menjadi lobus-lobus. Paru-
paru sebelah kiri nenpunyai dua lobus, yang dipisahkan oleh ‘’belahan yang
miring’’. Lobus superior terletak di atas dan di depan lobus inferior yang
berbentuk kerucut. Paru-paru sebelah kanan mempunyai tiga lobus. Lobus bagian
bawah dipisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang sama terhadap lobus
inferior kiri. Sisa paru lainnya dipisahkan oleh suatu fisura horizontal menjadi
lobus atas dan lobus tengah. Setiap lobus selanjutnya dibagi menjadi segmen-
segmen yang disebut bronco-pulmoner, mereka dipisahkan satu sama lain oleh
sebuah dinding jaringan konektif, masing-masing satu arteri dan satu vena.
Masing-masing segmen juga dibagi menjadi unit-unit yang disebut lobules.

6. Bronkus

Dua bronkus utama dimulai pada trakea yang bercabang dua. Setiap cabang
tersebut masuk ke dalam setiap paru. Bronkus utama sebelah kiri lebih sempit,
lebih panjang, dan lebih horizontal. Daripada bronkus utama sebelah kanan
karena jantung terletak agak ke kiri dari garis tengah. Setiap bronkus dibagi ke
dalam cabang-cabang, satu cabang untuk setiap lobus. Setiap cabang kemudian
dibagi menjadi cabang-cabang, satu cabang untuk setiap segmen bronco-
pulmoner dan kemudian dibagi lagi menjadi bronkus yang lebih kecil dalam
paru-paru. Struktur bronkus mirip trakea, tetapi tulang rawannya kurang teratur.

7. Bronkiolus

Bronkus yang paling halus isebut bronkiolus. Mereka tidak memiliki tulang
rawan, tetapi disusun oleh muskulus, fibrosa, dan jaringan elastic yang
dihubungkan dengan kuboid epithelium. Apabila bronkiolus mengecil, jaringan
fibrosa, dan muskulus menjadi tidak tampak dan saluran yang paling kecil,
bronkiolus ialah suatu lapisan tunggal sel-sel epitel yang diratakan.

8. Alveoli dan duktus alveolaris

Bronkiolus terminal bercabang secara berulang untuk membentuk saluran yang


disebut duktus alveolar. Di sinilah kantung alveolar dan alveoli terbuka. Alveoli
dikelilingi suatu jaringan kapiler. Darah yang mengalami deoksigenasi memasuki
jaringan kapiler arteri pulmoner dan darah yang mengandung oksigen
meninggalkannya untuk memasuki vena pulmoner. Di jaringan pipa kapiler ini
berlangsung pertukaran gas antara udara di dalam alveoli dan darah di dalam
pembuluh darah.

9. Hilum paru

Hilum adalah cekukan berbentuk segitiga pada permukaan medial cekung paru-
paru. Struktur yang membentuk akar paru memasuki dan meninggalkan hilum,
yang terletak sejajar vertebra torasik kelima sampai ketujuh. Struktur ini
mencakup bronkus utama, arteri pulmoner, vena bronkiolus, dan pembuluh darah
limfatik, yang meninggalkan akar paru-paru.
10. Pleura

Pleura adalah suatu membrane serosa yang mengelilingi paru-paru. Pleura


disusun oleh sel-sel epitel datar pada dasar membrane dan memiliki dua
lapisan. Pleura visceral melekat kuat pada paru-paru, melapisi permukaan paru-
paru dan masuk ke dalam fisura inter-lobus. Pada akar paru, lapisan visceral
direfleksikan kembali menjadi lapisan parietalis yang menghubungkan dinding
dada dan membungkus lapisan diafragma superior. Kedua palisan pleura
tersebut bersentuhan, dinding yang satu dengan dinding yang lain hanya
dipisahkan oleh satu film cair yang memungkinkan mereka menggelinding satu
sama lain tanpa terjadi gesekan. Ruang yang terdapat di antara lapisan ini
disebut rongga pleura.

Mekanisme Pernapasan

Pernapasan terdiri atas dua bagian, inspirasi dan ekspirasi. Dada


mengembang selama inspirasi, akibat pergerakan diafragma dan otot-otot
interkosta. Ketika diafragma berkontraksi selama inspirasi, ia menjadi datar dan
lebih rendah dan panjang rongga torasik meningkat. Otot-otot interkosta
eksternal, pada saat kontraksi, mengangkat tulang rusuk dan menarik keluar,
meningkatkan kedalaman rongga toraks. Saat dinding dada bergerak ke atas dan
keluar dari pleura parietalis, yang melekat dengan baik pada dinding dada,
pleura tersebut juga ikut terangkat. Pleura viseralis mengikuti pleura parietalis
dan volume interior torak meningkat. Paru-paru mengembang untuk mengisi
ruang tersebut dan udara diisap ke dalam bronkiolus. Ekspirasi selama
pernapasan tenang bersifat pasif. Diafragma rileks dan kembali ke bentuk
aslinya, yang berbentuk kubah. Otot-otot interkosta rileks dan tulang rusuk
kembali ke posisi semula. Udara dikeluarkan melalui cabang-cabang
bronkiolus. Pada ekspirasi kuat, otot interkosta internal berkontraksi secara
aktif untuk menurunkan tulang rusuk. Otot pernapasan tambahan kemungkinan
digunakan selama napas dalam atau ketika jalan napas terhambat. Selama
inspirasi, otot-otot sternokleidomastoideus mengangkat sternum dan
meningkatkan diameter torak dari depan ke belakang. Seratus anterior dan
pektoralis mayor menarik tulang rawan ke arah luas saat lengan dirapatkan.
Lantasimus dorsi dan otot-otot dinding abdomen anterior membantu menekan
toraks selama ekspirasi kuat.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menegakkan diagnosa penyakit pneumonia, maka disamping hasil


anamnesa dari klien test diagnostik yang sering dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan rontgen: dapat terlihat infiltrat pada parenkim paru.
b. Laboratorium:
1) AGD: dapat menjadi asidosis metabolik dengan atau retensi CO2.
2) DPL: biasanya terdapat leukositosis. Laju Endap Darah (LED)
meningkat.
3) Elektrolit: natrium dan klorida dapat menurun.
4) Bilirubin: mungkin meningkat.
5) Kultur sputum: terdapat mikroorganisme.
6) Kultur darah: bakteremia sementara.
7) Test sensitivitas antibiotika
c. Fungsi paru: volume dapat menurun (Santa Manurung, 2009: 97).

7. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan Keperawatan
Klien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi, seperti
pneumonia membutuhkan bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan
sekresi. Fisioterapi dada mencakup tiga tehnik; drainase postural, perkusi
dada dan vibrasi. Waktu yang optimal untuk melakukan tehnik ini adalah
sebelum klien makan dan menjelang klien tidur malam.
Pada tehnik drainase postural, klien dibaringkan dalam berbagai posisi
spesifik untuk memudahkan drainase mukus dan sekresi dari bidang paru.
Gaya gravitasi digunakan untuk meningkatkan drainase sekresi. Perkusi
dilakukan dengan kedua telapak tangan anda yang membentuk “setengah
bulan” dengan jari-jari tangan anda rapat satu sama lain. Secara bergantian
tepukkan telapak tangan anda tersebut di atas dada klien. Instruksikan klien
untuk membatukan dan mengeluarkan sekresi. Tehnik vibrasi dilakukan
dengan meletakkan telapak tangan anda dalam posisi rata di atas dada klien
dan men ggetarkannya (Niluh Gede Yasmin, 2004: 74).
b. Penatalaksanaan Medis
Klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45°. Kematian sering
kali berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia kordis,
dan penekanan susunan saraf pusat, maka penting untuk dilakukan
pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan asam-basa dengan baik,
pemberian O2 di alveoli-arteri, dan mencegah hipoksia seluler. Pemberian
O2 sebaiknya dalam konsentrasi yang tidak beracun (PO240) untuk
mempertahankan PO2arteri sekitar 60-70 mmHg dan juga penting
mengawasi pemeriksaan analisa gas darah.
Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi
tubuh untuk mencegah penurunan volume cairan tubuh secara umum.
Bronkodilator seperti Aminofilin dapat diberikan untuk memperbaiki
drainase sekret dan distribusi ventilasi. Kadang-kadang mungkin timbul
dilatasi lambung mendadak, terutama jika pneumonia mengenai lobus
bawah yang dapat menyebabkan hipotensi. Jika hipotensi terjadi, segera
atasi hipoksemia arteri dengan cara memperbaiki volume intravaskular dan
melakukan dekompresi lambung. Kalau hipotensi tidak dapat diatasi, dapat
dipasang kateter Swan-Ganz dan infus Dopamin (2-5µg/kg/menit). Bila
perlu dapat diberikan analgesik untuk mengatasi nyeri pleura.
Pemberian antibiotik terpilih, diberikan selama sekurang-kurangnya
seminggu sampai klien tidak mengalami sesak napas lagi selama tiga hari
dan tidak ada komplikasi lain. Klien dengan abses paru dan empiema
memerlukan antibiotik yang lama. Untuk klien yang alergi terdapat
Penisilin dapat diberikan Eritromisin. Tetrasiklin jarang digunakan untuk
pneumonia karena banyak resisten.
Pemberian sefalosporin harus hati-hati untuk klien yang alergi
terhadap Penisilin karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif silang
terutama dari tipe anafilaksis. Dalam 12-36 jam, setelah pemberian
penisilin, suhu, denyut nadi, frekuensi pernafasan menurun serta nyeri
pleura menghilang. Pada ±20% klien, demam berlanjut sampai lebih dari
48 jam setelah obat dikonsumsi (Arif Muttaqin, 2008: 105).

8. KOMPLIKASI

1. Gagal napas dan sirkulasi


Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orng yang menderita
pneumonia sering kesulitan bernapas, dan itu tidak mungkin bagi mereka
untuk tetap cukup bernapas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan
pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan napas
dengan bilevel tekanan positif, dalam kasus lain pemasangan endotracheal
tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk membantu pernapasan.
Pneumonia dapat menyebabkan gagal napas oleh pencetus akut respiratory
distress syndrome (ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respons inflamasi
dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini
menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan
alveoli, harus membuat ventilasi mekanik yang membutuhkan.
Syok sepsis dan septik merupakan komplikasi potensial dari
pneumonia. Sepsis terjadi karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan
respon sistem imun melalui sekresi sitokin. Sepsis seringkali terjadi pada
pneumonia karena bakteri; streptococcus pneumonia merupakan salah satu
penyebabkan individu dengan sepsis atau septik membutuhkan unit perawatan
intensif dirumah sakit. Mereka membutuhkan cairan infus dan obat-obatan
untuk membantu mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai
rendah. Sepsis dapat meyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan jantung diantara
masalah lain dan sering menyebabkan kematian.
2. Efusi pleura, empyema, dan abces
Ada kalanya, infeksi mikroorganisme pada paru-apru akan
menyebabkan bertambahnya (effusi pleura) cairan dalam ruang yang
mengelilingi paru (rongga pleura). Jika mikroorganisme itu sendiri ada di
rongga pleura, kumpulan cairan ini disebut empyema. Bila cairan pleura ada
pada orang dengan pneumonia, cairan ini sering diambil dengan jarum
(toracentesis) dan periksa, tergantung dari hasil pemeriksaan ini. Perlu
pengaliran lengkap dari cairan ini, sering memerlukan selang pada dada. Pada
kasusu empyema berat perlu tindakan pembedahan. Jika cairan tidak dapat
dikeluarkan, mungkin infeksi berlansung lama, karena antibiotik tidak
menembus dengan baik ke dalam rongga pleura.Bakteri akan menginfeksi
bentuk kantong yang berisi cairan yang disebut abses.
Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan
sinar x atau CT scan. Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan
sering mengandung beberapa tipe bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk
pengobatan abses pada paru, tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli
bedah atau ahli radiologi.

3. Empiema yang memerlukan antibiotik dalam waktu yang lama.


KONSEP DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas.
1) Identitas pasien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor register dan dx.medis.
2 Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, hubungan dengan
pasien, pekerjaan dan alamat.
b. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, warna kulit, tingkat
kesadaran kualitatif atau GCS, pola nafas, posisi klien dan respon verbal
klien.
c. Keluhan utama :Sesak napas
d. Riwayat penyakit sekarang : Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas
selama beberapa hari, kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit
kepala / dada ( anak besar ) kadang-kadang pada anak kecil dan bayi dapat
timbul kejang, distensiaddomen dan kaku kuduk. Timbul batuk, sesak,
nafsu makan menurun.
e. Riwayat Kesehatan
1. Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya : batuk, pilek,
demam.
2. Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
3. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
4. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernafasan
5. Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan
dangkal
6. gelisah, sianosis
f. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
1. Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan kondisi patologis.
2. Pulse rate meningkat/menurun tergantung dari mekanisme kompensasi,
sistem konduksi jantung & pengaruh sistem saraf otonom.
3. Respiratory rate
4. Suhu
g. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi : wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak, Adanya
PCH, Adanya tachipne, dyspnea, Sianosis sirkumoral, Distensi
abdomen, Batuk : Non produktif – produktif.
2. Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun, Fremitus raba
meningkat disisi yang sakit, Hati mungkin membesar
3. Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, takikardia.
4. Perkusi : pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.

Menurut M. Doengoes (2000) pengkajian yang bisa dilakukan pada pasien


dengan pneumonia adalah :
a. Aktivitas istirahat :
Gejala : kelemahan, kelelahan, Insomnia.
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya GJK kronis.
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan / pucat.
c. Integritas ego
Gejala : banyaknya stressor/ masalah finansial
d. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual muntah, riwayat diabetes
mellitus.
Tanda : distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan
turgor buruk., Penampilan kalkeksia (malnutrisi).
e. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung)
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk,
nyeri dada subternal (influenza), mialgia, artralgia
Tanda : melindungi area yang sakit (pasien umunya tidur pada posisi
yang sakit untuk membatasi gerakan)
g. Pernafasan
Gejala : riwayat adanya ISK kronik, PPOM, merokok sigaret,
takipnea, dipsnea progesif, pernafasan dangkal, penggunaan
obat aksesori, pelebaran nasal.
Tanda : sputum : merah muda, berkarat, atau purulen.
Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi.
Fremitus : taktil dan vocal bertahap dengan konsolidasi.

Gesekan friksi pleural.


Bunyi nafas : menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat, atau
nafas bronchial.
Warna : pucat atau sianosis bibir/kuku.
h. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan system imun, mis: SLE, AIDS,
penggunaan steroid ataukemoterapi, institusionalisasi,
ketidak mampuan umum, demam (misalnya 38,5-
39,6 0C)
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan
mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan


sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur
sputum, tampak batuk produktif berupa sputum, Px. Fisik : perkusi pekak,
inspirasi rales, ronchi nyaring.
2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder
terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh sulit bernapas, tampak sesak,
px. Tanda vital : respirasi menurun, px. Fisik : penggunaan otot aksesori, suara
pernafasan bronchial.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya nafsu makan sekunder terhadap mual dan muntah ditandai dengan
pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun dan muntah.
INTERVENSI

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Ketidak NOC : Airway Management
efektifan pola 1. Buka jalan nafas,
nafas - Respiratory status : guanakan teknik chin
berhubungan Airway patency lift atau jaw thrust bila
dengan sekresi - perlu
berlebihan Kriteria Hasil : 2. Posisikan pasien untuk
sekunder - Mendemonstrasikan memaksimalkan
batuk efektif dan ventilasi
suara nafas yang 3. Identifikasi pasien
bersih, tidak ada perlunya pemasangan
sianosis dan alat jalan nafas buatan
dyspneu (mampu 4. Pasang mayo bila perlu
mengeluarkan 5. Lakukan fisioterapi
sputum, mampu dada jika perlu
bernafas dengan 6. Keluarkan sekret
mudah, tidak ada dengan batuk atau
pursed lips) suction
- Menunjukkan jalan 7. Auskultasi suara nafas,
nafas yang paten catat adanya suara
(klien tidak merasa tambahan
tercekik, irama 8. Lakukan suction pada
nafas, frekuensi mayo
pernafasan dalam 9. Berikan bronkodilator
rentang normal, bila perlu
tidak ada suara nafas 10. Berikan pelembab udara
abnormal) Kassa basah NaCl
- Tanda Tanda vital Lembab
dalam rentang 11. Atur intake untuk cairan
normal (tekanan mengoptimalkan
darah, nadi, keseimbangan.
pernafasan) 12. Monitor respirasi dan
status O2
2 Bersihan jalan NOC NIC
napas tak efektif · Respiratory Airway suction
berhubungan status : Ventilation 1. Pastikan kebutuhan
dengan sekresi · Respiratory oral/tracheal suctioning
berlebihan status : Airway patency 2. Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
suctioning.
Kriteria Hasil: 3. Informasikan pada
- Mendemonstrasikan klien dan keluarga
batuk efektif dan tentang suctioning
suara nafas yang 4. Minta klien nafas
bersih, tidak ada dalam sebelum suction
sianosis dan dyspneu dilakukan.
(mampu 5. Berikan O2 dengan
mengeluarkan menggunakan nasal
sputum, mampu untuk memfasilitasi
bernafas dengan suksion nasotrakeal
mudah, tidak ada 6. Gunakan alat yang
pursed lips) steril setiap melakukan
- Menunjukkan jalan tindakan
nafas yang paten 7. Anjurkan pasien untuk
(klien tidak merasa istirahat dan napas
tercekik, irama nafas, dalam setelah kateter
frekuensi pernafasan dikeluarkan dan
dalam rentang nasotrakeal
normal, tidak ada 8. Monitor status oksigen
suara nafas abnormal) pasien
- Mampu 9. Ajarkan keluarga
mengidentifikasikan bagaimana cara
dan mencegah faktor melakukan suksion
yang dapat 10. Hentikan suksion dan
menghambat jalan berikan oksigen apabila
nafas pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2,

Airway Management
11. Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust
bila perlu
12. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
13. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
14. asang mayo bila perlu
15. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
16. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
17. Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
18. Lakukan suction pada
mayo
19. Berikan bronkodilator
bila perlu
20. Berikan
pelembab udara
Kassa basah NaCI
Lembab
21. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
22. Monitor respirasi dan
status O2

3 Perubahan NOC NIC


nutrisi kurang · Nutritional Status : Nutrition Management
dari kebutuhan food and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
tubuh · Nutritional Status:
makanan
berhubungan nutrient Intake
dengan · Weight control
2. Kolaborasi dengan ahli
menurunnya gizi untuk menentukan
nafsu makan Kriteria Hasil : jumlah kalori dan nutrisi
· Adanya peningkatan yang dibutuhkan pasien.
berat badan sesuai 3. Anjurkan pasien untuk
dengan tujuan
meningkatkan intake Fe
· Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi 4. Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan protein
- Mampu dan vitamin C
mengidentifikasi 5. Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda- 6. Yakinkan diet yang
tanda malnutrisi dimakan mengandung
- Menunjukkan tinggi serat untuk
peningkatan fungsi
mencegah konstipas
pengecapan dan
menelan 7. Berikan makanan yang
- Tidak terjadi terpilih (sudah
penurunan berat dikonsultasikan dengan
badan yang berarti ahli gizi)
8. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian.
9. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

b) Nutrition Monitoring
1.BB pasien dalam batas
normal
2.Monitor adanya
penurunan berat badan
3.Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4.Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
5.Monitor lingkungan
selama makan
6.Jadwalkan pengobatan
dan perubahan
pigmentasi
7.Monitor turgor kulit
8.Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
9.Monitor mual dan
muntah
10. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
11. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
12. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
13. Monitor kalori dan
intake nutrisi
14. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.

Anda mungkin juga menyukai