Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Atletik

Di dalam aktivitas dunia olahraga dikenal berbagai macam cabang

olahraga, yaitu : atletik, renang, senam, sepak bola, bola basket, bola voli,

tinju dan lain-lain. Antara cabang olahraga tersebut yang ada kaitannya

dengan penelitian ini adalah atletik.

Sejak manusia ada di bumi mereka telah melakukan gerakan berjalan,


berlari, melompat, dan melempar yang semuanya itu merupakan gerakan
alami yang dilakukan sehari-hari baik dalam usahanya mempertahankan
hidup ataupun untuk menyelamatkan diri dari gangguan alam sekitarnya
(Yoyo Bahagia, Ucup Yusup, Adang Suherman, 2000 : 3).

Istilah atletik yang kita kenal dewasa ini berasal dari bahasa Yunani

yaitu “athlon” yang berarti berlomba atau bertanding. Istilah lain yang

menggunakan kata atletik athletics (bahasa Inggris), athletiek (bahasa

Belanda), athletique (bahasa Perancis). Walaupun berbeda dalam kata yang

digunakan namun semua itu mempunyai istilah yang sama namun artinya

tidak sama dengan istilah atletik yang digunakan di Indonesia.

Istilah atletik di Indonesia diartikan sebagai cabang olahraga yang

memperlombakan nomor-nomor jalan, lari, lompat dan lempar (Yoyo

Bahagia dkk, 2000 : 9).

Secara ringkas nomor-nomor atletik yang diperlombakan dibagi ke

dalam 4 kelompok, yaitu :

7
a. Nomor jalan, yang terdiri dari jarak : 5 km, 10 km, 20 km dan 50 km.

b. Nomor lari, yang terdiri dari :

1) Lari jarak pendek : 100, 200 dan 400 meter.

2) Lari jarak menengah : 800, 1500 meter.

3) Lari jarak jauh : 3000, 5000 dan 10.000 meter

4) Lari marathon : 42.195 km

5) Lari gawang : 100 m (untuk putri), 110 m (untuk putra)

6) Lari estafet : 4 x 100 m, 4 x 400 m

c. Nomor lompat : lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi dan lompat

tinggi galah.

d. Nomor lempar : lempar lembing, lempar cakram, lempar martil dan tolak

peluru.

Atletik yang kita kenal saat ini tergolong sebagai cabang olahraga

yang tua didunia. Gerak-gerak dasar yang terkandung di dalam atletik sudah

dilakukan sejak adanya peradaban manusia di permukaan bumi ini. Bahkan

gerak itu secara tidak disadari sudah dilakukan sejak manusia dilahirkan

yang secara bertahap berkembang sejalan dengan tingkat perkembangan dan

kematangan biologis, mulai dari gerak yang sangat sederhana sampai

kepada tingkat gerak yang sangat kompleks.

“Nomor lompat termasuk pada ketrampilan gerak asikliss (Acyclic

motion). Perbedaan yang paling mencolok dari semua nomor lompat adalah

fase melayang di udara atau flight phase” (Yoyo Bahagia dkk, 2000 : 15).

8
Nomor-nomor lompat dalam atletik adalah lompat jauh, lompat

jangkit, lompat tinggi dan lompat galah. Nomor lompat jauh dapat

digolongkan ke dalam nomor lompat cabang olahraga atletik. Tujuan nomor

lompat adalah memindahkan jarak horizontal titik berat badan pelompat

sejauh mungkin (lompat jauh, lompat jangkit) dan memindahkan jarak

vertikal titik berat badan setinggi mungkin (lompat tinggi, lompat galah).

2. Lompat Jauh

a. Pengertian Lompat Jauh

Lompat jauh termasuk bagian nomor lompat dalam cabang

olahraga atletik, yang secara teknis maupun pelaksanaannya berbeda

dengan nomor lompat yang lain seperti lompat tinggi dan lompat

jangkit.

Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat


dari ancang-ancang dengan gerak vertikal yang dihasilkan dari kaki
tumpu, formulasi dari kedua aspek tadi menghasilkan suatu gaya gerak
parabola dari titik pusat gravitasi (Djumidar, 2005 : 12.40)

Menurut pendapat Aip Syarifuddin (1992 : 90) lompat jauh


adalah bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas depan dalam
upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara atau
melayang di udara yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan
melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-
jauhnya.
Sedangkan menurut Adang Suherman dkk (2001 : 36) “lompat

jauh adalah ketrampilan gerak berpindah dari satu tempat ke tempat

lainnya dengan satu kali tolakan ke depan sejauh mungkin”.

Jadi pada hakikatnya lompat jauh adalah gerakan menolak satu

kaki ke arah depan yang dipengaruhi oleh kecepatan horizontal dan

9
vertikal serta gaya tarik bumi untuk menghasilkan lompatan yang

sejauh-jauhnya.

Menurut Adang Suherman (2001 : 36) lompat jauh gaya jongkok


(gaya orthodok) merupakan salah satu gaya dalam lompat jauh,
mengapa disebut gaya jongkok? Karena gerak sikap badan sewaktu di
udara menyerupai dengan orang yang sedang berjongkok.

Gambar 1 :
Urutan Gerakan Lompat Jauh Gaya Jongkok
(Tamsir Riyadi, 1985 : 97)

b. Teknik Lompat Jauh

Nomor lompat jauh ada tiga gaya yaitu gaya jongkok (stradle),
gaya menggantung (hang style) dan gaya berjalan di udara (walking in
the air). Kecepatan lari awalan serta besarnya sudut tolakan merupakan
komponen yang menentukan tercapainya suatu jarak (Djumidar, 2005 :
12.40)

Teknik lompat jauh dibagi menjadi 4 tahap yaitu :

1) Ancang-ancang/awalan.

2) Menumpu/tolakan.

3) Melayang/sikap badan di udara.

4) Mendarat.

Tujuan utama dari seorang pelompat ketika akan melompat

adalah adanya keinginan untuk melakukan lompatan yang sejauh-

10
jauhnya. Supaya dapat melakukan suatu lompatan yang diinginkan

untuk meningkatkan hasil yang optimal maka terlebih dahulu harus

memahami dan menguasai teknik gerakan dalam lompat jauh.

Berikut ini akan diuraikan satu persatu teknik dasar lompat jauh

gaya jongkok yaitu :

1) Awalan (run up)

Awalan adalah gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk


mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan atau
lompatan. Kecepatan yang diperoleh dari hasil awalan disebut
dengan kecepatan horizontal, yang sangat berguna untuk membantu
kekuatan pada waktu melakukan tolakan ke atas depan. Supaya
dapat menghasilkan daya tolakan yang besar maka langkah lari
awalan harus dilakukan dengan mantap serta menghentak-hentak
(Aip Syarifuddin, 1992 : 90).

Awalan dilakukan dengan berlari yang kian lama kian

mendekati kecepatan maksimal, namun masih tetap terkendali

untuk melakukan tolakan. Awalan berguna untuk mendapatkan

kecepatan berlari secepat-cepatnya sebelum mencapai balok

tumpuan. Untuk mencapai kecepatan maksimal biasanya dengan

jarak 30 – 40 meter.

Menurut Ucup Yusuf (2000 : 16) tujuan awalan dalam lompat


jauh adalah untuk mendapatkan posisi optimal atlet untuk
melakukan tolakan kaki (take off) dengan kecepatan lari dan
menolak secara terkontrol.

Menurut Djumidar (2005 : 12.41) bahwa suatu prestasi


lompat jauh tergantung pada kecepatan daripada awalan atau
ancang-ancang namun demikian seseorang yang yang memiliki
sprint yang baik belum tentu seorang pelompat.

11
Menurut Yusuf Adisasmita (1992 : 67) untuk dapat
melakukan lari awalan dengan baik, perlu memperhatikan dan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
(a) Jarak lari awalan tergantung pada tiap- tiap pelompat.
(b) Jarak lari awalan harus cukup jauh untuk mendapatkan
kecepatan maksimal. Panjang awalan 30 – 40 meter.
(c) Kecepatan lari awalan dan irama langkah harus rata.
(d) Pada langkah akhir, pikiran dipusatkan untuk melompat
setinggi-tingginya ke arah depan.
(e) Langkah terakhir diperkecil agar dapat menolak ke atas dengan
lebih sempurna.
(f) Sikap lari seperti pada lari jarak pendek.

2) Tolakan (take off)

Tumpuan adalah perpindahan yang sangat cepat antara lari


awalan dan melayang, ketepatan tumpuan pada balok tumpu serta
besarnya tenaga tolakan yang dihasilkan oleh kaki (explosive
power) sangatlah menentukan pencapaian hasil lompatan (Adang
Suherman, 2001 : 37).

Beberapa langkah sebelum menumpu, pelompat harus sudah

siap untuk bertumpu. Seluruh tenaga dan pikirannya, harus

ditujukan terhadap ketepatan betumpu. Pada saat itu pelompat

berpindah dari keadaan lari ke melayang. Agar dapat melayang

lebih jauh, selain dari kecepatan lari awalan dibutuhkan pada

tambahan tenaga dari kekuatan tumpuan, yaitu daya dari tungkai

kaki yang disertai dengan lengan dan tungkai ayun.

Tumpuan kaki dapat dilakukan dengan kaki kiri atau kaki

kanan tergantung dari kaki mana yang lebih kuat dan dominan.

Pada waktu menumpu badan condong ke depan, titik berat


badan harus terletak agak ke depan. Titik sumber tenaga, yaitu kaki
tumpu menumpu secara tepat pada balok tumpu, segera diikuti
dengan gerakan kaki ayunkan ke arah depan atas dengan sudut
tolakan berkisar 40 -50 derajat (Adang Suherman dkk, 2001 :37)

12
Menurut Ucup Yusuf ( 2000 : 16) tujuan tolakan kaki (take
off) adalah untuk memperoleh kecepatan vertikal (mengangkat titik
berat badan dengan memanfaatkan kecepatan horizontal
sedemikian rupa dengan kaki tolak mengerahkan gaya yang sangat
besar.

Menumpu merupakan suatu gerakan yang sangat penting


yang dapat menentukan hasil lompatan, untuk itu perlu
diperhatikan gerakan-gerakan yang menurut Djumidar (2005 :
12.41) adalah sebagai berikut :
(a) Badan sewaktu menumpu jangan terlalu condong seperti
halnya waktu melakukan lari/awalan atau sebaliknya
menengadah.
(b) Tumpuan harus kuat, cepat dan aktif sambil menjaga
keseimbangan badan agar tidak oleng atau goyang.
(c) Kecepatan gerak maju ke depan tidak terhambat dengan
adanya tumpuan walaupun ada pengaruh diupayakan tidak
banyak.
(d) Berat badan berada sedikit di depan titik tumpu, gerakan kaki
menelapak dari tumit ke ujung kaki dengan tempo yang sangat
cepat.
(e) Gerakan ayunan lengan sangat membantu menambah
ketinggian di samping menjaga keseimbangan badan.
(f) Pandangan penuh ke muka mengikuti arah gerak dari suatu
lompatan.

Menurut Sudarminto (1998 : 241), mengatakan bahwa “dari

kecepatan maju yang penuh pelompat harus menggerakan

gerakannya dari tolakan ke atas dengan sudut yang terbaik, yaitu

45°”. Untuk mengubah arah gerakannya, maka harus

mempersiapkan tolakannya pada jarak tiga langkah terakhir. Untuk

melakukan ini ia membungkuk sedikit dan langkahnya diperlambat

dalam usahanya mencapai ketinggian. Pada saat bertolak dari balok

tolakan, telapak kaki depan ada titik berat badan. Telapak kaki

menyentuh balok ketika titik beratnya bergerak ke depan 3,5 kaki.

Di sini ada sedikit perlambatan pada saat bertolak.

13
Pendapat Soedarminto (1998 : 241) menyatakan bahwa

“perlambatan itu tidak akan mempengaruhi lompatan yang dicapai

asalkan sudut yang ideal 45° dapat dicapai”.

Dari pendapat yang tersebut di atas dapat disimpulkan tujuan

pelompat jauh melakukan tumpuan atau tolakan ini adalah

mengubah gerak lari menjadi suatu lompatan dengan menggunakan

kaki tumpu terkuat, pelompat harus mengerahkan gerakannya dari

balok tolakan ke atas dengan sudut terbaik, yaitu 45°, untuk

merubah arah gerakannya ia harus mempersiapkan tolakannya pada

jarak tiga langkah terakhir. Untuk lebih jelasnya lihat gambar :

Gambar 2
Cara melakukan gerakan tumpuan (take off)
(Carr. 2000 : 46)

Keterangan :
a. Saat kaki akan menumpu pada balok lompatan
b. Saat kaki menumpu pada balok lompat
c. Saat kaki tumpu akan lepas dari balok lompat

3) Sikap badan di udara/Melayang (flight)

Fase berikutnya setelah melakukan tolakan yaitu saat badan

berada di udara.

14
Menurut Yoyo Bahagia dan Ucup Yusuf (2000 : 17) bahwa
gerakan apapun yang dilakukan oleh si pelompat setelah berada di
udara tidak akan meningkatkan titik berat badannya. Oleh karena
itu, usaha yang dilakukan adalah mempertahankan selama mungkin
di udara dengan melakukan gerakan-gerakan tungkai atau lengan
agar memperoleh sikap pendaratan yang paling efektif.

Dalam lompat jauh terdapat tiga teknik atau tiga gaya yang

dapat membedakan, salah satunya adalah teknik melayang dengan

sikap jongkok.

Menurut Adang Suherman dkk (2001 : 37) setelah pelompat


menumpu pada balok tumpuan, maka dengan posisi badan condong
ke depan terangkat melayang di udara, bersamaan dengan ayunan
kedua lengan ke depan atas. Untuk mendapatkan tinggi dan
jauhnya lompatan harus meluruskan kaki tumpu selurus-lurusnya
dan secepat-cepatnya. Pada waktu naik, badan harus dapat ditahan
dalam keadaan rileks (tidak kaku) kemudian melakukan gerakan-
gerakan sikap tubuh di udara (waktu melayang).

Pada waktu di udara dengan sikap jongkok, saat kaki

menolak pada tumpuan, kaki diayunkan ke depan atas untuk

membantu mengangkat titik berat badan ke atas kemudian diikuti

kaki tolak menyusul kaki ayun. Saat melayang kedua kaki sedikit

ditekuk sehingga posisi badan berada dalam sikap jongkok.

Sedangkan menurut Yusuf Adisasmita (1992 : 68) “Setelah


menumpu dengan kaki tumpu, pelompat sering tidak memberi
waktu lagi untuk lebih lama di udara. Biasanya tungkai
tumpuannya dengan tergesa-gesa didaratkan pada bak pasir. Dalam
hal ini penting sekali meluruskan tungkai itu dengan secepatnya
untuk memperoleh ketinggian sehingga kita dapat melayang lebih
tinggi. Pada waktu naik badan harus ditahan dalam keadaan sikap
tidak kaku (rileks). Kemudian melakukan gerakan-gerakan sikap
tubuh untuk menjaga keseimbangan dan untuk memungkinkan
pendaratan yang lebih sempurna. Gerakan sikap tubuh di udara
(waktu melayang) yang biasanya disebut gaya lompatan dalam
lompat jauh”.

15
Menurut Soedarminto (2006 : 6.6) menyatakan bahwa untuk
membantu tolakan ke atas, lengan harus diayunkan setinggi
mungkin atau prinsipnya adalah momentum dari bagian
dipindahkan kepada keseluruhan. Ayunan kaki ke atas mengunci
sendi karena kerjanya Ligamenta iliofemoral. Oleh karena itu lutut
kaki tumpu harus sedikit ditekuk.

Gerakan melayang pada saat setelah meninggalkan balok

tumpuan diupayakan keseimbangannya dapat terjaga dengan

bantuan kedua tangan mengayun sedemikian rupa sehingga

bergerak di udara dalam suatu garis membentuk lengkungan (gerak

parabola).

Gerakan sikap badan di udara atau gaya lompatan harus benar

untuk menjaga keseimbangan badan dan meningkatkan pendaratan

yang lebih baik. Kesalahan gerak di udara menyebabkan seorang

atlet mendarat lebih awal. Untuk lebih jelas lihat gambar 3 yaitu

sikap badan pada saat melayang diudara:

Gambar 3.
Sikap Badan Pada Saat Di Udara
(Soegito dkk, 1994 : 147)

16
Menurut beberapa pendapat di atas bahwa melayang adalah

suatu keadaan dimana pelompat memutuskan hubungan dengan

papan tolakan serta melakukan gerakan mengayunkan kaki dan

tangan sedemikian rupa di udara dengan tujuan menjaga

keseimbangan dan agar memperoleh sikap pendaratan yang paling

efektif.

4) Pendaratan/Mendarat (landing)

Pada waktu mendarat pelompat harus dapat mengusahakan


menjulurkan lengannya sejauh-jauhnya ke muka dengan tidak
kehilangan keseimbangan badan. Pada saat ini timbul perasaan
badan akan jatuh ke belakang. Untuk mencegahnya titik berat
badan harus dibawa ke muka dengan jalan membungkukkan badan,
sehingga badan dan lutut hampir merapat dibantu pula dengan
juluran tangan ke muka. Pada waktu pendaratan, lutut
dibengkokkan sehingga dapat memungkinkan suatu momentum
membawa badan ke depan di atas kaki. Mendarat dilakukan dengan
tumit terlebih dahulu mengenai tanah (Adang Suherman, Yudha M.
Saputra, Yudha Hendrayana, 2001 : 38).

Pada saat pelompat menginjak tanah lengan diayunkan ke


depan, lutut ditekuk dan badan membungkuk ke depan. Gerakan ini
membawa titik berat badan jatuh di bawah garis melayang,
memberikan momentum pada badan serta mencegah jauh ke
belakang pada tumit yang berakibat mengurangi jarak lompatan
(Soedarminto, 2006 : 6.6).

Sikap badan pada waktu jatuh atau mendarat, yaitu si


pelompat harus mengusahakan jatuh atau mendarat dengan sebaik-
baiknya. Jangan sampai jatuhnya badan atau tangan ke belakang,
karena dapat merugikan. Mendarat yang baik adalah ketika
mendarat atau jatuhnya dengan kedua kaki dan tangan ke depan,
jadi misalkan jatuhnya ke depan tidak akan merugikan (Engkos
Kosasih, 1993 : 84).

Yang perlu diperhatikan waktu mendarat adalah kedua kaki

mendarat secara bersamaan diikuti dengan dorongan pinggul ke

17
depan sehingga badan tidak ada kecenderungan jatuh ke belakang

yang mengakibatkan kerugian bagi si pelompat.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Kecepatan

a. Pengertian Kecepatan

“Kecepatan merupakan kemampuan reaksi otot yang ditandai

dengan perubahan antara kontraksi dan relaksasi untuk menuju

frekuensi maksimal” (Soedarwo, 1996 : 28).

b. Macam Kecepatan

Menurut Soedarwo, dkk (1996 : 28) kecepatan dibedakan menjadi tiga


macam, yaitu :
1) Sprinting speed (kecepatan lari cepat) adalah kemampuan bergerak
kedepan dengan kekuatan dan kecepatan maksimal. Spinting speed
yang baik akan dihasilkan oleh banyaknya frekuensi gerakan kaki
serta panjangnya langkah.
2) Reaction of speed (kecepatan reaksi) adalah kecepatan
mengadakan reaksi terhadap suatu rangsangan. Rangasangan dapat
berupa bola, lawan atau keadaan sekitarnya. Faktor-faktor yang
menentukan baik dan tidaknya kecepatan reaksi kecuali kecepatan
itu sendiri adalah :
(a) Posisi serta sikap badan
(b) Ketajaman panca indera
(c) Ketangkasan serta kemampuan teknik
(d) Kemampuan penggunaan speed of movement
3) speed of movement (kecepatan bergerak) adalah kemampuan
kecepatan kontraksi secara maksimal oleh otot atau sekelompok
otot dalam suatu gerakan yang terputus. Gerakan tersebut
merupakan gerakan yang mendadak, meledak dalam suatu gerakan
eksplosif, misalnya :
(a) Melompat
(b) Melempar bola
(c) Menendang, memukul dan sebagainya

18
2. Kekuatan

a. Pengertian Kekuatan

Kekuatan merupakan unsur yang penting dan perlu mendapatkan

perhatian khususnya dalam melaksanakan program latihan. Latihan

kekuatan mendapat porsi lebih banyak dibandingkan unsur yang

lainnya. Kekuatan adalah dasar yang paling penting dalam melatih

ketrampilan gerak.

Menurut Sajoto (1995 : 8) komponen kondisi fisik seseorang


tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima
beban sewaktu bekerja. Jadi kekuatan merupakan otot dalam menahan
beban dari kerja dalam waktu tertentu secara maksimal. Dalam lompat
jauh unsur kekuatan sangatlah penting untuk mendapatkan hasil
tolakan yang kuat dan benar sehingga dapat pula melakukan tolakan
yang tinggi.

Bompa (1994) menyatakan “bahwa kekuatan adalah kemampuan

untuk mengatasi tahanan (resistance) dari luar maupun tahanan dari

dalam”.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk

mengerahkan tenaga maksimal dalam menahan beban tertentu dalam

suatu aktivitas dengan waktu terbatas.

b. Macam-macam Kekuatan

Menurut Andi Suhendro, dkk (2007 : 4.4) kekuatan otot dibagi menjadi
dua macam, yaitu :
1) Kekuatan statis; adalah kekuatan maksimal yang dilakukan
seseorang terhadap objek yang tidak bergerak, misalnya
mendorong tembok.
2) Kekuatan dinamis; merupakan daya otot-otot untuk memindahkan
posisi suatu beban dari suatu tempat ke tempat lain, misalnya
mengangkat beban.

19
Berdasarkan kontraksi otot, maka kekuatan otot dapat dibagi menjadi
enam macam, yaitu :
1) Kekuatan keseluruhan; kekuatan menyeluruh berhubungan dengan
sistem otot secara keseluruhan.
2) Kekuatan spesifik; merupakan kekuatan otot-otot tertentu yang
diperlukan pada gerakan utama cabang olahraga yang dilatih
(sesuai dengan karakteristik dari cabang olahraga masing-masing).
3) Explosive power (kekuatan daya ledak); adalah kemampuan otot
atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan
kecepatan yang sangat dalam suatu gerakan yang utuh.
4) Daya tahan otot (streght endurance); adalah kemampuan otot
meneruskan pekerjaan dalam waktu yang lama melawan tahanan
yang tinggi.
5) Kekuatan maksimum; adalah kemampuan otot dalam kontraksi
maksimal dan dapat menahan atau melawan serta memindahkan
beban maksimal.
6) Kekuatan absolut; adalah kemampuan seseorang dalam
mengeluarkan kekuatan maksimum tanpa memperhatikan berat
badannya.

3. Latihan meningkatkan hasil lompat jauh gaya jongkok

a. Pengertian dan fungsi latihan

Secara umum istilah latihan lazim disebut dengan istilah

“training”.

Pengertian latihan sendiri menurut Soedarwo, dkk (1996 : 7)


adalah suatu proses penyesuaian tubuh yang dilakukan dengan
berulang-ulang secara sistematis dan kontinyu dengan penambahan
beban secara bertahap untuk mencapai prestasi maksimal.

Fungsi utama latihan itu sendiri adalah agar tubuh mampu

mengerahkan tenaga untuk mencapai hasil yang maksimal.

b. Prinsip-prinsip Latihan

1) Prinsip-Prinsip Penambahan Beban Bertambah ( Overload )

Kekuatan otot akan berkembang lebih efektif bila diberikan


beban lebih sedikit diatas kemampuannya. Latihan yang
menggunakan beban dibawah atau sama dengan kemampuannya,
hanya akan menjaga kekuatan otot supaya tetap stabil, namun

20
tidak dapat meningkatkan kekuatan otot (Andi Suhendro, dkk
2007 : 4.10)

2) Prinsip Peningkatan Beban secara Bertahap (Progresif)

Pembebanan terhadap otot yang bekerja harus ditambah

secara bertahap selama pelaksanaan program latihan beban.

3) Prinsip Pengaturan Suatu Latihan

Latihan berbeban hendaknya diatur sedemikian rupa,

sehingga kelompok otot-otot dulu yang dilatih, sebelum otot yang

lebih kecil. Hal ini dilakukan agar kelompok otot kecil tidak

mengalami kelelahan lebih dahulu.

4) Prinsip Kekhususan Program Latihan

Program latihan harus dibuat secara khusus, yaitu dengan


mengikuti pola ketrampilan gerak yang spesifik agar
pengembangan kekuatan otot akan diikuti dengan pola gerakan
yang sudah mengarah pada ketrampilan gerak yang spesifik
tersebut (Andi Suhendro, dkk 2007 : 4.11).

Selain keempat prinsip yang cukup mendasar untuk program

latihan menurut Tohar (2004 : 54) “program latihan dapat diatur dan

dikontrol dengan cara memvariasikan beban latihan seperti volume,

intensitas, recovery dan frekuensi dalam suatu unit program latihan

harian”.

Volume menurut Depdikbud (1997 : 31) ialah kuantitas beban


latihan yang biasa dinyatakan dengan satuan jarak, jumlah beberapa
elemen jenis latihan, total waktu latihan, berat beban yang diangkat,
jumlah set dalam latihan interval dan sirkuit sebagai ukuran
rangsangan motorik dalam satu unit latihan.

21
Intensitas menurut Tohar (2004 : 55) adalah takaran yang
menunjukkan kadar atau tingkat pengeluaran energi, alat dalam
aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan. Intensitas
latihan pliometrik dapat ditingkatkan dengan penambahan beban pada
hal-hal tertentu dengan peningkatan jumlah repetisi/angkatan dan set.

Recovery dikatakan oleh Tohar (2004 : 55) adalah “waktu yang

digunakan untuk pemulihan tenaga kembali antara satu elemen materi

latihan dengan elemen berikutnya”.

Frekuensi menurut Tohar (2004 : 55) adalah “ulangan gerak

beberapa kali atlet harus melakukan gerakan setiap giliran”. Frekuensi

tinggi berarti ulangan gerak banyak sekali dalam satu giliran.

Frekuensi dapat juga diartikan berapa kali latihan per hari atau berapa

hari latihan per minggu.

c. plyometrics

Menurut KONI (2000 : 27) plyometrics adalah metode latihan


untuk meningkatkan kekuatan dan power otot tertentu. Cara yang
paling baik untuk mengembangkan power maksimal pada otot tertentu
ialah dengan meregangkan (memanjangkan) dahulu otot-otot tersebut.
Sebelum mengkontraksikan (memendekkan) otot-otot secara eksplosif
(meledak-ledak). Dengan kata lain, kita dapat mengerahkan lebih
banyak tenaga pada suatu kelompok otot, apabila kita terlebih dahulu
menggerakkan otot tersebut kearah yang berlawanan. Untuk melatih
power otot tungkai, mula-mula gerakkan tungkai kearah yang
berlawanan (jongkok), merupakan apa yang disebut sebagai fase pra-
regang (pre-streching phase). Kemudian melompat dengan sekuat
tenaga keatas. Setelah mendarat, tanpa adanya masa berhenti,
kemudian secepatnya melompat lagi sekuat tenaga keatas, sehingga
seakan-akan mendarat pada bara api. “Plyometrics merupakan bentuk
latihan untuk mendapatkan explosive power.

Pliometrik adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan


menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan
gerakan-gerakan eksplosif. Istilah ini sering digunakan dalam
menghubungkan gerakan lompat yang berulang-ulang atau latihan
reflek regang untuk menghasilkan reaksi yang eksplosif (Johansyah
Lubis, 2005).

22
Contoh gerakan dalam latihan pliometrik antara lain adalah

squat jump, latihan naik turun tangga tumpuan satu kaki bergantian

dan latihan naik turun tangga bertumpu pada dua kaki. Selain itu masih

terdapat banyak sekali gerakan-gerakan pada latihan pliometrik.

d. Latihan Naik Turun Tangga Bertumpu Satu Kaki Bergantian dan

Latihan Naik Turun Tangga Bertumpu Dua Kaki.

Program latihan dengan beban dalam beberapa hal hendaknya

bersifat khusus sesuai dengan cabang olahraga yang bersangkutan.

Bentuk latihan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai

menggunakan alat, yaitu naik turun tangga tumpuan satu kaki

bergantian dengan naik turun tangga tumpuan dua kaki. Dalam

penelitian ini tangga yang digunakan mempunyai tinggi 20 cm, luas

penampang permukaan untuk bertumpu (pijakan kaki) mempunyai

lebar 20 cm dan panjang 200 cm.

1) Latihan Naik Turun Tangga Bertumpu Satu Kaki Bergantian.

Latihan naik turun tangga bertumpu satu kaki bergantian

adalah bentuk latihan plyometrics. Untuk melakukan gerakan

tersebut diawali dengan posisi berdiri menghadap tangga kemudian

kaki kiri dilangkahkan hingga menginjak tangga, kaki kiri yang

berada di atas tangga ditekuk membentuk sudut ± 150°. Dari

awalan kemudian dilanjutkan dengan ayunan kaki yang berada di

tanah menginjak tangga, tepat disamping kaki kiri. Dilakukan

23
secepat mungkin kembali seperti pada saat posisi awal, untuk

dilanjutkan dengan gerakan yang sama berikutnya.

2) Latihan Naik Turun Tangga Bertumpu Dua Kaki.

Latihan naik turun tangga bertumpu dua kaki adalah bentuk

latihan plyometrics dengan menggunakan dua tungkai secara

bersamaan. Untuk melakukan gerakan tersebut diawali dengan

posisi berdiri menghadap tangga sedikit menekuk sendi lutut ±

135°, dari awalan kemudian dilanjutkan dengan menolak, kedua

kaki bersama-sama melompat ke atas tangga ke tempat semula.

Pendaratan dilakukan secepat mungkin pada posisi awal, untuk

dilanjutkan dengan gerakan yang sama berikutnya. Pada waktu

hitungan satu loncat di atas tangga, hitungan turun tangga

dilanjutkan hitungan ganjil loncat di atas tangga, kalau hitungan

genap turun dari tangga.

C. Kerangka Pikir

Kedua bentuk latihan di atas bermanfaat untuk meningkatkan

kemampuan tenaga lompat, yaitu unsur daya ledak dan kekuatan otot tungkai

seperti yang dikemukakan oleh Suharno H.P. (1993 : 27-28) bahwa “latihan-

latihan otot mempunyai pengaruh terhadap hasil yang dicapai pada

kemampuan jarak seperti dalam pengembangan daya lompat pada kaki dan

juga terhadap fleksibilitas pada otot dan persendian”.

24
Latihan loncat naik turun tangga bertumpu satu kaki bergantian,

lompatan lebih diarahkan pada ketepatan tolakan (tumpuan). Latihan yang

diarahkan pada ketepatan tolakan diharapkan pelompat dengan tolakan yang

tepat dan kuat akan menghasilkan lompatan horizontal yang tinggi, dengan

demikian akan mempengaruhi hasil lompatan yang jauh dalam lompat jauh

gaya jongkok.

Latihan naik turun tangga bertumpu dua kaki lompatannya lebih banyak

kearah vertikal, sehingga akan menghasilkan ketinggian yang optimal. Dengan

latihan ini diharapkan pelompat setelah bertumpu akan menghasilkan

kekuatan horizontal dan vertikal hingga menghasilkan lompatan yang jauh

dalam lompat jauh gaya jongkok. Prediksi awal dalam latihan naik turun

tangga ini adalah latihan naik turun tangga bertumpu satu kaki bergantian

diharapkan lebih baik dari pada latihan naik turun tangga tumpuan dua kaki

karena lompat jauh dilakukan dengan menggunakan tolakan satu kaki dimana

kaki yang paling kuat digunakan untuk menumpu.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori, hasil-hasil penelitian yang relevan serta

kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan antara latihan naik turun tangga dengan bertumpu satu

kaki bergantian dan latihan naik turun tangga dengan bertumpu dua kaki

25
terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas VII SMP

Negeri 1 Pringkuku Kabupaten Pacitan tahun ajaran 2009/2010.

2. Latihan naik turun tangga bertumpu satu kaki bergantian memiliki

pengaruh lebih baik daripada latihan naik turun tangga dengan bertumpu

dua kaki terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas

VII SMP Negeri 1 Pringkuku Kabupaten Pacitan tahun ajaran 2009/2010.

26

Anda mungkin juga menyukai